DISUSUN OLEH :
SITI FAIZAH
NIM. P.10053
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. I DENGAN GANGGUAN
PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN
DI RUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT
JIWA DAERAH SURAKARTA
DISUSUN OLEH :
SITI FAIZAH
NIM. P.10053
: Siti Faizah
NIM
: P. 10053
Program Studi
: DIII Keperawatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan , maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta,
Juni 2013
Siti Faizah
NIM.P.10053
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis ini diajukan oleh:
Nama
: Siti Faizah
NIM
: P. 10053
Program Studi
: DIII Keperawatan
: ASUHAN
TN.IDENGAN
KEPERAWATANPADA
GANGGUAN
PERSEPSI
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Di tetapkan di
: Surakarta
Hari/Tanggal
iii
()
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini di ajukan oleh :
Nama
: Siti Faizah
NIM
: P. 10053
Program Studi
: DIII Keperawatan
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta
Di tetapkan di
: Surakarta
Hari/Tanggal
DEWAN PENGUJI
Penguji I
Penguiji II
Penguji III
(.)
(.)
(.)
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
Stikes Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep, Ns
NIK.201084050
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat, rahmat dan karunian-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. I DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI
RUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Dra. Agnes Sri Hartati, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Setiyawan, S.Kep., Ns, selaku Ketua Program studi DIII Keperawatan yang
telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
3. Erlina Windyastuti, S.kep., Ns, selaku Sekretaris Ketua Program studi DIII
Keperawatan sekaligus dosen penguji III yang telah membimbing dengan
cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam
bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
4. Amalia Agustin, S.Kep., Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
penguji I yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Genogram ................................................................................... 9
Gambar 2.2 Pohon Masalah ......................................................................... 13
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Log Book
Lampiran 4.
Lembar Konsultasi
Lampiran 5.
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah
Organisasikesehatan(WHO)
keadaansehatfisik,
mendefinisikankesehatansebagai
mental,
dansosial,
bukansemata
matakeadaantanpapenyakitataukelemahan.Definisiinimenekankankesehatanse
bagaisuatukeadaansejahtera yang positif, bukansekedarkeadaantanpapenyakit.
Seseorang dapat bertanggung jawab dan berfungsi dengan efektif dalam
kehidupannya serta memiliki kepuasan dengan hubungan interpersonal jika
memiliki kesejahteraan fisik, sosial, maupun emosional (Videbeck, 2008).
Kesehatanjiwaadalahberbagaikarakteristikpositif
yang
menggambarkankeselarasandankeseimbangankejiwaan
mencerminkankedewasaankepribadiannya
(Yosep,
yang
2007).
Seseorang
2011).
Menurut
Yosep
(dalam
Daimayanti,
2010)
gangguan
mental
emosional,
Terdiridari
30.676
1.357
orang
dan
diantaranyarawatjalan
26.449
klien,
rawatinap
2.906
klien,
perempuan
738(33,1%)
(Medical
record,
RSJD
Surakarta
mengalamigangguanjiwaterdapat
di
dapatkandari
16
32
klien
klien
yang
yang
A. TujuanPenulisan
1. Tujuanumum
Penulis dapat memperoleh gambaran dan pengalaman belajar secara nyata
serta dapat mengelola pasien dan penerapan diagnosa keperawatan secara
komprehensif pada pasien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
2. Tujuankhusus
a. Penulismampumelakukanpengkajianpadapasiendengan
masalah
halusinasi pendengaran.
b. Penulismampumerumuskandiagnosa
keperawatanpadapasiendengan
masalah
halusinasi pendengaran.
e. Penulismampumelakukanevaluasipadapasiendengan masalah halusinasi
pendengaran.
C. Manfaatpenulisan
1. Bagipenulis
a. Dapatmengertidanmenerapkanasuhankeperawatanjiwapadapasienjiwaden
gan gangguan persepsi sensori :halusinasi pendengaran.
b. Menambahpengetahuandanpengalamandalampenerapanasuhankeperawat
anjiwa.
c. Meningkatkanketrampilandalammemberikanasuhankeperawatanjiwa.
2. Bagiprofesi
Sebagaibahanmasukandaninformasiuntukmenambahpengetahuan,
ketrampilan,
dansikapbagiinstansiterkait,
khususnyadalammeningkatkanpelayanankeperawatanpadakliendenganhalusi
nasipendengaran.
