Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH K3

KONTRUKSI PEKERJAAN BETON

DISUSUN OLEH :
1.Risky Adhitya Rahman

(C.111.14.0122)

2.Whiko Alfiaro

(C.111.14.0124)

3. Heri Kurniawan

(C.111.14.0126)

4.Wahid Gunawan

(C.111.14.0127)

5.Ahmad Syamsudin

(C.111.14.0128)

6.Suci Febryta

(C.111.14.0129)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEMARANG

2015

I.PENDAHULUAN
I.1Latarbelakang
Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu kerap
mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu raksasa
hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil, berdirilah
bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia
ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda menggunakan ketan sebagai perekat.
Ataupun menggunakan aspal alam sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan
Harappa di India ataupun bangunan kuno yang dijumpai di Pulau Buton.
Peristiwa tadi menunjukkan dikenalnya fungsi beton sejak zaman dahulu. Sebelum
mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan
hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman
Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas
dinamai pozzuolana. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan
(tahun 1100-1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat menghilang dari peredaran.
Material itu sendiri adalah benda yang dengan sifat-sifatnya yang khas dimanfaatkan
dalam bangunan, mesin, peralatan atau produk. Dan Sains material yaitu suatu cabang
ilmu yan meliputi pengembangan dan penerapan pengetahuan yang mengkaitkan
komposisi, struktur dan pemrosesan material dengan sifat-sifat kegunaannya.semen
termasuk material yang sangat akrab dalam kehidupan kita sehari-hari.

I.2 sejarah penemuan beton


Sejarah penemuan teknologi beton dimulai dari :
Aspdin (1824) Penemu Portland Cement;
J.L Lambot (1850 ) memperkenal konsep dasar konstruksi komposit (gabungan dua bahan
konstruksi yang berbeda yang bekerja bersama sama memikul beban);
F. Coignet (1861) melakukan uji coba penggunaan pembesian pada konstruksi atap, pipa

dan kubah;
Gustav Wayss & Koenen ( 1887) serta Hennebique memperkenalkan sengkang sebagai
penahan gaya geser dan penggunaan balok T untuk mengurangi beban akibat berat
sendiri;
Neuman melakukan analisis letak garis netral;
Considere menemukan manfaat kait pada ujung tulangan; dan
E. Freyssinet memperkenalkan dasar dasar beton pratekan.

II.PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Beton
Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau
tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. . Dalam pengertian umum
beton berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral kemudian diikat
semen bercampur air. Sifat beton berubah karena sifat semen, agregat dan air, maupun
perbandingan pencampurannya. Untuk mendapatkan beton optimum pada penggunaan yang
khas, perlu dipilih bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat.
Kebaikan dan keburukan beton dibandingkan dengan bahan bangunan lain adalah sebagai
berikut.

Kebaikan Beton
1) Harganya relatif murah karena menggunakan bahan lokal.
2) Mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, serta mempunyai sifat tahan terhadap
pengkaratan atau pembusukan oleh kondisi lingkungan.
3) Adukan beton mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk dan ukuran sesuai
keinginan.
4) Kuat tekan beton jika dikombinasikan dengan baja akan mampu memikul beban
yang berat.
5) Adukan beton dapat disemprotkan di permukaan beton lama yang retak maupun
diisikan ke dalam retakan beton dalam proses perbaikan. Selain itu dapat pula
dipompakan ke tempat yang posisinya sulit.
6) Biaya perawatan yang cukup rendah karena termasuk tahan aus dan tahan
kebakaran.
Kekurangan Beton
1) Beton memiliki kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu

diberi baja tulangan, atau tulangan kasa (meshes).


