Anda di halaman 1dari 9

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN

PENDIDIKAN TINGGI
JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Laporan Kultur Jaringan
Acara praktikum

: Subkultur Bungan Krisan

Tujuan

: Mengetahui cara subkultur bunga krisan dengan tepat dan benar.

Nama praktikan

: Ella Aulia Syahda

NIM

: A31140455

Golongan

:A

Program studi

: Produksi Tanaman Hortikultura

Hari/tanggal

: Selasa, 10 dan 17 November 2015

Tempat

: Laboratorium Kultur Jaringan

Pembimbing

: Ir. Djaenal, Mp

Teknisi

: Suseno Edi
Laporan Kultur Jaringan
November 2015

Telah dinilai dan diperiksa

BAB 1. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kultur jaringan sudah tidak asing lagi pada dunia pertanian. Selain dengan cara
vegetative buatan ada juga dengan cara kultur jaringan yang merupakan metode untuk
menghasilkan tanaman dalam skala yang jauh lebih banyak sehingga tidak terlalu
membutuhkan tempat yang luas, kesehatan dan mutu bibit yang lebih terjamin , serta
kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan secara konvensional.
Padahal perbanyakan dengan cara kultur jaringan hanya dengan menggunakan sedikit dari
tanaman yang akan diperbanyak yaitu seperti protoplasma, sel, sekelompok sel. Apalagi bibit
yang dihasilkan mempunyai sifat yang identik dengan induknya.
Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian
tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media
buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang
tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi
tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman
dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan
di tempat steril.
2. Tujuan
Mengetahui cara subkultur tanaman krisan dengan tepat dan benar

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


Dengan semakin berkembangnya usaha di bidang pertanian maka kebutuhan bibit
semakin meningkat. Melalui perbanyakan konvensional sangat sulit untuk memenuhi kebutuhan
bibit yang sangat banyak dengan waktu relatif cepat. Dengan demikian, teknologi kultur jaringan
telah terbukti dapat digunakan sebagai teknologi pilihan.( Mariska, 2008 ).
Menurut Sriyanti (1994), kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian
dari tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ, serta
menumbuhkannya dalam kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak
diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali. Tujuan dari Kultur jaringan
diantaranya menciptakan tanaman baru bebas penyakit, memperbanyak tanaman yang sukar
diperbanyak secara seksual, dan menghasilkan tanaman baru sepanjang tahun
(Hendaryono,1994).
Kultur jaringan atau biakan jaringan merupakan teknik pemeliharaan jaringan atau bagian
dari individu secara buatan (artifisial). Yang dimaksud secara buatan adalah dilakukan di luar
individu yang bersangkutan. Karena itu teknik ini sering kali disebut kultur in vitro, sebagai
lawan dari in vivo. Dikatakan in vitro (bahasa Latin, berarti "di dalam kaca") karena jaringan
dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau cawan petri dari kaca atau material tembus pandang
lainnya. Kultur jaringan secara teoretis dapat dilakukan untuk semua jaringan, baik dari
tumbuhan maupun hewan (termasuk manusia) namun masing-masing jaringan memerlukan
komposisi media tertentu (Hendra, 2007).
Pertumbuhan dan perkembangan dalam kultur in vitro dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya: faktor genetik, media tumbuh, faktor lingkungan, dan zat pengatur tumbuh.
Menurut Wetherell (1982), zat pengatur tumbuh (ZPT) di dalam dalam media berfungsi untuk
mengatur pertumbuhan dan perkembangan tanaman pada setiap tingkat pertumbuhan dan
perkembangan.
Di dalam tanaman terdapat fitohormon yang mendorong pertumbuhan dan
perkembangan, serta fitohormon yang menghambat. ZPT akan bekerja secara aditif (sinergis)
dengan fitohormon (pendorong) atau antagonis dengan fitohormon yang menghambat. Resultan
dari interaksi ini akan tampil dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Menurut Gardner
(1991) tanaman pada kultur jaringan tidak dapat menghasilkan karbohidrat sendiri dalam jumlah
cukup sehingga perlu diberikan sumber energi karbon dalam media berupa sukrosa.
Proses perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan terdiri atas seleksi pohon induk
(sumber eksplan), sterilisasi eksplan, inisiasi tunas, multiplikasi, perakaran, dan aklimatisasi.
Eksplan berupa mata tunas, diambil dari pohon induk yang fisiknya sehat. Tunas tersebut
selanjutnya disterilkan dengan alkohol 70%, HgCl2 0,2%, dan Clorox 30%. Inisiasi tunas.
Eksplan yang telah disterilkan di-kulturkan dalam media kultur (MS + BAP). Setelah terbentuk
tunas, tunas tersebut disubkultur dalam media multiplikasi (MS + BAP) dan beberapa komponen

