Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
baik sebagai salah satu tugas dari matakuliah irigasi dan bangunan air. Makalah
terstruktur ini disusun bertujuan sebagai bagian pengetahuan.
Makalah ini saya susun berdasarkan pengetahuan, dan kemampuan saya.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, paling tidak dapat
memberikan gambaran bagi para mahasiswa mengenai pengertian bangunan air yang
saya buat.
Dalam kesempatan kali ini saya menyampaikan rasa terimakasih yang sedalamdalamnya karena telah diberikan-nya kesempatan untuk membuat makalah pengertian
bangunan air.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jalan merupakan salah satu prasarana perhubungan darat yang mengalami
perkembangan pesat. Oleh sebab itu pembangunan sebuah jalan haruslah dapat
menciptakan keadaan yang aman bagi pengendara dan pejalan kaki yang memakai
jalan tersebut.
Salah satu faktor dibangunnya sebuah jalan adalah akibat perkembangan
sebuah daerah, baik itu perkembangan industri maupun perkembangan ekonomi.
Akibat dari perkembangan tersebut, maka secara otomatis menyebabkan
meningkatnya kepadatan lalulintas suatu daerah, baik akibat kendaraan yang masuk
ke suatu daerah atau yang akan meninggalkan daerah tersebut, untuk itu sarana
transportasi jalan yang dibutuhkan adalah sarana transportasi yang lancar, aman
dan nyaman yaitu sarana jalan yang memenuhi persyaratan dari segi perencanaan,
pembangunan, perawatan dan pengelolaannya. Dengan adanya sarana transportasi
jalan ini akan dapat memperlancar arus komunikasi dan informasi antar daerah
sehingga tidak ada lagi manusia yang tinggal di daerah terisolir.
Bangunan jalan atau lebih dikenal dengan konstruksi perkerasan jalan lentur
biasanya terbuat dari material dasar aggregat dan aspal. Aspal adalah material yang
berwarna hitam, yang akan berbentuk cair pada suhu yang tinggi dan berbentuk
padat pada suhu rendah. Aspal yang sering digunakan untuk membuat perkerasan
jalan dikenal dengan nama hot mix atau aspal panas. Sedangkan aggregat adalah
batuan yang terdiri dari batu besar hingga kecil. Dapat digunakan sesuai kebutuhan
konstruksi.
Perkerasan jalan raya dibuat berlapis-lapis bertujuan untuk menerima beban
kendaraan yang melaluinya dan meneruskan kelapisan dibawahnya. Biasanya
material yang digunakan pada lapisan-lapisan perkerasan jalan semakin kebawah
akan semakin berkurang kualitasnya. Karena lapisan yang berada dibawah lebih
sedikit menahan beban, atau menahan beban lebih ringan.
Manual ini meliputi desainperkerasan lentur dan perkerasan kaku untuk jalan
baru, pelebaran jalan, dan rekonstruksi.Manual ini juga menjelaskan faktor faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan struktur perkerasan dan ulasan
mengenai pendetailan desain, drainase dan persyaratan konstruksi.
Manual ini merupakan pelengkap pedomandesain perkerasan Pd T-01-2002B dan Pd T-14-2003, dengan penajaman pada aspek aspek sebagai berikut:
j) katalogdesain.
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Membuat Desain jalan yang sesuai dengan kaidah perencanaan perkerasan
jalan yang berpedoman pada Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor
02/M/BM/2013
2. Merencanakan perkerasan jalan baru dengan tipe lentur (Umur Rencana 20
tahun) dan kaku (Umur Rencana 40 tahun)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Jenis struktur perkerasan yang diterapkan dalam desain struktur perkerasan baru
terdiri atas:
1. Struktur perkerasan pada permukaan tanah asli;
2. Struktur perkerasan pada timbunan;
3. Struktur perkerasan pada galian.
Gambar 1.1
Gambar 1.2
Gambar 1.3
Gambar 1.4
Gambar 1.5
Gambar 1.6
2.2 Acuan
Pd T-01-2002-B Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur
Pd T-14-2003 Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan Beton Semen
Pd T-05-2005 Perencanaan Tebal Lapis Tambah PerkerasanLentur dengan Metode
Lendutan
Austroads, Pavement Design, A Guide to the Structural Design of Pavements, 2008
AASHTO Guide for Design of Pavement Structure, 1993
Lapisan material berbutir atau lapis timbunan pilihan yang digunakan sebagai lantai
kerja dari lapis pondasi bawah, dan juga meminimalkan efek dari tanah dasar yang
lemah ke struktur perkerasan.