3. Bagiinstitusi
a. Rumahsakit
Sebagaibahanmasukandaninformasibagiperawat
yang
ada
di
rumahsakitdalamupayameningkatkanmutupelayanankeperawatanjiwa,
khususnyapadakasushalusinasipendengaran
b. Pendidikan
Sebagaisumberbacaanataureferensiuntukmeningkatkankualitaspendidika
nkeperawatan,
khususnyapadakliendengan
gangguan
persepsi
sensori:halusinasidanmenambahpengetahuanbagiparapembaca.
4. Pasiendankeluarga
a. Sebagaibahanmasukanpadapasiendalammenghadapipermasalahannya.
b. Diharapkanmampumeningkatkanpengetahuanpada orang tuadan keluarga
tentang perawatan pada anggota keluarga yang mengalamihalusinasi.
BAB II
LAPORAN KASUS
Genogram :
Tn.I
Gambar 2.1. Genogram
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: pasien
: meninggal
10
11
menghabiskan
makanannya,
danmakan
bersama-sama
dengan
temannya.Pengkajian BAB dan BAK, Tn. I mampu BAB dan BAK sendiri di
12
kamar mandi, Tn. I BAB 1 kali sehari dan BAK 5 kali sehari. Tn. I
mengatakan mandi sehari 2 kali sehari dengan memakai sabun, menggosok
gigi setiap mandi, dan 2 hari sekali keramas. Tn. I mengatakan dirinya mau
berpakaian seragan RSJ dan berpakaian rapi secara mandiri. Pada pola
Istirahat tidur, Tn.I mengatakan mampu tidur dalam sehari 8 jam, pada siang
hari Tn. I tidur 1 jam dan tidur malam hari dari jam 21.00 wib sampai jam
04.00 wib, saat tidur malam terkadang Tn. I terbangun karena mendengar
suara-suara. Pada pengkajian pemeliharaan kesehatan, Tn.I mengatakan dapat
dukungan dari keluarga selama di rawat di rumah sakit jiwa dan jika sudah
pulang, Tn. I mau minum obatteraturdan mau memelihara kesehatannya. Tn. I
mengatakan kegiatan dirumah membantu kakaknya membersikan rumah,
mencuci pakaian, dan menyapu. Tn. I mengatakan setelah pulang dari rumah
sakit, Tn. I ingin kembali bekerja menjadi cleaning service.
Berdasarkan mekanisme koping, Tn. I memiliki koping maladaptif,
klien suka menyendiri saat ada masalah. Pada pengkajian masalah psikososial
dan lingkungan, Tn.I mendapat dukungan dari keluarganya, tidak ada
masalah saat berhubungan dengan tetangga. Tn. I tidak malu dengan
pekerjaanya sebagai cleaning service dan tidak ada masalah ditempat
kerjanya. Tn. I juga mengatakan tidak ada masalah dengan ekonominya dan
kalau sakit, klien memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Pada
pengkajian tingkat pengetahuan, Tn. I tidak tahu tentang penyakit jiwa, faktor
pencetusnya, dan perjalanan penyakitnya. Tn. I mengatakan obat yang
diminum berwarna putih, orange dan pink. Obat itu menyebabkan pikiran
13
D. Perencanaan Keperawatan
(akibat)
(masalah utama)
(sebab)
14
perawat,
bersedia
mengungkapkan
masalah
yang
dihadapi.
15
halusinasi dengan intervensi yaitu adakan kontak sering dan singkat secara
bertahap, observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya yaitu jika
Tn. I sedang halusinasi, tanyakan apakah Tn. I mengalami sesuatu, jika Tn. I
menjawab ya, tanyakan apa yang sedang dialaminya, katakan bahwa perawat
percaya Tn. I mengalami hal tersebut, namun perawat sendiri tidak
mengalaminya, katakan bahwa ada klien lain yang mengalami hal yang sama.
Katakan bahwa perawat akan membantu Tn. I, jika Tn. I tidak sedang
mengalami halusinasi, klarifikasi tentang adanya pengalaman halusinasi,
diskusikan dengan Tn. I tentang: jenis, isi, waktu, frekuensi terjadinya
halusinasi, situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi, dan apa yang
dirasakan jika terjadi halusinasi. Beri kesempatan Tn. Iuntuk mengungkapkan
perasaannya, diskusikan dengan Tn.I apa yang dilakukannya untuk mengatasi
perasaan tersebut, diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila Tn. I
menikmati halusinasinya.Rasionalnya yaitu peran serta aktif Tn. I sangat
menentukan efektifitas tindakan keperawatan yang dilakukan.
