Anda di halaman 1dari 24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Waktu, Bahan dan Alat Penelitian.

1. Lokasi Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di Samarinda kota yang merupakan

bagian dari kota Samarinda ibukota Propinsi Kalimantan Timur dimana

Samarinda kota merupakan pusat perekonomian dan pemerintahan

dimana mengambil sampel penelitian terbagi menjadi tiga lokasi

dengan memperhatikan : lokasi ruang terbuka hijau (RTH) dan

jaraknya ke jalan utama, banyaknya orang yang menderita gangguan

kesehatan, banyaknya penduduk dalam kelurahan dan yang

melakukan kegiatan di kiri dan kanan jalan, serta kondisi jalan,

banyaknya kendaran yang melakukan pergerakan, dan merupakan

jalan utama (protokol) yaitu :

a. Lokasi 1 (L1) : - Kelurahan Air Hitam, Kecamatan Samarinda Ulu.

- Jalan protokol & lintas propinsi (Jl. Juanda, Jl.

AW. Sayahranie, dan Jl. Kadrie Oning).

b. Lokasi 2 (L2) : - Kelurahan Sidodi, Kecamatan Samarinda Ulu.

- Jalan protokol (Jl. Pembangunan, Jl. Dr. Soetomo

serta Jl. PMI).

71
72

c. Lokasi 3 (L3) : - Kelurahan Sungai Pinang Dalam, Kecamatan

Samarinda Utara.

- Jalan protokol & lintas propinsi (Jl. Lambung

Mangkurat, Jl. Pelita, Jl. Merdeka, Jl. Elang, Jl.

Rajawali, Jl. Kebaktian, dan Jl. Grilya).

2. Waktu Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan selama 8 (delapan) bulan efektif

yaitu mulai bulan September 2008 hingga April 2009, mulai dari

persiapan, studi literatur, pengambilan data (primer dan sekunder),

pengolahan dan analisis data hingga penyelesaian tesis.

3. Bahan dan Alat Penelitian.

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Alat pengumpulan data terdiri atas : kuesioner (lampiran 18), alat

perekam (tape recorder), kamera digital, dan alat tulis menulis.

b. Komputer dan kelengkapannya, digunakan untuk pengolahan data

dan penyusunan laporan.

c. Laporan-laporan, hasil-hasil penelitian dan dokumen lainnya yang

berkaitan dengan penelitian sebagai sumber informasi sekunder

dan masukan.
73

B. Metode Pengumpulan Data.

Metode dalam pengumpulan data terdiri dari teknik pengumpulan

data yang berupa pengumpulan data langsung dan tidak langsung melalui

beberapa langkah yaitu diskusi dan wawancara serta Membuat daftar

kusioner untuk keperluan wawancara secara terstruktur langsung dengan

masyarakat kota samarinda. Jenis dan sumber data yang digunakan

dalam penelitian ini terdiri dari data primer yaitu data atau informasi yang

diperoleh langsung dari sumber data (masyarakat Samarinda kota) dan

data sekunder yaitu data yang diperoleh dengan mengutip dari sumber-

sumber sekunder (hasil-hasil penelitian yang terkait atau relevan dengan

penelitian). Keduanya mencakup baik data utama maupun data

penunjang.

1. Pengumpulan Data Nilai Ekonomi Emisi Kendaraan Bermotor.

Populasi atau responden dalam penelitian valuasi ekonomi

emisi kendaraan bermotor adalah masyarakat samarinda kota yang

sangat rentan gangguan kesehatan sindruma nyeri tenggorokan

(pernapasan nyeri tenggorokan) yang merupakan akibat dari emisi

kendaran bermotor dan tinggal atau melakukan kegiatan atau usaha

disekitar jalan protokol pada lokasi penelitian. Penentuan responden

dengan metode Purposive Sampling yaitu pengambilan contoh secara

sengaja dari populasi yang ada kaitannya dengan tujuan penelitian


74

(Arikunto, 1993). Dalam menentukan perwakilan atau sampling untuk

suatu penelitian, menurut Hadi (1993), tidak ada suatu ketentuan yang

mutlak berapa persen suatu sampel yang diambil dari populasi. Jika

kondisi populasi bersifat seragam (homogen), jumlah sampel tidak

menjadi persoalan. Teknik ini digunakan apabila anggota sampel yang

dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitian.

2. Pengumpulan Data Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Pengambilan sampel ruang terbuka hijau merupakan vegetasi

berkayu dengan mengukur diameter batang dan menghitung jumlah

pohon yang terdapat pada ruang terbuka hijau (RTH) untuk sehingga

diperoleh luasan wilayah menggunakan pendekatan Basal area,

adalah suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang dikuasai oleh

tumbuhan (untuk pohon, basal areal diduga dengan mengukur

diameter batang), volume kayu, volume CO2. Untuk ruang terbuka

hijau dimana terbagi menjadi dua yaitu : ruang terbuka hijau yang

dikelola oleh pemerintah yang terdapat di median jalan, tepi jalan, kiri

jalan dan kanan jalan protokol atau sub jalan sedangkan ruang terbuka

hijau yang dikelola oleh masyarakat adalah pekarangan rumah, jalan

disekitar perumahan dan lahan masyarakat dalam satu kelurahan.


75

C. Metode Analisis Data.

1. Analisis Volume, Konsentrasi dan Valuasi Ekonomi (Biaya


Pencemaran) Emisi Karbon Dioksida (CO2) Kendaraan Bermotor.

a. Analisis Volume Emisi Karbon Dioksida (CO2) Pada Kendaraan


Bermotor.

Emisi Karbon Dioksida (CO2) adalah Beban pencemar dari

kendaraan bermotor (beban pencemar = f {Intensitas kegiatan,

faktor emisi}) berupa volume emisi dapat diperkirakan melalui

metode estimasi untuk pendekatan konsumsi bahan bakar dalam

melakukan aktivitas minimum dalam setahun sebagai berikut :

n
Et = ∑ Volt × FEt , j × 10 −6
t =1

Sumber : Emisi Kementerian Lingkungan Hidup (www.Asdep.go.id). Tahun 2008. (25


Maret 2009).

diturunkan oleh peneliti menjadi :


n
Ekbt = ∑ KBt × Vol t × FEt , j × FEKB × 10 − 6
t =1

Sumber : Hasil Penelitian Peneliti dan Lahjie (2008).

Dimana :

Et = Beban pencemar untuk polutan kendaraan i (ton/tahun).

Ekbt = Beban pencemar untuk polutan kendaraan i (ton/tahun).

KBt = Jumlah kendaraan bermotor (unit/pertahun).


76

Volt = Konsumsi bahan bakar dalam melakukan aktivitas

minimum (liter/tahun).

FEi,l = Besarnya polutan i yang diemisikan dari setiap (liter)

pengunaan bahan (g/liter bahan bakar).

FEKB = Faktor emisi pada mesin penggerak kendaraan

bermotor.

Tabel 3.1. Faktor Besarnya Polutan Emisi Berdasarkan Bahan


Bakar.

Bahan Bakar CO NOX HC TSP SO2 CO2


Bensin (kg/ton) 337 10,3 14,5 2 0,54 3.150
Solar (kg/ton) 43,5 11 26 2,4 19 3.150
Sumber : Emisi Kementerian Lingkungan Hidup (www.Asdep.go.id). Tahun 2008. (25
Maret 2009).

Emisi CO2 perhari (ppm) berdasarkan perunit kendaraan

bermotor atau perjumlah kendaraan bermotor dihitung melalui

pengkonsumsian bahan bakar oleh kendaraan bermotor dalam

melakukan aktivitas minimum.

b. Konsentrasi Emisi Karbon Dioksida (CO2) pada Kendaraan


Bermotor.

