formasi
merupakan
kemampuan
formasi
untuk
PI = (P P ) ............................................................................ (3s
wf
1)
Sedangkan harga q dalam satuan lapangan dapat didekati dengan persamaan
Darcy, untuk aliran radial adalah :
q =
...............................................................
(3-2)
Apabila harga q diatas dimasukkan kedalam persamaan (3-1), maka diperoleh
persamaan PI dalam bentuk lain, yaitu :
PI =
(3-3)
Keterangan :
0.007082 k h
o B o ln (re rw )
.........................................................................
Ps
Pwf
= permeabilitas, mD
= viscositas minyak, cp
Bo
rw
= jari-jari sumur, ft
re
= jari-jari pengurasan, ft
faktor skin = 0
gas, minyak dan air berada dalam satu lapisan dan mengalir
bersama-sama secara radial.
Berdasarkan analisa regresi yang diberikan oleh Pudjo Sukarno, maka persamaan
yang dipergunakan untuk pembuatan kurva IPR aliran tiga fasa adalah :
P
qo
A 0 A 1 wf
q max
Ps
P
A 2 wf
Ps
................................................... (3-
4)
An (n = 0, 1 dan 2) adalah konstanta persamaan yang harganya berbeda untuk
water cut yang berbeda. Hubungan antara konstanta tersebut dengan water cut
ditentukan pula secara analisa regresi dan diperoleh persamaan :
An = C0 + C1 (water cut) + C2 (water cut)2 ......................................... (3-5)
Harga Cn (n = 0,1 dan 2) untuk masing-masing harga An dapat dilihat pada
Tabel III-1.
Tabel III-1
Konstanta Cn Untuk Setiap Harga An
An
C0
C1
C2
A0
A1
A2
0,970321
-0,414360
-0,564870
-0,115661 x 10-1
0,392799 x 10-2
0,762080 x 10-2
0,179050 x 10-4
0,237075 x 10-5
-0,202079 x 10-4
WC
P1 Exp P2
WC @ Pwf ~ Pr
Pwf
Pr
..............................................
(3-6)
harga P1 dan P2 pada persamaan (3-6) tergantung dari harga water cut-nya, dan
dari hasil analisa regresi di peroleh :
P1 = 1,606207 0,130447 ln (WC) .................................................. (3-7)
P2 = -0.517792 + 0,110604 ln (WC) ................................................. (3-8)
Sedangkan harga water cut dalam rumus tersebut dinyatakan dalam persen (%).
Tekanan Reservoir
: sedang
Parafin
: buruk
scale
: baik
korosi
: baik
Emulsi
: baik
1.
Gear Reducer
Berfungsi mengubah kecepatan putaran tinggi menjadi rendah sesuai SPM
dengan menggunakan V-belt, yang dipasang pada enggine shave prime mover
dan unit shave gear reducer. Biasanya perbandingan putaran prime mover
dengan kecepatan stroke pompa diambil 30 : 1, ini berarti bila kecepatan
prime mover sebersar 600 rpm maka stroke pompa kecepatannya 20 spm
.
Gambar 3.1
Peralatan Pompa Angguk di Atas Permukaan1)
2.
Crank
Merupakan sepasang tangkai yang menghubungkan crank shaft pada gear
reducer dengan counter balamce. Pada crank terdapat lubang tempat
kedudukan pitman bearing untuk mengatur besar kecilnya langkah
pemompaan yang apabila digeser ke posisi lubang terbesar maka langkah
pemompaan menjadi besar, demikian sebaliknya.
3.
Crank shaft
Merupakan poros dari crank, gerak putar yang telah diperlambat oleh gear
reducer akan menggerakkan crank shaft
4.
Counter weight
sepasang pemberat yang berfungsi sebagai penyimpan tenaga pada waktu
down stroke dan memberikan tenaga pada saat up stroke.
5.
Pitman
Sebuah tangkai yang dapat merubah gertak putar crank menjadi gerak naik
turun pada walking beam dengan memakai bearing.
6.
Walking beam
Suatu batang besi profil tempat horse head duduk di sangga oleh sampson
post serta bergerak naik turun dengan bantuan pitman. Gerak ini diteruskan
dengan perantara bridle ke polished rod.
7.
Horse head
Berfungsi agar succer rod string tetap lurus
8.
9.
Carrier bar
Tempat gantungan polished rod dengan bantuan polished rod clamp yang
ditahan briddle.
10.
11.
Polished rod
12.
Sampson post
Tempat dudunya walking beam hingga memungkinkan untuk bergerakdalam
suatu titik secara naik turub
13.
Saddle bearing
Tempat kedudukan dari walking beam pada sampson post bagian atas.
14.
Equalizer
Bagian atas pitman yang bergerak menurut kebutuhan pada saat pemompaan.
15.
Brake
Berfungsi untuk mengerem gerak pompa jika dibutuhkan.
16.
Stuffing box
Mencegah minyak agar tidak keluar bersama naik turunnya polished rod.
Working Barrel
Working barrel merupakan tempat agar plunger dapat bergerak naik turun
sesuai dengan langkah pemompaan dan menampung minyak yang terisap oleh
plunger pada saat bergerak ke atas.
Berdasarkan bentuknya, maka working barrel dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu :
Full Barrel
Full barrel merupakan barrel yang berbentuk penuh sepanjang pompa
Liner Barrel
Liner barrel merupakan barrel yang berbentuk potongan-potongan dengan
panjang setiap potong adalah 1 ft.
Gambar 3.2
Peralatan Pompa Angguk di Bawah Permukaan1)
2.
Plunger
Merupakan bagian dari pompa yang terdapat didalam barrel dan dapat
bergerak naik turun yang berfungsi sebagai penghisap minyak dari formasi
masuk ke barrel serta mengangkat minyak ke permukaan.
Tabel III-2.
Data Plunger Pompa3)
3.
Diameter
(inch)
Luas, Ap
(sq.in)
Konstanta Pompa
(bbl/D/in./spm)
1
1 1/6
1
1
1
2
2
2
2
3
4
0,785
0,880
1,227
1,767
2,405
3,142
3,976
4,909
5,940
11,045
17,721
0,117
0,132
0,182
0,262
0,357
0,466
0,590
0,728
0,881
1,640
2,630
Valve
Ada dua macam valve yang bekerja pada pompa yaitu : standing valve dan
traveling valve.
Standing valve
Merupakan komponen katup yang terdapat pada bagian bawah dari
working barrel yang berfungsi untuk mengalirkan minyak dari formasi
masuk ke working barrel dan hal ini terjadi pada saat plunger bergerak ke
atas (standing valve membuka). Disamping itu untuk menahan minyak
agar tidak dapat keluar dari working barrel pada saat plunger bergerak ke
bawah (standing valve menutup).
Traveling valve
Merupakan bola dan tempat kedudukannya terletak pada bagian bawah
dari plunger dan ikut bergerak ke atas dan ke bawah menurut gerakan
plunger. Fungsi dari traveling valve ini untuk :
B.
Tubing
Merupakan pipa yang berfungsi untuk mengalirkan fluida dari dasar
Tabel III-3
Data Ukuran Tubing3)
Tubing Size
Outside
Diameter
(Inch)
Inside
Diameter
(inch)
Metal Area
(in2)
Elastic
constant,
in. per lb ft
1.900
2 3/8
2 7/8
3
4
4
1.900
2.375
2.875
3.500
4.000
4.500
1.610
1.995
2.441
2.992
3.476
3.958
0.800
1.304
1.812
2.590
3.077
3.601
0.500 x 10-6
0.307 x 10-6
0.221 x 10-6
0.154 x 10-6
0.130 x 10-6
0.111 x 10-6
Sucker rod
Berfungsi sebagai penghubung antara plunger dengan peralatan penggerak
(horse head). Untuk menghubungkan dua buah sucker rod digantikan sucker
rod coupling dengan panjang satu single rod string berkisar 25 dan 30 ft.
