PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Skizofrenia merupakan bentuk gangguan mental berat yang mengenai 24
juta orang di dunia, yakni sekitar 7 orang setiap 1000 populasi orang dewasa,
kebanyakan pada usia 15-35 tahun.1 Skizofrenia masuk ke dalam peringkat 10
teratas penyebab gangguan hendaya pada seluruh populasi di seluruh dunia.2
Insidensi penderita skizofrenia setiap tahunnya ialah 1 : 4000 orang. Hal
ini menyatakan bahwa sekitar 1,5 juta orang terdiagnosis skizofrenia per tahun.
Di Amerika, terdapat 2,2 juta orang yang menderita skizofrenia. Sedangkan di
negara-negar Asia, sperti Cina dan India, ditemukan sekitar 6-12 juta orang
terdiagnosis skizofrenia.1 Tahun 2013, WHO menyatakan bahwa 90 persen
penderita skizofrenia ditemukan di negara berkembang, termasuk Indonesia.3
Berdasarkan survei Kementerian Sosial tahun 2008, penderita skizofrenia
di Indonesia ada 650.000 orang. Sekitar 30.000 orang dipasung dengan alasan
agar tidak membahayakan orang lain atau menutupi aib keluarga. 4 The
Indonesian Psychiatric Epidemologic pada 2004 pernah membuat survei yang
menunjukkan, 18,5 persen orang dewasa di Indonesia mengalami gangguan
jiwa.
Skizofrenia termasuk penyakit yang dapat disembuhkan, terutama jika
pengobatan dilakukan pada gangguan awal. Namun, sebanyak 80 persen
penderita gangguan mental skizofrenia ternyata belum terobati. Sebagian
penderita gangguan jiwa ini menjadi tidak produktif, bahkan ditelantarkan
sebagai psikotik yang berkeliaran di jalan-jalan. Meskipun sebenarnya telah
ditemukan intervensi (farmakologi dan psikososial) efektif dalam penanganan
skizofrenia. 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Istilah Skizoprenia diperkenalkan oleh Bleuler (psikiater dari Swiss),
berasal dari bahasa Yunani, skhizo = split / membelah, dan phren = mind /
pikiran, yang secara harafiah berarti terbelahnya/ terpisahnya antara emosi dan
1
yang
Epidemiologi
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir
1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. 9
Dikatakan, skizofrenia terjadi pada 1-1,5% populasi umum di Amerika, yang
berarti lebih dari 3 juta orang Amerika menderita penyakit ini. 10 National
Institute of Mental Health (NIMH) melaporkan prevalensi seumur hidup
sebesar 1,3%. Kira-kira 0,025-0,05% populasi total diobati untuk skizofrenia
dalam satu tahun. Walaupun dua per tiga dari pasien yang diobati tersebut
membutuhkan perawatan di rumah sakit, hanya sekitar setengah dari semua
pasien skizofrenik mendapatkan pengobatan, tidak tergantung pada keparahan
penyakit.11 Meskipun perbandingan penderita pria dan wanita hampir sama
besar, pria lebih cenderung mengalami onset lebih awal dibanding wanita. 7
Lebih dari setengah pasien skizofrenia ialah pria tetapi hanya sepertiga pasien
skizofrenia wanita mendapat perawatan di rumah sakit. 11 Usia puncak untuk
pria adalah 16-25 tahun. Kebanyakan wanita mengalami gejala beberapa tahun
kemudian, dimana insidensi pada wanita ialah setelah usia 30 tahun. Rata-rata
usia onset untuk pria adalah 18 tahun pada pria dan 25 tahun pada wanita.
Skizofrenia relatif lebih jarang pada pasien dibawah 10 tahun, atau lebih dari
40 tahun.1
Pasien skizofrenia memiliki rasio mortalitas dua kali lebih tinggi
dibanding orang normal, dan lebih cenderung menderita penyakit fisik.
2
Peningkatan mortalitas terjadi pada beberapa tahun pertama setelah admisi atau
diagnosis awal. Faktor yang berkontribusi pada fase awal termasuk bunuh diri,
atau dengan faktor berikutnya, antara lain gangguan kardiovaskular, akibat
gaya hidup beberapa pasien, dengan kebiasaan meroko berat dan adanya
obesitas.12
2.3
dan
poligen.
Sesuai
dengan
penelitian
hubungan
darah
mekanisme pengintegrasi dan kenyataan bahwa batang otak dan otak tengah
adalah lokasi utama bagi neuron aminergik asenden.11
Gangguan yang paling banyak dijumpai yaitu pelebaran ventrikel tiga
dan lateral yang stabil yang kadang-kadang sudah terlihat sebelum awitan
penyakit, atrofi bilateral lobus temporal medial, dan lebih spesifik yaitu girus
parahipokampus, hipokampus, dan amigdala, disorientasi spasial sel piramid
hipokampus, dan penurunan volum korteks prefrontal dorsolateral. Misalnya,
gangguan hipokampus dikaitkan dengan gangguan memori dan atropi lobus
frontasli dihubungkan dengan gejala negatif skizofrenia.
Adanya antibodi sitomegalovirus dalam cairan serebrospinal (CSS),
limfosit atipikal tipe P (terstimulasi), gangguan fungsi hemisfer kiri, gangguan
transmisi dan pengurangan ukuran korpus kalosum, pengecilan vermis serebri,
penurunan aliran darah dan metabolisme glukosa di lobus frontal, kelainan
RRG, EP P300 auditorik, sulit memusatkan perhatian, dan perlambatan waktu
reaksi, serta berkurangnya kemampuan menamakan benda.9
Biokimia
Hipotesis yang paling banyak yaitu adanya gangguan neurotransmiter
sentral, yakni terjadinya peningkatan aktivitas dopamin sentral (hipotesis
dopamin). Hipotesis ini dibuat berdasarkan tiga penemuan utama :
1. Efektivitas obat-obat neuroleptik (misalnya fenotiazin)
pada
merespons
pesan
yang
bentuknya
kontradiktif
sehingga
Klasifikasi
Klasifikasi skizofrenia berdasarkan PPDGJ-III8 yaitu :
1. Skizofrenia Hebefrenik13
Gambaran utama terdapatnya :
Inkoherensi yang jelas (pikiran yang disorganized)
Efek yang mendatar, tak serasi (incongrous) atau ketolol-tololan (silly).
Sering disertai dengan cara tertawa kekanak-kanakan (giggling), senyum
yang menunjukkan rasa puas diri, atau senyum yang hanya dihayati
sendiri.
Tidak ada waham sistematis yang jelas, tetapi sering terdapat waham atau
sering.
Tak satu pun dari berikut ini menonjol: bicara tidak teratur, perilaku
tidak teratur atau katatonik, atau afek datar atau tidak pantas.
Suatu skizofrenia yang gambaran klinisnya didominasi oleh satu atau lebih hal
berikut ini, yaitu :
Waham kejar
Waham kebesaran
Waham cemburu
Halusinasi yang berisi kejaran atau kekerasan
5
atau pemeliharaan
upaya
untuk
lazim).
Terbukti bahwa penyakit itu sedang berlanjut, seperti afek yang tumpul
atau tak serasi (inappropriate), penarikan diri dari pergaulan sosial,
perkembangan
yang
2.5
Blokade
reseptor
ini
dengan
antipsikotik
menghilangkan
GABA
tampaknya
memiliki
peran
regulasi
pada
fungsi
penelitian
Manifestasi Klinis16
Gejala karakteristik Skizofrenia melibatkan berbagai disfungsi kognitif
dan emosional yang meliputi persepsi, pemikiran inferensial, bahasa dan
komunikasi,
pemantauan
perilaku,
mempengaruhi,
kelancaran
dan
masturbasi publik) atau agitasi spontan dan tidak terduga (misalnya , berteriak
atau mengumpat). Sebagai contoh, beberapa gejala berupa perilaku gelisah,
marah, atau agitasi tidak boleh dianggap sebagai bukti konkret adanya
Skizofrenia, terutama jika motivasi dapat dimengerti.
Perilaku Motor Katatonik : Perilaku Motor Katatonik termasuk penurunan
bermakna pada reaktivitas terhadap lingkungan, terkadang mencapai derajat
ekstrim berupa ketidakwaspadaan komplit (stupor katatonik), mempertahankan
postur kaku dan tidak mau bergerak (negatifisme katatonik), asumsi tidak
wajar atau postur bizzare (postur katatonik), atau tidak bertujuan dan aktivitas
motor berlebihan tidak terstimulasi (kegembiraan katatonik).
GEJALA NEGATIF SKIZOFRENIA
Gejala negatif dari Skizofrenia terjadi pada derajat morbiditas yang
berhubungan dengan gangguan. Tiga gejala negatif yang termasuk definisi
Skizofrenia ialah :
Pendataran Afektif : Pendataran afektif biasa terjadi dan dikarakteristikan
dengan wajah pasien yang imobil dan tidak responsif, dengan kontak mata
minimal dan berkurangnya gerakan tubuh. Meskipun orang dengan pendataran
afek dapat tersenyum dan melakukan pemanasan, variasi ekspresi emosinya
hampir sebagian besar berkurang. Hal ini dapat berguna dalam mengobservasi
orang yang berinteraksi dengan kelompok untuk menentukan adanya
pendataran afek yang persisten, untuk memenuhi kriteria.
Alogia (Kemiskinan Bicara): Alogia dimanifestasikan oleh jawaban yang
singkat, datar dan kosong. Individu dengan alogia tampaknya memiliki
penurunan pikiran yang tercermin dalam penurunan kelancaran dan
produktivitas pidato. Ini harus dibedakan dari keengganan untuk berbicara,
penilaian klinis diperlukan pada pengamatan dari waktu ke waktu dan dalam
berbagai situasi.
Avolisio: Avolisio ditandai oleh ketidakmampuan untuk memulai dan bertahan
dalam kegiatan yang terarah. Pasien dapat duduk untuk jangka waktu yang
lama dan menunjukkan sedikit minat untuk berpartisipasi dalam kegiatan kerja
atau sosial.
Meskipun biasanya pada Skizofrenia, gejala negatif sulit untuk
dievaluasi karena gejala tersebut terjadi pada sebuah keberlanjutan dengan
normalitas, relatif tidak spesifik, dan mungkin karena berbagai faktor lain
(termasuk gejala efek samping positif dari pengobatan, depresi, lingkungan
15
yang tidak menstimulasi, atau demoralisasi) . Jika gejala negatif yang akan
dinilai secara jelas disebabkan salah satu faktor, maka tidak harus
dipertimbangkan dalam membuat diagnosis Skizofrenia.
2.7
Perjalanan Penyakit9
Perjalanan penyakit skizofrenia dapat diklasifikasikan sebagai penyakit
yang berlangsung terus-menerus, episodik dengan atau tanpa gejala residual di
antara episode, atau episode tunggal dengan remisi sempurna atau parsial.
Gejala-gejala cenderung tumpang tindih, dan diagnosis dapat berpindah dari
satu subtipe ke subtipe lain sesuai dengan perjalanan waktu (baik dalam satu
episode atau dalam episode berikutnya). Gejala prodromal berupa cemas,
gundah, teror, atau depresi pada umumnya mendahului munculnya gangguan
skizofrenia, yang berbentuk akut atau bertahap. Gejala prodromal dapat
berlangsung berbulan-bulan sebelum diagnosis pasti dibuat. Umumnya gejala
prodromal muncul pada usia belasan tahun terakhir atau 20-an awal. Kejadian
pencetus seperti trauma, emosi, obat dan perpisahan dapat memicu episode
penyakit.
