PENDAHULUAN
A; Latar Belakang
Hirschsprung terjadi karena adanya permasalahan pada persarafan
usus besar paling bawah, mulai anus hingga usus di atasnya. Saraf yang
berguna untuk membuat usus bergerak melebar menyempit biasanya tidak ada
sama sekali atau kalo pun ada sedikit sekali. Namun yang jelas kelainan ini
akan membuat BAB bayi tidak normal, bahkan cenderung sembelit terus
menerus. Hal ini dikarenakan tidak adanya saraf yang dapat mendorong feses
keluar dari anus
Dalam keadaan normal, bahan makanan yang dicerna bisa berjalan di
sepanjang usus karena adanya kontraksi ritmis dari otot-otot yang melapisi
usus (kontraksi ritmis ini disebut gerakan peristaltik). Kontraksi otot-otot
tersebut dirangsang oleh sekumpulan saraf yang disebut ganglion, yang
terletak dibawah lapisan otot. Pada penyakit Hirschsprung, ganglion ini tidak
ada, biasanya hanya sepanjang beberapa sentimeter. Segmen usus yang tidak
memiliki gerakan peristaltik tidak dapat mendorong bahan-bahan yang
dicerna dan terjadi penyumbatan. Faktor penyebab penyakit hisprung diduga
dapat terjadi karena faktor genetik dan faktor lingkungan.
Penyakit hisprung terjadi 1/5000 kelahiran hidup. Insiden hisprung di
Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara 5000
kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkat
kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi
dengan penyakit hisprung. Insiden keseluruhan dari penyakit hisprung 1:5000
kelahiran hidup, laki-laki lebih banyak diserang dibandingkan perempuan
(4:1). Biasanya penyakit hisprung terjadi pada bayi aterm dan jarang pada
bayi prematur.
1
Selain pada anak, hisprung ditemukan tanda dan gejala yaitu adanya
kegagalan mengeluarkan mekonium dalam waktu 24-48 jam setelah lahir,
muntah berwarna hijau dan konstipasi.
Oleh karena itu, penyakit hisprung sudah dapat dideteksi melalui
pemeriksaan seperti pemeriksaan radiologi, barium, enema, rectal biopsi,
manometri anorektal. Penatalaksanaan medik yang dapat dilakukan adalah
dengan pembedahan dan colosyomi.
B; Tujuan
1; Tujuan Umum
Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada An.P dengan
Diagnosa Medis Hirschprung, diharapkan dapat menambah pengetahuan
perawat dan mampu melakukan penerapan asuhan keperawatan pada
klien dengan penyakit Hirschprung.
2; Tujuan Khusus
Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang :
a
BAB II
KONSEP DASAR
A; Pengertian
Hirschsprung adalah suatu kelainan ganglion usus yang dimulai dari
spingter ani internal ke arah proksimal dengan panjang yang bervariasi dan
termasuk anus sampai rectum serta kelainan kongenital dimana tidak
terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon (Aziz,
2006).
Hirschsprung adalah suatu penyumbatan pada usus besar yang terjadi
akibat pergerakan usus yang tidak adequat karena sebagian dari usus besar
tidak memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi ototnya (Anonim, 2007).
Hirschsprung adalah tidak adanya sel ganglion dalam rectum dan sebagian
tidak ada didalam kolon. (Suriadi, 2006)
B; Etiologi
1 Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal
eksistensi kranio kaudal pada sub mukosa dinding fleksus.
2 Segmen usus yang tidak memiliki gerakan peristaltik tidak mendorong
bahan-bagan yang dicerna dan terjadi penyumbatan.
3 Kelainan bawaan sering terjadi pada anak sindrom down
4 Tidak adanya ganglion
C; Manifestasi Klinik
1; Masa neonatal
Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir
2; Distensi abdomen
1 Masa bayi dan kanak-kanak
3; Konstipasi
4; Diare berulang
5; Feses berbau khas
6; Gangguan tumbuh kembang
D; Pathway
Penyakit Hirscprung atau megakolon kongenital adalah tidak adanya
sel-sel ganglion dalam rektum atau bagian rektosigmoid kolon. Hal ini
menimbulkan
ketidaknormalan
atau
tidak
adanya
peristaltik
yang
menyebabkan tidak adanya evakuasi usus spontan. Selain itu, sfingter rektum
tidak dapat berelaksasi, mencegah keluarnya feses secara normal. Isi usus
terdorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul di daerah tersebut,
menyebabkan dilatasi bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu.
