Dalam makalah ini, perancangan pipa di bawah laut dengan metode S-lay
akan didiskusikan. Diameter luar pipa yang digunakan sebagai parameter
studi kasus adalah 14 inc. Perancangan dimulai dengan menentukan
tebal pipa, melakukan analisis kestabilan pipa, melakukan analisis
bentang bebas pipa dan melakukan analisis instalasi. Berbagai jenis
pembebanan harus diidentifikasi untuk dapat menentukan tebal pipa dan
bentang bebas pipa, sementara itu pelapisan concrete harus dilakukan
untuk menambah kestabilan pipa. Untuk analisis bentang bebas pipa,
kajian dilakukan dengan menggunakan analisis statik dan dinamik.
Swibber resolute digunakan sebagai lay barge dalam analisis instalasi
dengan metode S-lay, dan analisis dilakukan dengan menggunakan
perangkat lunak offpipe. Dari hasil evaluasi dan analisis diperoleh bahwa
untuk kasus ini tebal pipa yang dipilih adalah 14,3 mm, penambahan
pelapis concrete adalah 45 mm, jarak maksimum bentang bebas pipa
dalam kondisi statik dan dinamik masing-masing adalah 13 m dan 40 m,
dan berdasarkan analisis instalasi dapat diprediksi bahwa tegangan
maksimum di daerah overbend adalah 72 % SMYS dan di daerah sagbend
12,5 % SMYS, serta radius kurva minimum yang boleh terjadi adalah
96,65 m.
Kata kunci: tebal pipa, kestabilan pipa, bentang bebas, kondisi statik dan
dinamik, SMYS.
ABSTRACT
In this paper, offshore pipeline design with S-lay method will be discussed.
The outside diameter as case study parameter is 14 inch. As a procedure,
the wall thickness selection, on bottom stability analysis, free span
analysis, and installation analysis will be performed. Various type of the
load should be identified in order to determine wall thickness and free
span analysis, meanwhile concrete coating can be used to increase on
bottom stability. Static and dynamic analysis is implemented in free span
analysis. In the installation analysis with S-lay method, swibber resolute is
used as lay barge, using offpipe software package. Based on evaluation
and analysis, it is found that the wall thickness is 14.3 mm, concrete
coating thickness is 45 mm, maximum distance of free span are 13 m for
static and 40 m for dynamic, and it can be predicted that maximum stress
at overbend area is 72% SMYS, at segbend area is 12.5% SMYS and
minimum radius curvature is 96.65 m.
Key words: wall thickness, on bottom stability, free span, static and
dynamic condition, SMYS.
1.
Pendahuluan
Metode Instalasi
Jenis-jenis metode instalasi pipa di bawah laut diantaranya adalah S-lay, Jlay dan Reel lay. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan.
Metode S-lay adalah metode yang paling sering dipakai. Gambar 1
menunjukkan sketsa dari metode S-lay dan gambar 2 menunjukkan sketsa
metode instalasi J-lay.
Pre-analisis Instalasi
Tekanan Eksternal
Struktur pipa di bawah laut akan mengalami tekanan hidrostatik dari air
laut yang menjadi lingkungan kerjanya dan tekanan ini disebut sebagai
tekanan eksternal pada pipa. Semakin dalam lokasi pipa, semakin besar
pula tekanan eksternal yang bekerja pada pipa tersebut. Pada kedalaman
tertentu dimana tekanan eksternal jauh lebih besar dari tekanan internal
yang bekerja pada pipa, maka semakin besar pula kemungkinan akan
terjadinya kegagalan (collapse) pada pipa.