Menurut Anonim, 2003 mengatakan bahwa volume

konsentrasi karbon dioksida, yang dinyatakan dalam [% vol], tidak

biasa diperoleh melalui pengukuran langsung, tapi dihitung

berdasarkan konsentrasi oksigen dan CO2max parameter adalah


77

karakteristik CO2 pada bahan bakar, menurut analyser volume

konsentrasi karbon diokasida :

⎛ O
CO2 = CO2 max × ⎜1 − 2 means
[%] ⎞⎟
⎝ 20,95% ⎠

Satu-satunya kekurangan yang nyata dalam penghitungan

karbon dioksida adalah bahwa terdapat sedikit tetapi jelas lintas

sensitivitas dari sensor oksigen untuk karbon dioksida. Efek ini

dapat diberikan kompensasi elektronik, tetapi tergantung pada

pengaturan yang benar CO2max untuk lebih efektif.

c. Analisis Valuasi Ekonomi Emisi CO2 Kendaraan Bermotor


(Biaya Pencemaran).

Dengan adanya pola penyebaran spasial yang meluas dari

emisi CO2 yang berasal dari kendaraan bermotor maka yang

terkena dampak adalah masyarakat yang rentan terhadap emisi

CO2 kendaraan bermotor yang berupa penyakit sindruma nyeri

tenggorokan atau pernapasan nyeri tenggorokan dengan analisis

valuasi ekonomi emisi CO2 kendaraan bermotor berdasarkan

metode biaya pengobatan dengan asumsi-asumsi dan data

berdasarkan biaya-biaya yang dikeluarkan pemerintah

(masyarakat) di puskesmas dan biaya yang dikeluarkan pribadi

(perorangan) di Samarinda kota melalui survei lapangan pada


78

lokasi penelitian dimasukkan kedalam tabel analisis seperti pada

tabel 3.2 berikut ini :

Tabel 3.2. Tabel Analisis Valuasi Ekonomi Emisi CO2 Kendaraan


Bermotor dengan Metode Biaya pengobatan.

Keterangan Asumsi-asumsi
Frekuensi atau Tahun ………. Tahun
Biaya Periksa Dokter Rp ………. (Sekenario terendah)
Biaya Obat Rp ………. (Sekenario terendah)
Dampak emisi (Penyakit) 2003 2004 2005 2006 2007 2008
- Penyakit Lain Pada Saluran
… … … … … …
Pernapasan Atas (orang)
- Sindruma Nyeri Tenggorokan/ Pernap.
… … … … … …
Nyeri Tenggorokan (orang)
Jumlah yang Sakit (Orang)
- Pelajar atau Mahasiswa (40%) … … … … … …
- Pekerja (60%) … … … … … …
Biaya Kehilangan Kesempatan
- Pelajar atau Mahasiswa Rp ……….
- Pekerja Rp ……….
Lama Sakit ………. Hari
Sumber : Warsilan (2007).

Analisis data diolah menjadi valuasi ekonomi dengan

menggunakan metode Cost of illnes methode yang dibagi

berdasarkan valuasi langsung dan valuasi tidak langsung,

sehingga bisa diperoleh biaya pencemaran.

d. Marginal Emisi CO2 Kendaraan Bermotor dan Marginal Valuasi


Ekonomi Emisi CO2 Kendaraan Bermotor (Biaya Pencemaran/
Kerusakan Marginal).

Marginal emisi CO2 kendaraan bermotor berdasarkan

perhitungan antara tahun dengan emisi CO2 kendaraan bermotor

yaitu :
79

Δ Emisi CO2
ME =
ΔQ

Sumber : Lahjie (2008).

Dimana :

ME = Marginal Emission.

Q = Tahun.

Emisi CO2 = Emisi CO2 kendaraan bermotor.

Sedangkan biaya pencemaran marginal atau biaya

kerusakan marginal berdasarkan perhitungan antara biaya

pencemaran dengan emisi CO2 kendaraan bermotor yaitu :

Δ PB( m / p )
MCE( s / p ) =
Δ Emisi CO2

Sumber : Lahjie (2008).

Dimana :

MCE(s/p) = Marginal Emission (social atau private).

BP(m/p) = Biaya pencemaran (masyarakat atau pribadi).

Emisi CO2 = Emisi CO2 kendaraan bermotor.


80

2. Analisis Data dan Valuasi Ekonomi Volume CO2 di dan Ruang


Terbuka Hijau (Pemerintah dan Masyarakat).

a. Analisis Data Volume CO2 di Ruang Terbuka Hijau (Pemerintah


dan Masyarakat).

Menurut Riswandi (2006), Analisis serapan karbon dioksida

berguna untuk mendapatkan informasi mengenai kemampuan

ruang terbuka hijau menyerap karbon dioksida. Analisis serapan

karbon dapat dilakukan melalui dua cara yaitu analisis luasannya

dan analisis berdasarkan pengukuran langsung di lapangan, untuk

nilai serapan CO2 berdasarkan pada tabel 3.3 dibawah ini :

Tabel 3.3. Nilai Serapan Karbon (C) dan Karbon Dioksida (CO2)
Oleh Vegetasi.

Serapan
Tipe Vegtasi
C (ton/ha/tahun) CO2 (ton/ha/tahun)
Hutan (Pohon) 15,9 58,2576
Perkebunan 14,3 52,3952
Semak 0,9 3,2976
Rumput 0,9 3,2976
Sumber : Iverson et. al, 1993 dalam Riswandi, 2006.

Sedangkan dalam penelitian yang dilaksanakan pada ketiga

lokasi penelitian di kota Samarinda melalui pengukuran secara

langsung. Pendekatan perhitungan volume karbon dioksida

dilakukan dengan cara menentukan volume kayu bulat daerah-

daerah yang bervegetasi berdasarkan diameternya. Menurut

Lahjie (2008), pendekatan perhitungan yang diigunakan dalam


81

melakukan analisis volume karbon dioksida ruang terbuka hijau

(RTH) pemerintah dan Masyarakat adalah sebagai berikut :

Keliling
– Menentukan diameter pohon : D=
1
× μ
4

1
– Menentukan Volume batang kayu : Vb = × μ × D2 × h × f
4

1
– Luas Basal Area (kayu bulat) : LBA = D 2 × ×μ
4

Bk
– Volume CO2 pada batang kayu : BCO2 =
2

Dimana :

D = rata- rata diameter batang kayu (cm).

Vb = volume batang kayu (m3).

LBA = luas Basal Area (m2).

μ = 3.14285714285714 ≈ 3.14.

h = rata-rata tinggi batang kayu (m).

f = 0.4 – 0.6.

Rp = asumsi nilai rupiah terhadap 1 US $ = Rp. 11,500.00.

Bk = Vb * Bj * 0.55 .

Bj = rata-rata berat jenis 0.5 (gr).


82

b. Analisis Valuasi Ekonomi (Volume CO2 di dan Ruang Terbuka


Hijau (Biaya Penanggulangan).

Analisis valuasi ekonomi kayu berdasarkan diameter kayu

bulat bebas cabang kemudian dilakukan perhitungan sehingga

diperoleh kubikasi (m3) dengan demikian dapat diperoleh nilai

ekonomi kayu bulat, sedangkan valuasi ekonomi volume CO2

berdasarkan berat CO2 dalam volume kayu bulat kemudian dikali

dengan asumsi harga CO2 sehingga diperoleh nilai ekonomi

volume CO2, dan Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value) yang

merupakan nilai ekonomi ruang terbuka hijau, dimana nilai total

baik dari potensi secara langsung atau tidak langsung serta nilai

manfaat pilihan atau keberadaan. Salah satu teknik untuk menilai

adalah dengan memakai formula yang dikemukakan oleh TURNER

dan ADGER (1995), yaitu dengan menjumlahkan nilai penggunaan

aktual (Use Value) dan bukan-aktual (Non Use Value). Use Value

terdiri dari nilai langsung (Direct Use-value/ DUV) dan tidak

langsung (Inderect Use-value/ IUV). Total Economic Value (TEV)

dapat dihitung sebagai berikut (Perrings et al., 1996) :

TEV = DUV + IUV + OV + EV

Diturunkan oleh peneliti menjadi :

TEV = DUV + IUV

Sumber : Hasil Penelitian.


83

Dimana untuk ruang terbuka hijau pemerintah :

DUV = nilai manfaat yang diperoleh secara langsung volume

CO2.

IUV = nilai manfaat yang diperoleh secara tidak langsung harga

kayu.

Sedangkan untuk ruang terbuka hijau masyarakat :

DUV = nilai manfaat yang diperoleh secara langsung harga

kayu.

IUV = nilai manfaat yang diperoleh secara tidak langsung

volume CO2.

c. Marginal Perhitungan Vegetasi Pohon Ruang Terbuka Hijau


dan Biaya Penanggulangan Marginal.

Marginal perhitungan vegetasi pohon ruang terbuka hijau

berdasarkan perhitungan antara jumlah batang pohon, luas basal

area, volume kayu, dan volume CO2 dalam batang kayu dengan

emisi CO2 kendaraan bermotor yaitu :

Δ JBP Δ LBA
ML = MBA =
Δ Emisi CO2 Δ Emisi CO2

Δ Vb Δ BCO2
MLV = MCV =
Δ Emisi CO2 Δ Emisi CO2

Sumber : Lahjie (2008).


84

Dimana :

ML = marginal of Log

MBA = marginal of Basal Area

MLV = marginal of Log Volume

MCV = marginal of CO2 Volume

JBP = jumlah Batang Pohon

LBA = luas basal area (kayu bulat)

Vb = volume batang kayu

BCO2 = volume CO2 pada batang kayu

Emisi CO2 = emisi CO2 kendaraan bermotor

Sedangkan biaya penanggulangan marginal berdasarkan

perhitungan antara biaya penanggulangan (harga CO2 dalam

batang kayu, harga kayu, dan harga CO2 dalam batang kayu dan

harga kayu) dengan emisi CO2 kendaraan bermotor yaitu :

Δ HVCO2 Δ HK
MCC = MCL =
Δ Emisi CO2 Δ Emisi CO2

Δ HRTH
MCCL =
Δ Emisi CO2

Sumber : Lahjie (2008).


85

Dimana :

MCC = marginal Cost CO2

MCL = marginal Cost Log

MCCL = marginal Cost CO2 and Log

HVCO2 = harga CO2 dalam batang kayu

HK = harga kayu bulat

HRTH = harga CO2 dalam batang kayu dan harga kayu bulat

Emisi CO2 = emisi CO2 kendaraan bermotor

3. Analisis Asimilasi Lingkungan.

Analisis asimilasi lingkungan merupakan selisih antara volume

CO2 dan biaya penanggulangan (valuasi ekonomi volume CO2 dan

valuasi ekonomi ruang terbuka hijau) pemerintah dengan masyarakat

terhadap volume CO2 dan biaya pencemaran (valuasi ekonomi emisi

karbon dioksida kendaraan bermotor) pada setiap lokasi penelitian

ataupun gabungan setiap lokasi dan berdasarkan tahunnya dimana :

- Selisih lebih asimilasi lingkungan adalah kemampuan volume CO2

dan biaya penanggulangan (valuasi ekonomi volume CO2 dan

valuasi ekonomi ruang terbuka hijau) pemerintah dengan

masyarakat lebih dari volume CO2 dan biaya pencemaran (valuasi

ekonomi emisi karbon dioksida kendaraan bermotor).


86

- Selisih kurang) asimilasi lingkungan adalah kemampuan volume

CO2 dan biaya penanggulangan (valuasi ekonomi volume CO2 dan

valuasi ekonomi ruang terbuka hijau) pemerintah dengan

masyarakat kurang dari volume CO2 dan biaya pencemaran

(valuasi ekonomi emisi karbon dioksida kendaraan bermotor).

4. Analisis Tingkat Emisi Yang Efesien.

Analisis tingkat emisi yang efesien diketahui berdasarkan grafik

titik perpotongan marginal antara biaya penanggulangan marginal

dengan biaya pencemaran marginal pada setinggi E* volume emisi

marginal, maka tingkat emisi yang efesien pada emisi terrendah dalam

bentuk memikul beban (pengorbanan) biaya penanggulangan dan

untuk tingkat emisi tertinggi dalam bentuk beban biaya pencemaran.

