Disusun Oleh :
AFRIALDY SUARA (110100057)
BAYU RACHMADI (110100062)
FELLA SAIYATI (110100069)
NUR SHAADIQAWATI (110100086)
Sejarah Perusahaan
Tonggak-tonggak sejarah berdirinya PT Pertamina (Persero) sebagai Perusahaan BUMN
sejak tahun 1957 hingga berubah status hukum menjadi Perusahaan Perseroan Terbatas
(Persero).
a. MASA KEMERDEKAAN (1957)
Pada 1950-an, ketika penyelenggaraan negara mulai berjalan normal seusai perang
mempertahankan kemerdekaan, Pemerintah Republik Indonesia mulai menginventarisasi
sumber-sumber pendapatan negara, di antaranya dari minyak dan gas. Namun saat itu,
pengelolaan ladang-ladang minyak peninggalan Belanda terlihat tidak terkendali dan penuh
dengan sengketa. Di Sumatera Utara misalnya, banyak perusahaan-perusahaan kecil saling
berebut untuk menguasai ladang-ladang tersebut.
b. INTEGRASI PENGELOLAAN MIGAS INDONESIA (1968)
Pada tahun 1960, PT PERMINA direstrukturisasi menjadi PN PERMINA sebagai tindak
lanjut dari kebijakan Pemerintah, bahwa pihak yang berhak melakukan eksplorasi minyak
dan gas di Indonesia adalah negara. Melalui satu Peraturan Pemerintah yang dikeluarkan
Presiden pada 20 Agustus 1968, PN PERMINA yang bergerak di bidang produksi digabung
dengan PN PERTAMIN yang bergerak di bidang pemasaran guna menyatukan tenaga, modal
dan sumber daya yang kala itu sangat terbatas. Perusahaan gabungan tersebut dinamakan PN
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional (Pertamina).
c. TONGGAK MIGAS INDONESIA (1971)
Untuk memperkokoh perusahaan yang masih muda ini, Pemerintah menerbitkan UndangUndang No. 8 tahun 1971, dimana di dalamnya mengatur peran Pertamina sebagai satusatunya perusahaan milik negara yang ditugaskan melaksanakan pengusahaan migas mulai
dari mengelola dan menghasilkan migas dari ladang-ladang minyak di seluruh wilayah
Indonesia, mengolahnya menjadi berbagai produk dan menyediakan serta melayani
kebutuhan bahan bakar minyak & gas di seluruh Indonesia.
d. DINAMIKA MIGAS INDONESIA (2001)
Seiring dengan waktu, menghadapi dinamika perubahan di industri minyak dan gas nasional
maupun global, Pemerintah menerapkan Undang-Undang No. 22/2001. Paska penerapan
tersebut, Pertamina memiliki kedudukan yang sama dengan perusahaan minyak lainnya.
Logo Pertamina
Logo baru lumayan rame dibicarakan di kalangan kreatif dan periklanan Indonesia. Ada
beberapa hal yang dibahas. Pertama tentu saja karena harganya yang sangat mahal. Usd
350.000 atau sekitar idr 3,5 milyar, kedua karena dibuat oleh landor, branding company dari
luar. Ketiga karena penggantian logo dilakukan pada saat harga BBM cenderung fluktuatif
dan mengecewakan masyarakat dan masih banyak lagi.
Logo baru Pertamina memiliki makna yang perlu diketahui oleh para pekerja pertamina dan
public pada umumnya.
Dilihat dari segi materi abstractionnya, logo PERTAMINA mengandung beberapa konsep.
1. Konsep Repetition yang berarti bahwa terdapat perulangan objeck(belah ketupat)
sebanyak 3 buah dengan menggunakan warna dasar yang menarik.
2. Konsep Type Combination karena terdapat tulisan PERTAMINA yang dapat
mempertegas logo tersebut.
Pertamina
merupakan
salah
satu
pengguna
SAP
R/3.
Dalam
proses
seiring dengan adanya UU Migas No.22 tahun 2001 tanggal 23 November 2001 serta
adanya AFTA di tahun 2003, maka Pertamina menyadari dengan cara sekuensial tidak
akan dapat mengejar batas waktu yang dimaksud. Oleh karena itu, tim memutuskan
untuk melakukan business process reengineering dan implementasi ERP secara
simultan. Tetapi dengan cara inipun ERP belum dapat dijalankan secara optimal.
Adapun modul yang pertama kali digunakan oleh Pertamina meliputi SD, MM, FI,
CO dan HR. Kini Pertamina merencanakan menggunakan mySAP dengan
menggunakan modul yang lebih lengkap yaitu meliputi MMH (Materials
Management Hydro), MMNH (Materials Management Non Hydro), SD/TD (Sales &
Distribution/ Transportation & Distribution), PP (Production Planning), PM (Plant
Maintenance), Human Capital Management, FI (Finanancial Accounting) dan CO
(Controlling).
3. Pemanfaatan project management
Pertamina membentuk tim yang bertugas untuk melakukan manajemen
terhadap proyek implementasi ERP ini. Pada tahap awal, tim melakukan serangkaian
kajian sejak akhir tahun 1997. Beberapa aspek yang menjadi perhatian utama dalam
tahap persiapan adalah memutuskan apakah akan membeli atau membuat sendiri.
Kemudian menentukan jenis enterprise system yang akan dibeli yaitu EIS atau ERP.
Setelah tim sepakat untuk membeli ERP lalu dilakukan kajian terhadap beberapa
produk sebelum memutuskan untuk membeli SAP R/3. Pada tahap implementasi,
Pertamina dibantu oleh Accenture. Konsultan ini diharapkan dapat memberikan
transfer knowledge pada Pertamina dalam mengimplementasikan SAP. Dalam proyek
ERP ini sepertinya top management tidak terlibat langsung. Untuk tahap berikutnya
yaitu penggunaan mySAP yang akan diterapkan pada 2009, tim diharapkan dapat
memenuhi ekspektasi semua pihak agar pemanfaatan mySAP lebih optimal, tidak
seperti SAP R/3.
4. Keselarasan antar companys direction dengan ISs direction
Pertamina mencanangkan untuk menjadi perusahaan kelas dunia. Namun
permasalahan yang dihadapi oleh Pertamina adalah sulitnya mendapatkan data dan
informasi secara real time padahal mengingat persaingan yang semakin ketat,
perusahaan dituntut untuk dapat bergerak cepat. Kesulitan ini semakin terasa bagi
Pertamina yang memiliki kantor serta berbagai unit operasional yang tersebar dalam
wilayah geografis yang luas. Hal ini dikarenakan Pertamina tidak didukung oleh
sistem pengolahan dan proses bisnis secara jaringan yang online dan terintegrasi.
Kesimpulan
Keberahasilan penerapan ERP pada Pertamina adalah didasarkan oleh adanya
keselarasan antara IT, proses dan people. Pertamina telah merasakan betapa penerapan ERP
tidak dapat diterapkan secara optimal karena belum adanya keselarasan antar ketiga
komponen IS tersebut.
Penerapan ERP pada Pertamina dinyatakan belum dapat digunakan secara optimal hal
terseut dikarenakan SDM yang belum siap dari pertamina. Dimana seperti yang telah dibahas
sebelumnya ERP bisa digunakan secara optimal bila adanya keselarasan antara ketiga
komponen antara IT, Proses<dan People.