Pada tujuan khusus ketiga, setelah dilakukan interaksi selama 1 kali
30 menit, Tn. I dapat mengontrol halusinasinya dengan kriteria hasilyang
dicapai yaitu Tn. I dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan
untuk mengendalikan halusinasinya, Tn. I dapat memperagakan cara
baruuntuk mengatasi halusinasinya, dan Tn. I dapat melaksanakan cara baru
ketika halusinasinya muncul. Intervensinya yaitu identifikasi bersama Tn. I
cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi misalnya: tidur,
marah, atau menyibukkan diri.Diskusikan cara yang digunakan Tn. I, jika
16
cara yang digunakan adaptif beri pujian, jika cara yang digunakan maladaptif
diskusikan kerugian cara tersebut, diskusikan cara baru untuk mengontrol
timbulnya halusinasi yaitu cara menghardik halusinasi, cara kedua dengan
menemui orang lain untuk menceritakan halusinasinya, dan cara ketiga
melakukan aktivitas yang terjadwal. Bantu Tn. I memilih cara yang sudah
dianjurkan dan dilatih untuk mencobanya, beri kesempatan untuk melakukan
cara yang dipilih dan dilatih, pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan
dilatih, jika berhasil beri pujian.Rasionalnya adalah Tn. I dapat memilih dan
melaksanakan cara baru mengontrol halusinasi.
Pada tujuan khusus keempat, setelah dilakukan interaksi 1 kali 30
menit,
Tn.
dapat
dukungan
dari
keluargadalam
yang
17
keluarga mampu merawat Tn. I dengan halusinasi saat berada di rumah secara
mandiri untuk mendukung kesembuhan Tn. I.
Pada tujuan khusus kelima, setelah dilakukan interaksi selama 1 kali
30 menit, Tn. I dapat memanfaatkan obat dengan baik dengan kriteria hasil
yaitu Tn. I menyebutkan manfaat minum obat, kerugian tidak minum obat,
nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping minum obat, Tn. I
mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar, Tn. I menyebutkan
akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter dengan intervensi yaitu
diskusikan dengan Tn. I tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat,
nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat,
pantau Tn. I saat penggunaan obat, beri pujian jika Tn. I menggunakan obat
dengan benar, diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan
dokter, anjurkan Tn. I untuk konsultasi dengan dokter jika terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.Rasionalnya yaitu dapat meningkatkan pengetahuan dan
motivasi Tn. I untuk minum obat secara teratur.
E. Implementasi Keperawatan
Implementasi untuk diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran dilaksanakan pada tanggal 25 April 2013, pukul 10.30
WIB. Penulis melakukan strategi pelaksanaan 1 yaitu membantu mengenal
halusinasi Tn. I, menjelaskan cara mengontrol halusinasi, dan mengajarkan
cara pertama mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi. Penulis
membina hubungan saling percaya dengan Tn. I, mengajak berkenalan
18
mendiskusikan
terapi
kelompok
yang
telah
dilakukan,
19
F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi untuk diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran dilakukantanggal 25 April 2013 pukul 11.00 WIB,
adapun hasil evaluasi yang penulis dapatkan adalah secara subyektif Tn. I
mengatakan senang berkenalan dengan penulis, Tn. I mengatakan masih
mendengar bisikan suara setiap hari, Tn. I mengatakan suara itu tiba-tiba
20
muncul, Tn. I mengatakan bersedia diajari cara pertama yaitu menghardik dan
bersedia memasukkan cara yang telah dilatih kedalam jadwal kegiatan harian.
Selain itu, secara obyektif klien kooperatif saat diajak interaksi, Tn. I mau
berjabat tangan, menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan, kontak
mata Tn. I ada saat interaksi, Tn. I bersedia menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh penulis, Tn. I bersedia menceritakan masalahnya, Tn. I
memperhatikan
cara
menghardik
yang
diajarkan,
Tn.
bersedia
21
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan yang penulis dapatkan
antara konsep dasar teori dan kasus nyata Tn. I diruang Abimanyu RSJD
Surakarta. Pembahasan yang penulis lakukan meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi keperawatan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Menurut Craven & Hirnle (dalam Keliat, 2009)pengkajian merupakan
pengumpulan data subyektif dan obyektif secara sistematis untuk
menentukan tindakan keperawatan bagi individu, keluarga, dan komunitas.
Pengumpulan data pengkajian meliputi aspek identitas klien, alasan masuk,
faktor predisposisi, fisik, psikososial, status mental, kebutuhan persiapan
pulang,
mekanisme
koping,
masalah
psikososial
dan
lingkungan,
memperoleh
informasi
22
dari
pihak
keluarga.