5. Analisis Standar dan Selisih Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau


(RTH).

Dari rata-rata diamter kayu bulat pada ruang terbuka hijau di

masyarakat dan pemerintah atau merupakan gabungan keduanya

maka luas basal area ruang terbuka hijau dapat diperoleh, sehingga

diketahui ketercukupan vegetasi ruang terbuka hijau yang ada dalam

perannya menyerap karbon dioksida. Informasi ini sangat diperlukan

untuk arahan penanaman vegetasi dengan melakukan perencanaan

pembangunan ruang terbuka hijau. Dan dengan diketahuinya standar

luas ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk dan emisi CO2
87

kendaraan bermotor maka dapat diketahui kekurangan dan kelebihan

ruang terbuka hijau vegetasi berkayu yang ada melalui selisih

diantaranya. Sedangkan standar luas berdasarkan jumlah penduduk

dan emisi CO2 adalah sebagai berikut :

1. Kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk.

Standar ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk

dikemukakan oleh Simonds (1983). Kebutuhan ruang terbuka

hijau dibagi menjadi empat kelas, berdasarkan kriteria yang

dikemukakan oleh Simonds (1983), lokasi penelitian mempunyai

standar kebutuhan ruang terbuka hijau dengan luas 20 meter

persegi per jiwa. Standar luas ruang terbuka hijau berdasarkan

jumlah penduduk disajikan pada Tabel 3.4 berikut ini :

Tabel 3.4. Standar Luas Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan


Jumlah Penduduk.

Jumlah RTH
Hirarki Jumlah KK Penggunaan Ruang
Jiwa (m2/1.000
Wilayah Wilayah Terbuka
Wilayah jiwa)
Lapangan bermain, areal
Ketetanggaan 1.200 4.320 1.200
rekreasi, taman
Lapangan bermain,
lapangan atau taman,
Komunitas 10.000 36.000 20.000
(termasuk ruang terbuka
ketetanggaan)
88

Tabel 3.4. Lanjutan...

Jumlah RTH
Hirarki Jumlah KK Penggunaan Ruang
Jiwa (m2/1.000
Wilayah Wilayah Terbuka
Wilayah jiwa)
Ruang terbuka umum,
taman areal bermain
Kota 100.000 - 40.000
(termasuk ruang terbuka
untuk komuniti)
Ruang terbuka umum,
Wilayah/ taman areal rekreasi,
1.000.000 - 80.000
Region berkemah (termasuk
ruang terbuka kota)
Sumber : Simonds (1983).

2. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Emisi Karbon

Dioksida (CO2). Cahaya matahari dimanfaatkan oleh tumbuhan

dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas

karbon dioksida menjadi karbohidrat dan oksigen. Proses ini

sangat bermanfaat bagi manusia karena dapat menyerap gas yang

bila konsentrasinya meningkat akan mengakibatkan efek rumah

kaca. Jumlah emisi karbon dioksida akan berpengaruh terhadap

jumlah luas ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau diperlukan

untuk menyerap emisi karbon dioksida, sehingga diperlukan

standar luas agar emisi karbon dioksida mampu diserap

seluruhnya oleh tanaman (Riswandi, 2006).

Dimana selisih lebih dan selisih kurang antara luas ruang

terbuka hijau standar dengan luas ruang terbuka hijau vegetasi

berkayu yang ada adalah sebagai berikut :


89

- Selisih lebih adalah luas ruang terbuka hijau vegetasi berkayu yang

ada lebih dari luas ruang terbuka hijau standar (jumlah penduduk

dan emisi CO2 kendaraan bermotor).

- Selisih kurang adalah luas ruang terbuka hijau vegetasi berkayu

yang ada kurang dari luas ruang terbuka hijau standar (jumlah

penduduk dan emisi CO2 kendaraan bermotor).

