UU Tata Kelola Migas & Tantangan Yang Dihadapi
UU Tata Kelola Migas & Tantangan Yang Dihadapi
Bab I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Ruang Lingkup .............................................................................................1
1.3 Tujuan & Manfaat .........................................................................................1
Bab II. Isi
2.1 Dasar Hukum Pengusahaan Migas ..............................................................2
2.2 Aktivitas Migas di Sektor Hulu (Eksplorasi & Produksi) ................................3
2.3 Skema Penunjukan / Pemilihan Blok Migas .................................................5
2.4 Perjalanan Undang Undang Migas ...........................................................6
2.5 Perjalanan Perjanjian / Kontrak Bagi Hasil ...................................................8
2.6 Tantangan UU No. 22 Thn. 2001 ................................................................18
2.7 Mengawal Revisi Undang Undang Migas Menuju Lahirnya UU Migas Yang
Konstitusional ............................................................................................ 20
Lampiran
Bab 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perjalanan tata kelola migas di Indonesia pasca konsesi hasil dari penjajahan
adalah sekitar tahun 1960. Dalam perkembangannya, undang undang tata kelola
migas mengalami perubahan perubahan mengikuti perkembangan kondisi dan
gejolak dalam dan luar negeri. Penulis mencoba membahas perubahan perubahan
dan perkembangan undang undang tata kelola migas tersebut.
1.2
Ruang Lingkup
Makalah ini akan mencakup perjalanan undang undang tata kelola migas dari
beberapa periode waktu dan tantangan yang dihadapi di masa globalisasi pada saat ini.
1.3
1|Page
Bab 2
ISI
2.1
kebijakan berupa undang undang yang digunakan sebagai dasar untuk mengatur dan
mengelola, adapun undang undang yang digunakan sebagai berikut :
1.
oleh
negara
dan
dipergunakan
untuk
sebesar-besarnja
kemakmuran rakjat.
2.
Dari menggunakan dasar undang undang tersebut dapat ditarik kata kunci, yaitu arti
dari Menguasai. Salah satu interpretasidari kata menguasai tersebut adalah
pemerintah atas Negara menguasai semua hak yang terkandung dalam sumber daya
migas, yaitu hak milik (property right mineral right), hak mempergunakan (mining
right), dan hak menjual (economic right).
Dengan melihat arti penting komoditas minyak dan gas, maka pemerintah
mengeluarkan peraturan undang undang yang lebih detail, yaitu :
1.
2.
2|Page
3.
Di
dalamnya
terdapat
Badan
Pembinaan
Pengusahaan
Adanya
Undang-Undang
No.22
Tahun
2002
menjadikan
PRP
UU
migas telah dioperasikan oleh pihak asing, yang kemudian menggunakan status
sebagai KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama). Sehingga perundangan mengatur tata
kelola migas baik yang dikelola oleh pemerintah maupun KKKS asing. Pemerintah akan
memperhatikan langkah langkah aktivitas migas di sektor hulu untuk acuan
penyusunan perundangan dan kebijakan yang berkaitan tentang komoditas migas
nasional. Sehingga didapatkan perundangan dan kebijakan yang dapat menggerakkan
roda komoditas migas dan menjaga nasionalisasi komoditas migas itu sendiri. Adapun
langkah langkah aktivitas eksplorasi dan produksi, antara lain sebagai berikut :
1.
Evaluasi cekungan
2.
Indentifikasi prospek
3.
Pemboran eksplorasi
4.
Rencana pengembangan
5.
6.
7.
8.
Enhanced recovery
9.
3|Page
Khususnya KKKS asing akan memperhatikan kebijakan migas pemerintah untuk dikaji
perihal keekonomiannya. Karena tahap tahap pengusahaan migas sektor hulu masih
mengandung unsur ketidak-pastian. Berikut alur skema kegiatan eksplorasi dan
produksi migas :
A. Tahap Eksplorasi
B. Tahap Produksi
4|Page
2.3
2.
No negotiation
3.
4.
5.
2.
3.
