Anda di halaman 1dari 4

Dasar Teori

Ekstraksi adalah salah satu cara memisahkan larutan dua komponen dengan menambahkan
komponen ketiga (solvent) yang larut dengan solute tetapi tidak larut dengan pelarut (diluent).
Dengn penambahan solvent ini sebagian solute akan berpindah dari fasa diluent ke fasa solvent
(disebut ekstrak) dan sebagian lagi tetap tinggal di fasa diluent (disebut rafinat).
Perbedaan konsentrasi solute di dalam suatu fasa dengan konsentrasi pada keadaan setimbang
merupakan pendorong terjadinya pelarutan (pelepasan) solute dari larutan yang ada. Gaya
dorong (driving force) yang menyebabkan terjadinya proses ekstraksi dapat ditentukan dengan
mengukur jarak sistrem dari kondisi setimbang.
Pertimbangan pemakaian proses ekstraksi sebagai proses pemisahn antara lain :
Komponen larutan sensitif terhadap pemanasan jika digunakan distilasi meskipun pada kondisi
vakum.
Titik didih komponen-komponen zat cair dalam campuran berdekatan.
Kemudahan menguap (volatilitas) komponen-komponen hampir sama.
Pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihan pelarut yang digunakan adalah :
Selektifitas (faktor pemisahan )
= fraksi massa solute dalam ekstrak / fraksi massa diluent dalam ekstrak fraksi masssa solute
dalam rafinat / fraksi massa diluent dlm rafinat pada keadaaan setimbang. Agar proses ekstraksi
bisa berlangsung, harga harus lebih dari 1. Jika = 1 mka kedu komponen tidak bis dipisahkan.
Koefisien distribusi
Sebaiknya dipilih harga koefisien distribusi yang besar, sehingga jumlah solvent yang
dibutuhkan lebih sedikit.
Recoverability (kemampuan untuk dimurnikan)
Pemisahan solute dari slvent biasanya dilakukan dengan cara distilasi, sehingga diharapkan harga
volatilitas relatif dari campuran tersebut cukup tinggi.
Densitas
Perbedaan densitas fasa solvent dan fasa diluent harus cukup besar. Perbedaan densitas ini akan
berubah selama proses ekstraksi dan mempengaruhi laju perpindahan massa.

Tegangan antar muka (interfacial tention)


Tegangan antar muka yang besar menyebabkan penggabungan (coalescence) lebih mudah namun
mempersulit proses pendispersian. Kemudahan penggabungan lebih dipentingkan sehingga
dipilih pelrut yang memiliki tegangan antar muka yang besar.
Chemical reactivity
Pelrut merupakan senyawa yang stabil dan inert terhadap komponen-komponen dalam sistem
material / bahan konstruksi.
Viskositas, tekanan uap dan titik beku dianjurkan rendah untuk memudahkan penanganan dan
penyimpanan.
Pelarut tidak beracun dan tidak mudah terbakar
Penentuan ini bertujuan menentukankoefisien istribusi untuk sisten TCE-asam propionate-air dan
menunjukan ketergantungannya terhadap konsentrasi.

Koefisien distribusi
Pelarut (air) dan larutan (TCE dan asam asetat) dicampur bersama dan kemudian dibiarkan
membentuk dua lapisan terpish, fasa ekstrak dan fasa rafinat. Fasa ekstrak merupakan air dan
asam asetat, sedangkan rafinat merupakan campuran TCE dengan asam asetat.
Koefisien distribusi , k, didefinisikan sebagai perbandingan

ko nsentrasi zat terlarut dalam fasaekstrak ( y)


konsentrasi zat terlarut dalam fasarafinat ( x)
Dalam hal ini diasumsikan bahwa kesetimbangan berada antara dua fasa. Pada konsentrasi
rendah, koefisien distribusi tergantung pada konsentrasi, sehingga y = kx.
Neraca masssa
Prinsip-prinsip proses ekstraksi
Kontak antara pelarut dengan campuran zat terlarut (solute) dan dilute sehingga terjadi
pemindahan massa zat terlarut (solute) ke pelarut.
Pemisahan kedua fasa tersebut (fasa cair-fasa organik)

Kesetimbangan massa dan transfer massa keseluruhan dengan fasa organik sebagai media
kontinu.

untuk sistem trikloroetilen-asam asetat-air


Vo = laju alir air (l/detik)
Vw = laju alir TCE (l/detik)
X

= konsentrasi asam asetat dalam fasa organik (Kg/l)

Y = konsentrasi asam asetat dalam fasa air (Kg/l)

Neraca massa
Asam propionate yang terekstraksi dari fasa organik (rafinat) = Vo (X1-X2)
Asam propionate yang terekstraksi dari fasa air (ekstrak) = Vw (Y1-0)
Maka, Vo (X1-X2) = Vw (Y1-0)
Koefisien perpindahan massa
koefisien perpindahan massa=

log ratarata gaya dorong=

Laju transfer asam


volume packing x mean driving force

X 1 X 2
X1
ln
X2

Dengan ;
X1

= gaya dorong pada puncak kolom = (X2 - 0)

X2 = gaya dorong pada dasar kolom = (X1 - X1*)


X1* = konsentrasi dalam fasa organik yang setimbang dengan konsentrasi Y1 pada
fasa
cair. Angka kesetimbangan dapat diperoleh menggunakan koefisien distribusi yang didapat dari
percobaan pertama.

Daftar Pustaka

Dirjen POM,. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan. Jakarta.
Gandjar., I,.G,. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Rohman,. A,. 2009. Kromatografi untuk Analisis Obat. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Tim Dosen UIT,. 2010. Penuntun Praktikum Analisis Instrumen Farmasi.Universitas Indonesia
Timur. Makassar.
Yazid,. E,. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Andi. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai