epistaksis
Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pengajar : Ibu Sinta Khirsnamurti, S.Kep., Ners
Disusun Oleh :
Kelompok 1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Andriyansyah
(2120101698)
Arum Desi Anggraini
(2120101701)
Dias Anugrah Pangesti D (2120101707)
Dwi Ana Safriliani
(2120101708)
Fajar Rachmawan
(2120101713)
Galih Setiyawan
(2120101715)
Ida Lestari
(2120101717)
Mediana Ditra Arista
(2120101722)
Nurjanah
(2120101727)
Riska Rindi Afriyani
(2120101733)
Ristiyanti Kartika Dewi (2120101735)
Silvia Anita Dwi Cahyani(2120101739)
Sri Hartini
(2120101742)
Kelas II A
AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
2011
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul EPISTAKSIS
Penulis menyadari bahwa terselsaikan makalah ini adalah berkat bantuan dan
tuntunan-Nya dan tidak lepas pula dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan
ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Sinta Khrisnamurti, S. Kep., Ners selaku dosen pembimbing penulis, serta semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, sehingga makalah
ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
akan menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca guna
penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Penulis
DAFAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................
...............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
...............................................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................
...............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Epistaksis...............................................................................................
...............................................................................................................................2
B. Tanda dan Gejala Epistaksis...................................................................................
...............................................................................................................................2
C. Etiologi Epistaksis...................................................................................................
...............................................................................................................................2
D. Patofisiologi Epistaksis............................................................................................
...............................................................................................................................3
E. Komplikasi Epistaksis.............................................................................................
...............................................................................................................................4
F. Penatalaksanaan Epistaksis......................................................................................
...............................................................................................................................4
G. Diagnosa Keperawatan Epistaksis...........................................................................
...............................................................................................................................6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Epistaksis atau perdarahan hidung sering ditemukan sehari-hari, dan hampir 90%
dapat berhenti sendiri. Pada masyarakat awam epistaksis sering disebut sebagai mimisan.
Epistaksis bukan merupakan suatu penyakit, melainkan sebagai gejala dari suatu kelainan.
Perdarahan dari hidung ini bagi sebagian orang merupakan gejala yang sangat
menjengkelkan dan mengganggu. Faktor etiologi harus dicari dan dikoreksi untuk mengobati
epistaksis secara efektif. Perdarahan hidung tampak lebih sering terjadi pada masa awal
kanak-kanak sampai pubertas. Walaupun pada kelompok usia tersebut biasanya tidak serius.
Epistaksis berat atau yang mengancam jiwa tampaknya meningkat dengan bertambahnya
usia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan
masalah Bagaimana penerapan diagnose keperawatan pada pasien epistaksis?.
C. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah antara lain: mengetahui
pengertian, tanda dan gejala, etiologi, patofisiologi, komplikasi, penatalaksanaan, dan
diagnose keperawatan dari epistaksis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Epistaksis
Epistaksis dibagi menjadi 2 yaitu anterior (depan) dan posterior (belakang). Kasus
epistaksis anterior terutama berasal dari bagian depan hidung dengan asal perdarahan
berasal dari pleksus kiesselbach. Epistaksis posterior umumnya berasal dari rongga
hidung posterior melalui cabang a.sfenopalatina.
Epistaksis anterior menunjukkan gejala klinik yang jelas berupa perdarahan dari
lubang hidung. Epistaksis posterior seringkali menunjukkan gejala yang tidak terlalu jelas
seperti mual, muntah darah, batuk darah, anemia dan biasanya epistaksis posterior
melibatkan pembuluh darah besar sehingga perdarahan lebih hebat.
B. Tanda Dan Gejala Epistaksis
Biasanya epistaksis terjadi tanpa tanda-tanda peringatan. Darah akan mengalir
perlahan-lahan tetapi bebas melalui satu atau kadang-kadang kedua lumen hidung.
Tanda-tanda terjadinya perdarahan hidung antara lain adalah adanya perdarahan
yang keluar dari salah satu atau kedua lubang hidung, penderita sering menelan, dan
penderita merasa ada cairan dibagian belakang hidung dan tengorokan.
