Anda di halaman 1dari 7

1.

Hubungan antara alur proses dengan GMP :

Alur proses adalah rangkaian tahapan yang harus dilaksanakan dalam proses produksi. Alur
proses bersifat khas dan berbeda antara satu produk dengan produk lainnya.

GMP adalah cara atau tekhnik berproduksi ( penanganan atau pengolahan ) yang baik dan benar
untuk menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu dan keamanan.

Hubungan antara GMP dan alur proses adalah dengan alur proses yang baik maka proses
berjalannya GMP pun akan berjalan dengan baik sehingga dapat menghasilkan produk yang
berkualitas

2. Syarat-syarat dari:

 Bahan Kimia:
Semua bahan kimia, pembersih dan sanitiser :
seperti lubricant (oli), minyak, pestisida, dan
1. bahan-bahan pembersih harus sesuai persyaratan.
2. Digunakan sesuai petunjuk dan persyaratan
3. Semua bahan kimia, pembersih dan sanitiser
diberi label dangan jelas
4. Disimpan ditempat khusus dan terpisah

 Toilet:
Toilet adalah sebuah ruangan yang dirancang khusus lengkap dengan kloset,
persediaan air  dan perlengkapan lain yang bersih, aman dan higienis dimana
masyarakat di tempat-tempat domestik, komersial maupun publik dapat
membuang hajat serta memenuh kebutuhan fisik, sosial dan psikologis lainnya:
Pengertian :
Toilet adalah fasilitas sanitasi untuk tempat buang air besar dan kecil, tempat cuci
tangan dan muka.

Umum adalah tidak menyangkut yang khusus (semuanya) secara menyeluruh.

Toilet Umum adalah fasilitas sanitasi yang mengakomodasi kebutuhan membuang


hajat yang digunakan oleh masyarakat umum, tanpa membedakan usia maupun
jenis kelamin dari pengguna tersebut.

Persyaratan Ruang :
1. Ruang untuk buang air besar (WC)
    P = 80-90 cm, L = 150-160 cm, T = 220-240 cm
2. Ruang untuk buang air kecil (Urinoir)
    L = 70-80 cm, T = 40-45 cm

Sirkulasi Udara :

Mempunyai kelembaban 40 - 50 %, dengan taraf pergantian udara yang baik yaitu


mencapai angka 15 air-change per jam (dengan suhu normal toilet 20-27 derajat
celcius)

Pencahayaan :

Sistem pencahayaan toilet umum dapat menggunakan pencahayaan alami dan


pencahayaan buatan. Iluminasi standar 100 - 200 lux.

Konstruksi Bangunan :
1. Lantai, kemiringan minimum lantai 1 % dari panjang atau lebar lantai.
2. Dinding, ubin keramik yang dipasang sebagai pelapis dinding, gysum tahan air
atau bata dengan lapisan tahan air.
3. Langit-langit, terbuat dari lembaran yang cukup kaku dan rangka yang kuat
sehingga memudahkan perawatan dan tidak kotor.

 Pengendalian Pest:
1. Pest (Rodenta, burung, dan insect) dicegah agar tidak masuk ke unit
pengolahan
2. Siapkan program pemusnahan Pest
3. Lalat dan Kecoa : Salmonella, Staphylococcus, Shigella, C. perfringens, C.
botulinum, dll
4. Rodenta : Salmonella, Parasit
Burung : Salmonella, Listeria

 Tempat cuci tangan / sepatu:

1. Air hangat 43oC


2. Bahan sanitiser dan pengering
3. Tempat strategis, mudah dijangkau,
dekat toilet dan pintu masuk,jumlah cukup
4. Kadar klor : Cuci tangan 50 ppm,
Cuci kaki 100 - 200 ppm

3. Abon Ikan Patin

Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi
ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain.
Bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan mati menyebabkan pembusukan. Mutu olahan ikan
sangat tergantung pada mutu bahan mentahnya.

Tanda ikan yang sudah busuk:

 mata suram dan tenggelam;


 sisik suram dan mudah lepas;
 warna kulit suram dengan lendir tebal;
 insang berwarna kelabu dengan lendir tebal;
 dinding perut lembek;
 warna keseluruhan suram dan berbau busuk.