Cement Treated Base
Campuran dari agregat berbutir dengan semen dan air dalam proporsi tertentu, dan
digunakan sebagai lapis pondasi.
Daya DukungTanah Dasar Karakteristik (Characteristic Subgrade Bearing
Capacity)
Daya dukung yang mewakili 90% dari keseluruhan data dari seksi yang seragam
(homogen).
Drainase Bawah Permukaan (Sub Surface Pavement Drainage)
Sistem drainase yang dipasang di bawah perkerasan dengan tujuan untuk
menurunkan muka air tanah.
Discounted Whole of Life Cost
Biaya konstruksi dan pemeliharaan yang didiskon ke nilai sekarang (present value)
pada nilai bunga (discount rate) yang disetujui.
Faktor Ekivalen Beban (Vehicle Damage Factor)
Suatu faktor yang menunjukkan besar kerusakan dari satu kendaraan dari kelas
tertentu terhadap perkerasan dalam satuan equivalent standard axle load (ESA).
Koefisien Variasi
Standar deviasi dari serangkaiandata dibagi dengan nilai rata rata, digunakan
untuk mengukur ketidakseragaman set data.
Life Cyle Cost
Biaya yang dibutuhkan untuk membangun dan memelihara perkerasan selama umur
rencana, dimulai dari kegiatan pembangunan, pemeliharaan rutin, pemeliharaan
berkala, dan kegiatan rehabilitasi.
Lean Mix Concrete
Campuran material berbutir dan semen dengan kadarsemen yang rendah.
Digunakan sebagai lapis pondasi bawah untuk perkerasan beton.
Tanah Dasar (Sub Grade)
Permukaan tanah asli atau permukaan galian atau permukaan tanah timbunan yang
berhubungan langsung (kontak) dengan lapisan terbawah perkerasan, umumnya
lapis pondasi bawah (sub base).Dalam segala hal, lapis tanah dasar harus dibentuk
sesuai dengan profil desain dan penampang melintang perkerasan, dan harus
AASHTO
AC
AC
AC
AC
Austroads
BB
CBR
CESA
CIRCLY
CTB
DBST
DCP
ESA4
ESAasphalt
FWD
GMP
IRI
IRMS
Lij
LMC
MAPT
MDD
MKJI
OMC
ORN
PI
RVK
Smix
SBST
SG2
TMasphalt
Vb
VDF
Shell
Elemen perkerasan
Pondasi jalan
Perkerasan Lentur
Perkerasan kaku
Jalan tanpa penutup
Semua elemen
20
40
Minimum 10
Struktur perkerasan lebih tipis kecuali untuk area tanah lunak yang membutuhkan
struktur pondasi jalan lebih besar daripada perkerasan kaku
Pekerjaan konstruksi dan pengendalian mutu yang lebih mudah untuk daerah
perkotaan yang tertutup termasuk jalan dengan lalu lintas rendah.
Biaya pemeliharaan lebih rendah jika dilaksanakan dengan baik : keuntungan
signifikan untuk area perkotaan dengan Lintas Harian Rata-rata ahunan (LHRT)
tinggi.
Pembuatan campuran yang lebih mudah (contoh, tidak perlu pencucian pasir).
Perkerasan kaku (sebagaimana digunakan untuk lalu lintas ringan/berat) akan lebih mahal
untuk lalu lintas ringan/sedang, daerah desa atau perkotaan dimana pelaksanaannya tidak
begitu menganggu pada daerah tersebut, dibandingkan perkerasan lentur. Perkerasan kaku
dapat menjadi pilihan yang lebih murah untuk jalan perkotaan dengan akses terbatas bagi
kendaraan yang sangat berat.Pelaksanaan perkerasan kaku akan lebih mudah dan cepat
daripada perkerasan lentur jika ruang kerjanya terbatas.
Perkerasan Tanpa Penutup (Jalan Kerikil)
justifikasi ekonomi.Hal ini tidak boleh dilakukan untuk kebutuhan apapun.desainer harus
membuat survey cepat secara independen untuk memverifikasi data lalu lintas jika terdapat
keraguan terhadap data.
2011-2020
2021-2030
Arteri dan Perkotaan (%) 5
4
Kolektor rulal (%)
3.5
2.5
Jalan desa
1
1
Table 3. Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas (i) Minimum untuk desain
Untuk menghitung pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana dihitung sebagai berikut:
(% terhadap
niaga)
100
80
60
50
populasi
kendaraan
Beban sumbu standar kumulatif atau Cumulative Equivalent Single Axle Load (CESA)
merupakan jumlah kumulatif beban sumbu lalu lintas desainpada lajur desainselama umur
rencana, yang ditentukan sebagai :
ESA = (jenis kendaraan LHRT x VDF)
CESA = ESA x 365 x R
Dimana
ESA : lintasan sumbu standar ekivalen (equivalent standard axle) untuk 1 (satu)
hari
LHRT : lintas harian rata rata tahunan untuk jenis kendaraan tertentu
Klasifikasi Kendaraan dan Nilai VDF Standar berdasarkan table di bawah ini :
Elevasititik masuk dan pembuangan drainase bawah permukaan harus lebih tinggi
dari muka banjir rencana sesuai standar desain drainase.
Untuk jalan 2 jalur terpisah (divided road) dengan superelevasi, apabila drainase di
arahkan ke median, maka harus diberi sistem drainase bawah permukaan di median
desainer perkerasan harus mengkomunikasikan kriteria drainase yang dipersyaratkan
kepada desainer drainase dan harus memastikan bahwa drainase yang dibutuhkan
tergambarkan dengan jelas dalam Gambar Rencana.
Apabila drainase bawah permukaan tidak dapat diberikan yang umumnya terjadi pada
daerah perkotaan, harus digunakan koefisien drainase m pada desain ketebalan lapis
pondasi berbutir sesuai dengan aturan AASHTO 93 pasal 2.4.1 dan Tabel 6. Faktor m
tersebut digunakan untuk design check dengan metode AASHTO 1993. Tebal lapis pondasi
berbutir dari desain 3 harus disesuaikan dengan membagi tebal desain lapis berbutir
dengan faktor m. Nilai yang didapat menjadi tebal desain lapis pondasi berbutir.
desainerdalam melakukan desain sedemikian rupa sehingga didapat nilai m 1.0, dan
menghindari desain dengan m < 1.0 (kecuali kondisi lapangan tidak memungkinkan).
desain dalam manual ini mengasumsikan drainase dalam kondisi baik. Jika kondisi drainase
m dibawah 1, maka tebal lapis berbutir harus dinaikkan dengan formula :
Tebal lapis berbutir desain = (tebal hasil dari bagandesain) / m
Koefisien drainase m lebih besar dari 1 tidak boleh digunakan kecuali ada keyakinan
bahwa kualitas pelaksanaan yang disyaratkan dapat terpenuhi.
B. Kondisi tanah dasar langsung diatas timbunan rendah (kurang dari 3 m) diatas tanah
lunak aluvial jenuh. Prosedur laboratorium untuk penentuan CBR tidak dapat
digunakan untuk kasus ini, karena optimasi kadar air dan pemadatan secara
mekanis tidak mungkin dilakukan di lapangan. Lebih lanjutnya, tanah asli akan
menunjukkan kepadatan rendah dan daya dukung yang rendah sampai kedalaman
yang signifikan yang membutuhkan prosedur stabilisasi khusus.
C. Kasus yang sama dengan kondisi B namun tanah lunak aluvial dalam kondisi kering.
Prosedur laboratorium untuk penentuan CBR memiliki validitas yang terbatas karena
tanah dengan kepadatan rendah dapat muncul pada kedalaman pada batas yang
tidak dapat dipadatkan dengan peralatan konvensional. Kondisi ini membutuhkan
prosedur stabilisasi khusus.