2.4
6|Page
7|Page
2.5
nusantara, yaitu Undang Undang No. 8 Tahun 1971. Isi kandungan penting dalam
undang undang tersebut adalah
Kepada pertamina disediakan seluruh wilayah hukum pertambangan migas
indonesia, dan diberikan kuasa pertambangan yang batas-batasnya wilayah serta
syarat-syaratnya ditetapkan oleh presiden atas usul menteri
Pertamina dapat mengadakan kerjasama dengan pihak lain dalam bentuk
kontrak production sharing
Dan dalam perkembangannya, kontrak bagi hasil ini mengalami beberapa kali
perubahan mengikuti dinamika migas nasional maupun dunia. Perubahan perubahan
kontrak bagi hasil antara lain sebagai berikut :
2.5.1 Kontrak Bagi Hasil Generasi I (1965 1975)
Kontrak bagi hasil pada masa ini merupakan kontrak bagi hasil pertama setelah
masa konsesi. Adapaun isi kandungan penting terdiri dari :
1. Cost recovery dibatasi maksimum 40% dari revenue
2. Pembagian ETS (equity to be split) : pertamina 65%, kontraktor 35%
3. Kontraktor wajib menyisihkan 25% dari bagiannya untuk pasar domestik
(dmo / domestic market obligation) dan mendapat imbalan sebesar us$ 0.20
per barel.
**DMO adalah kewajiban kontraktor untuk menyisihkan dari bagiannya untuk pasar
domestik, maksimum 25%. DMO mendapat imbalan lebih murah dari harga pasar.
Contoh :
Kebutuhan domestik (ditentukan pemerintah) = 1.000.000 bpd
Produksi = 150.000 bbl
Cost oil = 50.000 bbl
Bagian kontraktor = 26,7857% x 100.000 bbl = 26.786 bbl
DMO = 25% x 26.786 bbl = 10.714 bbl
8|Page
Adapun kejadian kejadian yang menuntut perubahan kontrak bagi hasil generasi I
adalah :
Awal 1974 dilakukan amandemen : harga minyak dasar ditentukan us$ 5/bbl di
mana kontraktor mendapat bagian 35%. dari kelebihan kelebihan harga riel
kontraktor mendapat bagian 15%, dan pemerintah 85%.
1975 : IRS (internal revenue service) tidak memberlakukan tax credit kepada
perusahaan yang beroperasi di indonesia
9|Page
10 | P a g e
Operation
Labour, material and services daily operations.
Oil and Gas field production facilities operations
Secondary recovery operations
Storage handling transportation and delivery operations
Gas well operations
Gas transportation and delivery operations
Gas processing auxiliaries and utilities, and
Other operating activities incl. Repairs and maintenance
Production Drilling
Objective penetrating proven reservoir
Labour, material and services used in well drilling
Delineation well
Redrilling deepening or recompleting wells, and
Access roads leading directly to wells
Exploratory Drilling
Objective finding unproven reservoir
Labor, material and services used in well drilling
Access roads leading directly to wells
12 | P a g e
Adapun kejadian kejadian yang menuntut perubahan kontrak bagi hasil generasi II
adalah :
1986 : harga minyak yang jatuh di bawah us$ 10/bbl menyebabkan ets menjadi
kecil atau nol sehingga pemerintah tidak mendapat bagian.
13 | P a g e
**FTP (First Trenche Petroleum) adalah jumlah minyak yang diambil (diamankan) lebih
dahulu sebagai equity to be split (minyak yang akan dibagi) sebelum dikurangi cost
recovery
FTP diterapkan pada kontrak bagi hasil generasi iii untuk menjamin agar pemerintah
memperoleh bagiannya dari hasil lifting seberapapun besar cost recovery
14 | P a g e
Adapun kejadian kejadian yang menuntut perubahan kontrak bagi hasil pada era ini
adalah :
1. Vonis bp migas yang dimandatkan uu nomor 22 tahun 2001 untuk
mengelola kegiatan hulu migas dinyatakan inkonstitusional
2. Panjangnya ijin birokrasi
Gb. 10. Tabel Perbedaan UU No. 8 Thn. 1971 dgn UU No. 2 / 2001
Dari tabel diatas terlihat perbedaan yang mendasar perihal regulator dan operator.