2) Adukan beton menyusut saat pengeringan sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion
joint) untuk stuktur yang panjang untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan
pengembangan beton.
3) Beton keras (beton) mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu,
sehingga perlu dibuat dilatasi untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat perubahan
suhu.
4) Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air,
dan air yang membawa kandungan garam dapat merusak beton.
5) Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan di detail secara
seksama agar setelah dikomposisikan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail,
terutama pada struktur tahan gempa.
II.2 Sifat-Sifat Beton
Untuk keperluan perancangan dan pelaksanaan struktur beton, maka pengetahuan
tentang sifat-sifat adukan beton maupun sifat-sifat beton yang telah mengeras perlu
diketahui. Sifat-sifat tersebut antara lain.
Kuat Hancur

Beton dapat mencapai kuat hancur sampai 80 N/mm2 (12.000 lb/in2), atau lebih
tergantung pada perbandingan air-semen serta tingkat pemadatannya. Kuat hancur
dari beton dipengaruhi oleh sejumlah faktor, selain oleh perbandingan air-semen dan
tingkat pemadatannya. Faktor-faktor penting lainnya yaitu:
1. Jenis semen dan kualitasnya, mempengaruhi kekuatan rata-rata dan kuat batas
beton.
2. Jenis dan lekak-lekuk bidang permukaan agregat. Kenyataan menunjukan bahwa
penggunaan agregat akan menghasilkan beton, dengan kuat desak maupun tarik yang
lebih besar dari penggunaan krikil halus dari sungai.
3. Effisiensi dari perawatan (curing). Kehilangan kekuatan sampai 40% dapat terjadi
bila pengeringan diadakan sebelum waktunya. Perawatan adalah hal yang sangat
penting oada pekerjaan lapangan dan pembuatan benda uji.
4. Suhu , Pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah dengan
bertambahnya suhu. Pada titik beku kuat hancur beton akan tetap rendah untuk waktu
yang lama.
5. Umur. Pada keadaan yang normal kekuatan beton akan bertambah dengan

umurnya. Kecepatan bertambahnya kekuatan tergantung pada jenis semen.


6.
Durability (Keawetan)

Merupakan kemampuan beton untuk bertahan seperti kondisi yang direncanakan


tanpa terjadi korosi dalam jangka waktu yang direncanakan. Dalam hal ini perlu
pembatasan nialii faktor air semen maksimum maupun pembatasan dosis semen
minimum yang digunakan sesuai dengan kondisi lingkungan.
Kuat Tarik

Kuat tarik beton berkisar seper-delapan belas kuat desak pada waktu umurnya masih
muda, dan berkisar seper-sepuluh sesudahnya.biasanya tidak diperhitungkan di dalam
perencanaan beton. Kuat tarik merupakan bagian penting di dalam menahan retakretak akibat perubahan kadar air dan suhu. Pengujian kuat tarik diadakan untuk
pembuatan beton konstruksi jalan raya dan lapangan terbang.
Modulus Elastisitas

Modulus elastisitas beton adalah perbandingan antara kuat tekan beton dengan
regangan beton biasanya ditentukan pada 25-50% dari kuat tekan beton.
Rangkak (Creep)

Merupakan salah satu sifat beton dimana beton mengalami deformasi terus-menerus
menurut waktu dibawah beban yang dipikul.
Susut (Shrinkage)

Merupakan perubahan volume yang tidak berhubungan dengnan pembebanan.


Kelecakan (Workability)

Workability adalah sifat-sifat adukan beton atau mortar yang ditentukan oleh
kemudahan dalam pencampuran, pengangkutan, pengecoran, pemadatan, dan
finishing. Atau workability adalah besarnya kerja yang dibutuhkan untuk
menghasilkan kompaksi penuh.
II.3 Bahan-Bahan Penyusun Beton
1) Semen
Semen adalah bahan organik yang mengeras pada percampuran dengan air atau
larutan garam. Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :
a) semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan,

dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah
dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai
perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan prosentase kandungan
penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd. V.
b) semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan
digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau
pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
c) oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan
dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas
pantai.
d) mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly
ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara
yang mengandung amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan oksida
lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk
membuat beton, sehingga menjadi lebih keras.
Semen yang biasa digunakan pada teknik sipil adalah semen portland. Semen portland
adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan clinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidrolis) dengan batu gips sebagai tambahan. Pada umumnya semen portland
yang digunakan adalah jenis semen portland biasa (ordinary cement portland), yaitu
semen portland yang digunakan untuk tujuan umum. jenis semen portland dapat
dibagi menurut beberapa segi yaitu: Segi kebutuhan khusus dan Segi Penggunaan
Segi kebutuhan khusus