23
bingung;
mondar-mandir;
konsentrasi
kurang;
perubahan
24
yang hanya bereaksi jika ada rangsangan, konsentrasi Tn. I kurang, dan
mengalami perubahan dalam memecahkan masalah, dimana Tn. I suka
menyendiri atau menghindar jika ada masalah.
Menurut Keliat (2009) didalam pengkajian harus dijelaskan jenis dan
isi halusinasi, waktu, frekuensi, dan situasi yang menyebabkan halusinasi,
serta respon klien terhadap halusinasinya. Dalam pengkajian pola fungsional
difokuskan pada pola persepsipada Tn. I, didapatkan data bahwa Tn. I
mengalami halusinasi pendengaran. Tn. I mendengar suara-suara untuk
menyuruhnya bernyanyi dan menjadi artis ketika sedang sendiri. Tn. I
mengikuti apa yang didengarnya dan suara itu datang sehari 1 kali, pada
malam hari.
Menurut Yosep (2011) pada penderita gangguan jiwa dapat terjadi
gangguan isi pikir antara lain: waham, fobia, keadaan orang lain yang
dihubungkan dengn dirinya sendiri, dan pikiran terpaku pada satu ide saja.
Hal ini juga ditemukan pada Tn. I yang mengalami gangguan pikiran yaitu
didalam pikirannya hanya terpaku pada satu ide saja tanpa berinisiatif
mencari ide lain. Menurut Videbeck (2008) penilaian pada klien gangguan
halusinasi sering kali terganggu. Klien keliru menginterprestasi lingkungan,
sehingga klien tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri akan keamanan,
perlindungan, dan menempatkan dirinya dalam keadaan bahaya. Hal ini juga
dialami Tn. I yang mengalamikegagalan dalam mengambil keputusan
sederhana secara mandiri, perlu bantuan perawat untuk mengambil
keputusan yang tepat.
25
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Videbeck (dalam Nurjannah, 2005) menyatakan bahwa
diagnosa keperawatan berbeda dari diagnosa psikiatrik medis dimana
diagnosa keperawatan adalah respon klien terhadap masalah medis atau
bagaimana masalah mempengaruhi fungsi klien sehari-hari yang merupakan
26
diagnosa
keperawatan
gangguan
persepsi
sensori:
halusinasi pendengaran.
Menurut NANDA (2009-2011) pada diagnosa gangguan persepsi
halusinasi memiliki batasan karakteristik: perubahan dalam perilaku,
perubahan dalam menejemen koping, disorientasi, konsentrasi buruk,
gelisah, dan distorsi sensori seperti berbicara sendiri, tertawa sendiri,
mendengar suara yang tidak nyata, dan mondar-mandir. Data yang
memperkuat penulis mengangkat diagnosa gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran yaitu data subyektif yang diperoleh yaitu Tn. I
mengalami halusinasi pendengaran,Tn I mendengar suara-suara untuk
menyuruhnya bernyanyi dan menjadi artis. Tn. I mengikuti apa yang
didengarnya, suara itu muncul sehari 1 kali di malam har,i dan muncul saat
sendiri. Sedangkan data obyektif yang didapatkan, Tn. I tampak bingung,
mondar-mandir, sering berbicara sendiri, konsentrasi kurang, dan koping
maladaptif, dimana klien suka menyendiri atau menghindar jika ada
masalah.
27
3. Intervensi Keperawatan
Menurut Ali (dalam Nurjanah, 2005) rencana tindakan keperawatan
merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai setiap tujuan
khusus.Perencanaan keperawatan meliputi perumusan tujuan, tindakan, dan
penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisis
pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi.
Rencana keperawatan yang penulis lakukan sama dengan landasan teori,
karena rencana tindakan keperawatan tersebut telah sesuai dengan SOP
(Standart Operasional Prosedure) yang telah ditetapkan. Dalam kasus
penulis juga mencantumkan alasan ilmiah atau rasional dari setiap tindakan
keperawatan.
Menurut Kusumawati& Yudi (2010) tujuan umum yaitu berfokus
pada penyelesaian permasalahan dari diagnosis keperawatan dan dapat
dicapai jika serangkaian tujuan khusus tercapai. Tujuan khusus berfokus
pada penyelesaian penyebab dari diagnosis keperawatan. Tujuan khusus
merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau dimiliki.