D. Tanah dasar diatas timbunan diatas tanah gambut.
Prosedur desain untuk setiap kondisi kecuali tanah gambut akan dibahas pada bagian
selanjutnya. Gambar 4 menggambarkan proses desain untuk desain pondasi jalan untuk
tanah selain gambut, dan BaganDesain2 menyajikan solusi pondasi jalan minimum selain
kasus khusus untuk perkerasan kaku diatas tanah lunak.
2.20.1 Metode A untuk tanah normal
Kondisi A1 : Apabila tanah tanah dasar bersifat plastis atau berupa lanau, tentukan
nilai batas-batas Atterberg (PI), gradasi, nilai Potensi Pengembangan (Potential Swell), letak
muka air tanah, zona iklim, galian atau timbunan dan tetapkan nilai CBR dari BaganDesain1
atau dari uji laboratorium perendaman 4 hari.
Kondisi A2 : Apabila tanah dasar bersifat berbutir atau tanah residual tropis (tanah
merah, laterit), nilai desain daya dukung tanah dasar harus dalam kondisi 4 hari rendaman,
pada nilai 95% kepadatan kering modifikasi.
Untuk kedua kondisi,pilih tebal perbaikan tanah dasar dari BaganDesain2.
Masalah terbesar dari kondisi tanah seperti ini adalah daya dukung yang memuaskan dapat
hilang akibat pengaruh dari lalu lintas konstruksi dan musim hujan. Karenanya penanganan
pondasi harus sama dengan penanganan kasus tanah aluvial jenuh, kecuali jika perbaikan
lanjutan dilakukan setelah pelaksananpondasi jalan selesai pada musim kering, jika tidak
perbaikan metode B harus dilakukan. Metode perbaikan lanjutan tersebut adalah:
A. Jika lapis atas dapat dipadatkan menggunakan pemadat pad foot roller, maka tebal
lapis penopang dari BaganDesain2 dapat dikurangi sebesar 200 mm.
B. Digunakan metode pemadatan dalam terbaru misal High energy Impact Compaction
(HEIC) atau pencampuran tanah dalam yang dapat mengurangi kebutuhan lapis
penopang.
NIM GENAP
NIM GANJIL
Jumlah
Lalulintas
Kendaraan Per Hari
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Bus kecil
Bus besar
Truk
2
sumbu
cargoringan
Truk 2 sumbu ringan
Truk 2 sumbu cargo
sedang
Truk 2 sumbu sedang
Truk 2 sumbu berat
Truk 2 sumbu berat
Truk 3 sumbu ringan
Truk 3 sumbu sedang
Truk 3 sumbu berat
Truk 2 sumbu dan
trailer
Truk 4 sumbu trailer
Truk 5 sumbu trailer
Truk 5 sumbu trailer
Truk 6 sumbu trailer
340
290
80
65
12
8
10
6
6
5
5
5
5
5
3
3
410
360
150
90
44
35
29
18
18
14
14
14
14
14
9
9
Kondisi jalan
NIM
Genap
Uraian
Kelas jalan
Jumlah Lajur
CBR
Jenis Tanah
Data lain
Ganjil
Arter
i
2/2
6
Kolektor
4/2
4
Timbun
an
Asli
Dapat
diasumsikan
sendiri
jika
diperlukan
2.21 Pengerjaan
2.21.1 PERKERASAN LENTUR
Direncanakan:
Kelas jalan
Umur rencana
: 20 tahun
R=
(1+0,01 i) 1
0,01i
20
(1+0,01 x 5) 1
0,01 x 5
=33.0659
Untuk jenis kendaraan 1 s/d 4
N
O
JENIS
KENDARAAN
VD
F4
Bus kecil
0.3
Bus besar
3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
Truk 2 sumbu
cargo ringan
Truk 2 sumbu
ringan
Truk 2 sumbu
cargo sedang
Truk 2 sumbu
sedang
Truk 2 sumbu
berat
Truk 2 sumbu
berat
Truk 3 sumbu
ringan
Truk 3 sumbu
sedang
Truk 3 sumbu
berat
Truk 2 sumbu
dan trailer
Truk 4 sumbu
trailer
Truk 5 sumbu
trailer
Truk 5 sumbu
trailer
Truk 6 sumbu
trailer
0.3
0.8
0.7
1.6
0.9
7.3
7.6
28.
