Anda di halaman 1dari 17

2.10.

1 Perencanaan jaringan tersier


Perencanaan jaringan tersier dapat dibagi atas 2 bagian, yaitu:
1. Perencanaan non-teknis
1)

Memberikan pengertian kepada penduduk bahwa jaringan irigasi yang


direncanakan akan bermanfaat bagi penduduk setempat.
2. Melibatkan penduduk untuk ikut serta membuat jaringan tersebut,
sehingga penduduk mempunyai rasa memiliki.
3. Memberikan pengertian tentang pengelolaan petak tersier.
2. Perencanaan teknis
1. Berdasarkan data, tanaman apa saja yang akan ditanam pada sebagian
petak tersier, sehingga dapat diperkirakan luasnya.
2. Tiap-tiap petak harus direncanakan dengan petak yang jelas. Sangat
dianjurkan adanya penggunaan batas-batas yang sudah ada misalnya
jalan, bukit, lembah, sungai dan sebagainya.
3. Luas petak sedemikian sehingga memudahkan dalam pengelolaan. Luas
petak diambil kira-kira sebagai berikut:
Daerah datar

: 200 300 Ha

Daerah agak miring

: 100 200 Ha

Daerah berbukit

: 50 100 Ha

4. Bentuk petak diusahakan bujur sangkar atau mendekati dengan


perbandingan antara lebar dan panjangnya berkisar antara 1:1,5.
5. Letak petak diusahakan sedekat mungkin dengan saluran pembawa.
6. Setiap bidang dari satu petak harus dapat menggunakan air dan
membuang kelebihan air secara baik. Untuk itu maka bangunan bagi
ditempatkan pada daerah yang lebih tinggi dan saluran drainase
ditempatkan pada bagian yang rendah.
Secara umum, perencanaan saluran irigasi dimaksudkan untuk membuat
suatu pola pertumbuhan tanaman yang diinginkan. Pola pertumbuhan tanaman
tersebut diharapkan dapat memberikan hasil panen yang optimal. Menurut R.
Ganda Koesoema, secara garis besar tujuan dan mamfaat irigasi adalah sebagai
berikut :

a.

Membasahi tanah, yaitu membantu membasahi tanah


pada daerah yang curah hujannya kurang atau tidak membantu agar
tanah tetap berada dalam kondisi normal.

2. Meninggikan tanah (kolmatase), yaitu mengalirkan air yang berlumpur


sehingga endapan lumpur dapat mempertinggi tanah yang rendah serta
genangan yang terjadi dapat digunakan untuk pertanian.
3. Mengatur suhu (temperatur) tanah, agar selalu sesuai dengan tanaman
tertentu yang tidak tahan terhadap suhu yang terlalu mencolok. Dengan
demikian dapat juga dikatakan sebagai stabilisator tanah.
4. Menghindarkan tanaman dari gangguan, yaitu menghilangkan zat zat
yang ada dalam tanah yang dapat mengganggu kehidupan tanaman.
5. Merabuk, yaitu mengalirkan air untuk tanaman yang mengandung
lumpur.
6. Mengencerkan dan membersihkan air kotor. Air kotor pada lahan yang
mengandung lumpur dan kotoran lainnya dapat dibersihkan dengan cara
diencerkan sehingga air tersebut tidak membahayakan tanaman dan
manusia.
7. Mengatur dan meninggikan muka air tanah.
2.11.3 Perencanaan jaringan utama
Perencanaan jaringan utama terdiri dari:
1)

Menentukan letak bangunan utama


Menentukan letak bangunan sadap sebaiknya direncanakan pada
bagian sungai yang lurus, pada tanah yang kuat.

2. Merencanakan saluran primer


Saluran primer dibuat mengikuti arah garis trase dan dimulai dari
bangunan penyadap. Hal ini dimaksudkan agar tinggi hilang kecil,
sehingga

tidak

diperlukan

bangunan

pemecah

energi,

juga

dimaksudkan agar saluran dapat mengairi daerah seluas mungkin.