Kemampuan ini dapat bervariasi sesuai dengan masalah dan kebutuhan
klien. Kemampuan pada tujuan khusus terdiri atas tiga aspek yaitu
kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif yang perlu dimiliki klien
untuk menyelesaikan masalahnya.
Menurut Rasmun (2009) tujuan umum gangguan persepsi sensori
halusinasi pendengaran yaitu agar klien dapat mengontrol halusinasi yang
dialaminya. Ada lima tujuan khusus gangguan halusinasi, antara lain: tujuan
28
frekuensi
halusinasi,
dan
respon
klien
terhadap
akhir
tindakan
strategi
pelaksanaan
dapat
diberikan
29
4. Implementasi Keperawatan
Menurut Effendy (dalam Nurjannah, 2005) implementasi adalah
pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang yang telah
disusun pada tahap perencanaan. Jenis tindakan pada implementasi ini
terdiri dari tindakan mandiri (independent), saling ketergantungan atau
kolaborasi (interdependent), dan tindakan rujukan atau ketergantungan
(dependent). Penulis dalam melakukan implementasi menggunakan jenis
tindakan mandiri dan saling ketergantungan.
Menurut Keliat (2009) implementasi yang dilaksanakan antara lain:
pada tanggal 25 April 2013 pukul 10.30 WIB,Penulis melakukan strategi
pelaksanaan 1 yaitu membantu mengenal halusinasi pada Tn. I, menjelaskan
30
terhadap
halusinasi
yang
muncul
atautidak
mempedulikan
halusinasinya. Jika ini dapat dilakukan, Tn. I akan mengendalikan diri dan
tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada,
tetapi dengan kemampuan ini, Tn. I tidak akan larut untuk menuruti
halusinasinya. Kemudian memberikan reinforcement positif kepada Tn. I
apabila Tn. I berhasil mempraktekkan cara menghardik halusinasi. Respon
Tn. I, Tn. I mampu mengenal halusinasinya dan mau menggunakan cara
menghardik saat halusinasinya muncul.
Menurut Keliat (2009) implementasi
tanggal
26
April
2013,
pukul
10.00
Penulis
melakukan
31
5. Evaluasi
Menurut Kurniawati (dalam Nurjannah, 2005) evaluasi adalah proses
berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien.
Evaluasi dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan
setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang
dilakukan dengan membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus
serta umum yang telah ditentukan. Pada kasus ini, penulis hanya
menggunakan evaluasi sumatif.Pada pelaksanaan strategi 1 tanggal 25 April
2013 pukul 11.00 WIB, Tn. I berhasil melakukan dengan baik dalam
mengenal halusinasi dan klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara
32
B. Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus asuhan keperawatan pada Tn. I dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran yang telah penulis lakukan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
33
2.
3.
Rencana keperawatan yang dilakukan penulis pada Tn. Iyaitu dengan tujuan
umum agar Tn. I dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya. Intervensi
juga dilakukan dengan lima tujuan khusus, diantarannya: tujuan khusus 1
yaitu Tn. I dapat membina hubungan saling percaya, tujuan khusus 2 yaitu
Tn. I dapat mengenal halusinasi, tujuan khusus 3 yaitu Tn. I dapat melatih
mengontrol halusinasinya dengan melatih cara menghardik halusinasi,
bercakap-cakap dengan orang lain, dan mengalihkan halusinasinya dengan
beraktivitas secara terjadwal, tujuan khusus 4 yaitu Tn. I dapat dukungan
keluarga dalam mengontrol halusinasi, dan tujuan khusus 5 yaitu Tn. I dapat
memanfaatkan obat untuk mengontrol halusinasi.
4.
5.
34
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang bisa penulis berikan
untuk perbaikan dan peningkatan mutu asuhan keperawatan adalah:
1. Bagi institusi
a. Menambah referensi karya tulis ilmiah tentang masalah keperawatan
jiwa khususnya pada masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi.
b. Memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai adanya perumusan
diagnosa tunggal khususnya pada asuhan keperawatan jiwa gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran.
2. Bagi perawat
a. Meningkatkan kemampuan dan kualitas dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien khususnya pada masalah gangguan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran.
b. Melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan
keperawatan sesuai dengan SOP (Standart Operasional Prosedure)
yang ditetapkan.
3. Bagi rumah sakit
a. Meningkatkan mutu dalam memberikan pelayanan keperawatan
khususnya pada klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran.
35
DAFTAR PUSTAKA
Terapeutik
dalam
Praktik