Skip to content
Home
About
Hello world!
Gambaran Ca Buli Pada IVP
PENATALAKSANAAN STROKE
Posted on January 7, 2011by rajacakepzzz
TUGAS GIZI
PENATALAKSANAAN STROKE
OLEH :
RAJA AL FATH WIDYA ISWARA
G2A 006 149
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2009
BAB I
PENDAHULUAN
yang terkena. Oleh karena itu penting bagi kita untuk mempelajari tentang
patofisologi, mekanisme, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan
penatalaksanaan stroke. Karena keterbatasan tempat kali ini penulis hanya akan
membahas patofisiologi dan penatalaksanaan stroke disebabkan penulis
memandang lebih pentingnya membahas masalah tersebut daripada yang lain.
Pertambahan kasus stroke yang tidak diimbangi dengan perbaikan penatalaksanaan
di rumah sakit menyebabkan dalam dekade terakhir stroke merupakan penyebab
kematian nomor 1 di rumah-rumah sakit di Indonesia (Informasi Rumah Sakit.
Depkes RI 1997). Kematian akibat stroke terutama terjadi pada fase akut dan
umumnya terjadi pada saat penderita sudah berada di rumah sakit. Oleh karena itu
disamping usaha prevensi primer perbaikan penatalaksanaan stroke di rumah sakit
merupakan hal yang harus dilaksanakan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Patofisiologi dari penyakit stroke?
2. Bagaimana Penatalaksanaan dari penyakit stroke?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit stroke.
2.
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi
Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai
dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya
aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa
dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.
WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf
yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari
itu.
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu: stroke iskemik maupun stroke
hemorragik.
Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran
darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke Iskemik.
Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Stroke Trombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan.
Stroke Embolik: Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
Hipoperfusion Sistemik: Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena
adanya gangguan denyut jantung.
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi.
Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu:
Hemoragik Intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak.
Hemoragik Subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang
sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).
Patofisiologi Stroke
Penghentian total aliran darah ke otak menyebabkan hilangnya kesadaran dalam
waktu 15-20 detik dan kerusakan otak yang ireversibel terjadi setelah tujuh sampai
sepuluh menit. Penyumbatan pada satu arteri menyebabkan gangguan di area otak
yang terbatas. Mekanisme dasar kerusakan ini adalah selalu definisi energi yang
disebabkan oleh iskemia. Perdarahan juga menyebabkan iskemia dengan menekan
pembuluh darah di sekitarnya. Dengan menghambat Na+/K+-ATPase, defisiensi
energi menyebabkan penimbunan Na+ dan Ca+2di dalam sel, serta meningkatkan
konsentrasi K+ ekstrasel sehingga menimbulkan depolarisasi. Depolarisasi
menyebabkan penimbunan Cl- di dalam sel, pembengkakan sel, dan kematian sel.
Depolarisasi juga meningkatkan pelepasan glotamat, yang mempercepat kematian
sel melalui masuknya Na+ dan Ca+2 .Pembengkakan sel, pelepasan mediator
vasokonstriktor dan penyumbatan lumen pembuluh darah oleh granulosit kadangkadang mencegah reperfusi, meskipun pada kenyataannya penyebab primernya
telah dihilangkan. Kematian sel menyebabkan inflamasi, yang juga merusak sel di
tepi area iskemik(penumbra).
Gejala ditentukan oleh tempat perfusi yang terganggu, yakni daerah yang disuplai
oleh pembuluh darah tersebut. Penyumbatan pada arteri serebri media yang sering
terjadi menyebabkan kelemahan otot dan spastisitas kontralaterla, serta defisit
sensorik (hemianestesia) akibat kerusakan girus lateral presentralis dan
postsentralis. Akibat selanjutnya adalah deviasi okular, hemianopsia, gangguan
bicara motorik dan sensorik, gangguan persepsi spasial, apraksia dan hemineglect.