Peran Pertamina sebagai regulator pada UU No. 8 Thn 1971 digantikan oleh
pemerintah yang kemudian menunjuk badan pelaksana. Dan peran posisi Pertamina
menjadi operator yang sejajar dengan para operator KKKS lainnya.
16 | P a g e
No.22 /2001
Gb. 11. Tabel Perbedaan Skema ALur UU No. 8 Thn. 1971 dgn UU No. 2 / 2001
17 | P a g e
2.6
Pada tabel diatas dapat diketahui isu isu yang menjadi hambatan untuk perkembangan migas
nasional, antara lain :
A. Ketidak-pastian Hukum Migas
Hal ini terlihat ketika BP (Badan Pelaksana) Migas dibubarkan karena tidak
mempunyai dasar hukum yang menaungi
Sehingga kami berharap agar minimal legalitas BP MIgas dapat segera dibuatkan.
Yang kemudian dapat menjadi citra baik dalam industry migas nasional.
B. Panjangnya Birokrasi Ijin Migas
18 | P a g e
19 | P a g e
Masalah sosial mengganggu operasional kegiatan migas nasional. Hal ini sedikit
banyak karena peran dan porsi pemerintah daerah masih belum bisa maksimal.
Pemerintah daerah kadang beropini bahwa mereka tidak mau menjadi penonton di
daerah mereka sendiri. Diharapkan peran dan porsi pemerintah daerah dapat
ditingkatkan, sehingga mereka dapat ikut andil memelihara kelancaran operasional
industri migas.
2.7
namun
BP
migas
tidak
pernah
melakukan
kegiatan
perminyakan.
3. Blok yang sudah selesai kontrak, TIDAK BISA diambil alih/dioperasikan
oleh BP Migas
20 | P a g e
4. Semua benda2 modal/asset yang dibeli oleh Kontraktor dengan dana cost
recovery, tidak bisa di handle secara ekonomi
5. Sertifikasi asset yang ada diperut bumi (proven reserves) tidak bisa
dilakukan oleh BP Migas, akibatnya pihak lain (kontraktor) yang
melakukannya.
6. Pertamina yang akan mengolah minyak mentah dari Konyraktor, harus
dibeli lewat Pihak Ketiga.
C. Menciptakan sistem Tata Kelola yang Tidak Efisien dan menghambat Investasi
Eksplorasi
1. Jumlah karyawan BP Migas sekitar 15 X jumlah karyawan BKKA/
Direktorat MPS sewaktu masih dibawah Pertamina
2. Proses investasi eksplorasi menjadi sangat panjang dan birokratik karena
BP Migas sebagai penandatangan kontrak, bukanlah Pemegang Kuasa
Pertambangan.
3. UU Migas mencabut azas LEX SPESIALIS di industri migas nasional
D. Dampak Dari UU Migas No.22/2001 Setelah diimplementasikan selama 14
Tahun
1. Produksi minyak mentah sangat rendah dan terus turun karena sejak UU
Migas nyaris tidak ada penemuan cadangan/lapangan mgas baru yang
significant. Meski secara geologis potensi sumber daya migas relatif
masih sangat besar dan harga minyak dunia relatif sangat tinggi.
2. Kilang BBM tidak pernah dibangun karena yang bertanggung jawab atas
pemenuhan kebutuhan BBM tidak lagi Pertamina melainkan Pemerintah
(Pemerintah mengandalkan pasar yang akan memenuhi kebutuhan
BBM), sementara Pemerintah setiap 5 tahun berganti.
3. Cadangan terbukti yang masih diperut bumi dijadikan agunan oleh Pihak
yang Tidak Berhak (Kontraktor)
4. Munculnya banyak Kasus Korupsi BP Migas/SKK Migas
E. Solusi: Ganti UU Migas No.22/2001 Dengan UU Migas yang Konstitusional
Untuk Mempercepat Kemakmuran Rakyat. Dengan Prinsips Pokok:
21 | P a g e
diwakilkan/didelegasikan
(Pertamina)
dalam
bentuk
kepada
pemberian
PERUSAHAAN
KUASA
NEGARA
PERTAMBANGAN
22 | P a g e