Penyakit hirscprung diduga terjadi karena faktor-faktor genetik dan faktor
lingkungan, namun etiologi sebanarnya tidak diketahui. Penyakit hirscprung
dapat muncul pada sembarang usia, walaupun sering terjadi pada neonatus.
Pembentukan anus umumnya terjadi pada usia 4-6 minggu.
Peristaltik segmen kolon turun dan mengenai rektum dan kolon kongenital
bagian bawah
Hipertrofi
terdiri
atas
penarikan
kolon
nromal
ke
arah
bawah
dan
Konservatif
Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui
pemasangan sonde lambung serta pipa rectal untuk mengeluarkan mekonium
dan udara.
Kolostomi dikerjakan pada pasien neonatus, pasien anak dan dewasa yang
terlambat didiagnosis dan pasien dengan enterokolitis berat dan keadaan
umum memburuk. Kolostomi dibuat di kolon berganglion normal yang paling
distal.
G; Asuhan Keperawatan Anak dengan Masalah Penyakit Hisprung
1
Pengkajian.
1; Identitas
Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan
merupakan kelainan tunggal. Jarang pada bayi prematur atau
bersamaan dengan kelainan bawaan lain. Pada segmen aganglionosis
dari anus sampai sigmoid lebih sering ditemukan pada anak laki-laki
dibandingkan anak perempuan. Sedangkan kelainan yang melebihi
sigmoid bahkan seluruh kolon atau usus halus ditemukan sama banyak
pada anak laki-laki dan perempuan (Ngastiyah, 1997).
2; Riwayat Keperawatan.
a Keluhan utama.
Obstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir. Gejala
yang sering ditemukan adalah mekonium yang lambat keluar (lebih
dari 24 jam setelah lahir), perut kembung dan muntah berwarna
hijau. Gejala lain adalah muntah dan diare.
b Riwayat penyakit sekarang.
Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional.
Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan
ketiadaan evakuasi mekonium. Bayi sering mengalami konstipasi,
muntah dan dehidrasi. Gejala ringan berupa konstipasi selama
beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus
akut. Namun ada juga yang konstipasi ringan, enterokolitis dengan
Sistem kardiovaskuler.
Tidak ada kelainan.
Sistem pernapasan.
Sesak napas, distres pernapasan.
Sistem pencernaan.
Umumnya obstipasi. Perut kembung/perut tegang, muntah
berwarna hijau. Pada anak yang lebih besar terdapat diare kronik.
Pada colok anus jari akan merasakan jepitan dan pada waktu
ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan mekonium atau
tinja yang menyemprot.
Sistem genitourinarius.
Sistem saraf.
Tidak ada kelainan.
9
Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Gangguan rasa nyaman.
.Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
Sistem integumen.
Akral hangat.
Sistem pendengaran.
Tidak ada kelainan.
membuat
dinding
ganda
yaitu
selubung
b;
c;
antara
kolon
normal
dan
jaringan
otot
memungkinkan.
c; Timbang berat badan setiap hari.
d; Lakukan pemberian nutrisi dengan tinggi kalori, tinggi protein, dan
tinggi sisa.
4; Risiko Cedera (Injuri)
Masalah ini dapat ditimbulkan akibat komplikasi yang ditimbulkan
oleh penyakit hisprung seperti gawat pernafasan ajut dan enterokolitis.
Untuk mengatasi cedera atau injuri yang dapat disebabkan adanya
komplikasi
maka
dapat
dilakukan
pemantauan
dengan
tanda
adanya
perforasi
usus
seperti
muntah,
2; Risiko Infeksi
Risiko infeksi pascapembedahan dapat disebabkan oleh dadanya
mikroorganisme yang masuk melalui insisi daerah pembedahan, atau
kurang pengetahuan pasien dalam penatalaksanaan terapeutik
pascapembedahan.
Tindakan:
a; Monitor tempat insisi.
b; Ganti popok yang kering untuk menghindari konstaminasi feses.
c; Lakukan keperawatan pada kolostomi atau perianal.
d; Kolaborasi
pemberian
antibiotik
dalam
penatalaksanaan
14
BAB III
Tinjauan Kasus
Dalam bab ini menguraikan data-data yang telah didapatkan saat dilakukan
pengkajian dan pelaksanaan asuahan keperawatan yang diberikan kepada pasien An.
P Usia 4 Tahun Dengan Masalah Hirschprung Di Gedung Teratai Lantai III Selatan
Ruang 301 RSUP Fatmawati di Gedung Teratai Lantai 3 utara RSUP Fatmawati
Jakarta Selatan
A; Gambaran Kasus
An. P, usia 4 tahun, tanggal lahir Bogor, 22 Juli 2011, pasien belum Sekolah,
jenis kelamin pasien laki-laki, agama pasien islam, suku bangsa sunda, bahasa
yang digunakan Indonesia, alamat rumah pasien Jl. Babakan desa gombang no.
02 RT 02 RW 04 rumping kabupaten bogor, jawa barat. Pasien datang dengan
keluhan tidak bisa BAB sejak 10 hari SMRS. Keluhan tersebut disertai dengan
15
perut yang membesar, terlihat kembung dan kencang sejak 7 hari SMRS, pasien
juga muntah hijau 3 hari SMRS. Pasien BAB 1 minggu hanya sekali jika diberi
dulcolac. Orang tua menyadari perut yang membesar sudah 1 tahun SMRS,
pasien memang sulit BAB sejak 1 tahun SMRS, pasien lahir normal dan
mempunyai riwayat BAB normal 1-2 tahun.
Dari hasil pemeriksaan umum pasien TTV : Suhu: 38,6oC, Nadi : 115 x/ menit,
Pernafasan: 24 x/ menit, Tekanan darah: 100/60 mmHg, kesadaran : Compos
Mentis, lingkar kepala : 48 cm, lingkar dada: 52 cm, lingkar perut: 59 cm, lingkar
lengan atas: 11 cm, mukosa bibir kering, dan pasien tampak pucat.
Hasil pemeriksaan penunjang
1; Hasil radiologi ( 24 agustus 2015 ) : Kesan : Jantung dan paru dalam batas
normal
2; Hasil laboraturium patologi tanggal
Tanggal 25 agustus 2015
Pemeriksaan
Hematologi
Metode
Hasil
Satuan
Nilai rujukan
Hemoglobin
Automatic
11,5
g/dl
10,8-15,6
Hematokrit
Automatic
37
35-43
Leukosit
Automatic
12,6
Ribu/ul
5,5-15,5
Trombosit
Automatic
523
Ribu/ul
217-497
Eritrosit
Automatic
4,97
Juta/ul
3,7-5,7
VER
Automatic
73,5
Fl
73-101
HER
Automatic
23,2
Pg
23-31
KHER
Automatic
31,5
g/dl
26-34
VER/HER
/KHER/RDW
16
RDW
Automatic
14,0
11,5-14,5
Mekanik
26,7
Detik
28,6-35,8
30,7
Detik
13,5
Detik
13,6
Detik
Hemotasis
APTT
Kontrol APTT
PT
Mekanik
Kontrol PT
INR
12,1-14,5
Mekanik
0,99
SGOT
IFCC, 37C
27
u/l
0-34
SGPT
IFCC, 37C
u/l
0-40
Ureum darah
Urease
15
mg/dl
0-48
Kreatinin darah
mg/dl
0,0-0,9
Hexokinase
56
mg/dl
60-100
ISE
133
mmol/l
135-147
ISE
3,66
mmol/l
3,10-5,10
Albumin
ISE
101
mmol/l
95-100
Golongan darah
BCG
3,10
g/dl
3,40-4,8
Fungsi hati
Fungsi ginjal
Elektrolit darah
Natrium (darah)
Kalium (darah)
Klorida (darah)
17
Aglutination
A/RH +
yang
ditemukan
pada
tanggal
26
Agustus
2015
dan
RR : 23 x/m, pasien sudah BAB 1x dan banyak, perut pasien membesar dan
kembung, A : gangguan eliminasi fekal belum teratasi, P : observasi BAB
pasien, lakukan spooling pagi sore, bila feses tidak keluar lakukan kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian obat pencahar, lakukan kolaborasi dengan
dokter dengan tindakkan pembedahan.