Akhirnya, setelah bertahun-tahun, gejala klinik, pada beberapa pasien,
cenderung berubah menjadi gambaran umum seperti penarikan diri dari
hubungan sosial, afek datar, pikiran idiosinkrasi, dan adanya gangguan fungsi
sosial dan personal (pada waktu yang sama, perjalanan penyakit menjadi lebih
stabil, dengan gejala-gejala akut lebih sedikit dan episode kekambuhan lebih
jarang).
2.8
(a)
Diagnosis
Pedoman diagnostik dari PPDGJ-III untuk Skizofrenia8 :
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
- Thought echo : isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda; atau
- Thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (withdrawal); dan
- Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
(b)
umum mengetahuinya.
- Delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
16
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
Halusinasi auditorik:
- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku
pasien, atau
- mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai
(d)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek kehidupan perilaku pribadi
(personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed
atitude), dan penarikan diri secara sosial.
Kriteria diagnosis Skizofrenia menurut DSM-IV 16
A. Gejala Karakteristik: Dua (atau lebih) berikut, masing-masing hadir untuk
sebagian besar waktu selama periode 1 bulan (atau kurang jika berhasil
diobati):
Delusi
Halusinasi
Pidato tidak terorganisir (misalnya, sering derailment atau inkoherensi)
Tingkah laku tidak teratur atau katatonik
Gejala negatif, yaitu, afektif datar, alongia, atau avolisi
Catatan: Hanya satu gejala Kriteria A dibutuhkan jika delusi yang aneh atau
halusinasi terdiri dari suara yang mengomentari tentang perilaku atau pikiran
seseorang, atau dua atau lebih suara bercakap-cakap satu sama lain.
B. Disfungsi Sosial / Pekerjaan: Untuk sebagian besar waktu sejak terjadinya
gangguan, satu atau lebih bidang utama fungsional seperti pekerjaan,
hubungan interpersonal, atau perawatan diri yang nyata di bawah tingkat
yang dicapai sebelum onset (atau saat awal berada dalam masa kanak-kanak
atau
remaja,
kegagalan
untuk
mencapai
tingkat
yang
diharapkan
prodromal
atau
residual,
tanda-tanda
gangguan
dapat
dimanifestasikan oleh hanya gejala negatif atau dua atau lebih gejala
tercantum dalam kriteria A yang ada dalam bentuk yang dilemahkan
(misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim).
D. Skizoafektif dan gangguan mood dengan pengecualian: Skizoafektif dan
gangguan mood dengan fitur psikotik telah dikesampingkan karena baik (1)
18
tidak ada Episode Depresif Mayor, Manik, atau Campuran yang telah terjadi
bersamaan dengan gejala aktif-fase, atau (2) jika episode mood telah terjadi
selama gejala-fase aktif, total durasinya telah relatif singkat dengan durasi
periode aktif dan residual.
E. Zat / Kondisi Medis Umum dengan pengecualian: Gangguan tidak
disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya,
penyalahgunaan obat, obat) atau kondisi medis umum.
F. Hubungan Gangguan Perkembangan Pervasif: Jika ada riwayat Autistik
atau gangguan perkembangan pervasif, diagnosis tambahan skizofrenia
dibuat hanya jika waham atau halusinasi yang menonjol juga hadir untuk
setidaknya satu bulan (atau kurang jika berhasil diobati).
2.9
Diagnosis Banding13
Psikiatrik
1)
Gangguan Mental Organik
Seringkali menunjukkan gejala yang menyerupai skizofrenia,
misalnya didapatkan waham, halusinasi, inkoherensi, dan afek yang
tumpul atau tidak serasi.
