Anda di halaman 1dari 5

PEMBAHASAN

Laboratorium Kesehatan (Labkes) adalah sarana kesehatan yang melaksanakan


pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan
bukan berasal dari untuk penentuan jenis penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang dapat
berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat.
Sebagai bagian yang integral dari pelayanan kesehatan, pelayanan laboratorium
sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan berbagai program dan upaya kesehatan, dan
dimanfaatkan untuk keperluan penegakan diagnosis, pemberian pengobatan dan evaluasi
hasil pengobatan serta pengambilan keputusan lainnya.
Mutu pelayanan di laboratorium berkaitan dengan data hasil uji analisa laboratorium.
Laboratorium dikatakan bermutu tinggi apabila data hasil uji laboratorium tersebut dapat
memuaskan pelanggan dengan memperhatikan aspek-aspek teknis seperti precision and
accuracy atau ketepatan dan ketelitian yang tinggi dapat dicapai dan data tersebut harus
terdokumentasi dengan baik sehingga dapat dipertahankan secara ilmiah.
Untuk mencapai mutu hasil laboratorium yang memiliki ketepatan dan ketelitian
tinggi maka seluruh metode dan prosedur operasional laboratorium harus terpadu mulai dari
perencanaan, pengambilan contoh uji, penanganan, pengujian sampai pemberian laporan hasil
uji laboratorium ke pelanggan. Mutu suatu produk atau jasa bukan hanya penting bagi
pemakai namun juga bagi pemasok. Pada pelayanan jasa laboratorium kesehatan rendahnya
mutu hasil pemeriksaan pada akhirnya akan menimbulkan penambahan biaya untuk kegiatan
pengerjaan ulang dan klaim dari jasa pelanggan. Untuk menanggulangi biaya kompensasi
yang berasal dari rendahnya mutu hasil pemeriksaan laboratorium tersebut diperlukan suatu
usaha peningkatan mutu.
Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium mempunyai arti keseluruhan
proses atau semua tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketepatan dan ketelitian hasil
pemeriksaan. Agar diperoleh sistem manajemen yang baik yang di latar belakangi oleh
sumber daya manusia yang professional dan bertanggung jawab. Kegiatan mutu meliputi
kegiatan pemantapan mutu internal dan kegiatan pemantapan mutu eksternal.
A. Pemantapan Mutu Internal (PMI)
Pemantapan Mutu Internal (PMI) adalah kegiatan pencegahan dan
pengawasan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing
laboratorium secara terus menerus agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
a. Cakupan Objek PMI
1) Tahap pra-analitik
2) Tahap analitik
3) Tahap pasca-analitik

b. Tujuan
1)Memantapkan

dan

menyempurnakan

metode

pemeriksaan

dengan

mempertimbangkan aspek analitik dan klinis ;


2) Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga tidak terjadi mengeluarkan hasil yang
salah dan perbaikan kesalahan dapat dilakukan segera ;
3) Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien, pengambilan
spesimen, pengiriman spesimen, penyimpanan serta pengolahan spesimen sampai
dengan pencatatan dan pelaporan hasil telah dilakukan dengan benar ;
4) Mendeteksi kesalahan dan mengetahui sumbernya :
5) Membantu perbaikan pelayanan pasien melalui peningkatan PMI.
Pemantapan Mutu Internal (PMI) dilakukan sendiri olah laboratorium klinik
yang bersangkutan untuk mengendalikan mutu analisisnya setiap hari. PMI meliputi
pemantapan presisi dan pemantapan akurasi.
a. Presisi
Presisi atau ketelitian adalah kesesuaian atau kemiripan hasil-hasil
pemeriksaan berulang pada satu bahan pemeriksaan. Presisi dinyatakan dalam
koevisien variasi (CV) dalam bentuk persen, dimana semakin kecil nilai CV berarti
semakin baik.
b. Akurasi
Akurasi atau ketepatan adalah kesesuaian antara hasil pemeriksaan dengan
nilai benar/sebenarnya (True Value). Penilaian akurasi tidak harus selalu tepat
sama dengan (True Value) karena ada rentang nilai yang bisa digunakan sebagai
standar. Rentang nilai (range) tersebut didapatkan dari hasil pemeriksaan berulang
yang dihitung secara statistik berdasarkan standar deviasi (SD) dimana akurasi
dianggap bagus jika hasil pemeriksaan berada pada 2 SD.
Untuk melakukan pemeriksaan akurasi biasanya digunakan bahan kontrol
yang nilainya sudah diketahui dan didapatkan dari perusahaan reagen yang
digunakan dalam pemeriksaan.
Pada pemeriksaan kimia klinik , bahan pemeriksaan yang digunakan adalah
serum atau plasma. Perbedaan serum dengan plasma terletak pada pengolahan
darah yang telah diambil. Untuk pembuatan serum, darah tidak perlu dicampur
dengan antikoagulan, sedangkan untuk membuat

plasmaterlebih dahulu darah

harus dicampur dengan antikoagulan.


