Anda di halaman 1dari 6

Nama

: Imas Noverika S.R

NIM

: 122110101052
Resume Jurnal 1

Evaluation of HIV Voluntary Counseling and Testing Services in Egypt. Part 2: Service
Providers Satisfaction
Penulis: I.A. Kabbash, S.I. Mekheimer, N.M. Hassan, A.N. Al-Nawawy and A.A. Attalla
Tahun Terbit:Vol. 16 No. 5 2010
Penerbit: EasternMediterraneanHealthJournal LaRevuedeSantdelaMditerrane
Orientale
1. Latar Belakang
Tes VCT merupakan strategi penting dalam upaya pencegahan dan perawatan serta
dukungan terhadap orang dengan HIV. Identifikasi orangyang terinfeksi merupakan langkah
penting dalam mengontrol HIV. Konseling bertujuan untuk mendorong perubahan perilakuk
diantara mereka yang datang ke layanan VCT. Layanan VCT pertama kali dilakukan di Mesir
pada tahun 2005. Jika layanan VCT harus dioptimalkan maka konselor perlu dimasukkan
dalam evaluasi layanan, tetapi mereka jarang berkonsultasi tentang pendapat profesional
mereka. Terutama di negara-negara berkembang ada beberapa studi yang menggambarkan
peran konselor, hambatan dan pengalaman dalam memberikan konseling HIV. Informasi
tersebut dapat digunakan untuk pengawasan dan dukungan yang lebih baik pada konselor,
dengan demikian dapat meningkatkan kualitas layanan VCT di negara-negara berkembang
dan di tempat lain.
2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat kepuasan dari penyedia layanan
VCT, untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam pelayanan; dan untuk
membandingkan layanan VCT tetap (layanan) dan mobile VCT untuk membantu dalam
perencanaan masa depan pusat baru.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan studi cross-sectional pada penyedia layanan di pusat VCT di
seluruh Mesir dengan menggunakan teknik pengumpulan data secara kuantitatif dan
kualitatif. Pada saat penelitian, terdapat 7 VCT layanan dan 9 mobile VCT yang tersebar di
12 pusat daerah yang berbeda di Mesir.
a. Data Kuantitaif
Pengumpulan data secara kuantitatif dilakukan melalui wawancara langsung dengan
semua anggota dari tim layanan VCT di setiap pusat (dokter, teknisi laboratorium dan
konselor / pendidik kesehatan) yang ada pada saat penelitian. Jumlah seluruhnya yang

diwawancarai adalah 50, dimana 5 dari dokter yang tidak selama masa penelitian atau
menolak untuk mengisi kuesioner, tingkat kesalahan 10%. Checklist digunakan untuk
mengevaluasi tingkat kepuasan penyedia layanan terhadap layanan yang ditawarkan di
VCT. Dalam lembar kuesioner terdapat data sosiodemografi (umur, jenis kelamin,
perkawinan status, pekerjaan dan tingkat pendidikan) dan 18 pertanyaan pada setiap
responden tentang: apakah dia mendapat pelatihan dan sudah cukup menerima pelatihan,
kepuasan dengan aspek yang berbeda terkait dengan lingkungan dan kondisi pekerjaan;
kepuasan dengan layanan VCT yang disediakan, opininya dari dampak positifnya pada
prevalensi HIV di Mesir; dan bagaimana kenyamanan atau perasaan dia saat berurusan
dengan populasi berisiko yang mengunjungi VCT.
b. Data Kualitatif
Pengumupulan data secara kualitatif dilakukan melalui diskusi kelompok terfokus
(FGD) yang dilakukan dengan semua konselor/pendidik kesehatan yang bekerja di Pusat
VCT pada saat penelitian. FGD dilakukan oleh peneliti yang sama yang memiliki
pelatihan dalam penelitian kualitatif dam metode dalam promosi kesehatan. Informan di
pertama FGD adalah 6 konselor di pusat tetap atau VCT layanan (2 perempuan dan 4
laki-laki) sedangkan di FGD kedua adalah 9 konselor di pusat mobile VCT (1 perempuan
dan laki-laki 8).
Topik diskusi yang dilakukan antara lain:
1) Pengantar Fasilitator ingin meminta saran mereka untuk meningkatkan
jumlah klien dan mengetahui masalah dalam layanan VCT (masalah konselor
dan masalah klien) serta solusi yang disarankan mereka
2) Pekerjaan mereka persepsi tentang pekerjaan mereka, tujuan pekerjaan
mereka (perubahan perilaku), apakan tujuan tercapai atau tidak, hambatan
untuk mencapai tujuan, bagaimana cara mereka mengevaluasi kerja dsb
3) Masalah Konselor masalah dengan pusat VCT, gaji, jam kerja, waktu
mereka dengan klien dan kekuatan konselor, masalah dengan klien
4) Masalah klien informasi klien dan kebutuhan layanan, bagaiman mengukur
kepuasan klien dan bagaimana memperbaikinya
5) Pelatihan jenis pelatihan yang diterima, pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh, pendapat tentang pelatihan, pelatihan apa yang mereka
kebutuhan
6) Jenis VCT perbedaan antara VCT layanan dan mobile VCT terkait masalah
dan kepuasan klien
7) Solusi saran untuk meningkatkan jumlah klien dan meningkatkan kepuasan
klien
c. Analisis Data

Data yang dikumpulkan melalui pengumpulan data secara kuantitatif dianalisis secara
statistik menggunakan SPSS versi 12. Penghitungan melalui mean dan standart deviasi
digunakan untuk variable kategori, serta jumlah dan presentase distribusi umur. Uji
Fisher exact digunakan untuk uji signifikansi. Tingkat signifikansi adalah p<0,05. Untuk
data yang dikumpulkan melalui metode kualitatif dengan cara merekam berjalannya
FGD, dianalisis secara manual dengan menggunakan panduan topik sebagai referensi.
4. Hasil Penelitian
a. Hasil Analisis Data secara Kuantitatif
Usia responden (50 penyedia layanan) berkisar antara 21-56 tahun dengan rata-rata
36,7 tahun (SD 10,2). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah presentase laki-laki sebesar
58% dari semua penyedia layanan yang diwawancara: 61,3% (19 orang) pada mobile
VCT dan 52,6% (10 orang) pada VCT layanan. Berdasarkan status pernikahan, terdapat
72% penyedia layanan yang berstatus menikah. Perbedaan karakteristik demografis
secara statistik tidak signifikan antara penyedia layanan pada VCT layanan dan mobile
VCT.
Mayoritas penyedia layanan menyatakan bahwa mereka telah menerima pelatihan
yang memadai (90%), namun masih 66,0% melaporkan kebutuhan untuk pelatihan lebih
lanjut. Hampir tiga perempat fasilitas layanan yang dilaporkan memiliki fasilitas yang
memadai untuk menyediakan layanan (78,0%) dan konselor cukup (76,0%), dan jam
kerja yang sesuai (86,0%). Memiliki jam kerja yang panjang tanpa kerja dilaporkan
sebesar 47,4% dari penyedia layanan di VCT layanan dibandingkan dengan 35,5% dari
mobile VCT. Hanya 50,0% dari penyedia melaporkan menerima insentif yang dijanjikan
(terkait kinerja berbayar).
Mayoritas penyedia layanan percaya bahwa klien mereka membutuhkan layanan yang
diberikan (98%) dan bermanfaat bagi klien (100%) serta mereka percaya bahwa
pekerjaan mereka akan membantu mengurangi infeksi HIV (100%). Sebagian besar
penyedia layanan (80,0%) merasa nyaman melayani klien dan 82,0% percaya bahwa
klien menerima konsep perubahan perilaku. Hanya 44 % dari penyedia layanan percaya
bahwa sebagian besar klien memiliki perilaku berisiko untuk infeksi HIV.
Mayoritas penyedia layanan di mobile VCT mengeluhkan kelebihan beban klien
(87,1%), sedangkan 68,4% dari penyedia layanan di VCT layanan mengeluhkan tingkat
kehadiran klien rendah. Perbedaan ini secara statistik signifikan (P = 0,001).
b. Hasil Analisis Data secara Kualitatif
1) Masalah Umum
Bagi mereka yang bekerja di mobile VCT, mereka menganggap kendaraan VCT
sebagai suatu hambatan yang besar untuk bekerja, sementara mereka yang bekerja di

unit VCT layanan menyebutkan lokasi yang tidak cocok dari pusat VCT yaitu
kurang privasi dan kerahasiaan.
2) Masalah Administratif
Beberapa konselor mengeluh tentang menjadi bosan dengan sejumlah kecil klien
dan terkait dengan departemen kesehatan lain di mana VCT itu terletak, yang
kadang-kadang menyebabkan pembatalan layanan konseling karena tugas lainnya.
Persediaan pusat VCT, seperti kondom dan alat tes cepat dalam jumlah sedikit atau
surplus untuk kebutuhan mereka.
Masalah administrasi yang dihadapi oleh konselor yang bekerja di unit mobile
VCT yang lebih parah. Terlepas dari masalah yang disebutkan di atas, mereka
mengeluh tentang hal berikut: aturan kerja dan peraturan yang tidak jelas dan
kontradiktif; kurangnya dukungan dari pemerintah; kurangnya persediaan yang
dibutuhkan; bekerja berlebihan; kekurangan dalam jumlah konselor; lingkungan
kerja yang tidak cocok; masalah dengan kendaraan; tidak memiliki jam kerja tetap;
bekerja selama hari libur dengantanpa kompensasi; bekerja double shift; tinggal di
lokasi jauh selama seminggu tanpa tunjangan hari dan tanpa asuransi; tinggal di
dalam unit mobile VCT selama berjam-jam; bekerja dengan kelompok-kelompok
berbahaya publik; dan nomor yang tidak memadai dari konselor perempuan.
Masalah utama lainnya di unit mobile VCT adalah kualitas materi pendidikan
kesehatan yang buruk yang tersedia untuk klien sebelum konseling (tidak
profesional dan tidak ilmiah). Konselor juga mengkritik cara bahwa mobilisasi
masyarakat dilakukan dengan menggunakan mikrofon untuk mengumumkan
kedatangan layanan tes darah gratis, sehingga sejumlah besar orang kadang-kadang
berkumpul dan berjuang untuk memiliki tes hepatitis, dan bukan tes HIV atau
layanan VCT.
3) Masalah Pelatihan
Konselor mengidentifikasi masalah pelatihan meliputi adanya selang waktu yang
sangat lama antara pelatihan dan awal masuk bekerja, pelatihan jarang menyentuh
pada bidang pengembangan keterampilan, dan keterampilan konseling diajarkan
sebagai langkah yang harus diikuti. Pelatihan dikritik karena jauh dari situasi kerja
nyata. Masalah lain mencatat adalah kurangnya pertemuan konselor satu sama lain
atau dengan atasan mereka, untuk bertukar pikiran, kebutuhan, keprihatinan dan
kesulitan yang dihadapi dan nasihat satu sama lain.
4) Masalah Klien dengan layanan
Ketika ditanya tentang masalah yang dihadapi oleh klien, konselor menyatakan
bahwa klien enggan untuk menggunakan layanan VCT karena stigma yang dirasakan

HIV, merasa tidak aman tentang menggunakan layanan ini, takut tentang
konsekuensi dari tes positif. Klien tidak mengetahui keberadaan layanan lokasi unit
mobile VCT. Konselor bekerja di unit tetap menyoroti fakta bahwa klien mengalami
kurangnya privasi dan kerahasiaan karena lokasi yang tidak cocok dari pusat VCT.
Keterlambatan mengetahui hasil tes, yang bisa sampai 15 hari, menciptakan
kecemasan yang cukup untuk klien.
5) Masalah Konselor dengan Klien
Konselor menyatakan bahwa klien tidak memiliki informasi atau memiliki
kesalahpahaman tentang HIV, misalnya beberapa klien percaya bahwa mereka tidak
berisiko HIV atau infeksi yang hanya ditularkan oleh kontak dengan orang asing.
Konselor merasa bahwa sulit untuk mengubah perilaku klien, misal: penggunaan
kondom di kalangan pekerja seks. Konselor juga menyebutkan bahwa beberapa
kelompok sasaran berisiko sulit untuk ditangani, seperti anak jalanan, mereka yang
berusia di bawah 16 tahun (persetujuan ayah diperlukan), tahanan dan personil
militer. Beberapa konselor menyebutkan bahwa di beberapa daerah yang dikunjungi,
mereka harus menghadapi kelompok sasaran berbahaya dan mengancam, seperti
pengedar narkoba dan pedagang senjata ilegal.
6) Masalah Pribadi
Masalah pribadi yang dialami oleh konselor yang bekerja di bidang konseling dan
tes HIV, beberapa konselor menyebutkan bahwa adanya stigma oleh orang-orang di
daerah yang mereka kunjungi, yang menyebut mereka "orang AIDS". Stigma HIV
oleh masyarakat yang berhubungan dengan perilaku seksual yang buruk, maka
masyarakat kadang-kadang menolak layanan mobile VCT dan bahkan menolak pintu
masuk kendaraan ke suatu daerah.
7) Faktor Pendukung
Faktor pendukung yang disebutkan oleh konselor terkait dukungan pribadi dari
beberapa manajer program dan link mereka dengan tim laboratorium pusat. Rujukan
klien dari lembaga swadaya masyarakat yang bekerja pada penggunaan narkoba dan
dari klinik IMS, unit dialisis ginjal dan bank darah lain. Memiliki poster dan materi
pendidikan kesehatan, dan meningkatkan kesadaran dokter dan perawatan kesehatan
pekerja tentang HIV.
8) Evaluasi Kerja
Indikator positif untuk evaluasi kerja menurut konselor antara lain: data tentang
jumlah klien mengunjungi VCT atau kesan pribadi mereka tentang keberhasilan
pekerjaan mereka, misalnya klien membawa teman-teman mereka yang beresiko ke
layanan VCT, ketika klien bertanya, ketika klien berbagi informasi dengan anggota

keluarga, dan ketika klien setuju dengan mitra seksual yang lebih sedikit. Beberapa
dari konselor menyebutkan bahwa mereka telah berhasil mengubah perilaku
penggunaan jarum suntik secara bersamaan.
Indikator negatif untuk mengevaluasi kerja antara lain seringkali layanan VCT
mundur karena kekurangan anggaran, Kementrian Kesehatan dan Kependudukan
yang membatalkan peningkatan kesadaran sebelum VCT dilakukan, konselor tidak
menerima gaji insentif yang telah dijanjikan selama 6 bulan bekerja. Beberapa
indikator lainnya bahwa klien lebih tertarik melakukan tes hepatitis dari pada tes HIV
dan klien menyukai kerahasiaan, pengobatan yang baik, fakta bahwa layanan VCT
gratis, dan klien tidak menyukai keterlambatan hasil tes.
5. Kesimpulan
Intervensi yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas layanan VCT meliputi: deskripsi
pekerjaan tetap untuk staf VCT, menetap aturan dan peraturan untuk VCT bekerja, dukungan
administrasi yang lebih baik dan perhatian terhadap masalah administrasi, melakukan
kesadaran masyarakat dan pendidikan kesehatan yang tepat untuk mendukung layanan VCT,
pelatihan yang lebih memadai untuk para staf VCT, memecahkan masalah kendaraan di
mobile VCT, meningkatkan lingkungan kerja dan memastikan privasi dan kerahasiaan klien.

Anda mungkin juga menyukai