I.
PENDAHULUAN
Divertikulosis merupakan suatu keadaan pada kolon yang dicirikan
dengan adanya hernasi mukosa melalui muskularis yang membentuk kantong
seperti botol. Bila satu kantong atau lebih mengalami peradangan, keadaan ini
disebut sebagai divertikulitis.1
Divertikulosis sangat sering dijumpai pada masyarakat Amerika dan
Eropa, diperkirakan sekitar separuh populasi dengan umur lebih dari 50 tahun
memiliki divertikula kolon. Kolon sigmoid adalah tempat yang paling sering
terjadinya divertikulosis Divertiklosis kolon merupakan penyebab yang
umum dari perdarahan saluran cerna bagian bawah, berperan hingga 40%
sampai 55% dari semua kasus perdarahan. Divertikula kolon merupakan lesi
yang diperoleh secara umum dari usus besar pada perut.2
Gambar 1.
Diverticulosis pada
Kolon
Dikutip dari
kepustakaan 3
Divertikulosis
diperkirakan
sebagai kelainan yang didapat, tetapi etiologinya tidak terlalu dipahami. Teori
yang paling banyak diterima adalah tentang kurangnya dietary fiber yang
menghasilkan volume feses yang kecil, sehingga membutuhkan tekanan
intraluminal yang tinggi dan regangan dinding kolon yang tinggi untuk
II.
propulsi.2,3
EPIDEMIOLOGI
Insidensi divertikulosis
secara
keseluruhan
tinggi,
penyakit
ini
tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga pita yang disebut taenia coli.
Panjang taenia lebih pendek daripada usus, sehingga usus tertarik dan
berkerut membentuk kantong-kantong kecil yang disebut sebagai haustra.
Apendises epiplopika adalah kantong-kantong kecil peritonium berisi lemak
dan melekat di sepanjang taenia. Lapisan mukosa usus besar jauh jauh lebih
tebal daripada lapisan mukosa usus halus dan tidak mengandung vili atau
rugae. Kripte Lieberkuhn (kelenjar intestinal) terletak lebih dalam dan
mempunyai lebih banyak sel goblet dibandungkan usus halus.1,2,5
Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan
berdasarkan suplai darah yang diterima. Sekum, kolon asendens dan bagian
kanan kolon trensversum diperdarahi oleh cabang arteri mesenterika superior
yaitu arteri ileokolika, arteri kolika dekstra, dan arteri kolika media,
sedangkan kolon trasversum bagian kiri, kolon descendens, kolon sigmoid
dan sebagian besar rektum diperdarahi oleh arteri mesenterika inferior
melalui arteri kolika sinistra, arteri sigmoid dan arteri hemoroidalis superior.
Suplai tambahan ke rektum berasal dari arteri hemoroidalis media dan
inferior yang dicabangkan dari arteri iliaka interna dan aorta abdominalis.2,5,6
Gambar 3.
Darah Arteri
Dikutip
Pembuluh
pada Kolon
dari
kepustakaan 5
Pembuluh
vena kolon berjalan paralel dengan arterinya. Aliran darah vena disalurkan
melalui vena mesenterika superior untuk kolon ascendens dan kolon
transversum dan melalui vena mesenterika inferior untuk kolon descendens,
sigmoid dan rektum. Keduanya bermuara ke dalam vena porta, tetapi vena
mesenterika inferior melalui vena lienalis. Aliran vena dari kanalis analis
menuju
ke
vena
kava
inferior.2,5,6
Gambar 4.
Darah Arteri
Dikutip dari
Pembuluh
pada Kolon
kepustakaan 5
Gambar 5. Aliran
Dikutip dari
oleh
pada Kolon
kepustakaan 5
Persarafan
usus
besar dilakukan
sistem
saraf
otonom kecuali
berada
dalam
GEJALA KLINIS
Penyakit divertikular atau duvertikulosis, pada umumnya tidak
memberikan gejala klinik pada 70-75% pasien, divertikulosis umumnya
ditandai dengan gejala nyeri perut yang tidak spesifik tanpa adanya bukti
proses inflamasi. Gejala Divertikulosis sering dipicu saat makan, seperti rasa
kram atau nyeri pada perut bawah, kembung dan konstipasi yang lebih sering
terjadi dibandingkan diare, nyeri palpasi kuadran kiri bawah disekitar kolon
sigmoid. Gejala-gejala tersebut nonspesifik tersebut tumpang tindih dengan
gejala inflamatory bowel syndrome yang baru dapat ditegakkan sebagai suatu
divertikulosis setelah melakukan pemeriksaan tambahan.4,9,10
Saat ini, tidak ada klasifikasi yang disepakati secara universal mengenai
penyakit divertikular, pasien dengan divertikulosis ditemukan kadang tidak
bergejala, gejala yang berulang dan dapat disertai komplikasi.11
Klasifikasi
Deskripsi
Divertikulosis asimptomatic Pasien dengan divertikula dan tidak adanya tanda
atau gejala peradangan
Divertikulosis symptomatic Pasien dengan gejala divertikula tetapi tanpa
uncomplicated
gejala peradangan
Divertikulosis symptomatic Pasein dengan gejala divertikula yang berulang
recurrent
Divertikulosis complicated
peradangan
Pasien
dengan
menunjukkan
komplikasi
gejala
tanda
divertikula
peradangan
(perdarahan,
abses,
yang
disertai
plegmon,
VI.