Tanda ikan yang masih segar:

 daging kenyal;
 mata jernih menonjol;
 sisik kuat dan mengkilat;
 sirip kuat;
 warna keseluruhan termasuk kulit cemerlang;
 insang berwarna merah;
 dinding perut kuat;
 bau ikan segar.

Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat, mudah
didapat, dan harganya murah. Namun ikan cepat mengalami proses pembusukan. Oleh sebab itu
pengawetan ikan perlu diketahui semua lapisan masyarakat. Pengawetan ikan secara tradisional
bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, sehingga tidak memberikan kesempatan
bagi bakteri untuk berkembang biak. Untuk mendapatkan hasil awetan yang bermutu tinggi
diperlukan perlakukan yang baik selama proses pengawetan seperti : menjaga kebersihan bahan
dan alat yang digunakan, menggunakan ikan yang masih segar, serta garam yang bersih. Ada
bermacam-macam pengawetan ikan, antara lain dengan cara: penggaraman, pengeringan,
pemindangan, perasapan, peragian, dan pendinginan ikan.

Tabel 1. Komposisi Ikan Segar per 100 gram Bahan


KOMPONEN KADAR (%)
Kandungan air 76,00
Protein 17,00
Lemak 4,50
Mineral dan vitamin 2,52-4,50
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa ikan mempunyai nilai protein tinggi, dan kandungan
lemaknya rendah sehingga banyak memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh manusia.

Manfaat makan ikan sudah banyak diketahui orang, seperti di negara Jepang dan Taiwanikan
merupakan makanan utama dalam lauk sehari-hari yang memberikan efek awet muda dan
harapan hidup lebih tinggi dari negara lainnya. Penggolahan ikan dengan berbagai cara dan rasa
menyebabkan orang mengkonsumsi ikan lebih banyak.

Abon ikan adalah jenis makanan awetan yang terbuat dari ikan laut yang diberi bumbu, deiolah
dengan cara perebusan dan penggorengan. Produk yang dihasilkan mempunyai bentuk lembut,
rasa enak, bau khas, dan mempunyai daya awet yang relatif lama.

 BAHAN

1. Ikan patin 10 kg
2. Bawang merah 1 ½ ons (20 butir)
3. Bawang putih 1 ons (12 siung)
4. Ketumbar 10 gram (3 sdk makan)
5. Irisan lengkuas 3 iris (tebal 5 mm)
6. Daun salam 10 lembar
7. Sereh 3 tangkai
8. Gula pasir 700 gram
9. Asam jawa 6 mata
10. Santan kental 10 gelas (10 butir kelapa)

 ALAT

1. Pisau
2. Alat perajang (talenan)
3. Ember plastik
4. Keranjang plastik
5. Panci
6. Baskom
7. Alat penghancur bumbu (cobek)
8. Penggorengan (wajan)
9. Parutan
10. Garpu
11. Kantong plastik
12. Kain blacu
13. Alat tekan (pres)

 CARA PEMBUATAN

1. Pilih ikan segar, buang kepala, ekor, kulit, dan isi perutnya, kemudian cuci;
2. Potong ikan kira-kira tebal 1 cm, panjang 10 cm, dan lebar 6 cm, kemudian cuci;
3. Rebus atau kukus sampai matang lalu dinginkan. Supaya ikan menjadi kering masukkan
ke dalam kain blacu dan tekan dengan alat tekan (pers);
4. Pisahkan dari tulang dan durinya lalu cabik-cabik dengan garpu, kemudian tumbuk pelan-
pelan sehingga merupakan serat halus;
5. Haluskan bumbu lalu tumis dalam penggorengan, kemudian masukkan santan kental.
Tambahkan lengkuas, asam, gula, daun salam, dan sereh;
6. Panaskan terus hingga mendidih sambil diaduk-aduk, sampai santan tinggal setengah;
7. Masukkan serat-serat daging ikan sedikit demi sedikit ke dalam santan sambil diaduk
terus sampai kering. Penggorengan selesai apabila abon sudah benar-benar kering, diraba
sudah kemersik, dan berwarna coklat. (Apabila masih banyak minyak, tekan dengan alat
tekan dan tampung minyaknya);
8. Tiriskan dan dinginkan, kemudian masukkan ke dalam kantong plastik.

 DIAGRAM ALIR PEMBUATAN ABON IKAN

Anda mungkin juga menyukai