Tugas Aspek Hukum Fitriani Utami 12 039
Tugas Aspek Hukum Fitriani Utami 12 039
Tugas
ASPEK HUKUM & INTEGRITAS ANTI KORUPSI DLM PEMBANGUNAN
KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN KARTANEGARA
Dikerjakan Oleh:
Fitriani Utami
F 111 12 039
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL (S-1)
UNIVERSITAS TADULAKO
Palu-Sulawesi Tengah
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Negara Indonesia adalah negara kepulauan, di mana kebutuhan
transportasi antar pulau memang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
perekonomian antar pulau dimana perlu dibuat suatu tannspotasi
penghubung antar pulau seperti kapal laut dan jembatan penghubung.
Selain itu hubungan transportasi antar daerah yang terpisah oleh sungai
atau danau juga perlu dibuatkan alat penghubung seperti jembatan agar
dapat meningkatkan kebutuhan perekonomian dari kedua daerah yang
terpisah tersebut. Apalagi di era globalisasi yang semakin
pesatnya
mengetahui
sebab
terjadinya
keruntuhan
jembatan
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Jembatan Kartanegara
Jembatan berlokasi di Kalimantan: Lokasi, yang mana dalam
zona gempa Indonesia ada dalam kategori zona aman. Jadi, tipis
kemungkinan seperti Peace River Bridge yang kolaps karena pergeseran
tanah dibawah konstruksi.
Jembatan baru berumur 10 tahun: Biasanya sebuah jembatan
didesain untuk umur 30-50 tahun, kecuali ada perubahan beban diatasnya
maka perlu ditinjau. Maksudnya, semisal desai awal jembatan adalah
untuk dilewati beban bergerak (kendaraan) sekitar 100 kendaraan per hari
kemudian dikenyataannya adalah 200, tentu sudah tidak memenuhi syarat
rencana awal desain. Hal ini secara langsung berhubungan dengan umur
jembatan.
Penyebab utama kegagalan konstruksi tidak mencapai umur awal
rencana:
1. Kesalahan Desain Awal (Pihak Perencana)
Untuk perencanaan Jembatan, tentu ada standar yang mesti
kita ikuti, misalnya, kalau merencanakan Jembatan
harus
pelaksanaan
berarti:
ketidaksesuaian
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Analisis penyebab kegagalan konstruksi
Jembatan Kutai Kartanegara adalah salah satu Jembatan yang
dirancang dengan menggunakan cable-suspension sebagai konstruksi
utamanya yang berfungsi sebagai penahan sekaligus penyalur tegangantegangan yang terjadi yang diakibatkan beban-beban statis ataupun juga
beban-beban dinamis. Dimana dalam perhitungan konstruksi jembatan
biasanya diistilahkan dengan Beban Mati (Dead Load) dan beban hidup
(live Load)
Selain kedua istilah beban tersebut masih ada istilah lain untuk
beban-beban yang biasa terjadi dan harus diperhitungkan antara lain beban
angin (Wind Load) dan beban yang disebabkan oleh gempa (Seismic
Load) serta masih adalagi tetapi jarang diperhitungkan yaitu Resonansi
Load yang disebabkan pengaruh dari suatu bunyi yang cukuup keras dan
bisa menimbulkan getaran pada kontruksi jembatan, terjadi pada tempattempat tertentu yang sering dilanda angin kencangatau badai. Dalam
analisis perhitungannya beban-beban tersebut harus dikombinasikan antara
satu dengan yang lain berdasarkan aturan-aturan yang sudah baku dan
telah ditetapkan sebagai peraturan-peraturan yang ahrus diikuti dan
dilaksanakan.
Adapun yang dimaksud beban mati di atas adalah semua bagian
komponen atau material konstruksi yang bersifat tetap dan terus menerus
ini sesuai dengan keterangan salah seorang saksi yang melihat terjadinya
kemiringan sisi jembatan pada saat insiden. Mungkin hal ini penyebabnya?
Jika dilihat dari kontruksinya yang terbagi menjadi beberapa macam
kontruksi yaitu Kontruksi utamanya, pertama adalah pondasi atau pilar,
pada jembatan Kartanegara ini meskipun ada sedikit cacat, tetapi tetap
kokoh berdiri, dalam hal ini tentunya bukan menjadi penyebab kegagalan
kontruksi pada jembatan Kartanegara ini. Kedua block beton penahan
angkur cable tetap ada serta masih kokoh dan demikian pula cable
suspensionya tetap menempel serta tergantung pada pilar utama, sekalipun
ada informasi block beton sedikit ada keretakan dan pergeseran tetapi hal
itu sudah terjadi beberapa waktu sebelumnya, indikasi itu bisa dicermati
pernah adanya pelebaran pada perletakan girder salah satu sisi yang
terletak di Tenggarongnya.
Kalaupun hal tersebut terjadi karena kegagalan end blok ternyata
konstruksi rangka tetap tergantung pada tempatnya dan tidak secepat
hitungan detik jatuhnya bersamaan ke sungai serta adanya bekas dari
pergeseran tersebut. Dalam suatu kesempatan sertfikasi konstruksi pada
2004 di kota Samarinda, salah satu mentornya yang cukup mengetahui
dalam perancangan jembatan tersebut menyebutkan secara teknis bahwa
untuk sistem pembagian distribusi pembebanan pada jembatan kutai
Kartanegara, terbagi 2, yaitu: rangka baja dengan bentang 270 meter
tersebut merupakan konstruksi penahan untuk semua beban mati yang
disalurkan ke pilar utama dan selanjutnya ke pondasi. Dan cable
Jembatan
Tenggarong
di
Kabupaten
Kutai
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Terdapat empat beban yang harus diperhitungan konstruksi :
a. Beban Mati (Dead Load)
b. Beban Hidup (Live Load)
c. Beban Angin (Wind Load)
d. Gempa (Seismic Load)
2. Penyebabpenyebab kegagalan konstruksi
a.
b.
Lampiran.
Gambar 1.4 Kondisi jembatan Kartanegara dengan pondasi yang masi utuh
dan kabel suspensi utama tidak putus.