organik lainnya. Multiplikasi dilakukan secara berulang sampai diperoleh jumlah tanaman yang
dikehendaki, sesuai dengan kapasitas laborato-rium. Setiap siklus multiplikasi berlangsung
selama 23 bulan. Untuk biakan (tunas) yang telah responsif stater cultur, dalam periode
tersebut dari 1 tunas dapat dihasilkan 10-20 tunas baru. Setelah tunas mencapai jumlah yang
diinginkan, biakan dipindahkan (dikulturkan) pada media perakaran ( Biogen, 2008 ).
Untuk perakaran digunakan media MS + NAA. Proses perakaran pada umumnya
berlangsung selama 1 bulan. Planlet (tunas yang telah berakar) diaklimatisasikan sampai bibit
cukup kuat untuk ditanam di lapang. Aklimatisasi. Dapat dilakukan di rumah kaca, rumah kasa
atau pesemaian, yang kondisinya (terutama kelembaban) dapat dikendalikan. Planlet dapat
ditanam dalam dua cara. Pertama, planlet ditanam dalam polibag diameter 10 cm yang berisi
media (tanah + pupuk kandang) yang telah disterilkan. Planlet (dalam polibag) dipelihara di
rumah kaca atau rumah kasa. Kedua, bibit ditaruh di atas bedengan yang dinaungi dengan
plastik. Lebar pesemaian 1-1,2 m, panjangnya tergantung keadaan tempat. Dua sampai tiga
minggu sebelum tanam, bedengan dipupuk dengan pupuk kandang (4 kg/m2) dan disterilkan
dengan formalin 4%. Planlet ditanam dengan jarak 20 cm x 20 cm. Aklimatisasi berlangsung
selama 2-3 bulan. Aklimatisasi cara pertama dapat dilakukan bila lokasi pertanaman letaknya
jauh dari pesemaian dan cara kedua dilakukan bila pesemaian berada di sekitar areal pertanaman
( Biogen, 2008 ).

BAB 3. METODELOG
1. Waktu dan Tempat
Hari
: Selasa
Tanggal : 10 dan 17 November 2015
Waktu
: 07.00-09.00 WIB
Tempat : Lab Kultur Jaringan
2. Alat dan bahan
Alcohol 76%
Masker
Eksplan krisan
Petridish
Disetting set
Sealer
Lampu Bunsen
Media
LAF
Label
Scalpel
3. Prosedur Kerja
Menyiapkan alat dan bahan steril yang akan digunakan.
Menyemprotkan alkohol 76 % ke kedua tangan sampai siku dan juga menyemprotkan
pada petridish.
Membuka eksplan bunga krisan yang didekatkan pada lampu bunsen
Menyeterilkan pinset dengan memasukkan kedalam wadah berisi alkohol, lalu dibakar
menggunakan lampu Bunsen.
Mengambil eksplan dengan pinset dan meletakkan ke dalam petridish. Tak lupa pinset
dan pisau menyeterilkan kembali dengan perlakuan diatas.
Memotong eksplan sepanjang 1 atau 2 ruas menggunakan pisau steril dan mengulanginya
sekali, lalu menyeterilkan kembali pinset dan lampu.
Membuka media MS0 dengan mendekatkan pada lampu bunsen untuk meminimalisir
kontaminan.
Menanamkan eksplan yang sudah terpotong, kemudian menutup kembali median hingga
rapat.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Hasil

Deskripsi
dalam minggu pertama subkultur yang dihasilkan
yaitu tanaman bunga krisan berhasil tumbuh. Hal
tersebut dikarenakan eksplan bunga krisan sudah
mulai tumbuh daun.
dalam minggu kedua subkultur yang dihasilkan
yaitu sama seperti diatas, tetapi ada salah satu
subkultur yang ujung eksplannya terdapat warna
kehitan. Hal tersebut terjadi karena terlalu
panasnya pinset yang digunakan menjepit eksplan
saat pemotongan.

Pembahasan
Dari hasil praktikum diatas yang membahas tentang subkultur bunga krisan menyatakan
pada subkultur minggu pertama dan minggu kedua dinyatakan berhasil. Karena tidak adanya
kontaminan yang masuk. Dalam melakukan subkultur atauyang berhubungan dengan dengan
kultur jaringan semua alat dan bahan beserta ruangan diharuskan dalam keadaan yang steril.
Karena dapat mempengaruhi hasil yang akan didapat.
Kemudian tak lupa untuk selalu melakukan kegiatan yang sesuai dengan prosedu yang
dituliskan untuk meminimalisir terjadinya hal yang tidak diinginnkan. Peralatan yang dibakar
setelah dimasukkan pada rendaman alkohol dibiarkan terlebih dahulu sampai tidak ada api atau
kondisi panas, karena jika digunakan untuk keperluan eksplan ditakutkan eksplan yang
digunakan menjadi layu dan mati yang menyebabkan eksplan tidak dapat digunakan. Dan
apabila peralatan akan disterilkan dan tidak digunakan lagi ditakutkan akan membakar alkohol
yang digunakan untuk rendaman alat.
Apabila pada rak atau tempat yang digunakan untuk meletakkan hasil subkultur terdapat
salah satu subkultur yang didalamnya terdapat kontaminan. Maka hal yang dapat dilakukan yaitu
menyingkirkan subkultur yang kontaminan atau membuang, setelah itu mencuci botol media.
Dalam kultur jaringan semakin rendah kontaminasi yang dihasilkan makan akan
meningkatkan keberhasilan pada kegiatan yang akan dilakukan. Maka dari itu jika akan

melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kultur jaringan harus memperhatikan dan
menjamin kesterilan alat dan bahan beserta ruangan yang akan digunakan.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum diatas menyatakan bahwa dalam melakukan suatu kegiatan
yang berhubungan dengan kultur jaringan harus benar-benar menjaga kesterilan alat dan bahan
beserta ruangan yang akan digunakan untuk meminimalisir kontaminan yang akan terjadi. Dan
juga melakukan sesuai dengan prosedur kerja agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
Keberhasilan dalam kegiatan akan meningkat apabila kontaminan yang terjadi semakin rendah.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.smansax1-edu.com/2014/10/kultur-jaringan.html
http://www.smallcrab.com/others/474-mengenal-kultur-jaringan

Anda mungkin juga menyukai