1
28.
9
36.
9
13.
6
19
30.
3
41.
6
ESA 20 THN
ESA 4
JUMLAH
(VDF 4 CESA 4
KENDAR
*JMLH
(ESA 4 * R
AAN PER
KEN/H * 365)
HARI
ari)
2208636.7
610
183
91
6758669.9
560
560
6
1267250.6
350
105
18
2800020.4
290
232
12
878627.09
104
72.8
48
1834496.1
95
152
32
966731.18
89
80.1
54
6872119.0
78
569.4
63
7154534.9
78
592.8
15
25096389.
74
2079.4
85
25810877.
74
2138.6
82
32955757.
74
2730.6
49
12146295.
74
1006.4
44
16969089.
74
1406
22
25232770.
69
2090.7
15
34643011.
69
2870.4
17
203,595,
277.30
CESA 5
(CESA 4 *
TM)
4417273.5
81
13517339.
92
2534501.2
35
5600040.8
24
1757254.1
9
3668992.2
64
1933462.3
71
13744238.
13
14309069.
83
50192779.
7
51621755.
63
65911514.
97
24292590.
88
33938178.
44
50465540.
3
69286022.
33
407,190,
554.60
2.23.1 Kesimpulan
Ketebalan Lapis Perkerasan :
O AC WC
: 50 mm
5
O AC BC
: 280 mm
4
CTB
LPA Kelas A
: 150 mm
2
: 150 mm
2.24PERKERASAN KAKU
2.24.1 Prosedur Desain :
Direncanakan:
Kelas jalan : jalan arteri
Jalan 2 lajur, 2 arah
Umur rencana : 40 tahun
40
(1+0,01 x 5) 1
0,01 x 5
= 120.7997
Untuk jenis kendaraan 1 s/d 4
N
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
JENIS
KENDARAAN
Bus kecil
Bus besar
Truk
2
sumbu
cargo ringan
Truk
2
sumbu
ringan
Truk
2
sumbu
cargo sedang
Truk
2
sumbu
sedang
Truk
2
sumbu
berat
Truk
2
sumbu
berat
Truk
3
sumbu
ringan
Truk
3
sumbu
sedang
Truk
3
sumbu
berat
Truk 2 sumbu dan
trailer
Truk
4
sumbu
trailer
Truk
5
sumbu
trailer
Truk
5
sumbu
trailer
Truk
6
sumbu
trailer
ESA 40 THN
VD
F
4
0.3
1
0.3
0.8
0.7
1.6
0.9
7.3
7.6
28.
1
28.
9
36.
9
13.
6
19
30.
3
41.
6
JUMLAH
KENDAR
AAN
PER
HARI
ESA
4
610
183
560
560
350
105
290
232
104
72.8
95
152
89
80.1
78
78
74
74
74
74
74
69
69
569.
4
592.
8
207
9.4
213
8.6
273
0.6
100
6.4
140
6
209
0.7
287
0.4
CESA 4
8068815.96
2
24691458.6
8
4629648.50
3
10229318.6
3209889.62
8
6701967.35
6
3531760.42
9
25105922.4
5
26137672.6
9
91684677.1
1
94294917.0
2
120397316.
2
44374078.6
61993198.0
4
92182915.4
7
126561362.
5
743,794,
919.22
2.24.4
Menentukan seksi-seksi subgrade yang seragam dan daya
dukung subgrade
2.24.5Kondisi Tanah
Kondisi tanah dasar normal, dengan ciri-ciri nilai CBR 4% dan dapat
dipadatkan secara mekanis. Desain ini meliputi perkerasan diatas timbunan,
galian atau tanah asli.
Koefisien drainase m untuk tebal lapis berbutir (lihat Tabel 8.1 halaman 31).