Kombinasi dari beberapa ukuran rod string disebut Tappered rod string, yang
ditunjukkan pada Tabel III-4. Pada saat pompa bekerja, maka yang menerima
beban secara langsung adalah sucker rod, sehingga kegagalan pada sucker rod
dapat berakibat fatal. Untuk mengatasi hal ini, maka sucker rod string dibuat
dengan bahan utama dari besi ditambah dengan bahan-bahan lain untuk
mempertinggi kekuatan, kekerasan dan ketahanan terhadap korosi, dan panas.
Tabel III-5 menunjukkan lima macam ukuran rod string, luas serta berat
persatuan panjang.
Tabel III-4.
Kombinasi Rangkaian Rod String3)
- 7/8
R1 = 0,786 0,0566 Ap
R2 = 0,214 + 0,0566 Ap
7/8 1
R1 = 0,814 0,0375 Ap
R2 = 0,186 + 0,0375 Ap
5/8 - 7/8
R1 = 0,627 0,1393 Ap
R2 = 0,199 + 0,0737 Ap
R3 = 0,175 0,0655 Ap
- 7/8 1
R1 = 0,644 0,0894 Ap
R2 = 0,181 + 0,0478 Ap
R3 = 0,155 0,0146 Ap
- 7/8 1 1 1/8
R1 = 0,582 0,1110 Ap
R2 = 0,158 + 0,0421 Ap
R3 = 0,137 0,0366 Ap
R4 = 0,123 + 0,0325 Ap
Tabel III-5.
Data Sucker Rod3)
b. Pony Rod
Ukuran
(inch)
Luas
(inch2)
Berat
(lb/ft)
5/8
7/8
1
1 1/8
0,307
0,447
0,601
0,785
0,994
1,16
1,63
2,16
2,88
2,64
Pony rod merupakan rod yang lebih pendek dari panjang rod pada umumnya.
Berfungsi untuk melengkapi panjang dari sucker rod apabila tidak mencapai
panjang yang diinginkan. Ukurannya adalah 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 ft.
c. Polished Rod
Merupakan tangkai yang menghubungkan sucker rod string dengan carrier
bar (wire line hanger pada horse head) yang naik turun dalam stuffing box.
Diameter stuffing box lebih besar dari pada diameter sucker rod, yaitu 11/8 in,
1 in, 1 in, 1 in. Sedangkan panjang polished rod adalah 8, 11, 16, 22 ft.
D.
Gas anchor
Berfungsi untuk memisahkan gas dengan minyak sebelum diisap oleh
pompa karena bila gas masuk ke dalam pompa akan menyebabkan turunnya
efisiensi pompa. Hal ini sering disebut dengan gas locking yaitu gas di dalam
pompa akan berbentuk seperti gumpalan sehingga mengurangi volume
pemompaan.
E.
Mud anchor
Berfungsi sebagai penampung partikel berat lainnya seperti lumpur atau
pasir yang terikut bersama fluida. Dengan perbedaan berat jenis diharapkan
sebelum masuk kedalam pompa akan terpisah sehingga hanya fluida yang masuk
dalam pompa dan partikel lain akan jatuh masuk ke mud anchor.
Jenis unit pompa bawah permukaan pada dasarnya terdiri dari dua
golongan besar, yaitu rod pump dan tubing pump. Seperti yang ditunjukkan oleh
gambar (3.3).
a.
Tubing Pump
Pada pompa jenis ini, unit pompa secara keselurhan dimasukkan ke dalam
sumur bersama-sama dengan tubing, yaitu barrel langsung dikaitkan pada
ujung bawah tubing, sedangkan plunger bersama traveling valve dikaitkan di
ujung bawah sucker rod string. Apabila pompa hendak dicabut maka baik rod
maupun tubing harus bersama-sama. Pompa tipe tubing pump dipakai pada
sumur yang dangkal dan produktivitasnya kecil. Untuk suatu tubing dengan
ukuran tertentu dengan volume tubing pump lebih besar dari pada rod pump
maka diameter working barrel pada rod pump lebih kecil dari pada diameter
dalam tubing. Panjang tubing pump berkisar 6, 7, 11 dan 13 feet.
b.
