PARTISIPASI MASYARAKAT
DESA BULUHCINA, KABUPATEN
KAMPAR, RIAU
Catatan Observasi di Kawasan Hutan Adat Desa
Buluhcina
Kondisi Hutan dan Sentiman Masyarakat Riau
Sebagian besar hutan di Riau telah diolah menjadi perkebunan swasta. Kondisi ini
telah berlangsung sejak tahun 1980, ketika pemerintah Riau menggerakkan
pembangunan perkebunan dengan melibatkan perusahaan-perusahaan besar swasta
maupun pemerintah. (belum ada data kondisi hutan di Riau dalam angka)
9 Menurut PT Arara Abadi, warga tersebut mencuri kayu akasia perusahaan yang
berada di bawah naungan PT Indah Kiat. Tetapi sebaliknya masyarakat
mengatakan bahwa mereka menebang kayu di hutan yang dimiliki kampung
mereka masing-masing. Ini ditangkis perusahaan dengan mengatakan bahwa
hutan itu merupakan hutan kawasan mereka. Sedangkan masyarakat tetap
bersikeras mengatakan hutan itu berada di kampung mereka tanpa pernah ada
penyelesaian antara rakyat dan perusahaan.
9 Nasib perkebunan kelapa rakyat di Kabupaten Indragiri Hilir: sudah lebih dari
15 tahun diketahui bahwa tidak kurang dari 100.000 ha kebun kelapa terancam
punah karena resapan air laut. Sementara pembangunan perkebunan kelapa oleh
PT Pulau Sambu di sana yang tentu saja berkat dorongan pemerintah, dengan
sekejap saja melahap perkebunan kelapa rakyat sehingga harga kelapa diatur oleh
perusahaan itu.
9 Jalan raya Minas yangt dilintasi umum tanpa henti sepanjang hari bukan main
buruknya, padahal Minas merupakan daerah minyak yang terkenal di dunia.
Nama minyak Minas tergolong terbaik di dunia.
9 Di daerah minyak ini, penduduknya selalu kehabisan minyak tanah dan solar.
Ketika minyak goreng langka, penduduk Riau tak bisa melakukan apa-apa,
padahal produksi minyak sawitnya nomor dua terbesar di Indonesia setelah
Sumatera Utara.
9 Riau juga memiliki pabrik kertas yang disegani di dunia, tetapi harga kertas ini
lebih murah di Jakarta dibanding di Pakanbaru, bahkan dibandingkan Padang
sekalipun.
Prof. Tabrani Rab, salah seorang putra daerah dan tokoh masyarakat Riau
menyampaikan aspirasi Riau Merdeka selama kepemimpinan presiden
Abdurachman Wahid. Aspirasi ini menjadi gerakan politik yang
mengedepankan lobi-lobi politik tingkat pusat dengan didukung gerakan massa
dan gerakan mahasiswa.
Makmur Hendrik, salah seorang putra daerah Riau yang berasal dari Desa
Buluhcina, menyampaikan aspirasi otonomi khusus, yaitu otonomi yang
memberikan hak/bahaian daerah dari hasil penjualan minyak dan sumber daya
alam lainnya, lebih besar dibanding yang ditentukan melalui UU no. 25 tahun
1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Sebab, dalam UU ini dari
penjualan minyak bumi Riau hanya mendapat 15 persen dari penjualan netto
setelah dipotong pajak.
615 (47,8%) sedangkan wanitanya 672 (52,2%). Penduduk desa Buluhcina terdiri
dari beberapa suku antara lain suku Melayu (24,5%), suku Domo (21,8%), suku
Dayun (2,3%), suku Minang (0,5%), suku Jawa (0,9%), dan lainnya (3,2%).
Diantara suku-suku itu, suku yang paling dominan adalah suku Melayu dan
Domo. Kedua suku ini memegang kepemimpinan adat di desa, dengan
kepemimpinan ninik-mamak (orang-orang tua atau yang dituakan karena
dipercaya sebagai keturunan leluhur mereka). Disamping itu ada pemerintahan
desa dan LKMD (sekarang di ganti Badan Perwakilan Desa). Pada tahun 1997
berdiri sebuah lembaga kemasyarakatan yang indepanden yakni Lembaga
Musyawarah Besar (LMB) yang diprakarsai oleh Makmur Hendrik, seorang putra
daerah Buluhcina. Maksud didirikannya LMB adalah untuk menjembatani
pemerintahan desa dengan pemerintahan diatasnya yakni kecamatan dan
kabupaten, terutama dalam menyalurkan dana-dana pembangunan desa, secara
independen. Dalam perkembangannya, LMB memainkan peran besar dalam
pembangunan desa Buluhcina, bahkan secara informal telah menggantikan peranperan LKMD atau BPD sekarang. Desa Buluhcina yang miskin dahulu dan
dihinggapi banyak penyakit sosial seperti perjudian, minuman keras, dsb. kini
telah hilang. Banyak infrastruktur fisik seperti jalan, bangunan publik termasuk
rumah adat, kantor pemerintahan desa, transportasi sungai, pembangunan dam,
dll. diprakarsai oleh LMB. LMB juga berhasil memperjuangkan status hutan adat
suku Melayu dan suku Domo di kawasan desa Buluhcina untuk kepentingan
bersama masyarakat desa.