6. Analisis Kesesuaian Jumlah Kendaraan Bermotor Terhadap Daya


Tampung Volume CO2 di Ruang Terbuka Hijau.

Kesesuaian jumlah kendaraan yang ada terhadap daya

tampung CO2 di ruang terbuka hijau diperoleh berdasarkan analisis

volume emisi CO2 kendaraan bermotor (beban pencemar = f

{Intensitas kegiatan, faktor emisi}) selama setahun melalui pendekatan

konsumsi bahan bakar dalam melakukan aktivitas minimum sebagai

berikut :

n
Et = ∑ Volt × FEt , j × 10− 6
t =1

Sumber : Emisi Kementerian Lingkungan Hidup (www.Asdep.go.id). Tahun 2008. (25


Maret 2009).

Analisis volume emisi CO2 kendaraan bermotor diturunkan oleh

peneliti menjadi :
n
Ekbt = ∑ KBt × Vol t × FEt , j × FEKB × 10 − 6
t =1

Sumber : Hasil Penelitian Peneliti dan Lahjie (2008).


90

Menurut Lahjie (2008) bahwa volume CO2 vegetasi berkayu di

ruang terbuka hijau dengan rumus :

Bk
BCO2 =
2

Maka volume CO2 dalam satuan TON maka emisi CO2

kendaraan bermotor sama dengan volume CO2 vegetasi berkayu di

ruang terbuka hiijau, sehingga selisih volume emisi CO2 dalam

setahun adalah :

[(B ) − (Ekb ) ] = Selisih Volume CO


CO 2 t 2

[(Volume CO 2 Vegetasi Berkayu ) − (Volume Emisi CO 2 Kendaraan ) ] = Selisih Volume CO 2

Sumber : Hasil Penelitian.

Sehingga kesesuaian jumlah kendaraan bermotor yang ada

dengan jumlah kendaraan berdasarkan volume CO2 vegetasi berkayu

ruang terbuka hijau dapat diperoleh melalui penurunan rumus analisis

volume emisi CO2 kendaraan bermotor sebagai berikut :


n
Volume CO2 Vegetasi Berkayu
KBvbt = ∑
t =1 Vol t × FEt , j × FEKB
× 106

n
Selisih Volume CO2
SKBt = ∑
n
× 106 KBt = ∑ Emisi CO2 Kendaraan Bermotor × 10 6
t = 1 Vol t × FEt , j × FEKB t =1 Vol t × FEt , j × FEKB

Sumber : Hasil Penelitian


91

Maka selisih kendaraan bermotor adalah sebagai berikut :

SKBt = [(KBvbt ) − (KBt )]

⎡⎛ n Volume CO Vegetasi Berkayu ⎞ ⎛ n Emisi CO2 Kendaraan Bermotor ⎞⎤


= ⎢⎜ ∑ 2
× 106 ⎟ − ⎜ ∑ × 106 ⎟⎥

⎢⎣⎝ t = 1 Volt × FEt , j × FEKB ⎟ ⎜ Volt × FEt , j × FEKB ⎟⎥
⎠ ⎝t =1 ⎠⎦

Sumber : Hasil Penelitian

Dimana :

KBvbt = jumlah kendaraan berdasarkan volume CO2 vegetasi

berkayu (pertahun).

SKBt = selisih berdasarkan jumlah kendaraan bermotor.

KBt = jumlah kendaraan bermotor.

Volt = konsumsi bahan bakar dalam melakukan aktivitas

minimum (liter/tahun).

FEi,l = besarnya polutan i yang diemisikan dari setiap (liter)

pengunaan bahan (g/liter BB).

FEKB = faktor emisi pada mesin penggerak kendaraan bermotor.

