LIMBAH LINGKUNGAN
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas Matakuliah Mikrobiologi
yang dibimbing oleh Bapak Noviar Darkuni dan Bapak Agung Witjoro
(407342408152)
(407342408155)
Bakteriologi Lingkungan
Akhir-akhir ini mikroba banyak dimanfaatkan di bidang lingkungan,
mulai dari bahan yang berasal dari sumber-sumber alami sampai bahan sintetik,
dengan sifat yaang mudah dirombak (biodegradable) sampai sangat sulit bahkan
tidak bisa dirombak (rekalsitran/nonbiodegradable) maupun bersifat meracun
bagi jasad hidup dengan bahan aktif tidak rusak dalam waktu lama (persisten).
1. Penggunaan Mikroba dalam pembersihan air
Dalam air baik yang kita anggap jernih, sampai terhadap air yang
keadaannya sudah kotor atau tercemar, di dalamnya akan terkandung sejumlah
ke-hidupan, yaitu misalnya yang berasal dari sumur biasa, sumur pompa, sumber
mata-air dan sebagai-nya, di dalamnya terdiri dari bakteri, yaitu :
dominasi
jasad-jasad
tersebut
serta
lingkungan
yang
mempengaruhinya.
Kehadiran kelompok bakteri dan mikroalga tersebut di dalam air, dapat
menyebabkan terjadinya penurunan turbiditas dan hambatan aliran, karena
kelompok bakteri besi dan belerang dapat membentuk serat atau lendir. Akibat
lainnya adalah terjadinya proses korosi (pengkaratan) terhadap benda-benda
logam yang berada di dalamnya, menjadi bau, berubah warna, dan sebagainya.
Mikroba yang terdapat dalam air limbah kebanyakan berasal dari tanah
dan saluran pencernaan. Bakteri colon (coliforms) terutama Escherichia coli
sering digunakan sebagai indeks pencemaran air. Bakteri tersebut berasal dari
saluran pencernaan manusia dan hewan yang dapat hidup lama dalam air,
sehingga air yang banyak mengandung bakteri tersebut dianggap tercemar. Untuk
mengurangi mikroba pencemar dapat digunakan saringan pasir atau trickling filter
bahan organik maka nilai BOD menurun sampai nilai tertentu yang menandakan
bahwa air sudah bersih.
Dalam suasana aerob bahan-bahan dapat dirubah menjadi sulfat, fosfat,
amonium, nitrat, dan gas CO2 yang menguap. Untuk menghilangkan sulfat,
ammonium dan nitrat dari air dapat menggunakan berbagai cara. Dengan
diberikan suasana yang anaerob maka sulfat direduksi menjadi gas H2S,
ammonium dan nitrat dirubah menjadi gas N2O atau N2.
2. Penggunaan Bakteri dalam Menguraikan Detergen
Dari alam telah ditemukan mikroba yang dapat merombak plastik, yaitu
terdiri dari dari bakteri, actynomycetes, jamur, dan khamir yang umumnya dapat
menggunakan plasticizers sebagai sumber C, tetapi hanya sedikit mikroba yang
telah ditemukan mampu merombak polimer plastiknya yaitu jamur Aspergillus
fischeri dan Paecilomyces sp. Sedangkan mikroba yang mampu merombak dan
menggunakan sumber C dari plsticizers yaitu jamur Aspergillus niger, A.
Versicolor, Clasdosporium sp., Fusarium sp., Penicillium sp., Trichoderma sp.,
Verticillium sp., dan khamir Zygosaccharomyces drosophilae, Saccharomyces
cerevisiae, serta bakteri Pseudomonas aeruginosa, Brevibacterium sp., dan
actynomycetes Streptomyces rubrireticuli.
Untuk dapat merobak plastik, mikroba harus dapat mengkontaminasi
lapisan plastik melalui muatan elektrostatik dan mikroba harus mampu
menggunakan komponen di dalam atau pada lapisan plastik sebagai nutrien.
Plasticizers yang membuat plastik bersifat fleksibel seperti adipat, oleat,
risinoleat, sebakat, dan turunan asam lemak lain cenderung mudah digunakan,
tetapi turunan asam phthalat dan fosforat sulit digunakan untuk nutrisi. Hilangnya
plasticizers menyebabkan lapisan plastik menjadi rapuh, daya rentang meningkat
dan daya ulur berkurang.
4. Penggunaan Bakteri dalam Menguraikan Minyak bumi
bakteri
menguraikan
minyak
juga
dimanfaatkan
untuk
telah
banyak
dikembangkan
pestisida
yang
mudah
terurai
b.
c.
d.
berat
oleh
bakteri
adalah
sebagai
mekanisme
bakteri
untuk
juncea)
dapat
digunakan
bersama-sama
dengan
rhizobacteria
kandang sudah cukup lama dikenal dan dipergunakan, tetapi baru sebatas
menggunakan apa adanya, belum sampai pada usaha untuk meningkatkan kualitas
dari kompos dan pupuk kandang tersebut. Rakitan teknologi pembuatan pupuk
alternatif mulai membudaya di masyarakat kita, yaitu upaya pembuatan kompos.