2.

Merencanakan saluran sekunder


Saluran sekunder hendaknya direncanakan sebagai saluran punggung
dan dibuat tegak lurus arah trase. Hal ini dimaksudkan agar saluran
sekunder dapat mengairi daerah yang ada di kanan dan kirinya.

4. Perencanaan bangunan pelengkap


Bangunan pelengkap yang direncanakan sesuai dengan kondisi
lapangan yang ada dan kebutuhan dalam usaha memenuhi penyediaan
air di tingkat persawahan.
2.11.4. Tahap-tahap pelaksanaan perencanaan
Tahap-tahap pelaksanaan perencanaan yaitu:
1. Merencanakan tata letak dan pemberian nama saluran dan petak.
Adapun cara pemberian nama adalah sebagai berikut:
a. Bendung diberi nama sesuai dengan nama desa terpenting yang dekat
dengan tempat pengambilan airnya.
b.

Saluran induk diberi nama sesuai dengan nama desa yang


mendapat layanan air irigasi dari saluran induk tersebut.

c.

Saluran sekunder diberi nama sesuai dengan nama desa yang


mendapat layanan air irigasi dari saluan tersebut.

d.

Bangunan bagi/sadap di sebelah hulunya ditambah indeks 1, 2, 3,


dan seterusnya.

e.

Bangunan persilangan seperti gorong-gorong, talang, bangunan


terjun dan sebagainya diberi nama sesuai dengan nama ruas saluran di
mana bangunan itu terletak dan ditambah dengan indeks a, b, c, dan
seterusnya.

f.

Petak tersier diberi nama sesuai dengan nama bangunan sadap di


tempat air tersebut diambil dan diberi kode kanan, kiri atau tengah.

2. Menghitung luas tiap petak tersier.


Menghitung luas petak tersier dimaksudkan untuk kemudian dapat
dihitung kebutuhan air untuk setiap petak tersier, sehingga dapat
ditentukan dimensi saluran tersier.
3. Menghitung kebutuhan air di petak sekunder.
4. Menghitung debit andalan sungai.
Mendimensi saluran.

BAB 3
DATA DAN PERHITUNGAN

3.1 Data hidrologi


1. Koordinat Stasiun Hidrologi

: 00 LU dan 1210 BT

2. Elevasi Lokasi

: 25 m

3. Data Curah Hujan

: Tahun 2002 s.d. tahun 2011

4. Masa Penyiapan Lahan

: 30 Hari

5. Pola Tanam :

Padi-Padi-Bedo-palawija

6. Tinggi Pengukuran (x)

: 2m

3.2 Data Klimatologi


Data klimatologi yang digunakan meliputi temperatur, penyinaran matahari,
kelembaban udara dan kecepatan angin serta data curah hujan bulanan selama 10
tahun pengamatan. Dimana data ini adalah data kelengkapan dalam menentukan
pola tanam pada sawah.

Temperatur ( t )
Data temperatur udara rata-rata bulanan didapatkan dari badan pusat
statistik Propinsi Gorontalo yang mana bersumber dari BMKG Bandara Jalaluddin
Gorontalo, berikut adalah data temperatur nya :

Tabel 3.1 Temperatur Udara Rata-Rata Tiap Bulan selama 10 tahun

Data Temperatur Bulanan ( tC ) Tahun 2002 - 2011


NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

TAHUN
JAN
FEB
2002
25
21
2003
28
24,5
2004
23,3
25,6
2005
21
24
2006
24,4
21,3
2007
29,5
26,5
2008
26,4
25,7
2009
26,7
26
2010
25,2
23,3
2011
23,2
29
RATA2
26,6
26,5
Sumber : Badan Pusat Statistik Gorontalo
Data Temperatur (toC) Rata - Rata
TAHUN
JAN
FEB
MAR
RATA2
26,6
26,5
26,3