Rod Pump
Rangkaian pompa ini bersama-sama dengan sucker rod string dimasukkan ke
dalam tubing, sehingga apabila terjadi kerusakan dan pompa akan diservis
atau diganti tidak perlu mencabut tubing, tetapi cukup mencabut rod stringnya saja.
Oleh karena itu untuk menghemat waktu dan biaya, jenis pompa semacam ini
banyak dipakai terutama pada sumur-sumur yang dalam. Panjang pompa
umumnya adalah 8, 10, 12, 14, 16 dan 20 feet.
Gambar 3.3.
Tubing Pump dan Rod Pump1)
Gambar 3.4.
Mekanisme Kerja Pompa Angguk1)
Keterangan :
a.
b.
pada standing valve dan traveling valve pada dasar stroke dan prosentase gas
bebas yang terjebak di ruang ini.
c.
d.
diulangi lagi. Proses ini berlangsung berulangkali yang akhirnya cairan terkumpul
di dalam tubing yang akhirnya meluap sampai ke permukaan.
........(3-9)
Faktor percepatan atau faktor bobot mati rod string adalah besarnya
percepatan maksimum gravitasi, yaitu :
=a/g
......(3-10)
Keterangan :
a = percepatan maksimum yang terdapat pada rod string
g = percepatan graviatsi
Dari hasil studi terhadap gerakan yang dtransmisikan dari prime mover ke
rod string menunjukan bahwa rod string hampir merupakan gerka beraturan
sederhana , seperti yanag terlihat pada gambar (3.5) di bawah ini.
Gambar3.5
Gerakan Benturan Sederhana1)
Gerakan benturan ini dapat dinyatakan sebagai proyeksi suatu partikel
yang bergerak melingkar pada garis tengah lingkaran tersebut. Apabiala hal ini
dihubungkan dengan sistem peregerakan rod string, maka :
-
Waktu untuk satu kali putaran dari pertikel sama dengan waktu satu kali siklus
pemompaan.
Percepatan maksimum dari sistem rod string terjadi pada awal up stoke
dan pada awal down sroke, yaitu pada saat titik proyeksi mempunyai jarak yang
melingkar yaitu :
A = Vp2 / re
......(3.11)
Keterangan :
Vp = kecepatan partikel
Re = jari-jari lingkaran
Apabila waktu untuk satu kali perputaran re maka :
Vp = ( 2 re ) /
..........(3-12)
................(3-13)
..........(3-14)
Keterangan :
N = kecepatan pemompaan
Re = dapat dihubungkan dengan polished rod stroke length (s), yaitu :
Re = S / 2
Dengan demikian Persamaan (3.14) menjadi :
= ( 2 2 S N2 ) / g
..........(3-15)
2 2 SN 2 in/min 1ft
1min
2
32,2
12in
ft/sec
3600 sec 2
S N2
70500
........(3-16)
E.Ar
144
E
................
..(3-17)
Persamaan (3-17) digunakan untuk untappered rod string sedangkan untuk
tappered rod string dilakukan pendekatan dengan persamaan berikut :
ep
32,8.L2 .
E
...............(3-
18)
Keterangan :
Ep = Plunger overtravel, in.
L = panjang rod, ft.
= faktor percepatan.
Sedangkan perpanjangan rod (er) dan perpanjangan tubing (et), adalah sebagai
berikut :
et
5,20.G.D.Ap.L
E.At
(3-19)
......
er
5,20.G.D.Ap.L
E.Ar
.....
.(3-20)
Keterangan :
et = perpanjangan tubing, in.
er = perpanjangan rod, in.
G = specfic gravity fluida.
D = working fluid level, ft.
L = kedalaaman letak pompa, ft.
Ap = Luas permukaan dinding plunger, sq-in.
At = luas penampang dinding tubing,sq-in.
Ar = luas penampang rod, sq-in.
E = modulius elastisitas = 30x 106
Bila dipasang anchor pada tubing, maka L / At dapat diabaikan.
Dengan demikian efective plunger stroke adalah merupakan polished rod
stroke dikurangi dengan rod dan tubing strecth ditambah dengan plunger
overtravel atau :
Sp = S + ep ( et + er )
..........(3-21)
Untuk besaran-besaran Ar, At dan Ap dapat dilihat pada tabel III-2, III-3, III-4 dan
III-5.
diangkat.
Beban fluida yang hanya terjadi pada saat up stroke yang diderita oleh
polished rod adalah dinyatakan dengan :
Wf = 62,4.G{(L.Ap / 144) (Wr / 490)}
Wf = 0,433.G(L.Ap 0,294.Wr)
..........(3-22)
..........(3-23)
M1
M2
Mn
L1
L2
Ln
Untuk menghitung beban polished rod maksimum yang terjadi pada saat
up stoke, Mill dinyatakan dalam bentuk persamaan, yaitu :
Wmax = Wf + Wr (1 + )
..........(3-25)
..........(3-26)
Ap
(inchi)2
Sp
(inchi/stroke)
(stroke/menit)x
..(30-27)
Harga 0,1484 x Ap merupakan suatu konstanta (K) untuk suatu diameter tertentu
dari ukuran plunger, maka Persamaan (3-27) menjadi :
V = K Sp N
..............(3-28)
.................(3-29)
Keterangan :
q
Atau :
Ev =
q
x100%
v
................(3-
30)
Efesiensi volumetris pompa merupakan faktor yang penting dalam
perencanaan pompa. Harga efesiensi volumetris berubah-ubah tergantung pada :
a. Fluida yang diproduksikan.
b. Jenis pompa yang digunakan.
c. Kedalaman pompa.
d. Kondisi peralatan di permukaan.
e. Pengaruh gas.
Tabel III-6
Efisiensi Pompa Angguk Pada Bermacam Kondisi Sumur3)
Efisiensi
Volumetris (%)
Kondisi Sumur
60 70
70 85
1. Sumur normal
2 Aras Cairan dangkal dan pompa dipasang dangkal
85 - 100
Viskositas
Apabila cairan mempunyai viskositas kecil, maka akan lebih mudah
menyebabkan kebocoran malalui ruang antara plunger dan barrel sehingga
efesiensi pompa akan menurun. Jika viskositas cairan tinggi, lebih besar dari
400 cp maka kemungkinan pengisian cairan didalam pompa hanya sebagian
saja, dengan demikian akan mengurangi efesiensi pompa. Disamping itu
viskositas yang tinggi sering membawa partikel-partikel pasir kedalam pompa
sehingga plunger cepat aus.
Temperatur
Makin tinggi temperatur, maka viskositas dan spesific grafity makin rendah
dan spesific gravity ini akan mempengaruhi hasil pemompaan. Temperatur
juga akan mempengaruhi terhadap pembebasan gas dan panas
yang
Kondisi Operasi
Penempatan kedalaman yang baik yaitu pada kedalaman optimum, akan
menyebabkan membuka menutupnya valve waktu pemompaan dapat berjalan
dengan baik. Disamping itu, kecepatan pemompaan yang terlalu tinggi akan
menyebabkan kerja valve kurang baik sehingga barrel pompa tidak terisi
penuh dengan cairan. Hal ini jelas mengakibatkan menurunnya efesiensi
pompa. Akibat lian karena kecepatan pompa terlalu tinggi, dapat menimbulkan
resonansi pada sucker rod yang cukup besar. Keadaan demikian dapat
menyebabkan sucker rod cepat putus. Untuk menghindarinya serta
237000
nL
..................(3-31)
Keterangan :
N
Gas Pound
Gas pound sebagai akibat adanya gas yang mengisi sebagian working barrel.