-
Kompos
Kompos adalah bahan organik hasil proses dekomposisi dan mempunyai
susunan yang relatif stabil. Kompos banyak digunakan untuk memperbaiki sifat
fisik dan kimia tanah. Secara alami kompos dapat terjadi dari peruraian sisa-sisa
tumbuhan dan hewan. Pengomposan secara alami berlangsung dengan lambat,
tetapi dengan berkembangnya bioteknologi maka proses pengomposan dapat
dipercepat.
Pada proses pengomposan terjadi proses biokonversi bahan organik oleh
berbagai kelompok mikroba heterotrof. Mikroba yang berperan dalam proses
tersebut adalah bakteri, jamur actynomycetes dan protozoa. Peranan mikroba yang
bersifat selulolitik dan lignilolitik sangat besar pada proses dekomposisi sisa
tanaman yang banyak mengandung lignoselulosa.
Selama pengomposan terjadi proses oksidasi C-organik menjadi CO2 yang
dapat membebaskan energi dalam bentuk panas. Dalam pengomposan tertutup,
suhunya dapat mencapai 65-75oC. Pada suhu tersebut aktifitas mikroba pada
umumnya turun, danproses perombakannya dilanjutkan oleh mikroba termofil
yang mulai berkembang apabila suu meningkat sampai 50oC. Setelah suhu turun
kembali akan ditumbuhi lagi oleh mikroba mesofil, dan merupakan pertanda
bahwa kompos sudah mulai matang.
Dari uraian di atas maka diketahui bahwa terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi proses pengomposan, seperti nisbah C/N bahan yang akan
dikomposkan, ukuran bahan, kelembaban dan aerasi, suhu, kemasaman (pH),
adanya mikroba, dan lain sebagainya.
Nisbah C/N yang ideal untuk pengomposan adalah 30-40, apabila nisbah
terlalu rendah banyak nitrogen yang hilang (tidak efisien) dan apabila terlalu
tinggi proses pengomposan lambat. Ukuran bahan yang lebih kecil akan
memperbesar luas permukaan, sehingga memperbesar kontak dengan mikroba.
Ukuran yang terlalu halus dan kandungan lengasnya terlalu tinggi menyebabkan
Bokhasi
Bokhasi adalah pupuk organik yang dibuat melalui proses fermentasi
menggunakan bakteri (microorganisme). Sampah organik dengan proses
fermentasi dapat menjadi pupuk organik yang bermanfaat meningkatkan
kualitas tanah.
b.
Produksi biogas
Limbah-limbah organik dan peternakan yang diuraikan oleh bakteri
pH. Di sisi lain untuk mencegah penurunan pH yang drastis maka perlu
ditambahkan kapur sebagai buffer sebelum tahap pertama berlangsung.
Bakteri
pembentuk
asam-asam organik
tersebut
diantaranya
adalah
Methanobacterium
propionicum,
Methanobacterium
formicium,
hanya dimasukkan sekali saja) juga dapat digunakan. Kecepatan produksi biogas
dalam sistem batch mula-mula akan naik sehingga mencapai kecepatan
maksimum dan akhirnya akan turun lagi ketika sejumlah besar bahan telah
dirombak.
Fermentasi atau perombakan tersebut adalah proses mikrobiologik yang
merupakan himpunan proses metabolisme sel. Fermentasi bahan organik ini dapat
terjadi dalam keadaan aerobik maupun anaerobik. Untuk proses fermentasi
aerobik akan menghasilkan gas-gas amonia (NH3) dan karbondioksida (CO2).
Proses dekomposisi anaerobik dari bahan organik akan menghasilkan gas bio.
Proses produksi gas bio ini juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, diantaranya
adalah suhu, pH, total padatan, dan rasio C/N.
-
Suhu
Terdapat dua selang suhu optimum untuk produksi biogas, yaitu selang mesofilik
(30-40oC) dan selang termofilik (50-60oC). Secara umum, pada suhu yang
lebih tinggi didapatkan produksi biogas yang lebih tinggi pula.
-
Besarnya pH
Total padatan
Kandungan total padatan yang mampu mendukung produksi biogas yang optimal
adalah antara 7-9%. Kandungan padatan yang lebih tinggi atau lebih rendah
akan menimbulkan gangguan terhadap produksi biogas.