LMB telah berhasil memperjuangkan kawasan hutan adat desa Buluhcina seluas
2500 ha. Untuk kepentingan penghidupan penduduk desa kawasan hutan seluas
2500 ha itu dibagi menjadi dua, yakni,
Kedua, seluas 1000 ha sisanya dijadikan kawasan hutan lindung, atau hutan
adat yang dikembangkan oleh penduduk setempat menjadi kawasan hutan
lindung adat. Penerapan hutan lindung adat ini berlangsung di dalam
kehidupan tradisional mereka dan diatur dalam aturan-aturan adat yang
sangat ketat. Sejauh ini, kondisi hutan adat lindung ini berjalan dengan baik.
Aturan-aturan adat seperti tidak boleh menebang pohon, berburu,
menggunakan bom dan potasium untuk menangkap ikan di danau, dsb diikuti
dengan sanksi-sanksi yang ketat, sehingga bisa berjalan di dalam komunitas
desa Buluhcina itu secara intensif. Aspirasi penduduk desa melalui LMB itu
sekarang ingin menjadikan kawasan seluas 1000 ha ini menjadi kawaan
hutan wisata. Hal ini menjadi beban yang cukup berat karena mereka
mengasumsikan perlu adanya sertifikat yang menyatakan satatus hutan
adat itu dan sekaligus juga bisa menjadi status hukum formal bagi mereka.
Desa Buluhcina termasuk salah satu desa miskin di Riau. Angka putus sekolah
sangat tinggi dann jumlah pengangguran semakin membengkak. Setelah putus
sekolah biasanya mereka bekerja di pabrik-pabrik yang berada di sepanjang jalan
menuju Pakanbaru. Kondisi ini sangat memprihatinkan karena mereka kini
memiliki dan menguasai hutan adat seluas 2500 ha itu tidak bisa memanfaatkan
SDA nya karena kekurangan akses dan modal. Sebagian besar orang-orang tua
bekerja sebagai nelayan sungai dan membuat budidaya ikan air tawar dengan
membuat keramba-keramba di sungai serta memancing ikan di danau. Sejauh ini
belum ada mata pencaharian aternatif yang bisa menjadi pemecah masalah
pengangguran dan kurangnya lahan pekerjaan di desa itu.
Kemajuan yang telah dicapai oleh LMB menjadi sangat berarti bagi kemajuan desa
Buluhcina dan memberikan potensi-otensi yang sangat besar bagi ide-ide
pengembangan berikutnya.
Pasal 1 (6): Hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat
hukum adat.
Pasal 4 (3): Penguasaan hutan oleh negara tetap memperhatikan hak masyarakat
hukum adat, sepanjang kenyataannya asih ada dan diakui
keberadaannya, serta tidak bertentangan dengan kepentingan nasional.
Pasal 5 (2): Hutan negara sebagaimana dmaksud pada ayat (1) huruf a, dapat
berupa hutan adat.
Pasal 5 (3): Pemerintah menetapkan status hutan seagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2); dan hutan adat ditetapkan sepanjang menurut
kenyataannya masyarakat hukum adat yang bersangkutan masih ada
dan diakui keberadaannya.
Pasal 1 (5): Izin Kegiatan Hutan Kemasyarakatan adalah izin yang diberikan oleh
Bupati/Walikota kepada masyarakat setempat untuk melakukan pengelolaan hutan
kemasyarakatan.
Pasal 1 (7): Masyarakat setempat adalah kesatuan sosial yang terdiri dari warga
negara Republik Indonesia yang tinggal di dalam dan atau sekitar
hutan, yang membentuk komunitas, yang didasarkan pada kesamaan
mata pencaharian yang berkaitan dengan hutan, kesejarahan,
keterikata tempat tinggal, serta pengaturan tat tertib kehidupan
bersama.
Pasal 7 (2) a. : Sumber daya hutan terutama poensi kayu, potensi hasil hutan
bukan kayu, potensi wisata, potensi jasa lingkungan, keadaan
penggunaan lahan, potensi lahan.
9 Mencari mitra kerja LSM lokal yang berdomisili di Pakanbaru untuk bekerjasama
dan menjadi partner lokal dalam menggas, menelorkan dan menjalankan programprogram bersama.
9 Membentuk semacam forum hutan adat di Riau secara lebih luas yang meliputi
antar stakeholders baik masyarakat desa, masyarakat kota, pemerintah, perguruan
tinggi negeri dan swasta, asosiasi-asosiasi pengusaha, perusahaan-perusahaan
swasta, dan asosiasi-aosiasi profesional lainnya serta LSM-LSM.
Menjalin networking yang lebih luas di tingkat nasional dengan tetap berbasis
pada networking lokal (penguatan kelebagaan di tingkat lokal), serta menjajagi
kemungkinan membangun sebuah kampanye hutan adat di tingkat regional dan
global dengan menggunakan akses serta fasilitas Teknologi Informasi yang ada
seperti internet.