Sesuai kebutuhan penggunaannya, ada jenis semen yang memiliki tujuan penggunaan
khusus seperti berikut.
1) Semen portland yang cepat mengeras (rapid hardening portland cement),semen
jenis ini umumnya memiliki kadar C3S (tricalsium silika) atau C3A yang tinggi .
dalam standar semen ASTM, semen jenis ini termasuk semen Portland type III.
2) semen Portland tahan sulfat sedang dan semen Portland tahan sulfat,semen ini
mempunyai bentuk yang lebih tahan sulfat daripada semen biasa, karena kadar
tricalsium aluminate rendah. Kadar maksimum untuk semen tahan sulfat sedang
adalah 8% dan untuk semen tahan sulfat adalah maksimum 5%. Semen ini tahan
terhadap sulfat, namun berarti tidak tahan terhadap asam sulfat. Yang dimaksud sulfat
disini adalah garam sulfat yang larut, misalnya air laut, rawa, dan sebagainya, dimana

kadar sulfatnya lebih dari 1%. Semen ini termasuk semen portland type II A dan type
V.
3) semen Portland Pozzolanic, semen ini merupakan campuran dari semen biasa (8560 %) dengan bubuk halus trass atau pozzolan (15-40%), atau benda-benda yang
bersifat pozzolan (seperti abu volkanis, abu bahan bakar, tanah liat bakar, atau fly
ash). Penggunaan adalah pada bangunan yang mendapat gangguan garam sulfat atau
panas rendah. Bila bahan yang dicampurkan terak dapur tinggi, disebut semen
portland terak dapur tinggi.
4) semen Portland panas rendah (Low Heat Cement), Semen jenis ini memiliki kadar
C3S maksimum 35% dan kadar C3A maksimum 7 %. Semen ini memiliki derajat
pengersan yang lambat dan panas yang dihasilkannya lebih rendah dibandingkan
dengan semen lain. Penggunaannya terutama terbatas pada turap penahan tanah
gravitasi, bendungan besar, dan konstruksi beton pejal di mana suhu massa beton
naik. Semen ini dalam standar ASTM termasuk semen portland type IV.
5) masonry Cement ,Semen jenis ini adalah semen portland yang dicampur dengan
bubuk batu atau batuan kapur sampai 50 %. Penggunaan semen jenis ini adalah
untuk aduk pasangan.
6) Semen Portland putih, Semen ini adalah semen portland dimana bahan-bahan
dasarnya mengandung senyawa besi yang rendah. Kadar Fe203 pada semen ini
dibatasi maksimum 0,5%, karena senyawa besi tersebut menimbulkan warna tua pada
semen. Semen ini mempunyai sifat yang biasa dengan semen portland biasa. Proses
pembuatan semen ini memerlukan ketelitian tinggi dan bahan dasarnya mahal oleh
karena itu, harga semen putih lenih mahal daripada semen biasa, kira-kira satu sampai
empat kali smen portland biasa.
Segi Penggunaan

Ditinjau dari penggunaanya, menurut ASTM (American Society for Testing and
Material) semen portland dapat dibedakan menjadi lima.
1) Jenis I
Semen portland penggunaan umum (normal portland cement), yaitu jenis semen
portland untuk penggunaan dalam konstruksi beton yang tidak memerlukan sifat-sifat
khusus. Misalnya untuk pembuatan trotoar, pasangan bata, dan sebagainya. Semen ini

merupakan semen yang paling banyak digunakan yaitu 80-90% dari produksi semen
portland.
2) Jenis II
Semen pengeras pada panas sedang. Semen ini memiliki panas hidrasi lebih rendah
dan keluarnya panas lebih lambat daripada semen jenis I. Semen jenis ini biasanya
digunakan pada bangunan-bangunan yang berhubungan dengan rawa,
pelabuhan,jembatan besar, bendungan, bangunan-bangunan lepas pantai, saluransaluran air buangan dan sebagainya. Jenis ini juga dapat digunakan untuk bangunanbangunan drainase di tempat yang memiliki konsentrasi sulfat agak tinggi.
3) Jenis III
Semen portland dengan kekuatan awal tinggi (high-early strength-portland-cement).
Semen jenis ini memperoleh kekuatan besar dalam waktu singkat, sehingga dapat
digunakan untuk pembuatan beton pracetak, perbaikan bangunan-bangunan beton
yang perlu segera digunakan atau yang acuannya perlu segera dilepas serta
pembetonan di daerah cuaca dingin(salju).
4) Jenis IV
Semen portland dengan panas hidrasi yang rendah (low heat port land cement) jenis
ini merupakan jenis khusus untuk penggunaan yang memerlukan panas hidarasi
serendah-rendahnya. Untuk mengurangi panas hidrasi yang terjadi (penyebab retak),
maka pada semen jenis ini senyawa C3S dan C3A dikurangi. Selain itu, semen jenis
ini kekuatannya tumbuh lambat. Semen jenis ini biasanya digunakan pada bangunanbangunan sebagai berikut:
- Konstruksi DAM
- Basement
- Pembetonan pada daerah bercuaca panas.
5) Jenis V
Semen portland tahan sulfat (sulfate resisting portland cement). Jenis ini merupakan
jenis khusus yang maksudnya hanya untuk penggunaan pada bangunan-banguan yang
kena sulfat, seperti di tanah atau air yang kadar I alkalinya tinggi. Pengerasan berjalan
lebih lambat daripada semen biasa.

Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut :


a) Proses basah : semua bahan baku yang ada dicampur dengan air, dihancurkan dan

diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan bakar minyak, bakar (bunker
crude oil). Proses ini jarang digunakan karena masalah keterbatasan energi BBM.
b) Proses kering : menggunakan teknik penggilingan dan blending kemudian dibakar
dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu :
c) proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal.
d) proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan campuran yang
homogen.
e) proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker : bahan setengah
jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen).
f) proses pendinginan terak.
g) proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan cement
mill.
Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena pembakaran
dengan suhu mencapai 900 derajat Celcius sehingga menghasilkan : residu (sisa) yang
tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut, besi dan alumunium oksida, oksida besi,
kalsium, magnesium, alkali, fosfor, dan kapur bebas.

2. Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran mortar (aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang
telah mengalami pengecilan ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan dan
aberasi yang berlangsung lama. Atau agregat dapat juga diperoleh dengan memecah
batuan induk yang lebih besar.
Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi
alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm.
Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
pemecahan batu, memiliki ukuran butir antara 5-40 mm. Besar butir maksimum yang
diizinkan tergantung pada maksud pemakaian.

Pada teknologi beton, agregat terdiri dari banyak klasifikasi, yaitu;


Ditinjau dari asalnya

a. Agregat alam
Pada umumnya agregat alam menggunakan bahan baku alam atau hasil
penghancurannya. Jenis batu alam yang baik untuk agregat adalah batuan beku. Jenis
batu endapan atau metamorph juga dapat dipakai meskipun kualitasnya masih perlu
dipilih. Batuan yang abaik untuk agregat adalah butiran-butiran yang keras kompak,
tidak pipih , kekal (volume tidak mudah berubah karena perubahan cuaca), serta tidak
terpengaruh keadaan sekelilingnya.
Agregat alam dapat dibedakan atas tiga kelompok.
1. kerikil dan pasir alam agregat jenis ini merupakan hasil penghancuran oleh a;lam
dari batuan induknya. Seringkali agregat ini terdapat jauh dari asalnya karena terbawa
arus air atau angin, dan mengendap di suatu tempat. Pada umumnya pasir dan kerikil
yang terbawa arus air berbentuk bulat, sehingga dianggap baik untuk agregat aduk
atau beton. Umumnya pula jenis agregat ini bentuknya berubah-ubah dan tidak
homogen sehingga dalam penggunaannya untuk beton diperlukan perhatian khusus.
Karena perubahan susunan butir agregat sangat berpengaruh terhadap sifat beton yang
dibuat agregat tersebut.
2. Agregat batu pecah,Jenis batu yang baik untuka agregat ini adalah batuan beku
yang kompak. Di dalam pemakaiannya, batu pecah membutuhkan air lebih banyak
karena luas bidang permukaannya relatif lebih luas. Dengan demikian untuk
mendapatkan kelecakan aduk tertentu dan faktor air semen sama, beton dengan
agregat batu pecah akan menggunakan semen sedikit lebih banyak daripada beton
dengan menggunakan pasir atau kerikil alam. kekuatan beton dengan batu pecah
biasanya juga lebih tinggi , karena daya lekat perekat pada permukaan batu pecah
lebih baik daripada butiran yang halus. Macam-macam batu yang cocok digunakan
untuk agregat beton yaitu:
a) Batu kapur adalah hasil sedimentasi yang komposisi utamanya adalah kalsium
karbonat. Semakin keras dan padat jenis batu kapur ini semakin cocok untuk
pembuatan beton.
b) Batu api. Meliputi granit, basalt, dolerit, gabbros dan porphyries. Granit adalah
keras ulet dan padat sehingga merupakan agregat yang baik untuk beton. Basalt
merupakan batu api yang menyerupai granit, tetapi struktur butirnya lebih halus
karena pendinginan yang cepat pada proses pembentukannya. Dolerit mempunyai

