Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh:
TUJUAN PRAKTIKUM
Mampu membuat sediaan krim steril hidrokortison asetat 2% dengan formula yang
tepat serta dapat mengevaluasi sediaan yang dibuat
AI.
PENDAHULUAN
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Departemen Kesehatan RI,2014)
atau bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (mengandung air tidak kurang
dari 60 %) (Syamsuni, 2006).Pembuatan sediaan topical ini bertujuan untuk pasien yang
tidak bias penggunaan obat secara oral atau intravena.
Luka terbuka pada bagian luar kulit merupakan luka yang cukup parah. Luka
terbuka akibat goresan atau gesekan dapat mempermudah bakteri masuk kedalam tubuh
melalui jaringan yang kulit yang tebuka. Apabila sediaan terutama ditujukan untuk
penggunaan pada luka terbuka yang besar atau pada kulit yang terluka parah, maka krim
harus steril. Sediaan harus memenuhi uji serilitas. (Britis Pharmacope,2009 ). Pembuatan
krim yang dapat dengan mudah digunakan pasien dengan segera, membuat pasien
mendapatkan pertolongan pertama pada luka terbuka agar bakteri tidak mudah masuk
kedalam tubuh.
Pembuatan sediaan krim hidrokortison asetat ini diharapkan dapat membantu pasien
yang mengalami peradangan karena bahan aktif dari sediaan ini memiliki efek farmakologi
sebagai anti-inflamasi yaitu untuk mengobati peradangan akibat penyakit kulit (Pubchem,
NCBI Journal). Dengan demikian sediaan ini berguna untuk pasien yang mengalami luka
terbuka sebagai pertolongan pertama untuk anti inflamasi.
BI.
TINJAUAN PUSTAKA
Hidrokortison asetat merupakan golongan kortikosteroid yang mempunyai efek
farmakologi sebagai anti-inflamasi atau antiradang akibat penyakit kulit yang responsif
terhadap kortikosteroid (Pubchem, NCBI Journal). Kortikosteroid bekerja dengan cara
mencegah reaksi alergi dengan cara mencegah reaksi alergi, mengurangi peradangan, dan
menghambat sel epidermis( Departemen dan Farmakologi dan Terapeutik Fakultas
Dalam pembuatan cukup sulit karena harus dalam keadaan panas (suhu
yang sama).
Mudah pecah yang dapat disebabkan formula yang tidak pas dalam
pembuatan.
Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu
sistem campuran terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan
perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan.
(Ansel,H.C.,1989)
IV.
FORMULASI
1. Bahan aktif
Bahan aktif
Pemerian
Hidrokortison
Serbuk Kristal putih atau hamper putih ( TPC
12th ed pg.901)
Kelarutan
Stabilitas
Panas
Cahaya
pH stabilitas
hidrolisis / oksidasi
terlindung cahaya
2. Na EDTA
Pemerian
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam kloroform dan eter, sedkit larut dalam
etanol (95%), larut dalam air 1:11 bagian (HOPE 6th ed, p 243)
Stabilitas
Kegunaan
Inkompabilitas
pg.243)
3. Na Metabisulfit
Pemerian
Kelarutan
Stabilita
Penyimpanan
Kegunaan
Inkompatibilita
Pemerian
Kelarutan
Stabilita
Penyimpanan
Kegunaan
Inkompatibilita
6th, pg 64)
Dalam wadah terlindung dari cahaya (HOPE 6th, pg 64)
Sebagai pengawet (HOPE 6th, pg 64)
Inkompatible dengan pengoksidasi kuat, dan asam kuat. Ini juga dapat
5. Gliserin
Pemerian
Kelarutan
praktis tidak larut, ethanol 95% : larut, ether : 1:500, Etil asetat
: 1:11, methanol : larut, minyak : praktis tidak larut, (HOPE 6 th
ed, p 284)
Gliserin bersifat higroskopis. Gliserin murni tidak rentan
Stabilitas
Inkompabilitas
6. Vaselin album
Pemerian
Kelarutan
Stabilitas
Kegunaan
Inkompabilitas
7. Emulsifaying wax
Pemerian
Putih atau putih pucat lilin padat atau serpihan yang mencair
ketika dipanaskan untuk memberikan cairan hampir tidak
berwarna yang jelas. Lilin pengemulsi non ionic memiliki bau
samar dari cetostearyl alcohol. (HOPE 6th ed, p 777)rbuk
kristal putih,tidak bewarna,rasa asin,hablur,berbentuk kubus.
Kelarutan
Stabilitas
Inkompabilitas
8. Cetostearil alcohol
Pemerian
Larut dalam etanol (95%), eter, dan minyak; prakts tidak larut
dalam air (HOPE 6th ed, p 150)
Stabilitas
Kegunaan
Inkompabilitas
9. WFI
Pemerian
Kelarutan
Stabilitas
Panas
Hidrolisis/oksidasi
Cahaya
pH sediaan injeksi
Kegunaan
Inkompabilitas
V.
PENDEKATAN FORMULA
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Bahan
Hidrokortison asetat
Na EDTA
Na metabisulfit
Gliserin
Benzyl alcohol
Vaselin album
Cetostearil alcohol
Emulsifayingwax
WFI
Jumlah (%)
2.2%
0,02%
0,01%
10%
1.5%
5%
10%
2%
Ad 100%
Fungsi / alasan
Zat aktif
Pengkompleks
Anti oksidan
Emollient
Pengawet
Emulgator, basis
Emulgator, basia
Emulgator, basis
Pembawa, pelarut
VI.
Tube @ 5 g
Total pembuatan : 3 x 5 g : 15 g
Total sediaan dilebihkan 25% : (25% x 15 g) + 15 g
: 18,75 g ~20 g
Hidrokortison asetat 2%
: 2% x 20 g : 0,4 g
VII.
PENIMBANGAN
Penimbangan dibuat sebanyak 20 g berdasarkan pertimbangan
bobot
Nama bahan
Hidrokortison asetat
Basis yang dilebur
Na EDTA
Jumlah
2,2% x 20 g : 0,44 g
0,02% x 20 g : 0,004 g
Na Metabisulfit
Benzyl alkohol
Gliserin
Vaselin album
Cetostearil alcohol
Emulsifaying wax
WFI
VIII. STERILISASI
1. Alat
Nama Alat
Cara Sterilisasi
Waktu
Jumlah
Sterilisasi
Kaca arlogi
15 menit
Spatel
15 menit
Beaker glass 50 ml
15 menit
15 menit
15 menit
Batang pengaduk
15 menit
Pipet
15 menit
Corong
15 menit
Erlenmeyer
15 menit
15 menit
15 menit
Gelas ukur 10 ml
Oven 170
1 jam
Gelas ukur 25 ml
Oven 170
1 jam
Oven 170
1 jam
Karet pipet
Alcohol 70%
1 hari
2. Wadah
No.
Nama alat
Jumlah
Botol infus
Tutup aluminium
3. Bahan
No.
Ammonium klorida
3,224 g
NaCL
2,489 g
Carbon aktif
WFI
700 ml
IX.
PROSEDUR PEMBUATAN
RUANG
Grey area
PROSEDUR
1. Semua alat dan wadah dicuci bersih, dibilas dengan aquadest
(ruang sterilisasi)
dan keringkan
2. Bagian mulut erlenmeyer, beaker glass, corong, dan gelas ukur
ditutup dengan kertas perkamen
3. Bungkus semua alat yang akan di sterilisasi panas
menggunakan perkamen
4. Lakukan sterilisasi dengan cara :
Beaker glass, gelas ukur, erlenmeyer, pipet tetes, corong
gelas, dan kaca arloji, disterilisasi dengan autoklaf pada
suhu 121oC tekanan 15 Psi, selama 15 menit
Spatel, mortir, stamper, cawan penguap, tube dan batang
pengaduk disterilisasi dengan oven pada suhu 170o C
selama 1 jam
Karet pipet dan tutup plastik tube direndam dalam
alkohol 70% selama 24 jam
5. Setelah disterilisasi, semua alat dan wadah dimasukkan kedalam
white area melalui trnsfer box
Grey area
(ruang
penimbangan)
White area
(ruang
pencampuran)
Grade A
background B
transfer box
1. Lakukan evaluasi sediaan
2. Sediaan diberi etiket dan brosur kemudian dikemas dalam
wadah sekunder
X.