Sindrom Waham Organik akibat amfetamin atau feksiklidin,
gambarannya sangat mirip dengan gejala skizofrenia.
Walaupun suatu fase aktif skizofrenia dapat dimulai dengan
kebingungan, adanya disorientasi atau gangguan daya ingat memberi
2)
3)
dari enam bulan. Deteriorasi lebih ringan dan prognosis lebih baik.
Psikosis reaksi singkat
Gejala berlangsung kurang dari 1 bulan sebagai akibat stres
psikososial. Onset harus akut (dari suatu keadaan non psikotik sampai
keadaan psikotik yang jelas dalam kurun waktu 2 minggu atau kurang).
Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham yang berubah dalam
jenis dan intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang sama.
Harus ada keadaan emosional yang beranekaragamnya. Walaupun gejalagejalanya beraneka ragam, tidak satupun dari gejala itu ada secara cukup
konsisten dapat memenuhi kriteria skizofrenia atau episode manik atau
4)
episode depresif.
Gangguan Afektif Berat
19
6)
perasaan).
Gangguan Delusional
Delusi yang sistematis, kepribadiannya utuh dan relatif berfungsi baik,
tanpa halusinasi mencolok ataupun gejala skizofrenia lain. Timbul di usia
7)
8)
9)
longgarnya asosiasi.
Retardasi Mental
Menunjukkan gangguan intelek, perilaku dan suasana perasaan yang
mirip skizofrenia.
Tidak ditemukan tanda psikotik yang mencolok dan terdapat fungsi
bertingkat rendah dan konstan yang tidak bersifat deteriorasi. Jika
10)
psikososial harus
akhirnya
menjadi
tersedia
di
Amerika
Serikat,
namun
Ziprasidone dan olanzapine intramuskular sama dengan per oral, dimana obat
tersebut tidak menyebabkan efek samping ekstrapiramidal selama pengobatan
akut. Hal ini dapat menjadi keuntungan tersendiri. Sedangkan haloperidol atau
fluphenazine dapat menyebabkan distonia akut atau akatisia pada beberapa
pasien. Obat olanzapine oral (Zydis) dapat digunakan sebagai alternatif jika
tidak dapat dilakukan injeksi intramuskular.
Benzodiazepin juga efektif untuk agitasi selama psikosis akut.
Lorazepam (Ativan) memiliki keuntungan penyerapan yang baik ketika
diberikan secara oral atau intramuskular. Penggunaan benzodiazepin juga dapat
mengurangi jumlah antipsikotik yang diperlukan untuk mengontrol pasien
psikotik.
Beberapa studi menunjukkan bahwa lebih lama waktu antara onset
pertama psikosis dan memulai pengobatan berhubungan dengan hasil yang
buruk. Akibatnya, dokter harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa
pengobatan tertunda dapat memperburuk prognosis pasien. Namun, data ini
tidak berarti bahwa semua pasien perlu segera diobati. Penundaan singkat
dapat mengizinkan dokter untuk mengembangkan evaluasi diagnostik lebih
menyeluruh dan menyingkirkan penyebab perilaku abnormal, seperti
penyalahgunaan zat, stres yang ekstrim, penyakit medis, dan penyakit kejiwaan
lainnya.
Pengobatan Selama Stabilisasi dan Pemeliharaan Tahap
Pada tahap stabil atau pemeliharaan, penyakit ini dalam tahap relatif
remisi. Tujuan selama fase ini adalah untuk mencegah psikotik kambuh dan
untuk membantu pasien dalam meningkatkan taraf kemampuannya. Sebagai
obat yang lebih baru telah diperkenalkan dengan secara substansial
mengurangi risiko tardive dyskinesia, salah satu perhatian utama tentang
pengobatan jangka panjang telah berkurang. Selama fase ini, pasien biasanya
dalam keadaan relatif remisi dengan gejala psikotik minimal. Pasien yang
stabil yang diselenggarakan pada antipsikotik memiliki tingkat kekambuhan
lebih rendah dibandingkan pasien yang memiliki obat mereka dihentikan. Data
menunjukkan bahwa 16-23 persen pasien yang menerima pengobatan akan
mengalami kekambuhan dalam waktu satu tahun dan 53-72 persen akan
kambuh tanpa obat. Bahkan pasien yang hanya memiliki satu episode memiliki
empat dari lima kemungkinan kambuh setidaknya sekali selama 5 tahun
berikutnya. Menghentikan obat ini meningkatkan risiko lima kali lipat.