Untuk mencegah terjadinya collapse tersebut, maka besarnya tekanan
eksternal yang bekerja pada pipa harus memenuhi kriteria berikut ini
(DNV, Submarine Pipeline Systems, 2012):
(2)
Dimana:
= Tekanan eksternal (psi)
=
= Massa jenis air laut (lb/ft)
= Percepatan gravitasi (ft/s)
= Kedalaman perairan (ft)
Lokal Buckling
Lokal buckling merupakan suatu kondisi dimana terjadi deformasi bentuk
pada satu titik penampang melintang suatu pipa. Kondisi kritis yang
terjadi merupakan kombinasi dari longitudinal stress dan hoop stress, dan
dapat dirumuskan sebagai berikut ini (DNV, Submarine Pipeline Systems,
1981):
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
Dimana:
= Longitudinal stress
= Longitudinal stress (Axial)
= Longitudinalstress (Bending)
= Critical longitudinal stress
=Critical longitudinal stress (Axial)
=Critical longitudinal stress (Bending)
= Critical hoop stress
Propagation buckling
Propagation buckling adalah kondisi dimana potongan melintang pipa
berubah konfigurasinya dan merambat di sepanjang pipa. Energi yang
menyebabkan buckle merambat adalah tekanan hidrostatik, yang
disebabkan karena tekanan eksternal (hidrostatik) lebih besar dari
tekanan propagation buckling pipa, yang berperan sebagai penahan.
(API, 2009)
(13)
(14)
(15)
Gaya horizontal :
(16)
2.3 Analisis Bentang Bebas Pipa
Kondisi bentang bebas pipa adalah kondisi dimana pipa menggantung
tanpa tumpuan sehingga akan menyebabkan pipa mengalami
kegagalan. Bentang bebas pipa terdapat 2 kondisi yaitu statik dan
dinamik. Untuk kondisi dinamik ada dua kasus pergerakan, in line
dan cross flow. Seperti ditunjukkan pada gambar 4.
(17)
Lc in-line
(18)
3.
Instalasi pipa dengan metoda S-lay, membagi pipa menjadi 2 daerah yaitu
overbend dan sagbend (lihat gambar 5). Overbend adalah lengkungan
pipa yang terbuka kebawah dimulai dari pipa di barge (keluar tensioner)
hingga ujung stinger (stinger tip), sedangkan daerah sagbend adalah
lengkungan pipa yang terbuka keatas yang dimulai dari titik balik
(inflection point) sampai ke touchdown point (TDP). Barge berfungsi
sebagai tempat proses-proses yang dilakukan sebelum proses instalasi
seperti penyimpanan, pengelasan, dan pengujian. Tensioner adalah alat
yang berfungsi mendorong dan menarik pipa pada saat proses instalasi.
Stinger adalah struktur yang dibuat untuk pembentukan lengkungan
overbend. Touchdown point adalah titik jatuh pipa di dasar laut.
Pada daerah overbend pipa akan mengalami bending momen, tegangan
longitudinal akibat tensioner, dan gaya reaksi dari tumpuan di stinger.
Ketika pipa masuk kedalam air maka pipa akan dikenai beban hidrostatik
dari air. Pada daerah sagbend pipa akan mengalami bending momen,
tegangan longitudinal dan tekanan hidrostatik akan semakin besar karena
semakin dalam (mendekati dasar laut). Setelah pipa mencapai titik
jatuhnya (TDP) pipa akan mengalami residual lay tension akibat tegangan
tensioner pada saat proses instalasi.
Untuk keamanan dan keselamatan proses instalasi standar telah
mengatur tegangan maksimum yang diijinkan untuk daerah overbend
85% SMYS sedangkan sagbend 72% SMYS untuk kondisi statik.
(19)
Dimana :
F
(20)
Dimana:
q
=
EI
=
s
=
=
(21)
Rminimum yang diijinkan = 96,65 m; Ryang terjadi = 114,10 m
Diketahui :
E = Modulus elastisitas
D = Diameter luar pipa
SMYS = Specified Minimum Yield Strength
DF = Desaign factor
Radius sagbend yang terjadi :
(22)
R = 219,77 m
Diketahui :
T = Residual lay tension
i = koefisien gesek seabed
wsub = berat pipa terendam
SF = safety factor
Kesimpulan
Dengan hasil stress di overbend < 85% SMYS dan sagbend < 72% SMYS
serta radius minimum 96,65 m maka dapat dikatakan bahwa pipa layable
(dapat diinstal dengan aman).
DAFTAR PUSTAKA