Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DEMENTIA
Mata Kuliah:
PENYAKIT MENULAR DAN PENYAKIT NON MENULAR
DISUSUN OLEH :
MEISITA DIAS NINDYA
(25010114140324)
(25010114140361)
FACHMI AL FARISI
(25010114140334)
ISNA NURUL
(25010114140380)
M. KEVIN ARDIAN.A
(25010114140346)
PENGERTIAN DEMENSIA
Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan
fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran. Gangguan fungsi kognitif antara lain
pada intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi,
persepsi, perhatian dan konsentrasi, penyesuaian, dan kempampuan bersosialisasi.
Ada sejumlah definisi tentang demensia, tetapi semuanya harus
mengandung tiga hal pokok, yaitu gangguan kognitif, gangguan tadi harus
melibatkan berbagai aspek fungsi kognitif dan bukannya sekedar penjelasan
defisit neuropsikologik, dan pada penderita tidak terdapatgangguan kesadaran,
demikian pula delirium yang merupakan gambaran yang menonjol.Definisi lain
mengenai demensia adalah hilangnya fungsi intelektual seperti daya ingat,
pembelajaran, penalaran, pemecahan masalah, dan pemikiran abstrak, sedangkan
fungsi vegetatif (diluar kemauan) masih tetap utuh.
Di dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi
keempat (DSM-IV) demensia dicirikan oleh adanya defisit kognitif multipleks
(termasuk gangguan memori)yang secara langsung disebabkan oleh gangguan
kondisi medik secara umum, bahan-bahantertentu (obat, narkotika, toksin), atau
berbagai faktor etiologi. Demensia dapat progresif, statik atau dapat pula
mengalami
remisi.
Reversibilitas
demensia
merupakan
fungsi
patologi
paling banyak adalah infark kortikal multipel, infark single strategi dan penyakit
pembuluh darah kecil.
infark arteri serebral anterior, lobus parietal, thalamus dan satu girus
Penyakit pembuluh darah kecil menyebabkan dua sindrom major, penyakit
Binswanger
danstatus
lakunar.
Penyakit
pembuluh
darah
kecil
leukoencephalopati
KLASIFIKASI DEMENSIA
1. Menurut umur:
a. Demensia senilis yaitu demensia yang terjadi pada usia > 65 tahun.
b. Demensia prasenilis yaitu demensia yang terjadi pada usia < 65 tahun.
2. Menurut perjalanan penyakit:
a. Reversibel
Tabel 1 Beberapa penyebab demensia yang dapat diobati/ reversibel.
Obat-obatan
Phenytoin,
Methyldopa,
Metabolik-gangguan sistemik
Barbiturat);
Propanolol);
anti-hipertensi
psikotropik
(Clonidine,
(Haloperidol,
Gangguan intracranial
Keadaan defisiensi
Gangguan collagen-vascular
Intoksikasi eksogen
syndrome Behcet.
alcohol, carbon
monoxide,
organophosphates,
toluene,
manganese,
nitrobenzene,
anilines,
hydrocarbons.
b. Irreversibel ( normal pressure hidrosefalus, subdural hematoma, vitamin B
defesiensi, hipotiroidisme, intoksikasi PB).
Tabel 2 Beberapa penyebab demensia pada dewasa yang belum dapat diobati/
irreversibel.
Primer degenerative
- Penyakit Alzheimer
-
Penyakit Pick
Penyakit Huntington
bromide,
Penyakit Parkinson
Degenerasi olivopontocerebellar
Penyakit Kuf
Gangliosidoses
3. Menurut Kerusakan Struktur Otak:
a. Demensia tipe Alzheimer
Alzheimer adalah penurunan konsentrasi asetilkolin dan kolin
asetil transferase didalam otak dan merupakan penyakit degenerative
akibat kematian sel-sel otak dan umumnya menyebabkan kemunduran
fungsi intelektual atau kognitif, yang meliputi kemunduran daya
mengingat dan proses berfikir.prilaku yang dialami demensia ini adalah
mudah lupa atau pikun. Walaupun pennyebab demensia tipe Alzheimer
belum diketahui secara pasti, beberapa penelitian telah menyatakan bahwa
sebanyak 40 % pasien mempunyai riwayat keluarga menderita demensia
tipe Alzheimer sehingga faktor genetik sangat dianggap berperan dalam
perkembangan gangguan didalam sekurangnya beberapa kasus.
b. Dementia non Alzheimer
c. Demensia vascular
Penyebab utama dari demensia vaskular adalah penyakit vaskular
cerebral yang multipel yang menyebabkan suatu pola gejala demensia,
yang biasanya juga disebut demensia multi infark. Demensia vascular ini
sering terjadi pada laki-laki khususnya pada mereka dengan hipertensi
yang telah ada sebelumnya atau factor resiko kardiovaskuler lainnya.
d. Demensia Jisim Lewy (Lewy Body Dementia), Demensia Lobus frontal
temporal, Demensia terkait dengan HIV-AIDS, Morbus Parkinson, Morbus
Hungtington,
Morbus
Pick,
Gerstmann-Straussler-Scheinker,
Morbus
Prion
Jakob-Creutzfeldt,
disease,
Palsi
Sindrom
Supranuklear
4.
a.
b.
5.
Demensia Kortikal
Siaga, sehat
Normal
Lurus, tegak
Normal
Demensia Subkortikal
Abnormal, lemah
Lamban
Bongkok, distonik
Ataksia, festinasi, seolah
Gerakan
Output verbal
Normal
Normal
berdansa
Tremor, khorea, diskinesia
Disatria, hipofonik, volum
Berbahasa
Kognisi
suara lemah
Abnormal, parafasia, anomia
Normal
Abnormal
(tidak
mampu Tak terpelihara (dilapidated)
Memori
Kemampuan visuo-spasial
memanipulasi pengetahuan)
Abnormal (gangguan belajar)
Pelupa (gangguan retrieval)
Abnormal
(gangguan Tidak cekatan (gangguan
Keadaan emosi
konstruksi)
gerakan)
Abnormal (tak memperdulikan, Abnormal (kurang dorongan
Contoh
tak menyadari)
Penyakit Alzheimer, Pick
drive)
Progressive
Palsy,
Supranuclear
Parkinson,
Penyakit
Wilson, Huntington.