C. Etiologi Epistaksis
Penyebab epistaksis pada anak
1. Anak mengorek-orek lubang hidung
2. Adanya peradangan atau iritasi pada hidung
3. Anak yang menderita demam
4. Menghirup bahan-bahan kimian yang menyebabkan iritasi pada mukosa hidung
5. Luka akibat kecelakaan atau terbentur benda keras, dipukul dan dihantam yang
mengenai hidung
6. Infeksi lokal saluran hidung
7. Suhu udara yang terlalu dingin atau terlalu panas yang menyebabkan mukosa hidung
mongering
8. Anak memasukan benda-banda asing ke lubang hidung, dan meniupnya lewat hidung
o Vestibulitis
o Sinusitis
2. Selaput lendir yang kering pada hidung yang mengalami cedera
o Trauma, misalnya mengorek hidung, terjatuh, terpukul, adanya benda asing
dihidung, trauma pembedahan atau iritasi oleh gas yang merangsang
o Patah tulang
3. Penyakit kardiovaskuler
o Penyempian arteri (arteriosklerosis)
o Tekanan darah tinggi
4. Infeksi iskemik
o Demem berdarah
o Influenza
o Morbili
o Demam tipoid
5.
o
o
o
o
o
Kelainan darah
Anemia aplastik
Leukemia
Trombositopenia
Hemofilia
Telangiektasi hemoragik herediter
6. Tumor pada hidung, sinus atau nasofaring, baik jinak maupun ganas
7. Gangguan pada endokrin seperti pada kehamilan, menars, monopause
8. Pengaruh lingkungan, misalnya perubahan tekanan atmosfir mendadak (seperti pada
penerbang dan penyelam/ penyakit caisson) atau lingkungan yang udaranya sangat
dingin.
9. Benda asing da rinolit, dapat menyebabkan mimian ringan disertai ingus berbau busuk
10. Idiopatik, biasanya merupakakn mimisan yang ringan dan berulang pada anak dan
remaja
D. Patofisiologi Epistaksis
Terdapat banyak pembuluh darah plaksus di rongga hidung, Sekat Rongga hidung ,
dibagian belakang dan bagian depan Terjadi luka Darah mengalir Darah dari
rongga depan menuju rongga hidung sedangkan darah dari belakang menuju tenggorokan
Menyebabkan perdarahan sehingga timbul mual, muntah, batuk darah, dan muntah
darah
E. Komplikasi Epistaksis
1. Sinusitis
2. Septahematom
3. Deformitas
4. Aspirasi
5. Krusakan jaringan hidng
6. infeksi
Jika epistaksis tidak berhenti darah dapat masuk ke telinga tengah dan sudut mata,
sehingga menyebabkan TD rendah menurun, jantung berdetak kencang, susah bernafas,
muka pucat, hingga menimbulkan kematian.
F. Penatalaksanaan Epistaksis
Pengobatan
Pengobatan anterior
o Pederita sebaiknya duduk tegak agar tekanna vaskuler berkurang dan mudah
membatukkan darah dari tenggorokan
o Epistaksis anterior yang ringan biasanya dihentikan dengan cara menekan cuping
hidung selama 5-10 menit
o Jika tindakan ditas tidak mampu menghentikan pendarahan maka dipasang tempo
anterior yang telh dibasahi dengan adrenalin dan lidokain aau pantokain untuk
menghentikan pendarahan dan mengurangi rasa nyeri
o Setelah pendarahan berhenti, dilakukan penyumbatan sumber pendarahan dengan
menyemprotkan larutan perak nitrat 20-30 % ( atau asam tricloracetat 10% ) atau
dengan elektrokauter
o Bila denga cara tersebut pendarahan masih terus berlangsung, maka diperlukan
pemasanga tampon anterior yang telah diberikan vaselin atau salep antibiotika
agar tidak melekat sehingga tidak tejadi pendarahan ulang pada saat tampon
dilepaskan. Tampon anterior dimasukan meleui lubang hidung depan, dipasang
scara berlapis mulai dari dasar sampai puncak rongga hidung dan harus menekan
sumber pendarahan. Tampon dipasang 1-2 hari.
o Jika tidak ada penyakit yang mendasarinya, penyakit tidak perlu dirawat dan
diminta lebih banyak duduk serta mengangkat kepalanya sedikit pada malam hari.