4; Resiko infeksi berhubungan dengan feses yang menumpuk pada usus
ditandai dengan Data Subjektif-, Data Objektif :TTV TD : 100/60 mmHg, N
: 115x/m, RR : 24x/m, S : 38,50C, perut pasien kembung, perut pasien
membesar (lingkar perut 59 cm), pasien belum BAB sejak 10 hari sebelum
masuk rumah sakit, hasil lab: Leukosit 12,6 ribu/ul. Tujuan : resiko infeki
tidak menjadi masalah yang aktual setelah dilakukan tindakkan keperawatan
3x24 jam ditandai dengan Kriteria Hasil : tidak ditemukan tanda tanda
infeksi, TTV, TD : 90/60, N : 60-110x/m, RR : 20-40x/m, S : 36,50C-37,50C,
pasien sudah dapat BAB secara normal, tidak terjadi peningkatan leukosit
(5,5 ribu/ul- 15,5 ribu/ul). Intervensi Observasi TTV tiap shift, observasi
BAB pasien, observasi tanda-tanda infeksi, lakukan kompres air hangat bila
suhu lebih dari 37,50C, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
antibiotik. Implementasi mengobservasi TTV tiap shift, mengobservasi
BAB pasien, mengobservasi tanda-tanda infeksi, melakukan kompres air
hangat bila suhu lebih dari 37,50C, berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian antibiotik. Evaluasi S : -, O :TTV TD : 90/60 mmHg , N : 102
x/m, S : 37,4oC, RR : 23 x/m, pasien sudah BAB 1x, perut pasien membesar,
dan kembung, lingkar perut 59 cm, A : Resiko infeksi tidak belum teratasi,
P : observasi TTV, observasi tanda-tanda infeksi, observasi BAB, berikan
terapi antibiotik sesuai program, kolaborasi dalam tindakkan pembedahan.
Post operasi
1;
Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ditandai dengan Data
Subjektif
tiap shift, observasi tanda-tanda infeksi pada luka post operasi, daerah
sekitar luka post operasi, lakukan perawatan luka dengan prinsip steril,
lakukan perawatan kantong kolostomi jika kantong rembes, lakukan
penggantian kantong, lakukan edukasi kepada keluarga mengenai perawatan
stoma dan kantong kolostomi, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
antibiotik. Implementasi
tanda-tanda infeksi pada luka post operasi, daerah sekitar luka post operasi,
melakukan perawatan luka dengan prinsip steril, melakukan perawatan
kantong kolostomi jika kantong rembes, melakukan penggantian kantong,
melakukan edukasi kepada keluarga mengenai perawatan stoma dan kantong
kolostomi, berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik.
Evaluasi S : -, O : TTV R: TD : 90/60 mmHg, N : 98 x/m, S : 36,0 oC, RR :
20 x/m, tidak ditemukan tanda tanda infeksi disekitar luka operasi, tidak
ditemukan tanda-tanda iritasi disekitar stoma, A : Resiko infeksi tidak
menjadi masalah yang aktual, P : edukasi kembali ibu pasien mengenai
perawatan kantong kolostomi dirumah
23
BAB IV
Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan yang ditemukan
antara asuhan keperawatan yang ditemukan pada teori dengan masalah asuhan
keperawatan yang ditemukan pada pasien An. P Usia 4 Tahun Dengan Masalah
Hirschprung Di Gedung Teratai Lantai III Selatan Ruang 301 RSUP Fatmawati di
Gedung Teratai Lantai 3 utara RSUP Fatmawati Jakarta Selatan.