Interpretasi hasil pemantapan mutu biasanya dianalisis menggunakan
aturan Westgard Multirule System yang merupakan cara untu mengambul
keputusan/kesimpulan dari hasil pelaksanaan PMI. Westgard Multirule System

dapat mendeteksi adanya kesalahan dengan ketentuan yang sangat sensitif untuk
kesalah acak maupun kesalahan sistematik.
Aturan Westgard Multirule System meliputi 12S, 13S, 22S, R4S, 41S, dan 10x,
dengan ketentuan sebagai berikut :
1) 12S
Ketentuan peringatan, dimana terdapat 1 kontrol berada lebih dari 2SD
(masih terdapat di daerah 3SD), dikategorikan sebagi warning (tidak untuk
menolaksuatu proses pemeriksaan, perlu analisis lebih seksama).
2) 13S
Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol (out of
control), apabila hasil pemeriksaan satu bahan kontrol melewati batas x 3SD.
Merupakan ketentuan penolakan yang mencerminkan adanya kesalahan acak.
3) 22S
Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila
hasil pemeriksaan 2 kontrol berturut-turut keluar dari batas yang sama yaitu x +2SD
atau x 2SD. Merupakan ketentuan penolakan yang mencerminkan adanya
kesalahan sistematik.
4) R4S
Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila
perbedaan antara 2 hasil kontrol yang berturut-turut melebihi 4 SD (satu kontrol
diatas +2SD, lainnya dibawah -2SD). Merupakan ketentuan penolakan yang
mencerminkan kesalahan acak.
5) 41S
Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 4
kontrol berturut-turut keluar dari batas yang sama baik x +SD maupun x SD.
Merupakan ketentuan penolakan yang mencerminkan kesalahan acak dan
sistematik.
6) 10 X
Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 10
kontrol berturut-turut berada pada pihak yang sama dari nilai tengah. Merupakan
ketentuan penolakan yang mencerminkan kesalahan sistematik.
Aturan ini mendeteksi gangguan ketelitian (kesalahan acak) yaitu 1 3S, R4S
atau gangguan ketepatan (kesalahan sistematik) yaitu 2 2S, 41S, 10 x, 13S.
Dalam proses analisis dikenal 3 jenis kesalahan :
1) Inherent random error, merupakan kesalahan yang hanya disebabkan oleh limitasi
metodik pemeriksaan.
2) Systematik shift (kesalahan sistematik), yaitun kesalahan yang terus-menerus
dengan pola yang sama. Hal ini dapat disebabkan oleh standar kalibrasi atau
instrumentasi yang tidak baik. Kesalahan ini berhubungan dengan akurasi.

3) Random error (kesalahan acak), yaitu kesalahan dengan pola yang tidak tetap.
Penyebab kesalahan ini adalah ketidak-stabilan, misalnya pada penangas air,
reagen, pipet dan lain-lain.kesalahan ini berhubungan dengan presisi.
a. Pemantapan Mutu Eksternal
PME adalah kegiatan pemantapan mutu yang diselenggaralan secara periodik oleh
pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai
penampilan suatu laboratorium di bidang pemeriksaan tertentu.
Penyelenggaraan PME dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta atau internasional
dan diikuti oleh semua laboratorium, baik milik pemerintah maupun swasta dan dikaitkan
dengan akreditasi laboratorium kesehatan serta perizinan laboratorium kesehatan swasta.
PME harus dilaksanakan sebagaimana kegiatan pemeriksaan yang biasa dilakukan
oleh petugas yang biasa melakukan pemeriksaan dengan reagen/peralatan/metode yang biasa
digunakan sehingga benar-benar dapat mencerminkan penampilan laboratorium tersebut yang
sebenarnya.
Tujuan Pemantapan Mutu Eksternal
1. Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan mempertimbangkan
aspek analitik dan klinis.
2. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang salah tidak terjadi
dan perbaikan kesalahan dapat dilakukan segera
3. Mendeteksi kesalahan dan mengetahui sumbernya
4. Membantu perbaikan pelayanan penderita melalui peningkatan mutu pemeriksaan
laboratorium

Manfaat Pme
1. Untuk keperluan akreditasi.
2. Untuk keperluan perizinan laboratorium swasta.
3. Kepercayaan masyarakat.

Pemerintah menyelenggarakan PME untuk berbagai bidang pemeriksaan dan


diselenggarakan berbagai tingkatan
Waktu Pemantapan Mutu Eksternal berdasarkan penyelenggara
1. PME Tingkat Regional
a. PME-Regional Hemoglobin (Bhan hemolysat) pelaksanan 2 siklus.
b. PME-Regional Kimia Klinik.
Parameter: Albumin, Total Protein, Kolesterol, Trigeliserida, Uric Aci, SGOT,
SGPT, Glokosa, Kreatinin & Blood Urea Nitrogen.
Pelaksanaan 2 siklus.
c. PME-Regional Urinalisis
Parameter : Berat Jenis, pH, Keton, Protein/Albumin, Glukosa, Bilirubin, dan Tes
Kehamilan.
Pelaksanaan 2 siklus
d. PME-Telur Cacing
Pelaksanaan 2 siklus dengan 100 peserta.
e. PME-Mikroskopis Malaria
Pelaksanaan 2 siklus.
f. PME-Regional HIV
Pelaksanaan 2 siklus.

http://ariffadholi.blogspot.co.id/2009/10/pemantapan-mutu-laboratorium.html
https://arieinfoinworld.wordpress.com/2012/10/22/pemantapan-mutu-laboratoriumkesehatan/
http://ririnmirnawatiskm.blogspot.co.id/2013/06/pemantapan-mutu-internallaboratorium_17.html

Anda mungkin juga menyukai