Penderita lanjut usia harus dirawat.
Epistaksis posterior
o Pada epitaksis posterior, sebagian besar darah masuk ke dalam bagian
mulut sehingga pemesangan tampon anterior tidak dapat menghenikan
pendarahan
o Pendarahan posterior lebih sukar diatasi karena pendarahan biasanya hebat
dan sulit melihat bagian belekang dari rongga hidung
o Dilakukan pemesangan tampon posterior ( tampon bellocq), yaitu tampon
yang mempunyai 3 helei benang, 1 helei disetiap ujungnya, dan satu helei
ditengah. Tampon dipasang selama 2-3 hari disertai dengan pemberian
antibiotik per-oranl untuk mencegah infeksi pada sinus ataupun telinga
tengah.
o Pada epitaksis yang berat dan berulang, dan tidak dapat diatasi dengan
pemasangan tampon, perlu dilakukan pengikatann arteri etmoidalis
anterior dan posterior atau arteri maksilaris interna.
o Epitaksis akibat patah tulang atau septum hidung biasanya berlangsung
singkat dan berhenti secara spontan, kadang-kadang timbul kembali
setelah beberapa jam atau beberapa hari kemudian setelah pembengkakan
berulan. Jika hal ini terjadi mungkinperlu dilakukan pembedahan terhadap
patah tulang atau pengikatan arteri.
o Pada penderita telengektasis hemoragik herediter ( kelainan bentuk
pembuluh darah), epiktaksis yang hebat bisa menyebabkan anemia berat
yang tidak mudah dikoreksi dengan pemberian zat besi tambahan. Untuk
mengatasi anemia, dilakukan pencangkokan klit ke dalam septum hidung.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DX:
DX:
hipertermi
Penurunan
intake nutrisi
Penurunan tek.
darah
Ketidak
seimbangan
nutrisi kurang
dari keb. Tubuh
Kekurangan vol .
cairan
Mual
Muntah
Posterior
Nafsu
makan
Batuk
Anemia
epistaksis
Anemia
Iskemik serebri
Penurunan
vol. darah
syok
k
Insufisiensi koroner
Infark miokard
Pendarahan
akut
DX:
Perkusi jaringan tidak
efektif,
cardiopulmonal,
serebra
Pembuluh darah
terbuka
DX:
Risiko
infeksi
Diagnosa Keperawatan :
Darah
masuk
kesaluran
nafas
bawah
Ceptahem
atum
Infeksi
Deformita
s hitung
DX:
risiko aspirasi
pola napas
tdk efektif
pk: sepsis
gangguan
konsep diri
body image
1. PK : Perdarahan
2. Risiko Aspirasi
3. Kekurangan volume cairan
4. Kekurangan volume cairan
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
6. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
7. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif Risiko infeksi
H. Perencanaan Keperawatan
1. PK : Perdarahan
Tujuan : Perawat dapat meminimalkan perdarahan dan mencegah komplikasi setelah .
. . x 24 jam dengan criteria hasil :
Tidak terjadi perdarahan
Vital sign normal
Anemis
Intervensi
2. Risiko Aspirasi
Definisi: Resiko masknya sekresi gastrointestinal, sekresi orofaring, kotoran atau
debu, atau cairan kedalam saluran trakeobronkial.
Faktor Risiko:
NOC:
Respiratory status: Ventilation
Aspiration control
Swallowing status
Kriteria hasil:
Klien dapat bernafas engan mudah, tidak irama, frekuensi pernafasan normal
Pasien mampu menelan, mengunyah tanpa terjadi aspirasi, dan mampu
melakukan oral hygiene
Jalan nafas paten, mudah bernafas, tidak merasa tercekik dan tidak ada suara
nafas abnormal
NIC:
Aspiration precaution
DIAGNOSA
KEPERAWATAN/MASALAH
KOLABORASI
PERENCANAAN
TUJUAN DAN
KRITERIA (NOC)
INTERVENSI (NIC)
Kontrol aspirasi
Identifikasi faktor
risiko
Mencegah faktor
risiko
Memposisikan diri
duduk untuk
makan/minum
Mempertahankan
konsistensi cairan
dan makanan
Pencegahan aspirasi
Monitor tingkat kesadaran,
refleks batuk, refleks gag,
dan kemempuan menelan
Monitor status pulmoner
Monitor jalan nafas
Posisikan meninggi 900
Pertahankan suction
tersedia ditempat
Berikan makanan dalam
porsi kecil
Cek residu dari tube
sebelum memberikan
makanan
Cegah pemberian makanan
jika residu tinggi/banyak
Berikan makanan atau
cairan yang dapat diberikan
secara bolus
Pertahankan kepela tempat
tidur dielevasi 30 sampai
45 menit setelah pemberian
makan
Kelemahan
DIAGNOSA
KEPERAWATAN/MASALAH
KOLABORASI
Kekurangan
volume
cairan
berhubungan dengan: kehilangan
volume
cairan
secara
aktif,
kegagalan mekanisme pengaturan,
diare
PERENCANAAN
TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI (NIC)
(NOC)
NOC
NIC
Fluid balance
Manajemen diare
Karakteristik :
Identifikasi factor-faktor yang
Tekanan darah dbn
memungkinkan
timbulnya
MAP dbn
diare
Tekan vena
Monitor tanda dan gejala
DS :
Central adekuat
diare
Haus
Pulsasi perifer teraba
Instruksikan keluarga pasien
DO :
Intake out put 24 jam untuk melaporkan setiap
Penurunan turgor kulit / lidah
seimbang
episode diare
Membrane mucosal / kulit kering
Kehausan tidak ada
Observasi turgor kulit secara
Peningkatan denyut nadi
Hidrasi kulit baik
teratur
Penurunan tekanan darah
Membrane mukosa lembab
Lakukan pemeriksaan kultur
Penurunan tekanan volume /nadi
Elektrolit serum dbn
Dan ensitivitas fases
Pengisian vena menurun
Kebingungan tidak terjadi
Evaluasi
obat-obatan
Perubahan status mental
terhadap
efek
samping
Konsentrasi urin meningkat
gastrointestinal
Temperature tubuh meningkat
Ajarkan pasian atau keluarga
Kehilangan berat badan secara tibauntuk meminum obat diare
tiba
dengan tepat
Penuruan urin out put
Evaluasi catatan asupan
HMT meningkat
nutrisi
kelemahan
Monitor kulit di area perineal
terhadap iritasi dan ulserasi
Ukur keluaran feses
Berikan diit rendah serat,
tinggi protein, dan tinggi
kalori
Instruksikan
larangan
mengkonsumsi laksatif
4. Gangguan Citra Tubuh
Definisi :konfusi dalam gambaran mental fisik diri individu
PERENCANAAN
TUJUAN DAN KRITERIA (NOC)
INTERVENSI (NIC)
hiperlipidemia )
Diabetes militus
Hipertensi
Gaya hidup kurang gerak
Merokok
DIAGNOSA
KEPERAWATAN /
MASALAH
PERENCANAAN
TUJUAN DAN
INTERVENSI ( NIC )
KRITERIA ( NOC )
KOLABORASI
Ketidakefektifan
NOC :
NIC :
Status perfusi
penurunan Hb,
ketidakseimbangan
cerebral
1. Perawatan Sirkulasi
Kegiatan :
Cek nadi perifer
ventilasi dengan
Kriteria :
aliran darah
Pengisisan capilary
refil
Ketakutan pulsasi
perifer distal
Ketakutan pulsasi
perifer proksimal
Kesimetrisan
temperatur
Cek capilery refill
Catat prosentase edema
terutama di ekstermitas
Jangan mengelevasi tangan
melebihi jantung
Jaga kehangatan klien elevasi
pulsasi perifer
proksimal
Tingkat sensasi
normal
Warna kulit normal
Suhu kulit hangat
Tidak ada edema
perifer
Tidak ada nyeri
pada ekstermitas
Status sirkulasi
Tekanan darah
normal ( dbn )
Kekuatan nadi
suhu dan RR
Catat adanaya fluktuasi
dalam batas
tekanan darah
Monitor tekanan darah saat
dalam batas
normal
Rata rata tekanan
darah dalam batas
Hmt
Monitor perdarahan
Monitor status hemodinamik,