D. Kuantifikasi Seluruh Valuasi Ke Dalam Nilai Uang

Setelah pengambilan data valuasi langsung dan tidak langsung

dari volume emisi CO2 untuk kendaraan bermotor dan vegetasi berkayu

ruang terbuka hijau serta kubikasi kayu ruang terbuka hijau

dikuantifikasikan dengan beberapa teknik kuantifikasi yaitu :


92

a. Nilai Pasar, yang digunakan untuk nilai ekonomi emisi CO2 (biaya) dan

nilai ekonomi volume CO2 pada vegetasi tumbuhan berkayu dan

kubikasi kayu.

b. Metode Penilaian Kontingensi, yaitu keinginan membayar dari

masyarakat (beban biaya pencemaran dan biaya penanggulangan.

Pendekatan ini disebut ”contongat” (tergantung keadaan), karena pada

prakteknya informasi yang diperoleh sangat tergantung data yang ada.

E. Asumsi, Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

1. Asumsi Penelitian

Asumsi-asumsi dalam penelitian ini sangat diperlukan untuk

membantu dalam perhitungan data penelitian yaitu :

a. Asumsi perhitungan jumlah kendaraan bermotor dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1) Kendaraan yang termasuk dalam data UPT. Samarinda,

Dispenda Propinsi Kalimantan Timur termasuk ke dalam

perhitungan.

2) Kendaraan di luar lokasi penelitian (masih dalam wilayah kota

Samarinda) yang melintas, lewat dan tinggal sementara selama

setahun masuk dalam perhitungan tidak berdasarkan

pengulangan.
93

b. Asumsi perhitungan volume karbon dioksida

Nilai volume karbon dioksida diperoleh berdasarkan asumsi

sebagai berikut :

a. Nilai volume karbon dioksida oleh vegetasi diperoleh melalui

perhitungan data lapangan. Pendekatan perhitungan karbon

dioksida dengan cara menentukan volume kayu bulat pada

daerah-daerah yang bervegetasi berdasarkan diameter kayu

bulat.

b. Nilai volume karbon yang diperoleh hanya di atas tanah

permukaan tanah, khususnya untuk daerah yang bervegetasi

sementara volume karbon dioksida yang ada di dalam tanah

serta air tidak dihitung.

2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah masyarakat kelurahan yang

termasuk didalamnya adalah masyarakat yang tinggal disekitar jalan

atau masyarakat yang melakukan kegiatan disekitar jalan namun tidak

tinggal di jalan tersebut dan ruang terbuka hijau yang dikelola oleh

pemerintah dan masyarakat di kelurahan Air Hitam dan Sidodadi pada

kecamatan Samarinda Ulu serta kelurahan Sungai Pinang di

kecamatan Samarinda Utara, dampak secara langsung maupun tidak

langsung.
94

3. Batasan Penelitian

Dalam penelitian ini, supaya lebih fokus dan terarah digunakan

batasan-batasan penelitian. Beberapa batasan penelitian yaitu :

a. Sindruma Nyeri Tenggorokan atau pernapasan nyeri tenggorokan

sebagai penyakit yang ditimbulkan dari emisi yang keluar dari

kendaraan bermotor.

b. Masyarakat atau penduduk penderita Sindruma Nyeri Tenggorokan

atau pernapasan nyeri tenggorokan tinggal disekitar jalan atau

masyarakat yang melakukan kegiatan disekitar jalan namun tidak

tinggal di jalan tersebut (masih dalam satu kelurahan).

c. Penentuan nilai ekonomi dari penyakit emisi kendaraan bermotor

berdasarkan nilai ekonomi terrendah pada Perda Kota Samarinda

No.19 tahun 2006 tentang retribusi pelayanan kesehatan dan

pelayanan kesehatan lingkungan bidang higiene sanitasi dan

tingkat kenaikan pendapatan penduduk.

d. Penelitian dilakukan pada masyarakat bukan perokok.

e. Nilai ekonomi dari karbon yang digunakan berdasarkan EU ETS

(Skema Perdagangan Emisi Uni Eropa) dan bukan Protokol Kyoto.

f. Nilai ekonomi ruang terbuka hijau di kota Samarinda berdasarkan

nilai ekonomi kayu bulat campuran jenis meranti.

g. Emisi CO2 berasal hanya dari kendaraan bermotor.

Anda mungkin juga menyukai