Pada saat down stoke, travelling valve terlambat membuka karena adanya
sejumlah gas diruang kerja pompa yang terbawa cairan. Karena adanya gas
ini, maka pada saat plunger bergerkak turun travelling valve menutup
dikarenakan gas dalam ruang kerja pompa terkompresi terlebih dahulu,
kemudian setelah tekanan didalam ruang kerja pompa cukup kuat baru
travelling valve terbuka untuk memasukkan cairan kedalam ruang plunger
pompa. Adanya gas pound ini mengakibatkan berkurangnya pengisian cairan
ke dalam ruang kerja pompa, sehingga menurunkan efessiensi pompa.
Gas Lock
Gas lock adalah keadaan barrel pompa terisi oleh gas. Hal ini disebabkan
karena keterlambatan valve untuk membuka sebagainmana biasanya. Pada saat
down stoke gas dimampatkan dan pada saat up stoke terjadi pengembangan
gas. Gas inilah yang menyebabkan hilangnya efesiensi pompa .Pada
permulaan dari down stoke, travelling valve tidak membuka sampai plunger
mengkompresi gas pada pompa dengan tekanan yang sama dengan head dari
hidrostatik fluida dalam tubing. Hal ini yang terjadi adalah standing valve
yang tidak membuka pada saat permulaan up stoke dan baru terbuka bila
tekanan dasar sumur melebihi tekanan barrel dalam pompa.
..........(3-32)
torsi
sangat
erat
hubunganya
dengan
perencanaan
counterbalance. Pumping unit yang bekerja harus sesuai dengan puntiran yang
diijinkan pada gear reducer, yaitu dalam setiap pumping unit telah diberikan
maksimum puntiran yang diijinkan oleh pabrik pembuatnya. Besarnya torsi yang
dijinkan adalah :
T = W (S / 2) sin C (S / 2) sin
T = (W C) (S / 2) sin
..............................................................(3-33)
...(3-35)
Operasi pompa sucker rod membutuhkan dua tenaga, yaitu tenaga untuk
menggerakan fluida dengan laju aliran sebesar q barrel per hari, dengan specific
grafity G, dari kedalaman L feet, dan tenaga untuk mengatasi gesekan. Besarnya
tenaga untuk menggerakan fluida dinyatakan dalam persamaan umum :
Hh = 7,36 x 10-6 q G LN,
(hp)
..........(3-36)
Keterangan :
LN = net lift, yaitu perbedaan tekanan yang menyebabkan adanya aliran
fluida dari pompa kepermukaan dinyatakan dalam feet dari fluida
yang diproduksi.
LN = L (L D) + Pt / 0,433 G)
LN = D + (2,31 Pt / G)
......................(3-37)
(hp)
......(3-38)
Jadi total polished rod horse power adalah merupakan penjumlahan hydraulic &
fricition horse power dengan safety factor 1,5 atau secara matematis :
Hb = 1,5 (Hh + Hf)
......(3-39)
Sedangkan jenis fluida yang diproduksikan bisa minyak dengan air, minyak
dengan gas atau ketiga-tiganya.
Perlu memperhatikan fluida produksi dalam hal ini adalah pada penentuan
berat kolom fluida yang dipompakan. Berat fluida ini tergantung pada specific
gravity G, dari fluida yang bersangkutan. Untuk fluida produksi minyak dan air,
maka G dianggap sama dengan pada kondisi standart, yaitu :
G = KA .Gw + (1 KA)G0
........(3-40)
Keterangan :
G
KA = kadar air, %.
Gw
Go
Jika ada gas yang diproduksikan, kita tidak dapat menggunakan persamaan
diatas guna menghitung harga G. Harga G bervariasai mulai dari dasar sumur
sampai ke kepala sumur. Suatu pendekatan dalam menghitung G ini dilakukan
pada kondisi bubble point :
G
................(3-
41)
Keterangan :
GLR = gas liquid ratio, SCF/STB.
g
= densitas gas.