-
Rasio C/N
Rasio C/N substrat yang optimum untuk produksi biogas adalah berkisar 25: 1 dan
30: 1. Besaran rasio C/N yang terlalu tinggi akan menaikkan kecepatan
perombakan tetapi buangannya (sludge) akan mempunyai kandungan
nitrogen yang tinggi. Substrat dengan rasio C/N yang terlalu rendah akan
menyiasakan banyak nitrogen yang akan berubah menjadi amonia dan
meracuni bakteri. Pencampuran limbah pertanian dengan kotoran ternak akan
merubah rasio C/N untuk produksi gas yang lebih baik.
8.
bioaugmentasi.
Bioaugmentasi
adalah
penambahan
suplemen
Biopestisida
Pestisida mikroba termasuk biopestisida yang telah banyak digunakan
b.
c.
b. Bakteri yang dapat mematikan serangga hama, yang terkenal adalah Bacillus
Selain itu ada bakteri lain seperti Pseudomonas aeruginosa dan Proteus
vulgaris untuk mengendalikan belalang, Pseudomonas septica dan Bacillus
larvae untuk hama kumbang, Bacillus sphaericus untuk mengendalikan
nyamuk, dan B. Moritai untuk mengendalikan lalat.
c.
2.
Bakteri Rhizobium
Bakteri Rhizobium adalah salah satu contoh kelompok bakteri yang
yang tidak larut dalam air dan menjadikannya tersedia bagi tanaman. Mikrobia ini
merubah bentuk P di alam untuk mencegah proses terjadinya fiksasi P. Dalam
proses pelarutan P oleh mikroba berhubungan dengan diproduksinya asam yang
sangat erat berhubungan dengan proses metabolisme.
Ada beberapa jenis fungi dan bakteri yang mampu melarutkan P yang
tidak larut menjadi tersedia bagi tanaman. Organisme-organisme tersebut
diantaranya adalah Bacillus striata, Aspergillus awamori, dan Penicllium
digitatum. Jumlah bakteri pelarut P dalam tanah sekitar 104-106 tiap gram.
-
Mikoriza
Asosiasi simbiotik antara jamur dan sisten perakaran tanaman tinggi
infeksi jamur patogen, dan mendapat pasokan nutrisi secara teratur dari tanaman.
Berdasarkan tempat berkembangnya, jamur mikoriza dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu ektomikoriza dan endomikoriza. Ektomikoriza merupakan jamur
yang berkembang di permukaan luar akar dan diantara sel-sel korteks akar.
Endomikoriza merupakan jamur yang berkembang di dalam akar di antara dan di
dalam sel-sel korteks akar. Jamur yang dapat bersimbiosis dengan akar tanaman
ini contohnya adalah kelompok Endogonales.
-
CM (Crops Mikrobia)
CM (Crops Mikrobia) mengandung bakteri gram positif yang dapat hidup
di permukaan akar yang mempunyai strain spesifik yang jelas dan terkendali.
Bakteri tersebut adalah bakteri dari genus Bacillus, diantaranya adalah Bacillus
chitinosporous, Bacillus subtilis, Bacillus pumulus dan Bacillus lateroporous.
Bacillus chitinosporous, yang memproduksi metabolit enzim chitinase yang
mampu menghancurkan, mengurai dan mencerna zat kitin yang terdapat pada sel
telur nematoda, kulit serangga, larva dan pupa serangga. Bacillus subtilis dan
Bacillus pumulus yang memproduksi metabolit yang menghambat fungi
(cendawan). Bacillus lateroporous yang memproduksi metabolit spesifik (auksin
dan gibrelin) yang mampu menstimulir benih, akar, batang, bunga dan buah.
-
EM (Efective Microorganism)
Efektif mikroorganisme merupakan kultur campuran berbagai jenis
DAFTAR RUJUKAN
Anonim. 2007. Pembuatan Kompos dengan Bioaktifator CM. (Online).
(http://insidewinme.blogspot.com/2007/11/teknik-pembuatan-pupukorganik-bokhasi.html, diakses tanggal 23 april 2010).
Budiyanto, Agus Krisno. 2004. Mikrobiologi Terapan. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang Press.
Kusnaidi, dkk. 2003. Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Rahmawati, Nini. 2005. Pemanfaatan Biofertilizer pada Pertanian Organik.
(Online). (http://library.usu.ac.id/download/fp/05013941.pdf, diakses
tanggal 22 april 2010).
Redha. 2009. Peranan Mikroba dalam Bidang Lingkungan. (Online).
(http://black-karma.blogspot.com/2009/03/peranan-mikroba-dalambidang-lingkungan.html, diakses tanggal 22 april 2010).
Sumarsih, Sri. 2003. Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta: UPN Veteran Yogyakarta.
Wikipedia. 2010. Kompos. (Online). (http://id.wikipedia.org/wiki/Kompos,
diakses tanggal 23 april 2010).