Dengan kondisi lapangan : Diatas permukaan tanah dengan drainase sub soil,
medan datar. Terkadang drainase sub soil dibawah.
Didapat nilai m untuk desain sebesar 1.
2.24.8Kesimpulan
Sambungan : Dowel
Bahu Jalan : Beton
Ketebalan Lapis Perkerasan :
O Tebal Pelat Beton
O Lapis Pondasi LMC
O Lapis Pondasi Agregat kelas A
: 305 mm
: 150 mm
: 150 mm
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PERKERASAN LENTUR
Kelebihan :
O Perancangan sederhana dan dapat digunakan untuk semua tingkat volume
lalu lintas dan semua jenis jalan berdasarkan klasifikasi fungsi jalan raya
O Relatif lebih murah
Kekurangan :
O Kendali kualitas untuk job mix agak rumitA
O Umur rencana relatif pendek 5-10tahun
Dan untuk perkerasan lentur didapat hasil hitungan CESA 5 > 3 (juta) maka
seharusnya data tersebut seharusnya tidak bisa menggunakan perkerasan lentur
karena volume kendaraan yang begitu banyak sehingga kebutuhan untuk
perkerasan jalan tersebut adalah perkerasan kaku.
PERKERASAN KAKU
Kelebihan :
O Desain sederhana
O Rancangan job mix lebih mudah
O Umur rencana dapat mencapai 15 40 tahun
Kekurangan :
O Hanya dapat digunakan pada jalan-jalan dengan volume lalu lintas tinggi
O Rongga udara di dalam beton tidak dapat mengurangi tegangan yang timbul
akibat perubahan volume beton
Daftar isi
KATA PENGANTAR........................................................................................................................ i
BAB I........................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN........................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................. 1
1.2 Tujuan................................................................................................................................ 3
BAB II.......................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN............................................................................................................................. 4
2.1
2.2 Acuan................................................................................................................................ 5
2.3 Istilah dan definisi............................................................................................................. 5
2.4 Simbol dan singkatan........................................................................................................ 7
2.5 Umur Rencana................................................................................................................... 8
2.6 PEMILIHAN STRUKTUR PERKERASAN................................................................................. 8
2.6.1 AC dengan Cement Treated Base (CTB)......................................................................9
2.6.2 AC dengan Lapis Pondasi Berbutir............................................................................ 10
2.6.3 AC dengan Aspal Modifikasi...................................................................................... 10
2.6.4 Lapis Aus Tipe SMA................................................................................................... 10
2.6.5 Lapis Pondasi dengan Aspal Modifikasi.....................................................................10
2.7 Perkerasan Kaku.............................................................................................................. 10
2.7.1 Perkerasan Kaku untuk Lalu Lintas Rendah...............................................................11
2.7.2 Perkerasan Tanpa Penutup (Jalan Kerikil)..................................................................11
2.7.3 Pelebaran Jalan dan Penambalan (Heavy Patching)..................................................11
2.8 Tanah Gambut.............................................................................................................. 11
2.9 Pelaburan (Surface Dressing) diatas Lapis Pondasi Berbutir...........................................11
2.10 AC-WC HRS-WC tebal 50 mm diatas Lapis Pondasi Berbutir.......................................11
2.11 Lapis Pondasi Soil Cement............................................................................................ 11
2.12 LALU LINTAS.................................................................................................................. 12
2.12.1 Analisis Volume Lalu Lintas..................................................................................... 12
2.12.2 Jenis Kendaraan...................................................................................................... 12
2.12.3 Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas.............................................................................. 12
2.12.4 Pengaruh Alihan Lalu Lintas (Traffic Diversion).......................................................12
2.12.5 Faktor Distribusi Lajur dan Kapasitas Lajur.............................................................13
2.12.6 Beban Sumbu Standar Kumulatif............................................................................ 13
2.17 Klasifikasi Kendaraan dan Nilai VDF Standar.................................................................13
2.18 DRAINASE BAWAH PERMUKAAN.................................................................................... 14
2.19 Umur Rencana Pondasi jalan......................................................................................... 15