a. Sanksi Pidana
Untuk kelalaian yang berlaku bagi setiap orang, diatur dalam Pasal 359, 360,
dan 361 KUHP
b. Sanksi Perdata
Seorang dokter yang telah terbukti melakukan kelalaian sehingga pasiennya
menderita luka atau mati, dapat digugat secara perdata berdasarkan Pasal 1366, 1370,
atau 1371 KUH Perdata
untuk menuntut suatu ganti rugi, yang harus dinilai menurut kedudukannya dan
kekayaan kedua belah pihak serta menurut keadaan.
Penjelasan
Ayat (1)
Pemberian hak atas ganti rugi merupakan suatu upaya untuk memberi
perlindungan bagi setiap orang atas suatu akibat yang timbul, baik fisik maupun
nonfisik karena kesalahan atau kelalaian tenaga kesehatan. Perlindungan ini sangat
penting karena akibat kesalahan atau kelalaian itu mungkin dapat menyebbkan
kematian atau menimbulkan cacat dan permanen
Yang dimaksud dengan kerugian fisik adalah hilangnya atau tidak berfungsinya
seluruh atau sebagian organ tubuh, sedangkan kerugian nonfisik berkaitan dengan
martabat seseorang.
dan keterampilan rata-rata bukan dengan dokter yang terpandai. Culpa pada
hakekatnya adalah pertentangan nurani antara kesenjangan disatu pihak dengan
kebetulan dipihak lain.
Ukuran yang digunakan untuk culpa bukanlah orang/dokter yang paling hatihati, malainkan culpa lata itu sendiri. Kelalaian bukanlah suatu penggaran hukum atau
kejahatn, jika kelalaian itu tidak sampai membawa kerugian atau cidera kepada orng
lain dan orang itu dapat menerimanya. Namun, jika kelalaian itu dapat mengakibatkan
kerugian materi, mencelakakan bahkan merenggut nyawa orang lain, maka ini dapat
diklasifikasikan sebagai kelalaian berat (culpa lata), serius dan kriminal.
Culpa lata tidak dapat digunakan dalam bidang hukum perdata, sehingga
perkara yang hanya memenuhi culpa levis dapat ditampung dalam hukum perdata dan
hukum disiplin tenaga kesehatan
Tolak ukur culpa lata adalah :
a. Bertentangan dengan hukum
b. Akibatnya dapat dibayangkan
c. Akibatnya dapat dihindarkan
d. Perbuatannya dapat dipersalahkan
Di sini berlaku prinsip barangsiapa menimbulkan kerugian, pada orang lain harus
memberikan ganti rugi atau kerugian tersebut. Kemungkinan-kemungkinan
malpraktek perdata dapat terjadi untuk hal-hal sebagai berikut :
a. Wenprestasi (Pasal 2139 KUH Perdata)
b. Perbuatan melanggar hukum (Pasal 1365 KUH Perdata)
c. Melalaikan kewajiban (Pasal 1367 KUH Perdata)
d. Kelalaian yang mengakibatkan kerugian (Pasal 1366 KUH Perdata)
Dalam bidang kesehatan/ kedokteran, ada faktor-faktor yang khusus yang tidak
dijumpai pada hukum yang berlaku umum sebagai berikut (guwandi, 1991) :
b. Risiko alergik
c.
Secara yuridis semua kasus dapat diajukan ke pengadilan baik pidana maupun
perdata sebagai malpraktek medis dan apabila terbukti bahwa dokter tidak
menyamping dari SPM (Standar Profesi Medis).
Jadi, instansi pertama yang akan menangani kasus-kasus malpraktik adalah Majelis
Kehormatan Etik Kedokteran cabang atau wilayah. Masalah yang tidak dapat diselesaikan
oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran dirujuk ke P3EK provinsi dan jika P3EK provinsi
tidak mampu menanganinya maka kasus tersebut akan diteruskan ke P3EK pusat.
Begitu pula kasus-kasus malpraktik etik yang dilaporkan ke polisi diharapkan dapat
diteruskan terlebih dahulu ke Majelis Kehormatan Etik Kedokteran cabang atau wilayah.
Jika suatu pelanggaran merupakan malpraktik hukum pidana atau perdata, maka
kasusnya diteruskan ke pengadilan. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa oleh karena
kurangnya pengetahuan pihak penegak hokum tentang ilmu dan teknologi kedokteran
menyebabkan dokter yang ditindak hukum menerima hukuman yang tidak adil.
Alur Pengajuan Tuntutan Pasien kepada dokter gigi
Tahap pengaduan pasien jika terjadi malpraktek oleh dokter:
MKEK cabang / wilayah P3EK provinsi P3EK pusat
Namun, dalam hal terjadi kelalaian dokter/tenaga kesehatan sehingga mengakibatkan
terjadinya malpraktik, korban tidak diwajibkan untuk melaporkannya ke MKEK/MKDKI
terlebih dahulu. Dalam Pasal 29 UU Kesehatan justru disebutkan bahwa dalam hal tenaga
kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya, kelalaian tersebut
harus diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi.
Jadi, ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam hal terjadi kelalaian oleh tenaga
kesehatan yakni:
a.
b.
Melakukan mediasi;
c.
Jika ternyata ada kesengajaan dalam tindakan tenaga kesehatan tersebut, maka dapat
dilakukan upaya pelaporan secara pidana.
Pemeriksaan
Pasal 67
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia memeriksa dan memberikan keputusan
terhadap pengaduan yang berkaitan dengan disiplin dokter dan dokter gigi.
Pasal 68
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan pelanggaran etika, Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia meneruskan pengaduan pada organisasi profesi.
Bagian Keempat
Keputusan
Pasal 69
(1) Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia mengikat dokter, dokter
gigi, dan Konsil Kedokteran Indonesia.
(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ) dapat berupa dinyatakan tidak bersalah
atau pemberian sanksi disiplin.
(3) Sanksi disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa :
a. pemberian peringatan tertulis;
b. rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik; dan/atau
2. Monitoring&evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh BPPA bersama dengan pengurus PDGI
lainnya. Evaluasi dilakukan terhadap upaya pembinaan dan pembelaan anggota
3. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dilakukan secara berjenjang sesuai keberadaan BPPA. Pelaporan dilakukan
sesuai dengan hirearki kewenangan BPPA masing-masing. Pelaporan dilakukan
sekurang-kurangnya setahun sekali kepada BPPA pusat.
4. Pengorganisasian
5. Pembiayaan
Tatalaksana pembelaan:
1. Pembelaan hanya diberikan kepada anggota PDGI aktif