struktur butir kristal yang halus dan mengandung felspar banyak. Beberapa dolerit
bilamana digunakan untuk beton dapat menyebabkan retak-retak dan menggangggu
penggunaannya. Diketahi bahwa batu ini mengembang dan menyusut sesuai dengan
kelembaban.
c) Sandstone. Sandstone bervariasi mulai dari yang paling keras dengan komposisi
butiran yang berdekatan , sampai yang lebih lunak dengan butiran yang lebih lepas,
seperti batu tulis yang berpasir, dimana adanya tanah liat menyebabkannya menjadi
lunak, gampang pecah dan daya serapnya tinggi.
d) Batu tulis biasanya agregat yang tidak baik , lunak, lemah, dan berlapis dan daya
serapnya tinggi. Selain itu bentuknya yang pipih menyebabkan partikel-partikel ini
sulit dipadatkan di dalam beton.
e) Batuan metamorforsa, bervariasi dalam karakternya. Marmer dan quartzites
biasanya pejal, padat, serta cukup ulet dan kuat.
3. agregat batu apung ,merupakan agregat alamiah yang ringan dan umum digunakan.
Penggunaan batu apung harus bebas dari debu volkanik halus dan bahan-bahan yang
bukan volkanik, misalnya lempung. Batu ini memiliki sifat isolasi panas yang baik.
b. Agregat buatan
Agregat buatan adalah suatu agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan khusus,
atau karena kekurangan agregat batuan-batuan alam. Berikut adalah contoh agregat
buatan:
1) klinker dan breeze
pada umumnya klinker dianggap sebagai bahan yang dibakar sempurna, massanya
mengeras dan berinti, serta terisi bahan yang sedikit terbakar. Adapun breeze
merupakan bahan residu yang kurang keras dan kurang baik pembakarannya,
sehingga mengandung lebih banyak bahan yang mudah terbakar. Kuantitas bahan
yang mudah terbakar akan mempengaruhi rambatan kelembapan. Makin banyak
bahan yang mudah terbakar semakin besar pula terjadinya rambatan
kelembapan.Sumber utama jenis agregat ini adalah stasiun pembangkit tenaga dimana
ketel uap dipanasi dengan bahan bakar padat. Agregat jenis ini banyak dipergunakan
untuk memproduksi blok dan pelat untuk partisi/penyekat dalam dan tembok interior
lainnya.
2) agregat yang berasal dari bahan-bahan yang mengembang