A; Pengkajian
Dalam teori penyebab terjadinya Hirschprung adalah kegagalan sel neural pada
masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi kranio kaudal pada sub
mukosa dinding fleksus, segmen usus yang tidak memiliki gerakan peristaltik
tidak mendorong bahan-bagan yang dicerna dan terjadi penyumbatan, kelainan
bawaan sering terjadi pada anak sindrom down, tidak adanya ganglion.
Pada kasus An. P disebabkan karna tidak adanya ganglion sejak usia 3 tahun,
pasien mempunyai riwayat BAB normal pada usia 1 sampai 2 tahun. Sejak 1
tahun SMRS perut pasien membesar, 7 hari SMRS orang tua pasien mengatakan
24
perut anaknya kembung dan terlihat kencang, 3 hari SMRS pasien muntah
berwarna hijau, pasien belum BAB selama 10 hari SMRS, dan pasien selama ini
BAB 1 minggu sekali jika diberi dulcolac.
Perbandingan hasil pengkajian dengan teori yang didapat :
Pada saat pengkajian keluhan utama pasien adalah pasien tidak bisa BAB sejak
10 hari SMRS. Keluhan tersebut disertai dengan perut yang membesar, terlihat
kembung dan kencang sejak 7 hari SMRS, pasien juga muntah hijau 3 hari
SMRS. Pasien BAB 1 minggu hanya sekali jika diberi dulcolac. Orang tua
menyadari perut yang membesar sudah 1 tahun SMRS, pasien memang sulit
BAB sejak 1 tahun SMRS, pasien lahir normal dan mempunyai riwayat BAB
normal 1-2 tahun.
Pada teori dijelaskan tidak adanya sel-sel ganglion dalam rektum atau bagian
rektosigmoid kolon. Hal ini menimbulkan ketidaknormalan atau tidak adanya
peristaltik yang menyebabkan tidak adanya evakuasi usus spontan. Selain itu,
sfingter rektum tidak dapat berelaksasi, mencegah keluarnya feses secara normal.
Isi usus terdorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul di daerah tersebut,
menyebabkan dilatasi bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu.
Sesuai dengan teori yang dijelaskan diatas, pasien mengalami distensi abdomen
atau perut membesar karena tidak adanya sel-sel ganglion sehingga tidak ada
gerak peristaltik yang dapat mendorong feses keluar.
Pasien juga mengalami muntah berwarna hijau ini dikarenakan oleh penyerapan
yang tidak maksimal pada usus karana banyaknya feses yang menumpuk pada
usus.
Pada kasus ditemukan berat badan pasien 9,5 kg, seharusnya berat badan anak
usia 4 tahun berat badannya 13,5kg-16kg, ini dikarenakan penyerapan nutrisi
pada usus halus kurang maksimal dikarenakan banyaknya feses yang menumpuk
pada usus pasien karena pasien belum BAB sejak 10 hari.
25
Pada kasus pasien mengalami peningkatan suhu tubuh 38,6oC ini dikarenakan
pasien mengalami peradangan pada usus karena feses yang tidak dapat
dikeluarkan.
C; Diagnosa, Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi
Pre operasi
1;
Post operasi
1;
BAB V
PENUTUP
A; Simpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien An. P Usia 4
Tahun Dengan Masalah Hirschprung Di Gedung Teratai Lantai III Selatan Ruang
301 RSUP Fatmawati di Gedung Teratai Lantai 3 utara RSUP Fatmawati Jakarta
Selatan, didapatkan kesimpulan yaitu :
Pada proses pengkajian pada pasien dengan Efusi Pleura ditemukan
keluhan tidak bisa BAB disertai dengan perut yang membesar, terlihat kembung
dan kencang, pasien juga muntah berwarna hijau. Cara pengumpulan data
diperoleh melalui metode wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik, klien dan
keluarga klien koperatif saat dilakukan wawancara.
31
32