No
Prinsip
Jumlah
Syarat
Hasil
Tidak berbau
Bau: tidak
sample
Evaluasi fisika
1
Organoleptic
dan sedikit
berbau
berwarna putih
Warna:
sedikit putih
pH sediaan
Pengukuran pH
pH 3,5 4,5
pH 7,76
Homogenitas
mengguakan pH meter
Dengan melihat
distribusi ukuran
harus sama
partikel sama
Untuk tipe
Sediaan
krim o/w,
berwarna
arloji, tambahkan
warna metilen
biru
blue larut
Amati perubahan
dalam sediaan
di kaca arloji
4
Tipe krim
Teteskan sedikit
Isi minimum
Menghitung berat
Berat bersih
Tube 1:
rata-rata
4,943 g
wadah
10wadah tidak
Tube 2:
kurang
5,257 g
dari bobot di
Tube 3:
etiket, dan
5,350 g
tidak ada 1
Rata rata :
wadah
5,183
yang bobot
bersih isinya
kurang dari 90
%
dari bobot di
etiket. Berat
bersih di etiket
5 gram.
Penetapan
Menentukan ukuran
ukuran globul
Dispensasi
Dispensasi
Dispensasi
Dispensasi
Dispensasi
dispensasi
Dispensasi
Dispensasi
menggunakan
7
Uji kebocoran
mikroskop
Menggunakan vakum
tube
Uji pelepasan
Dengan mengukur
sediaan
Evaluasi kimia
Identivikasi zat
Menggunakan
aktif
Penetapan
merah
kadar
Evaluasi
biologi
1
Uji sterilitas
Dengan metode
Dispensasi
Dispensasi
Uji efektifitas
inikuasi
Menggunakan uji
Dispensasi
Dispensasi
pengawet
Kandungan
mikroba
-
Dispensasi
Dispensasi
anti mikroba
XI.
PEMBAHASAN
Pada praktikun teknologi sediaan steril ini, praktkan membuat sediaan krim steril
hidrokortison asetat. Hidrokortison asetat merupakan zat aktif yang bergua sebagai antiinflamasi yaitu untuk mengobati peradangan akibat penyakit kulit (Pubchem, NCBI
Journal). Bahan aktif ini diserap melalui epidermis atau dermis. Mekanisme sebenarnya
dari efek anti-inflamasi sangat kompleks dan kurang dimengerti. Dipercayai bahwa
kortikosteroid menggunakan efek anti-inflamasinya dengan menghibisi pembentukan
prostaglandin dan derivat lain pada jalur asam arakidonat. Mekanisme lain yang turut
memberikan efek anti-inflamasi kortikosteroid adalah menghibisi proses fagositosis dan
menstabilisasi membran lisosom dari sel-selfagosit (Indonesia Medicine, 2012).
Bahan aktif yang digunakan oleh praktikan ditujukan untuk penggunaan topical
karena zat aktif memiliki absorbsi yang buruk jika digunakan untuk oral, sehingga lebih
sering digunakan untuk topical. Menurut lteratur, hidrokortison asetat memiliki log p 2,21.
Log p yang bagus untuk penggunaan topical adalah 1-3. Data tersebut membuktikan
bahwa , zat aktif yang digunakan lebih larut dalam fase minyaknya dan memiliki afinitas
yang sangat tinggi terhadap minyak. Dibuatlah sediaan krim hidrokortison asetat tipe m/a
agar zat lebih mudah terlepas dari sediaan. Krim tipe m/a akan meningkatkan acceptable
pasien karena krim tipe ini lebih nyaman karena tidak terlalu lengket dan mudah dicuci
dengan air.
Zat aktif dibaut dalam bentuk m/a dimana minyak merupakan fase dalemnya.
Praktikan menggunakan basis krim yaitu vanishing cream yaitu cetostearil alcohol,
emulsifaying wax dan vaselin album. Krim adalah bentuk sediaan setengah padat
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang
sesuai (Departemen Kesehatan RI,2014). Zat aktif yangdigunakan lebih larut dalam
minyak, sehingga penggunaan WFI tidak terlalu banyak. Dalam hal ini, sediaan tidak
menggunakan dapar walaupun memiliki rentang pH yang sempit. Selain karena
penggunaan WFI yang sedikit, sediaan dengan bahan aktif tersebut lebih terlarut dalam
fase minyaknya, sehingga dalam fase air tidak merusak zat aktif.