Bob
Untuk aliran tiga fasa, yaitu gas, minyak dan air, mka dalam
pengembangan kelakuan aliran tiga fasa dari formasi ke lubang sumur dapat
menggunakan analisis regresi dari Metode Pudjo Sukarno seperti yang
telahdijelaskan sebelumnya. Produser pembuatan kurva IPR untuk aliran tiga fasa
dari Metode Pudjo Sukarno adalah sebagai berikut :
a. Mempersiapkan data sumur (Pwf),psi.
-
b. Menghitung WC @ Pwf
Persamaan (3-4).
f. Menghitung qw untuk berbagai harga Pwf, dengan menentukan WC terlebih
dahulu untuk berbagai harga Pwf tersebut dengan Persamaan (3-6). Harga qw
(bpd) untuk berbagai harga Pwf dihitung dengan persamaan :
WC
x q0
100 WC
qw
..................................(3-42)
1
T
Wr.S.N 2
Wf
(0,9
0,5063SF)
Wr
SF
Atr
P
Ap
4
70500 Ap
..........(3-43)
N
.v
0,8.K
..............................................................(3-
44)
maka Persamaan (3-58) berubah menjadi :
P=a+b .v
...................(3-45)
Keterangan :
a
1
T
Ap
4
..........(3-46)
Wr.S.N 2
1 0,5625 (1 0,5625.SF) c
p
56400.K.Ap
.........(3-47)
S.N 2
v
..........(3-48)
(0,8.K) 2 .S
Wr
1 0,5625.SF (1 0,5625.SF) c
p
45120 . K 2 . Ap. S
..(3-50)
Berdasarkan Persamaan (3-45) dan (3-49) kita dapat membuat kurva pump
intake. Pada kedua persamaan ini harga a adalah konstan , sdengkan harga b dan c
bervariasi yang masing-masing tergantung pada harga N dan S. Setiap harga N
akan menghasilkan satu harga b, begitu pula pada harga S akan menghasilkan
harga c yang konstan.
Kurva pump intake ini didapatkan dengan mengasumsikan satu harga S
atau N, kemudian diikuti dengan asumsi beberapa harga q untuk mendapatkan
harga P, sehingga didapatkan pasangan data (q,P). Pasangan data ini diplot pada
kurva IPR, dan didapatkan kurva pump intake untuk satu harga S atau harga N.
Antara kurva pump intake dengan kurva IPR akan saling berpotongan.
Dengan mengambil harga laju produksi tempat perpotongan ini akan didapatkan
kembali pasangan titik (S,q) dan (n,q). Pasangan titik ini kemudian diplot pada
kertas grafik sehingga didapatkan grafik hubungan S vs q dan N vs q.
Laju produksi maksimum yang masih memenuhi atau tekanan minimum
yang masih memenuhi dapat ditentukan dari tegangan maksimum yang diijinkan
pada rod.
max
PPRL
a
Atr
..........(3-51)
atau
PPRL a .Atr
..........(3-52)
Keterangan :
PPRL = Wf + 0,9.Wr + Wr + 1.Wr P.Ap
S.N 2
1
1 c p
70500
......(3-53)
...............
(3-54)
Tanda positif pada persamaan di atas berlaku untuk pompa Conventional
Unit, sedangkan tanda negatif untuk Air Balance dan Mark II. Besaran c/p adalah
crank-pitman ratio.
Sedangkan berat kolom fluida (Wf) yang mengisi tubing secara penuh jika
tanpa rod string, adalah :
Wf
62,4.G.L.Ap
0,433.G.L.Ap
144
(3-
55)
Pada saat plunger mulai bergerak ke atas, travelling valve tertutup
sedangkan standing valve terbuka. Pada saat ini berat fluida ditopang oleh rod
string, sedangkan percepatan yang dialami plunger mencapai harga makimal saat
beban pada rod string, yang dituliskan :
2
S.N 2
1 c p
70500
.(3-56)
................