neurologis dan tanda vital
Kriteria
tekanan di tumit
Monitor status cairan,
normal
Tekana vena
berdiri
Ukur tekanan darah pada
normal
Tidak ada
aktivitas
Monitor frekuensi dan iranma
jantung
Monitor bunyi jantung
Monitor frekuensi dan irama
hipotensi
ortostastik
jantung tambahan
Tidak ada angina
Tidak ada
hipotensi otostatik
AGD dalam batas
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
3. Monitor Status Neurologi
normal
Perbedaan O2
Kegiatan :
normal
Tidak ada suara
nafas tambahan
Kekuatan pulsasi
perifer
Tidak ada
pelebaran vena
Tidak ada edema
perifer
Status kognitif
pernafasan
Monitor suara paru
Monitor suara nafas abnormal
Monitor suhu, warna dan
N NUTRISI: KURANG
keperawatan selama
DARI KEBUTUHAN
TUBUH
Definisi: keadaan dimana
indikator :
Intake nutrien normal
Intake makanan dan
cairan normal
Berat badan normal
Massa tubuh normal
Pengukuran biokimia
normal
MONITOR NUTRISI
Berat badan pasien
dalam batas normal
Monitor adanya
penurunan berat badan
Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakuakn
Monitor interaksi anak
dan orang tua selama
makan
Monitor lingkungan
berhubungan:
Ketidakmampuan
menelan
Penyakit kronik
Intoleransi makanan
Kesulitan mengunyah
Mual
Muntah
Hilang nafsu makan
selama makan
Jadwalkan pengobatan
keperawatan selama
jam makan
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,
rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar Ht
Monitor makanan
kesukaan
Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
Monitor pucat,
kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan
intake nutrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oval
Catat jika lidah
berwarna megenta, scarlet
MANAJEMEN NUTRISI
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan
vitamin C
Berikan subtansi gula
Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Berikan makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan harian
Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
Berikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi
Intervensi
Mandiri
Rasional
kemampuan
mukosa/batuk
Catat
mengeluarkan
efektif
Mencegah obstruksi/aspirasi
1
2
8. Risiko infeksi :
Definisi : peningkatan risiko masuknya organisme patogen
Perencanaan
Tujuan dan kreteria (noc)
Noc:
Kontrol nyeri
Mengenali faktor penyebab
Mengeneli lamanya (onset) sakit
Menggunakan Metode non-analgetik
untuk mengurangi nyeri
Menggunakan anagetik sesuai
kebutuhan
Tingkat nyeri
Aetelah dilakukan selama....jam/hari,
pasien akan menunjukan tingkat nyeri
berkurang atau hilang.
Karakteristik :
Frekuensi nyeri
Ekspresi nyeri pada wajah
Posisi tubuh protektif
Ketegangan otot
Perubahan pada frekuensi pernapasan
Perubahan tekanan darah
Perubahan nadi ( heat rate)
Intervensi (nic)
Nic :
Menejemen nyeri
Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan
Gunakan tehnik komunikasi
teraupetik untuk mengetahui
pengalaman nyeri
Kaji kultur yang mempengarui
respos nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri masa
lampau
Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
Ajarkan tentang tehnik non
farmakologi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Epistaksis merupakan perdarahan yang terjadi pada rongga hidung, ditandai
dengan adanya darah yang keluar dari rongga hidung dan merasa terdapat cairan yang
mengalir dari rongga hidung dan tenggorokan. Penyebab diantaranya dikarenakan
Infeksi local, Selaput lendir yang kering pada hidung yang mengalami cedera,
Penyakit kardiovaskuler, Infeksi iskemik dan Kelainan darah sehingga dapat
menimbulkan komplikasi seperti infeksi, deformitas, dan kerusakan jaringan.
Epistaksis dapat menyebabkan kematian apabila darah masuk ke telinga bagian
tengah dan sudut mata yang memengaruhi detak jantung dan menimbulkan kematian.
B. Saran