MAR
24
21,3
26,5
25,7
26
28
23,3
21
24,4
29,5

APR
27,2
25,8
25
23,3
21
24,4
29,5
26,4
19
21

MEI
21,4
29,8
26,6
26,6
24,8
27
26,7
26,6
24,8
29,1

JUN
24,5
25,6
24
21,3
26,5
25,7
26
24,5
25,6
24

JUL
25
23,3
21
24,4
29,5
25
23,3
21
24,4
29,5

AGUST
23,3
21
24,4
29,5
26,4
23,3
21
24,4
29,5
26,4

SEP
23
27,8
23
24
6,2
29,7
22
19
21
22,5

OKT
24,5
25,6
24
21,3
26,5
25,7
26
24,5
25,6
24

NOP
24,8
27
26,7
26,6
24,8
24,8
27
26,7
26,6
24,8

DES
24
21,3
26,5
25,7
26
24,5
25,6
24
24
21,3

26,3

26,3

27,6

26

27

27,4

27,5

27,4

26,7

27,1

APR

MEI

JUN

JUL

AGUST

SEP

OKT

NOP

DES

27

27,4

27,5

27,4

26,7

27,1

26,3
27,4
26
Sumber : Analisis Pehitungan Temperatur (tC) Rata - Rata

PenyinaranMatahari (n/N)
Data penyinaran matahari rata-rata bulanan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Penyinaran Matahari Rata-Rata Bulanan

Data Penyinaran Matahari Bulanan (n/N %) Tahun 2002 - 2011


NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

TAHUN
JAN
FEB
MAR
2002
43,6
38,8
47,8
2003
32.2
36.5
36.5
2004
28.6
24.5
45.6
2005
41.1
35.9
47.3
2006
48.3
32.1
43
2007
36.5
36
42
2008
45
25,5
31.2
2009
47,6
40.6
36.9
2010
26.3
41.2
35
2011
35.3
37.8
38.5
RATA2
47,5
48,3
45,8
Sumber : Badan Pusat Statistik Gorontalo

APR
55,7
45.6
41.3
32.1
39
32.5
48
26.5
29.3
36.1
56,7

MEI
58,8
32.5
45.2
41.3
39.5
36.2
33.2
56
31.2
35.9
52,5

JUN
56
48.9
45.2
41.3
40.6
38.9
36.5
26.4
45,8
39.1
53,0

Data Temperatur (toC) Rata - Rata


TAHUN
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
RATA2
47,5
48,3
45,8
56,7
52,5
53,0
Sumber : Analisis Pehitungan Temperatur (tC) Rata - Rata

JUL
65,7
58,5
78,8
75,5
73,7
78,3
65,5
67,8
65,6
67,5
73,1

JUL
73,1

AGUST
72,4
65,5
67,9
70,8
65,5
67,9
76,8
67,5
70,5
75,5
75,0

AGUST
75,0

SEP
65,5
56,4
56,7
45,6
53,7
58,7
55,7
56,2
56,7
59,3
59,8

SEP
59,8

OKT
58,4
56,7
65,5
65,7
45,8
58,5
67,8
58,8
57,7
65,8
66,5

NOP
58,9
59,5
58,5
68,9
60,6
55,4
61,4
58,4
62,8
60,7
62,7

DES
45,6
53,5
47,8
56,8
37,8
48,9
56,9
46,4
56,7
48,5
52,0

OKT
66,5

NOP
62,7

DES
52,0

KelembabanUdara (RH)
Tabel 3.3 Kelembaban Udara Rata-Rata Bulanan

Data Kelembaban Udara Relatif ( RH ) Maximum Bulanan ( % ) Tahun 2002 - 2011


NO
1
2

TAHUN

JAN

FEB

MAR

APR

MEI

JUN

JUL

AGUST

SEP

OKT

NOP

DES

2002
2003

80
81

82
81

88
81

88
84

85
86

83
89

78
77

78
77

82
85

75
82

82
79

87
83

3
4
5
6
7
8
9
10

2004
93
85
86
2005
85
88
90
2006
79
79
79
2007
83
83
83
2008
79
82
87
2009
89
81
82
2010
85
83
83
2011
87
99
98
RATA2
84,4
85,4
86,1
Sumber : Badan Pusat Satistik Gorontalo