Basis yang digunakan dalam pembuatan krim steril hidrokortison asetat adalah basis
minyak. Dimana vaselin album mrupakan eksipien yang mudah teroksidasi sehingga perlu
penambahan anti oksidan. Na Metabisulfit digunakan sebagai anti oksidan. Menurut
literature, sediaan dibuat untuk penggunaan multipledose, sehingga perlu penambahan
pengawet anti mikroba. Pengawet anti mikroba yang digunakan adalah benil alcohol.
Zat aktif yang digunaka merupakan zat aktif yang tidak tahan terhada pemanasan.
Hidrokortison asetat dibuat dengan teknk aseptic (Lund,1994). Penggunaan zat aktif yang
tidak tahan pemanasan dapat dilakukan dngan metode titurasi, dimana dalam metode ini,
ada atu atau beberapa zat yang tidak ikut dilebur atau tidak tahan pemanasan. Zat aktif ini
juga haus disimpan dalam wadah tertutup rapat terlindung cahaya (Lund,1994). Sehingga
digunakan tube aluminium denga penutumnya. Karena penggunan tube aluminium, perlu
penambahan pengkompleks agas sediaan yang dibuat tidak mengalami kerusakan saat
kontak dengan logam. Penambahan pengkompleks yaitu Na EDTA.
Krim merupakan sediaan yang sama seperti salep hanya saja mengandung air yang
lebih banyak dibandingkan salep yaitu tidak kurang dari 60% (Syamsuni, 2006). Eksipien
lain yang digunakan merupakan zat yang mudah larut dalam air. Eksipien eksipien tersebut
dilarutkan dalam WFI kemudian di lebur bersamaan. Digunakan WFI sebagai pelarut dan
juga sebagai pembawa sediaan krim. Krim yang dibuat harus acceptable untuk pasient yang
menggunakannya, sehingga perlu penambahan emollient. Penggunaan gliserin sebagai
emollient.
Hidrokortison asetat merupakan zat aktif yang biasa digunakan untuk sediaan topical
seperti krim. Kadar hidrokortison asetat sebagai krim adalah 90% - 110% (USP30-NF25).
Penambahan kadar zat aktif 10%. Zat aktif yang digunakan tidak tahan pemanasan dan
digunakan metode titurasi basis krim dilebihkan 20%. Untuk mencegah terjadinya
kehilangan volume saat proses pembuatan, sediaan total dilebihkan 25%.
XII.
KESIMPULAN
Formulasi yang tepat untuk sediaan steril infus adalah sebagai berikut.
No Nama bahan
1
Hidrokortison
2
3
4
5
6
7
8
9
asetat
Na EDTA
Na Metabisulfit
Benzyl alkohol
Gliserin
Vaselin album
Cetostearil alcohol
Emulsifaying wax
WFI
Jumlah
0,44 g
Alas an
Zat aktif
0,0048 g
0,0024 g
0,36 g
2,4 g
1,2 g
2,4 g
0,48 g
16,625 ml
Pengkompleks
Anti oksidan
Pengawet
Emollient
Basis, emulgator
Basis, emulgator
Basis, emulgator
Pelarut, pembawa
XIII.
DAFTAR PUSTAKA
S.C.,
2009.Martindale
The
Complete
Drug
Reference
36.
Jakarta
Allergy
Clinic
Online
Education
Network.
BROSUR
KRIM HIDROKORTISIN ASETAT
KOMPOSISI
EFEK FARMAKOLOGI
untuk anti inflamasi atau imunosupresif untuk
mengobati peradangan akibat penyakit kulit yang
responsive terhadap kortikosteroid
INDIKASI
untuk peradangan pada kulit dan pereda nyeri
CARA PAKAI
Dewasa:
Dioleskan pada bagian yang sakit 1 2 kali sehari
EFEK SAMPING
Rasa terbakar, gatal, kekeringan, atropi kulit, infeksi
sekunder
PERINGATAN
Hati-hati penggunaan Hydrocortisone pada jangka
waktu yang lama, area kulit yang luas, wanita hamil,
bayi dan anak berusia di bawah 4 tahun.
Hindari kontak dengan mata, membrane mukosa,
dan kulit yang sensitive / rusak.
No. Reg. DKL1500702229A1
PT. PHARAFAMU FARMA
BANDUNG INDONESIA
Etiket
Kemasan