A. Gejala klinis.
Tanda dan gejala demensia menurut Hurley(1998) adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
gejalanya adalah:
1. Stadium I / awal
Berlangsung 2-4 tahun dan di sebut stadium amnestik dengan gejala
gangguan memori, berhitung dan aktifitas spontan menurun. Fungsi memori
yang terganggu adalah memori baru atau lupa hal baru yang di alami, dan tidak
menggangu aktivitas rutin dalam keluarga.
2. Stadium II / pertengahan
Berlangsung 2-10 tahun dan di sebut pase demensia. Gejalanya antara lain,
disorientasi, gangguan bahasa (afasia). Penderita mudah bingung, penurunan
fungsi memori lebih berat sehingga penderita tak dapat melakukan kegiatan
sampai selesai,
Gangguan kemampuan merawat diri yang sangat besar, Gangguan siklus
tidur ganguan, Mulai terjadi inkontensia, tidak mengenal anggota keluarganya,
tidak ingat sudah melakukan suatu tindakan sehingga mengulanginya lagi Dan
ada gangguan visuospasial, menyebabkan penderita mudah tersesat di lingkungan
.
3. Stadium III / akhir
Berlangsung 6-12 tahun. Penderita menjadi vegetatif, tidak bergerak
dangangguan komunikasi yang parah (membisu), ketidakmampuan untuk
mengenali keluarga dan teman-teman, gangguan mobilisasi dengan hilangnya
kemampuan untuk berjalan, kaku otot, gangguan siklus tidur-bangun, dengan
peningkatan waktu tidur, tidak bisa mengendalikan buang air besar/ kecil.
Kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan orang lain dan kematian terjadi akibat
infeksi atau trauma.
B. Faktor risiko
1. USIA
Dapat dipahami jika angka kejadian demensia meningkat sesuai dengan
pertambahan usia; peningkatannya sekitar dua kali lipat setiap pertambahan usia 5
tahun.12 Suatu meta analisis menghasilkan angka insidensi demensia sedang-berat
di AS sebesar 2.4, 5.0, 10.5, 17.7 dan 27.5 per 1000 person-years pada kelompok
usia berturut-turut 65-69, 70-74, 75- 79, 80-84 dan 85-89 tahun. Untuk demensia
Alzheimer, angkanya berturut-turut 1.6, 3.5, 7.8, 14.8 dan 26.0 per 1000 personyears.
2. GENDER
Tidak terdapat perbedaan insidensi demensia akibat semua penyebab
antara laki-laki dan perempuan.Beberapa studi besar tidak menemukan perbedaan
insiden demensia Alzheimer maupun demensia vaskuler di kalangan laki-laki dan
perempuan.Meskipun demikian, dua meta analisis menyimpulkan bahwa
perempuan lebih cenderung menderita demensia Alzheimer, khususnya di usia
sangat lanjut. Asosiasi ini menetap sekalipun dikoreksi mengingat perempuan
mempunyai harapan hidup lebih panjang.Sebaliknya laki-laki cenderung lebih
berisiko menderita demensia vaskuler dibandingkan perempuan, terutama di usia
lebih muda.Hal ini dapat karena ada faktor risiko seperti penyakit kardiovaskuler
yang lebih sering dijumpai di kalangan laki-laki.
3. RAS
Beberapa studi di AS menunjukkan bahwa insiden demensia dan
Alzheimer kira-kira dua kali lebih tinggi di kalangan Afrika-amerika dan Hispanik
dibandingkan dengan kulit- putih. Prevalensi demensia dan Alzhemier agaknya
lebih rendah di negara-negara Asia dibandingkan dengan di AS, selain itu
prevelensi demensia di kalangan orang Jepang di Jepang lebih rendah daripada di
kalangan Jepang-Amerika yang tinggal di Hawaii. Penelitian di Singapura yang
sebagian besar penduduknya etnis Cina, mendapatkan prevalensi demensia
sebesar 1.26%, etnis Melayu dua kali lebih berisiko Alzheimer dibandingkan
dengan etnis Cina, sedangkan etnis India dua kali lebih berisiko Alzheimer dan
demensia vaskuler dibandingkan dengan etnis Cina. Perbedaan ini dapat lebih
dipengaruhi oleh faktor lingkungan daripada oleh faktor genetik; diperlukan
penelitian lanjutan untuk mencari faktor utama penyebab perbedaan tersebut.
4. GENETIK
5. TRAUMA
Trauma kepala secara langsung mencederai struktur dan fungsi otak, dan
dapat meng- akibatkan gangguan kesadaran, kognitif dan tingkah laku.Studi
kohort mendapatkan bukti kuat bahwa riwayat cedera kepala meningkatkan risiko
Merasa bingung
Perubahan kepribadian
DIAGNOSIS
Diagnosis demensia ditegakkan melalui dua tahap, pertama menegakkan
diagnosis demensia, kedua mencari proses vaskular yang mendasari. Terdapat
beberapa kriteria diagnostik untuk menegakkan diagnosis DVa, yaitu :
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan dan Sadock. 1997. Sinopsis psikistri. Jakarta: Bina rupa aksara.
National Colaborating Centre for Mental Heatlh, 2007. Dementia, The British
Psychological Society and Gaskell, pp. 134-143.