92
93
96
94
90
89
81
97
81,9

82
85
87
90
87
75
78
89
83,6

87
86
82
85
87
90
94
79
81,1

75
87
90
76
70
84
84
75
79,8

75
87
89
76
70
87
85
78
75,0

87
90
94
75
82
85
87
90
77,3

85
87
75
82
85
87
75
82
80,8

87
75
82
80
78
87
81
82
80,7

TAHUN
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGUST
SEP
84,4
85,4
86,1
81,9
83,6
81,1
79,8
75,0
77,3
RATA2
Sumber : Analisis Pehitungan Kelembaban Udara Relatif ( RH ) ( % ) Rata - Rata

OKT

NOP

DES

80,8

80,7

83,9

82
82
87
80
82
82
87
75
83,9

Data kelembaban ( RH ) ( % ) Rata - Rata

KecepatanAngin (U)
Data Kecepatan angin rata-rata bulanan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4 KecepatanAngin Rata-Rata Bulanan

Data Kecepatan Angin Bulanan ( U ) ( Km/Jam ) Tahun 2002 - 2011


NO
1

TAHUN
2002

JAN
6,48

FEB
3,45

MAR
3,59

APR
1,5

MEI
3,59

JUN
3,59

JUL
3,59

AGUST
3,59

SEP
3,59

OKT
3,59

NOP
0,47

DES
3,59

2003

3,59

6,55

6,55

0,65

6,55

6,55

6,55

6,55

3,59

6,55

0,4

6,55

2004

6,55

2,67

2,67

2,6

2,67

2,67

2,67

2,67

6,55

3,59

0,45

2,67

2005

2,67

4,65

4,65

0,4

4,65

4,45

4,65

4,65

3,59

6,55

2,9

3,4

2006

4,65

7,5

7,5

0,35

7,5

7,5

7,5

7,5

6,55

2,67

1,8

3,2

2007

7,5

3,60

3,58

0,65

3,58

3,58

3,58

3,58

3,59

4,65

3,8

6,3

2008

3,58

2,5

2,5

1,5

2,5

2,5

2,5

2,5

6,55

3,59

0,37

4,5

2009

2,5

3,8

3,8

1,4

3,8

3,8

3,8

3,8

2,67

6,55

0,45

3,5

2010

3,8

3,59

0,6

3,59

3,45

3,59

3,59

4,65

2,67

1,73

3,0

10

2011

4,85

6,55

1,6

0,8

6,55

6,55

6,55

6,55

7,5

4,65

0,63

2,7

3,85

3,70

3,70

1,85

3,70

3,70

5,56

7,41

5,56

3,70

1,85

3,70

RATA2

Sumber : Badan Pusat Statistik Gorontalo

Data kelembaban ( RH ) ( % ) Rata - Rata


TAHUN
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGUST
3,85 3,70
3,70
1,85
3,70
3,70
5,56
7,41
RATA2
Sumber : Analisis Pehitungan Kecepatan Angin Bulanan ( U ) ( Km/Jam ) Rata - Rata

SEP

OKT

NOP

DES

5,56

3,70

1,85

3,70

Data Curah Hujan Selama 10 tahun


Perhitungan curah hujan efektif diambil dari harga curah hujan bulanan dari stasiun pencatat hujan.Data yang digunakan
adalah data hujan selama 10 tahun pengamatan yaitu dari tahun 2002 hingga 2011.
Adapun data curah hujan bulanan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5 Data curah hujan bulanan selama 10 tahun pengamatan

Data Jumlah Curah Hujan Bulanan (Mm) Tahun 2002 - 2011


No.