....................... (3-57)
PPRL
Atr
.................(3-58)
MPRL
Atr
................(3-59)
..................(3-60)
Dimana T adalah tensile strength minimum dari rod yang tergantung pada
API Grade rod. Untuk API grade C, harga T adalah 90000 psi, sedangkan API
grade D harga T adalah 115000 psi. SF merupakan service factor yang tergantung
pada tipe rod dan kondisi opersai pompa, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel III-7
Service
Non Corrosive
Service Factors1)
API C
1,00
API D
1,00
Salt Water
0,65
0,90
Hidrogen Sulfid
0,50
0,70
Harga tegangan minimum dan tegagnan maksimum pada rod tidak boleh
malampaui harga tegangan maksimum yang diijinkan ( a ). Harga ini tergantung
pada beban rod ,untuk baja harga a adalah 30000 40000 .
Dengan mensubstitusikan Persamaan (3-54) ke dalam Persamaan (3-%2)
maka didapat hubungan :
S.N 2
70500
SF a Atr 0,5625.SF. Wr
0,5625..SF.Wr(1 c/p) 4
..........(3-61)
Harga S.N2 Minimum pada persamaan di atas kemudian diasmsikan
kedalam persamaan (3-34) untuk mendapatkan tekanan minimum yang masih
memenuhi. Berdasarkan tekanan ini kita dapat menentukan late produksi
maksimum berdasarkan kurva IPR.
Prosedur Perhitungan Optimasi Pompa Angguk adalah :
Untuk
melakukan
optimasi
pompa
angguk,
maka
diperlukan
Mencari besarnya harga Ap, Ar, At, K, dan M, dari Tabel III-2, III3, III-4, dan III-5.
2.
L = D
PIP Pc
0,433 x G
.........................................................................
(3-
62)
3.
4.
5.
SF A tr
4
a =
1
Ap
b =
Wr N
1 0,5625 SF (1 0,5625 SF) c
p
56400 K A p
................... (3-
63)
.......... (3-
64)
c =
Wr
56400 K 2 A p S
65)
6.
7.
8.
11. Menentukan Peak Polished Road Load (PPRL) dan Minimum Polished Rod
Load (MPRL) :
PPRL = Wf + (0,9 + 1) Wr P Ap ............................................. (3-68)
MPRL = (0,9 + 2) Wr ................................................................... (3-69)
Keterangan :
S N2
1 c
=
p
70500
................................................ (3-70)
PPRL
A tr
.............................................................................. (3-
Smin
MPRL
A tr
............................................................................. (3-
71)
72)
13. Memeriksa apakah desain sudah cukup aman untuk menahan stress
maksimum yang terjadi (SA Smax)
T
0,5625 . S min
4
SA =
. SF ........................................................ (3
73)
Harga SA harus lebih besar atau sama dengan S min, apabila harga SA Smin
maka optimasi dapat dilanjutkan.
14. Menentukan Counter Balance Effect Ideal (Ci) :
Ci =
PPRL MPRL
2
................................................................... (3-
74)
15. Menentukan Torsi Maksimum :
Tp
PPRL
0,95 C i
S
2
........................................................... (3-
75)
16. Menentukan Efisiensi volumetris hasil optimasi :
LN = L 0,433 x G
......................................................... (3-
76)
Beban percepatan () :
=
S. N 2
70500
......................................................................... (3-
77)
Keterangan :
ep =
40,8 x L2 x
(untuk untappered rod string)
E
............
(3-79)
ep
32,8 x L2 x
=
(untuk tappered rod string)
E
............ (3-80)
et =
5,20 x G x D x Ap
E x At
.................................................... (3-
er =
5,20 x G x D x Ap
E x Ar
.................................................... (3-
81)
82)
Pump displacement :
V = K x Sp x N
............................................................... (3-83)
Efisiensi volumetris :
Ev =
q
x 100 %
v
.............................................................. (3-84)
........................................... (3-85)
.......................................... (3-86)
....................................................... (3-87)