Penyumbatan arteri serebri anterior menyebabkan hemiparesis dan defisit sensorik
kontralateral (akibat kehilangan girus presentralis dan postsentralis bagian medial),
kesulitan bicara (akibat kerusakan area motorik tambahan) serta apraksia pada
lengan kiri jika korpus kalosum anterior dan hubungan dari hemisfer dominant ke
korteks motorik kanan terganggu. Penyumbatan bilateral pada arteri serebri anterior
menyebabkan apatis karena kerusakan dari system limbic. Penyumbatan pada arteri
serebri posterior menyebabkan hemianopsia kontralteral parsial (korteks visual
primer) dan kebutaan pada penyumbatan bilateral. Selain itu, akan terjadi
kehilangan memori (lobus temporalis bagian bawah). Penyumbatan arteri karotis
atau basilaris dapat menyebabkan defisit di daerah yang disuplai oleh arteri serebri
media dan anterior. Jika arteri koroid anterior tersumbat, ganglia basalis
(hipokinesia), kapsula interna (hemiparesis) dan traktus optikus (hemianopsia) akan
terkena. Penyumbatan pada cabang arteri komunikans posterior di thalamus
terutama akan menyebabkan defisit sensorik. Penyumbatan total arteri basilaris
menyebabkan paralisis semua ekstremitas (tetraplegia) dan otot-otot mata serta
koma. Penyumbatan pada cabang arteri basilaris dapat menyebabkan infark pada
serebelum, mesensefalon, pons dan medulla oblongata3,4,5. Efek yang ditimbulkan
tergantung dari lokasi kerusakan :
Jika tanda-tanda dan gejala tersebut hilang dalam waktu 24 jam, dinyatakan
sebagaiTransient Ischemic Attack (TIA), dimana merupakan serangan kecil atau
serangan awal stroke.
Penatalaksanaan Stroke
Dalam tatalaksana stroke waktu merupakan hal yang sangat penting mengingat
jendela terapinya hanya berkisar antara 3 sampai 6 jam. Tindakan di gawat darurat
untuk stroke akut sebaiknya ditekankan pada hal-hal berikut:
1. Stabilisasi pasien
2. Pemeriksaan darah, EKG dan rontgen toraks
3. Penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
4. Pemeriksaan CT Scan kepala atau MRI sesegera mungkin
Pendekatan yang dilakukan di gawat darurat sebaiknya singkat dan terfokus pada
hal-hal berikut:
1. Apa saja gejala yang muncul?
2. Kapan gejala tersebut muncul?
3. Bagamana tanda vital pasien?
Praterapi, sistolik > 185 atau diastolik >110 Labetolol 10-20 mg IV selama 1-2
1.
Monitor TD Periksa TD setiap 15 menit selama 2 jam setelah mulai terapi lalu
setiap 30 menit selama 6 jam, selanjutnya tiap 60 menit sampai 24 jam.
2. Diastolik > 140 Sodium Nitroprusid 0,5 ug/KgBB/menit IV infus (dosis
inisial) dititrasi sampai TD yang diinginkan.
3. Sistolik > 230 atau diastolik 121-140 Labetolol 10ug IV selama 1-2 menit.
Dapat diulang setiap 10 menit sampai maksimum 300 mg atau berikan dosis
inisial lalu lanjutkan dengan drip 2-8 mg/menit. Atau Nicardipin 5 mg/jam IV
infus (dosis inisial) dititrasi sampai efek yang diinginkan 2,5 mg/jam setiap 5
menit sampai maksimal 15 mg/jam.
4. Sistolik 180-230 atau diastolik 105-120 Labetolol 10 mg IV selama 1-2 menit.
Dapat diulang setiap 10 menit sampai maksimum 300 mg atau berikan dosis
inisial lalu lanjutkan dengan drip 2-8 mg/menit.
Selain terapi seperti diatas, obat anti hipertensi oral yang dapat digunakan adalah
captopril atau nicardipin. Pemakaian nifedipin sublingual sebaiknya dihindari
karena dapat menyebabkan penurunan tekanan darah yang drastis.
Hiperglikemia
Broderick et al, Weir CJ et al, Kawai N et al membuktikan bahwa hiperglikemi reaktif
maupun non reaktif selama iskemia otak akut menimbulkan efek yang berbahaya
dan keluaran klinis yang lebih buruk terutama pada stroke non lakuner.
6. Lakukan pengukuran TD lebih sering jika TD sistolik > 180 mmHg atau diastolik >
105 mmHg.
7. Jika TD sistolik 180-230 mmHg atau diastolik 105-120 mmHg pada 2 atau lebih
pembacaan selang 5-10 menit, berikan Labetolol 10 mg IV selama 1-2 menit. Dosis
dapat diulangi atau digandakan tiap 10-20 menit sampai dosis total 300 mg atau
berikan bolus pertama diikuti labetolol drip 2-8 mg/menit. Pantau TD tiap 15 menit
dan perhatikan timbulnya hipotensi.
8. Jika TD sistolik > 230 mmHg atau diastolik 121-140 mmHg pada 2 atau lebih
pembacaan selang 5-10 menit, berikan labetolol 10 mg IV selama 1-2 menit. Dosis
dapat diulangi atau digandakan tiap 10 menit sampai dosis total 300 mg atau
berikan bolus pertama diikuti labetolol drip 2-8 mg/menit. Jika TD tidak terkontrol
dapat dipertimbangkan infus sodium nitroprusid.
9. Bila TD diastolik > 140 mmHg pada 2 atau lebih pembacaan selang 5-10 menit,
infus sodium nitroprusid 0,5 ug/kgBB/menit.
10. Tunda pemasangan NGT dan kateter.
11. jangan lakukan pungsi arteri, prosedur invasif atau suntikan IM selama 24 jam
pertama.
Terapi perdarahan pasca trombolisis rt-PA intravena
1. Hentikan infus trombolitik
2. Lakukan pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, fibrinogen, masa
protrombin/INR, masa tromboplastin parsial dan trombosit.
3. Siapkan tranfusi darah (PRC), FFP, kriopresipitat atau trombosit atau darah segar
bila perlu.
4. Berikan FFP 2 unit setiap 6 jam selama 24 jam.
5. Berikan kriopresipitat 5 unit. Jika fibrinogen < 200 mg% ulangi pemberian
kriopresipitat.
Perawatan umum
Pemantauan tanda vital dan status neurologik harus sering dilakukan dalam 24 jam
setelah pasien masuk rumah sakit. Umumnya pasien yang dirawat dianjurkan untuk
tirah baring, akan tetapi mobilisasi sebaiknya dilakukan sesegera mungkin jika
kondisi pasien sudah dianggap stabil. Mobilisasi yang segera dapat mencegah
komplikasi pneumonia, DVT, emboli paru dan dekubitus. Latihan gerakan pasif dan
full range of motion pada sisi yang paresis dapat dimulai dalam 24 jam pertama.
Miring kanan-miring kiri, pemakaian pressure mattresses serta perawatan kulit
dapat mencegah timbulnya dekubitus.
Nutrisi
Nutrisi yang adekuat diperlukan selama perawatan stroke, karena kondisi malnutrisi
dapat menghambat proses penyembuhan.
Kebutuhan kalori dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Harris-Benedict:
steril setiap 6 jam lebih disukai untuk mencegah kemungkinan infeksi, pembentukan
batu dan gangguan sfingter vesika. Latihan vesika harus dilakukan sedini mungkin
bila pasien sudah sadar.
Trombosis vena
Faktor resiko terjadinya DVT antara lain:
1. Usia tua
2. Imobilisasi
3. Paresis ekstremitas bawah
4. Paresis yang berat
5. Fibrilasi atrium
Antikoagulan dapat diberikan untuk mencegah DVT dan emboli paru pada pasien
stroke. Beberapa penelitian menunjukkan efektifitas unfractinated heparin,
enoxaprine dan danaparin dalam menurunkan kejadian emboli paru. Pasien dengan
imobilisasi lama yang tidak dalam pengobatan heparin IV dapat diberikan heparin
5000 unit setiap 12 jam selama 5-10 hari untuk mencegah pembentukan trombus.
Pilihan lain LMWH (enoxaparine atau nadroparine) 2 kali 30 mg subkutan.
Jenis kelamin
Ras/etnis
Riwayat keluarga
2. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi:
Hipertensi
Merokok
Diabetes melitus
Stenosis karotis asimtomatis
Penyakit sel sabit
Hiperlipidemia
Fibrilasi atrium (non valvular)
Obesitas
Inaktivitas fisik
Pola makan yang tidak sehat
Alkoholisme
Hiperhomosisteinemia
Penyalahgunaan obat
Hiperkoagulabiliti
Terapi sulih hormon
Kontrasepsi oral
Proses peradangan
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
Umur
Dengan meningkatnya usia resiko stroke juga turut meningkat. The Farmingham
Study menunjukkan resiko stroke meningkat sebesar 22%, 32%, 83% pada kelompok
umur 45-55, 55-64, 65-74 tahun. Stroke iskemik kebanyakan muncul pada pasien
yang berusia lebih dari 65 tahun.