TAHUN

1
2

2002
2003

JAN
283
74

FEB
129
167

MAR
122
425

APR
16
147

MEI
125
245

BULAN
JUN
JUL
95
0
0
65

AGT
0
0

SEPT
0
101

OKT
112
54

NOV
42
88

DES
246
276

3
4
5
6
7
8
9
10

2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011

47
166
354
239
328
147
150
264

166
467
285
93
55
108
134
296

180
623
53
104
446
75
22
356

Sumber : Badan Pusat Statistik Gorontalo

132
273
111
141
356
138
382
312

118
768
113
27
45
133
389
156

70
135
90
333
201
68
383
108

12
34
0
99
121
42
350
57

0
25
0
0
47
66
169
0

0
5
0
0
102
0
357
24

100
0
27
70
198
160
174
527

72
266
180
226
171
406
181
150

0
96
225
168
101
33
213
182

3.3 Peta topogarfi


Adapun Gambar peta topografi dapat dilihat pada lampiran.
3.4 Kebutuhan Air Untuk Irigasi
Rumus Penmann dalam bentuknya yang dimodifikasi yang menunjukkan
evapotranspirasi potensial adalah seperti berikut:
Eto

= C(W. Rn + (1 W). f(U). (ea-ed) ...................................

(3.1)
Keterangan :
ea

= Tekanan uap jenuh (mbar), lihat tabel lampiran

= Temperatur berdasarkan data dari stasiun pengamatan

ed

= Tekanan uap nyata, dimana:


ed = RH. ea

RH

............................................................

(3.2)

= Kelembaban udara relatif berdasarkan data dari stasiun


pengamatan

f(U)

= Fungsi angin, dimana:


f(U) = 0,27 x (1 + U2 /100)..........................................

U2

(3.3)

= Kecepatan angin pada tinggi pengukuran 2 m, dimana:

1 W = Faktor pembobot
W

= Lihat tabel lampiran

Rn

= Rns Rnl

Rns

= Radiasi gelombang pendek netto (mm / hari), dimana:

................................................................

Rns = (1 r) x Rs ..................................................
Rs

(3.4)
(3.5)

= Radiasi sinar matahari (mm / hari), dimana:


Rs = (0,25 + 0,50 n/N) Ra .................................................
(3.6)

Ra

= Radiasi ekstra tereksterial / nilai angot (lihat lampiran)

n/N

= Perbandingan penyinaran matahari dalam 1 hari yang dinyatakan


dalam persen

= Koefisien pemantulan / koefisien albedo

Rnl

= Radiasi gelombang panjang netto (mm / hari), dimana:

Rnl

= f(T) x f(ed) x f(n/N)

f(T)

= Fungsi temperatur, dimana:


f(T) = .T4

................................................. (3.7)

.........................................................................................................

(3.8)

= (t+2730K)

= (117,4 x 10-9) gcal/cm2/hari ...........................................

(3.10)

= (117,4 x 10-9)/ 59 mm/hari .............................................

(3.11)

f(ed)

...........................................................

(3.9)

= Fungsi tekanan uap nyata, dimana:


f(ed) = 0,34 0,044 ed0,5

...............................

(3.12)

f(n/N) = Fungsi perbandingan penyinaran matahari dalam 1 hari


f(n/N)= 0,1+0,9 (n/N) ...................................... .....
c

(3.13)

= Koefisien bulanan untuk rumus Penman (lihat tabel lampiran)

Tabel 3.6 Koefisien Pemantulan (Koefisien Albedo)