24
bahwa
pasien
multiepisode
menerima
pengobatan
diresepkan,
dokter
dapat
pasien
yang
memiliki
riwayat
sensitivitas
efek
samping
ekstrapiramidal dan mereka yang sedang dirawat dengan dosis relatif tinggi
obat potensi tinggi. Profilaksis obat anti-Parkinson juga dapat ditunjukkan
ketika obat-potensi tinggi diberikan untuk pria muda yang cenderung memiliki
25
bulanan. Clozapine juga dikaitkan dengan risiko tinggi efek samping dari
antipsikotik lainnya. Risiko mencapai hampir 5 persen pada dosis lebih dari
600 mg. Pasien yang terdapat kejang dengan clozapine biasanya dapat
ditangani dengan mengurangi dosis dan menambahkan antikonvulsan,
biasanya asam valproat (Depakene). Miokarditis telah dilaporkan terjadi pada
sekitar 5 pasien per 100.000 pasien-tahun. Efek samping lain dengan clozapine
termasuk hipersalivasi, sedasi, takikardia, kenaikan berat badan, diabetes,
demam, dan hipotensi postural.
Terapi Biologi Lainnya
ECT telah dipelajari pada skizofrenia akut dan kronis. Studi pada pasien
onset baru menunjukkan bahwa ECT memiliki efek yang sama efektifnya
dengan obat antipsikotik dan lebih efektif daripada psikoterapi. Studi lain
menunjukkan bahwa suplementasi obat antipsikotik dengan ECT lebih efektif
daripada obat-obatan antipsikotik saja. Obat antipsikotik harus diberikan
selama dan setelah pengobatan ECT. Meskipun psychosurgery tidak lagi
dianggap sebagai pengobatan yang tepat, hal ini masih dilakukan secara
eksperimental untuk kasus parah/ berat.
Terapi Psikososial
Terapi psikososial meliputi berbagai metode untuk meningkatkan
kemampuan sosial, swasembada, keterampilan praktis, dan komunikasi
interpersonal pada pasien skizofrenia. Tujuannya adalah untuk memungkinkan
orang-orang yang sakit parah untuk mengembangkan keterampilan sosial dan
kejuruan untuk hidup mandiri. Pengobatan tersebut dilakukan pada banyak
situs : rumah sakit, klinik rawat jalan, pusat kesehatan mental, rumah sakit
hari, dan rumah sosial.
Pelatihan Keterampilan Sosial
Pelatihan ketrampilan sosial kadang-kadang disebut sebagai terapi
keterampilan perilaku. Seiring dengan terapi farmakologi, terapi ini dapat
langsung mendukung dan berguna untuk pasien. Selain gejala psikotik terlihat
pada pasien dengan skizofrenia, gejala juga terlihat pada cara orang
berhubungan dengan orang lain, termasuk kontak mata buruk, respon lama,
ekspresi wajah aneh, kurangnya spontanitas dalam situasi sosial, dan persepsi
yang tidak sesuai atau kurangnya persepsi emosi pada orang lain. Pelatihan
keterampilan perilaku melalui penggunaan rekaman video orang lain dan
pasien, permainan peran dalam terapi, dan pekerjaan rumah untuk
keterampilan khusus dapat dilakukan. Pelatihan keterampilan sosial telah
28
30