Jenis kelamin
Stroke lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Akan
tetapi karena angka harapan hidup wanita lebih tinggi dari pada laki-laki, tidak
jarang pada studi-studi tentang stroke didapatkan pasien wanita lebih banyak.
Ras/etnis
Orang kulit hitam, Hispanic American, Cina dan Jepang memiliki insiden stroke
yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih.
Riwayat keluarga
Riwayat keluarga pernah mengalami serangan stroke, maternal maupun paternal,
berhubungan dengan meningkatnya insiden stroke. Hal ini disebabkan oleh banyak
faktor diantaranya faktor genetik, pengaruh budaya dan gaya hidup dalam keluarga,
interaksi antara genetik dan pengaruh lingkungan.
Faktor resiko yang dapat dimodifikasiHipertensiHipertensi merupakan faktor resiko
stroke yang utama, baik iskemik maupun hemoragik. Mengendalikan hipertensi
terbukti menurunkan insiden stroke.
Klasifikasi tekanan darah menurut 7th report of the Joint National Committee on
prevention, detection, evaluation and treatment of high blood pressure (JNC 7).
Diabetes
CKD (chronic kidney disease)
Pencegahan stroke ulang
BB: Beta Blocker, ACEI: angiotensin-converting enzyme inhibitor, ARB: angiotensin
reseptor blocker, CCB: calcium channel blocker, Aldo ANT: aldosterone antagonist.
Algoritma penatalaksanaan hipertensi.
Modifikasi gaya hidup meliputi:
Menurunkan berat badan: Mengupayakan berat badan normal
Pola makan yang tidak memicu hipertensi: Mengkonsumsi buah-buahan, sayuran
dan produk susu rendah lemak serta mengurangi konsumsi lemak jenuh.
Diet rendah garam: Mengurangi intake garam < 100 mmol/hari (2,4 gr Na atau 6 g
NaCl)
Aktifitas fisik: Aktivitas fisik rutin seperti jalan santai min 30 menit/hari.
Mengurangi konsumsi alkohol
Merokok
Merokok telah lama diketahui sebagai faktor resiko stroke. patofisiologi efek rokok
bersifat multifaktorial baik pada pembuluh darah sistemik maupun reologi darah.
Rokok menyebabkan kekakuan pembuluh darah. Rokok juga berhubungan dengan
meningkatnya kadar fibrinogen, agregari trombosit, menurunnya HDL dan
meningkatnya hematokrit. Dengan berhenti merokok resiko stroke menurun 50%.
Diabetes
Insulin-dependent diabetics meningkatkan resiko stroke: 1) meningkatkan
prevalensi aterosklerosis dan 2) meningkatkan prevalensi faktor resiko lain seperti
hipertensi, obesitas dan hiperlipidemia. Beberapa penelitian menunjukkan
pengontrolan tekanan darah pada penderita diabetes lebih efektif menurunkan
resiko stroke dibandingkan pengontrolan ketat kadar gula darah. Dianjurkan target
Stroke hemoragic
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
http://kedokteran-febrian.blogspot.com/2009/02/patofisiologi-dandiagnosis-stroke.html
http://www.fisiosby.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=50&Itemid=1
http://pharosindonesia.com/news-a-media/beritakesehatan/244penatalaksanaan-segera-sangat-penting-untuk-pasien-stroke.html
Sidharta, Priguna. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi. Dian Rakyat
:Jakarta.2005
http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=55&tbl=artikel
About rajacakepzzz
handsome, clever, and active
View all posts by rajacakepzzz
This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.
Hello world!
Gambaran Ca Buli Pada IVP
Leave a Reply
Search
Recent Posts
KARSINOMA NASOPHARINX
Gambaran Ca Buli Pada IVP
PENATALAKSANAAN STROKE
Hello world!
Recent Comments
Archives
January 2011
Categories
Uncategorized
Meta
Register
Log in
Entries RSS
Comments RSS
WordPress.com
rajacakepzzz
The Twenty Ten Theme. Create a free website or blog at WordPress.com.
Follow
Follow rajacakepzzz
Get every new post delivered to your Inbox.
Sign me up