Sifat Permukaan
Air Terbuka

R
0,06

Batu

0,12 0,15

Rumput

0,08 0,09

Tanaman Hijau
0,20
Sumber: CD Soemarto, Hidrologi Teknik, 1995

Tabel 3.7 Harga W sesuai Temperatur dan Ketinggian

Temperatur 0 C
W, pada
Ketinggian (m)
0
500
1000
2000
3000
4000

16

18

20

22

24

26

28

30

32

34

36

38

40

0,64

0,66

0,68

0,71

0,73

0,75

0,77

0,78

0,80

0,82

0,83

0,84

0,85

0,65

0,67

0,70

0,72

0,74

0,76

0,78

0,79

0,81

0,82

0,84

0,85

0,85

0,66

0,69

0,71

0,73

0,75

0,77

0,79

0,80

0,82

0,83

0,85

0,86

0,87

0,69

0,71

0,73

0,75

0,77

0,79

0,81

0,82

0,84

0,85

0,86

0,87

0,88

0,71

0,73

0,75

0,77

0,79

0,81

0,82

0,84

0,85

0,86

0,88

0,88

0,89

0,73

0,76

0,78

0,79

0,81

0,83

0,84

0,85

0,86

0,88

0,89

0,90

0,90

Sumber: Diktat Kuliah Irigasi, Sujarwadi

Tabel 3.8 Tabel ea dalam m bar sebagai fungsi temperatur udara rata-rata ( 0C )

Sumber: Diktat Kuliah Irigasi, Sujarwadi

Tabel 3.9 Harga dari F(U)= 0,27x(1 + U2 /100) pada tinggi 2 meter dinyatakan
dalam km/hari.

Sumber: Diktat Kuliah Irigasi, Sujarwadi

Tabel 3.10 Faktor penyesuaian (c) untuk persamaan Penmann dengan modifikasi

Sumber: Diktat Kuliah Irigasi, Sujarwadi

Tabel 3.11 Harga Ra dalam Evaporasi Ekivalen (mm/hari) untuk Belahan Bumi
Selatan.
Angka Angot (Ra) (mm/hari) (Untuk Daerah Indonesia, antara 50 LU sampai 100 LS)
Bulan
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember

5
13.0
14.0
15.0
15.1
15.3
15.0
15.1
15.3
15.1
15.7
14.8

Desember

14.6

Lintang Utara
4
2
14.3
14.7
15.0
15.3
15.5
15.6
15.5
15.3
14.9
14.6
14.4
14.2
14.6
14.3
15.1
14.9
15.3
15.3
15.1
15.3
14.5
14.8
14.1

14.4

Sumber: Diktat Kuliah Irigasi, Sujarwadi

0
15.0
15.5
15.7
15.3
14.4
13.9
14.1
14.8
15.3
15.4
15.1

2
15.3
15.7
15.7
15.1
14.1
13.5
13.7
14.5
15.2
15.5
15.3

Lintang Selatan
4
6
15.5
15.8
15.8
16.0
15.6
15.6
14.9
14.7
13.8
13.4
13.2
12.8
13.4
13.1
14.3
14.0
15.1
15.0
15.6
15.7
15.5
15.8

8
16.1
16.1
15.5
14.4
13.1
12.4
12.7
13.7
14.9
15.8
16.0

10
16.1
16.0
15.3
14.0
12.6
12.6
11.8
12.2
13.3
14.6
15.6

14.8

15.1

15.4

16.0

16.0

15.7

3.5 Penggunaan konsumtif


Penggunaankonsumtifadalahjumlah air yang digunakanolehtanamanuntuk
proses evapotranspirasi. Penggunaan air yang dikonsumsi oleh tanaman
tergantung pada data iklim dan efisiensi tanaman. Adapun penggunaan konsumtif
dapat dihitung dengan persamaan :
Etc = Kc . Eto..........................................................................................

(3.14)

dengan :
Etc = Penggunaan konsumtif (mm/hari)
Kc = Koefisien tanaman
Eto = Evapotranspirasi potensial (mm)
Besarnya koefisien tanaman padi dan palawija menurut Prosida dan FAO
dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.12 Koefisien Tanaman (Kc)


Padi

Periode
Tengah
Bulanan
1

Nedeco / Prosida
Varietas
Varietas Biasa
Unggul
1.20
1.20

FAO
Varietas Biasa

Kedelai
Varietas

1.10

Unggul
1.10

0.50

1.20

1.27

1.10

1.10

0.75

1.30

1.33

1.10

1.05

1.00

1.40

1.30

1.10

1.05

1.00

1.35

1.30

1.10

0.95

0.82

1.24

0.00

1.05

0.00

0.45

1.12

8
0.00
Sumber : Dirjen Pengairan, Bina Program PSA 010, 1985

0.95
0.00

3.6 Hujan efektif


Yang dimaksuddengancurahhujanefektifadalahcurahhujan yang jatuh di
daerahirigasi yang langsung dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air

bagi pertumbuhan tanaman.Curah hujan efektif yang diperlukan untuk analisa


rencana air bulanan yang dihitung berdasarkan tetapan 70% dari curah hujan
tengah bulanan yang terlampaui yang sesuai dengan jenis budidaya tanaman yang
dilakukan yaitu:
1. Untuk tanaman padi

: Re = 1/15 x (70% x R80) .........................