DIAGNOSIS
Untuk mendiagnosis divertikulosis, dilakukan anamnesis yang cermat
mengenai keluhan utama, menanyakan riwayat perubahan pola defekasi,
frekuensi dan konsistensi feses. Gejala dan tanda yang sering ditemukan pada
kelainan kolon adalah dispesia, hematokezia, anemia, benjolan dan obstruksi
karena radang dan keganasan.10
Pada pemeriksaan fisis didapatkan nyeri tekan lokal ringan dan sigmioid
sering dapat diraba sebagai struktur padat. Tidak ada demam maupun
leukositosis bila tidak ada radang. Bisa teraba tegang pada kuadran kiri
bawah, dapat teraba massa seperti sosis yang tegang pada sigmoid yang
terkena. Pada pemeriksaan fisis dilakukan rectal toucher untuk mengetahui
adanya nyeri tekan, penyumbatan maupun darah.6
Pada penyakit divertikel yang asimptomatik, diagnosis biasa ditemukan
secara kebetulan pada pemeriksaan barium enema, endoskopi atau pada
pemeriksaan CT Scan untuk tujuan lain. Pada pemeriksaan x-ray abdomen,
lemak
mengindikasikan
adanya
plegmon/abses.4,1
Gambar 6.
Diverticulosis Kolon
Sigmoid pada
Pemeriksaan Barium
Enema
Dikutip dari kepustakaan 2
Gambar 7.
Kolon pada
Dikutip
Diverticulosis
Kolonoskopi
dari
kepustakaan 2
VII.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan konservatif penyakit divertikular dilakukan dengan
konsumsi makanan tinggi serat dan sehat, asupan cairan yang baik.
Pemberiaan makanan berserat sebagai suplemen dalam makanan pada
pengobatan asimptomatik dan simptomatik penyakit divertikular, tidak hanya
dapat mencegah terjadinya divertikel namun sekaligus dapat mengurangi dan
memperbaiki gejala-gejala serta mencegah timbulnya komplikasi.4,9,10,12
Cereal bran paling bermanfaat dalam menurunkan waktu transit di
pemberian cairan intravena (IV), pelunak feses, tirah baring dan antibiotik
spektrum luas. Antibiotik yang bermanfaat melawan bakteri gram negatif
anaerob dapat diberikan pada penderita yang diduga mengalami perforasi
atau abses. Insisi dan drainase abses mungkin diperlukan setelah fase akut
diindikasikan pemberian diet residu tinggi.1,8,9
Gambar 8. Prosedur operasi 2 tahap dengan Hartmann Prosedur, Reseksi usus dan
colostomy dan reanastomosis
Dikutip dari kepustakaan 13
Gambar
9. Prosedur
operasi 3
tahap pada
divertikulitis
Dikutip dari kepustakaan 13
VIII.
DIFFENTIAL DIAGNOSIS
a. Sindrom Usus Iritatif (Irritable bowel syndrome)
Merupakan suatu penyakit gastrointestinal fungsional dengan gejala nyeri
perut, distensi abdomen, gangguan pola defekasi tanpa adanya gangguan
organik. Banyak faktor yang menyebabkan sindrom ini antara lain: gangguan
motilitas usus, intoleransi makanan, hipersensitivitas viseral, pasca infeksi
usus. Diagnosis IBS sendiri didasarkan pada konsensus yang tervalidasi dan
tidak ada pemeriksaan khusus untuk menegakkan diagnosis dari IBS tersebut.
Saat ini yang digunakan adalah Kriteria Rome II yang didasarkan pada
adanya keluhan berupa:2,4,7
Rasa tidak nyaman atau nyeri yang telah berlangsung selama 12 minggu
(tidak perlu berurutan) dan telah berlangsung dalam 12 bulan terakhir dan
tidak bisa dijelaskan oleh adanya abnormalitas secara kelainan struktur
maupun biokimia.
Terdapat 2 dari 3 gejala:
Nyeri hilang setelah defekasi
Perubahan frekuensi dari defekasi (diare atau konstipasi)
Perubahan bentu feses
b. Penyakit Inflamasi Usus (Inflamatory Bowel Disease)
nyeri
perut
dan
hematokezia.
Untuk
membedakan
dengan
KOMPLIKASI
Berikut komplikasi yang dapat muncul pada divertikulosis antara lain:
a. Divertikulitis
Seperti balon, divertikulum yang mengembang membentuk dinding yang
tipis dibandingkan bagian usus besar. Usus besar merupakan tempat
banyak bakteri yang menguntungkan bagi pencernaan, namun keadaan
dinding usus yang tipis menyebabkan bakteri dapat masuk ke lumen usus
dan menyebabkan infeksi yang disebut divertikulitis, pada divertikulitis
akut, ditemukan demam, leukositosis, nyeri dan nyeri tekan pada kuadran
kiri bawah abdomen, selama serangan akut, dapat terjadi perdarahan dari
jaringan granulasi vaskular namun biasanya ringan.3,13,14
Gambar 10.
Stadium
Divertikulitis
Dikutip dari
kepustakaan 13
Klasifikasi
stadium
divertikulitis
menurut
hinchey:
Stadium
1:
berukuran besar.1,12,14
PROGNOSIS
Penyakit divertikular merupakan keadan yang jinak, tetapi memiliki