tanah liat dan batu tulis yang terjadi secara alamiah dapat dipergunakan unytuk
membuat bahan berpori yang ringan, dengan permukaan yang berbentuk sel-sel
dengan pemanasan sampai suhu sekitar 1000 0C 2000 0C.
3) cooke breeze
cooke breeze adalah hasil tambahan dari sisa bakaran bahan bakar batu arang yang
kurang sempurna pembakarannya, biasanya terdapat pada dapur-dapur rumah tangga
di negara-negara Eropa dan Amerika. Cooke breeze mengandung banyak sekali arang,
kadang mencapai 75 %. Kandungan arang yang banyak tadi akan menghambat
pengerasan semen sehingga dalam pemakaiannya perlu mendapat perhatian.
4) Hydite
Agregat jenis ini dibuat dari tanah liat (shale) yang dibakar dalam dapur berputar.
Tanah liat kering atau yang bergumpal gumpal atau pecahan shale dibakar
mendadak dalam dapur berputar pada suhu tinggi. Dengan demikian bahan akan
membengkak. Hasilnya merupakan bongkahan-bongkahan tanah yang mengembang
serta hampir leleh, kemudian dihancurkan dan diayak hingga mencapai susunan butir
yang diperlukan.
5) Lelite
lelite dibuat dari batu metamorpora atau shale yang mengandung senyawa-senyawa
karbon. Bahan dasarnya dipecah kecil-kecil, kemudian dilakukan pembakaran dalam
dapur vertikal pada suhu yang tinggi ( 1550oC). Pada suhu ini butiran-butiran akan
mengembang dan terkumpul di bawah (dasar) dapur berupa lempeng-lempeng yang
berlubang seperti rumah lebah. Dari lempeng-lempeng ini dibuat bahan tambah
dengan memecah dan mengayaknya untuk mendapatkan butiran-butiran dengan
ukuran tertentu. Lempeng itu sendiri dapat dipergunakan untuk unsur bangunan guna
menghambat suara dan panas.
Ditinjau dari berat jenisnya

Ditinjau dari berat jenisnya, agregat dibedakan menjadi tiga macam.


1. Agregat Ringan
Agregat ini adalah agregat yang memiliki berat jenis kurang dari 2,0, dan biasanya
digunakan untuk beton non struktural. Agregat ini juga dapat digunakan untuk beton
struktural atau blok dinding tembok. Kelebihan agregat ini adalah memiliki berat yang
rendah , sehingga strukturnya ringan dan fondasinya dapat lebih kecil. Agregat ini
dapat diperoleh secara alami maupun buatan. Beberapa contoh agregat ringan :

agregat batu apaung, rocklite, lelite, dan sebagainya.


2. Agregat Normal
Agregat normal adalah agregat yang memiliki berat jenis antara 2,5 sampai 2,7.
agregat ini berasal dari batuan granit, basalt, kuarsa, dan sebagainya. Beton yang
dihasilkan memiki berat jenis sekitar 2,3 dengan kuat tekan antara 15 Mpa sampai 40
Mpa. Betonnya dinamakan beton normal
3. Agregat Berat
Agregat ini memilik berat jenis lebih dari 2,8. contoh agregat berat , misalnya
magnetik (Fe2O4), barytes (BaSO4), dan serbuk besi. Beton yang dihasilkan juga
memiliki berat jenis tinggi (sampai 5,0), yang efektif sebagai pelindung sinar radiasi
sinar X.
Ditinjau dari Bentuknya

Ditinjau dari bentuknya, agregat dapat dibedakan atas agregat bulat, bersudut, pipih,
dan memanjang.
A. Bulat
Agregat jenis ini biasanya berasal dari sungai atau pantai dan mempunyai rongga
udara minimum 33%. Agregat ini hanya memerlukan sedikit pasta semen untuk
menghasilkan adukan beton yang baik. Agregat jenis ini tidak cocok untuk beton
mutu tinggi maupun perkerasan jalan raya. Agregat berbentuk bulat sebagian
mempunyai rongga udara yang lebih besar daripada agregat bulat, yaitu berkisar 3538%. Dengan demikian agregat jenis ini membutuhkan pasta semen lebih banyak
untuk mendapatkan beton segar yang baik (dapat dikerjakan).
B. Bersudut
Bentuk ini tidak beraturan, memiliki sudut-sudut yang tajam dan permukaannya kasar.
Termasuk jenis ini adalah semua jenis batu pecah hasil pemecahan dengan mesin.
Agregat ini memiliki rongga yang lebih besar, yaitu antara 38% sampai 40%. Ikatan
antar butirnya baik sehingga membentuk daya lekat yang baik. Agregat jenis ini baik
untuk membuat beton mutu tinggi maupun lapis perkerasan jalan.
C. Pipih
Agregat jenis ini adalah agregat yang memiliki perbandingan ukuran terlebar dan
tertebal pada butiran itu lebuh dari 3. Agregat ini berasal dari batu-batuan yang
berlapis.
D. Memanjang (Lonjong)

Butiran agregat dikatakan memanjang jika perbandingan ukuran yang terpanjang dan
terlebar lebih dari 3.
Ditinjau dari tekstur permukaan

1) Agregat dengan permukaan seperti gelas, mengkilat. Contoh: flint hitam, obsidian.
2) Agregat dengan permukaan kasar. Umumnya berupa pecahan batuan, permukaan
tampak kasar tampak jelas bentuk kristalnya. Contoh jenis ini: basalt, felsite, batu
kapur, dan sebagainya.
3) Agregat denga permuakaan licin. Biasa ditemukan pada batuan yang butiranbutirannya sangat halus. Contoh: kerikil sungai, chart, batu lapis, dan sebagainya.
4) Agregat dengan permukaan berbutir. Pecahan dari batuan ini menunjukan adanya
butir-butir bulat yang merata. Misalnya batuan pasir, colite.
5) Agregat berpori dan berongga.
3. Air dan Bahan Campuran
Beton menjadi keras karena reaksi antara semen dan air. Oleh karena itu, air yang
dipakai untuk mencampur kadang-kadang mengubah sifat semen. Air yang digunakan
adalah air yang bersih, tidak mengandung minyak, lumpur dan bahan-bahan kimia
yang dapat merusak kekuatan beton. Untuk itu diperlukan pemeriksaan terlebih
dahulu apakah air itu cocok untuk dipakai sebagai campuran beton atau tidak. Cara
berikut ini dipergunakan untuk pemeriksaan tersebut: Waktu set semen dan kekuatan
tekan diukur untuk mortar yang dicampur dengan air bersih dan yang dicampur air
yang diuji, hasil pengukurannya dibandingkan. Sedangkan air laut hanya dapat
dipakai untuk beton yang tidak mempergunakan baja tulangan karena mengandung
garam yang dapat menyebabkan baja berkarat.
Bahan campuran ditambahkan dengan maksud agar dapat memperbaiki sifat beton
yang lemah dan mengeras. Bahan campuran dibagi menjadi dua kelompok: yang
pertama ialah bahwa volume yang ditambahkan harus diperhitungkan pada
pengadukan beton dan yang ditambahkan tidak perlu diperhitungkan. Yang pertama
disebut bahan campuran dan yang kedua disebut zat campuran.
Ada beberapa macam bahan campuran. Contoh khas adalah bahan yang memiliki
sifat hidrolik tersembunyi seperti pozolan, abu terbang, slag tanur tinggi, dan berbagai
bahan penambah.
Ada beberapa jenis zat campuran yang digolongkan menurut fungsinya yaitu zat

pembawa dan zat untuk pendispersi (zat penghilang air). Zat pembawa dipakai untuk
memperbaiki kemampuan pengerjaan dengan mencampur sejumlah optimum udara ke
dalam beton. Termasuk ke dalam golongan ini adalah resin vinol. Zat untuk
pendispersi dipergunakan untuk mencegah tersetnya partikel dalam semen. Jika zat ini
dibubuhkan dalam beton, kecairan beton akan bertambah. Garam kondensat tinggi
dari asam sulfonat melamin dan sebagainya temasuk golongan zat pendispersi.

BAB III
KESIMPULAN
Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau
tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Bahan penyusun beton
tersebut pun memiliki banyak banyak klasifikasi yang berdasarkan kegunaan, bentuk, dan
ukuran yang mana telah diuraikan pada bagian pembahasan.
Beton sebagai bahan bangunan juga telah lama dikenal di Indonesia. Disamping mempunyai
kelebihan dalam mendukung tegangan tekan, beton mudah dibentuk sesuai dengan
kebutuhan, dapat digunakan pada berbagai struktur teknik sipil serta mudah di rawat. Dalam
pembuatan beton pun dapat dimanfaatkan bahan-bahan lokal oleh sebab itu beton sangat
populer dipakai.

Anda mungkin juga menyukai