2. Untuk tanaman palawija: Re = 1/15 x (70% x R50) ........................

(3.15)
(3.16)

Adapun penetapan nilai curah hujan R80 dan R50 adalah sebagai berikut :
R80

= Curah hujan dengan frekuensi terpenuhi 80%

R80

= n / 5+1 dari urutan terkecil susunan data curah hujan bulanan

R50

= n / 2+1 dari urutan terkecil susunan data curah hujan bulanan

= periode / lamanya pengamatan

3.6.1 Kebutuhan air untuk pengolahan lahan


Kebutuhan air irigasi dalam jangka waktu penyiapan lahan dihitung
dengan rumus V. D. Goor Ziljstra berikut:
IR=

M . ek
k
e 1

......................................................................................

(3.17)
Dengan :
IR

= Kebutuhan air di tingkat persawahan (mm / hari)

=Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan


perkolasi (mm / hari), dimana:

M = Eo + P ................................. (3.18)

Eo

= Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1Eto (mm / hari)

= Perkolasi

= M. T / S .........................................................................................(3.19)

= Jangka waktu penyiapan lahan

= Air yang dibutuhkan untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air

= Eksponensial

1.6.2

Kebutuhan air di sawah

Kebutuhan air di sawah untuk tanaman padi dihitung dengan rumus:

NFR

= Etc + P Re + WLR ......................................................(3.20)

dengan :
NFR

= Kebutuhan air di sawah (mm / hari)

Etc

= Penggunaan konsumtif (mm / hari)

= Perkolasi (mm / hari)

Re

= Curah hujan efektif (mm/hari)

WLR = Penggantian lapisan air (mm/hari)


Sedangkan kebutuhan air di sawah untuk tanaman palawija :
NFR

= Etc Re .........................................................................( 3.21 )

3.7 Debit yang dibutuhkan


Dari hasil perhitungan kebutuhan air setiap bulannya maka dapat
diperoleh debit yang dibutuhkan pada setiap pola tanam:
Q=

A x NFR
......................................................................................
Eff

(3.22)
dengan:
Q

= Debit yang dibutuhkan (m3 / dt)

= Luas daerah yang dialiri (ha)

NFR

= Kebutuhan air tanaman di sawah (lt / dt / ha)

Eff

= Efisiensi irigasi

3.8 Debit Saluran


Untuk menghitung debit salurandigunakanrumus:
a.

Saluran primer
Q=

b.

A x NFR
Eff primer x Eff sekunder x Eff tersier ..................................... (3.23)
Saluransekunder

Q=

A x NFR
Eff sekunder x Eff tersier .......................................................... (3.24)

c.

Salurantersier
Q=

A x NFR
Eff primer ............................................................................... (3.25)

Dengan :

Q = Debit saluran (m3 / dt)


A = Luas daerah yang dialiri (ha)
NFR

= Kebutuhan air tanaman di sawah (lt / dt / ha)

Eff = Efisiensiirigasi

3.9 DimensiSaluran
Dimensi saluran dapat dihitung dengan menggunakan rumus Manning berikut.
V

= (1/ n) x R2/3 x I1/2 .....................................................................

(3.26)

= A x V .............................................................................................

(3.27)

dengan:
V

= Kecepatan aliran (m / dt)

= Koefisien Manning

= Jari-jari hidrolis (m)

= Kemiringan saluran

= Debit saluran (m3 / dt)

Anda mungkin juga menyukai