Contoh Kir

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

KARYA ILMIAH JUARA II SE-KABUPATEN WONOGIRI TINGKAT SMA

FERMENTASI URINE SAPI (Bison benasusL) SEBAGAI PUPUK CAIR UNTUK MENINGKATKAN
PRODUKSI PERTANIAN

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr,wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya karya ilmiah ini yang berjudul
FERMENTASI URINE SAPI SEBAGAI PUPUK CAIR UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PERTANIAN.
Dalam penulisan dan penyusunannya kami tidak mengalami kendala yang berarti. Hal ini tidak lepas dari adanya bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada :

Yth.Bp.Soejadi, BcHk selaku kepala SMA PANCASILA 1WONOGIRI

Yth.Ibu. Dra. Sri Lestari Handayani selaku guru pembimbing

Yth.Bp. Pudi SM, S.Pd selaku guru pembimbing

Yth. Bp. Ridhiyanto selaku pemilik peternakan sapi

Serta seluruh pihak yang turut berperan serta hingga terselesaikannya karya ilmiah ini dengan baik.
Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun kami menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu dengan kerendahan hati kami menerima adanya kritik dan saran yang membangun dari pihak manapun demi
perbaikan dimasa yang akan datang.. Akhir kata kami ucapkan selamat membaca. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Wassalamualaikum wr,wb.
Wonogiri, Desember 2007
Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ..... iv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... v
ABSTRAKSI ........................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1

Latar Belakang ............................................................................................. 2

Pembatasan Masalah .................................................................................... 2

Permasalahan ............................................................................................... 2

Tujuan Penelitian ........................................................................................ 2

Manfaat Penelitian ...................................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................... 3


BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN............................................................... 7

Tempat dan Waktu...................................................................................... .. 7

Alat dan Bahan.............................................................................................. 7

Pelaksanaan Penelitian.................................................................................. 8

Hasil yang dicapai......................................................................................... 8

Perhitungan biaya wirausaha......................................................................... 9


Sasaran Penelitian.......................................................................................... 10
BAB IV PENUTUP.................................................................................................. 11
Kesimpulan................................................................................................... 11
Saran.............................................................................................................. 11

DAFTAR LAMPIRAN

1. Foto Pengambilan Urine sapi


2. Foto Pengambilan Tetes tebu
3. Foto Penambahan Lengkuas, jahe, butrowali, kunyit, kencur, temu ireng
4. Foto Proses Pembuatan Pupuk cair dari Urine sapi
5. Foto Pengemasan
6. Hasil penggunaan pupuk yang digunakan pada tanaman

FERMENTASI URINE SAPI SEBAGAI PUPUK CAIR UNTUK


MENINGKATKAN PRODUKSI PERTANIAN
Deny Styawati, Linda Lestari, Lita Siswanti,
Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam
SMA Pancasila 1 Wonogiri
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk memenfaatkan urine sapi sebagai pupuk cair untuk meningkatkan produksi pertanian. Penelitan
ini dilaksanakan selama bulan Desember 2007, bertempat di Laboratorium Biologi SMA Pancasila 1 Wonogiri. Komposisi bahan yang
digunakan adalah: urine sapi, lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur, butrowali, tetes tebu. Dari hasil penelitian yang dipoeroleh kesimpulan
bahwa urine sapi bisa dibuat pupuk cair dengan menambahkan bahan - bahan tambahan seperti lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur,
butrowali. Bahan - bahan tadi berfungsi untuk menghilangkan bau urine sapi. Sedangkan untuk tetes tebu berfungsi untuk fermentasi dan
memenyuburkan mikroorhanisme yang ada didalam tanah, tetes tebu ini sendiri mengandung bakteri Sacharomyces Sereviceaeyang berfungsi
untuk fermentasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh bahwa urine sapi bisa dibuat pupuk cair yang sangat menyuburkan tanaman
pertanian.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sapi (Bison benasus L) merupakan ternak ruminansia besar yang mempunyai banyak manfaat baik untuk manusia ataupun
tumbuhan, seperti daging, susu, kulit, tenaga dan kotoran. Selain itu urinenya juga bisa dimanfaatkan. Urine sapi ( Bison benasus L) bisa di
buat pupuk cair sebagai pestisida untuk tanaman. Penulis telah membuat pupuk cair dan hasilnya cukup baik
Pembuatan pupuk cair dari urine sapi (Bison benasus L) ini sangatlah mudah dan tidak membutuhkan waktu lama serta
baik untuk tanaman dibandingkan dengan pupuk buatan pabrik. Bahan yang digunakan untuk membuat pupuk cair ini juga mudah di dapat
dan biayanya relatif murah. Dengan adanya pembuatan pupuk cair ini masyarakat diharapkan mau mencoba membuat dan memakinya.
Produk yang dibuat ini mempunyai keunggulan tersendiri yaitu harganya murah, pembuatannya mudah, bahan mudah
didapat, dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Pupuk cair ini mengandung protein yang menyuburkan tanaman dan tanah seperti padi,
palawija, sayur-sayuran, buah-buahan, bunga dan lain-lain. Produk ini berfungsi sebagai pengusir hama tikus, wereng, walang sangit, dan
penggerek serta sebagai sumber pupuk organik.
Pembuatan pupuk cair dari urine sapi (Bison benasus L) ini membutuhkan bahan tambahan lainnya agar urine
berkomposisis kimia yag baik. Bahan tambahan ini seperti lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur, brotowali, dan tetes tebu. Untuk
lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur, brotowali maksud penambahan bahan-bahan ini untuk menghilangkan bau urine ternak dan
memberikan rasa yang tidak disukai hama. Untuk tetes tebunya untuk fermentasi urine sapi (Bison benasus L) dan menyuburkan mikroba
yang ada di dalam tanah, karena tetes ini mengandung bakteri Sacharomyces cereviceae. Berdasarkan uraian tersebut penulis mengambil
penelitian

yang

berjudul

"FERMENTASI

URINE

SAPI(Bison

benasus L)SEBAGAI

PUPUK

CAIR

UNTUK

MENINGKATKAN PRODUKSI PERTANIAN".


B. Pembatasan masalah

Urine sapi yang digunakan sapi (Bison benasus L) jantan jawa dirumah Bapak Ridhiyanto desa Ngemplak, Kecamatan Ngadirojo

Lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur, butrowali dibeli dipasar Ngadirojo

Tetes tebu dan starter atau bibit bakteri Sacharomycec sereviceae dibeli di Bapak Panut sentra produksi Alkohol Bekonang

C. Permasalahan
Apakah urine sapi (Bison benasus L) bisa dijadikan pupuk cair untuk meningkatkan produksi pertanian?
D. Tujuan Penelitian
Untuk memanfaatkan urine sapi (Bison benasus L) untuk dibuat pupuk cair untuk meningkatkan produksi pertanian
E. Manfaat Penelitian
1. Memanfaatkan limbah petarnakan khususnya urine sapi untuk pupuk cair
2. Meningkatkan intensifikasi pertanian
3. Meningkatkan masyarakat untuk berwirausaha sendiri
4. Untuk perkembangan teknologi pertanian

BAB II
LANDASAN TEORI

Siapa bilang air kencing sapi merusak lingkungan. Buktinya, sapi di Sumatra Barat (Sumbar), tepatnya di Kecamatan Tanjung
Raya, Kabupaten Agam. Air kencing dari satu ekor sapi mamp menyuburkan sekitar empat hektare sawah yang setiap hektarenya bisa
menghasilkan enam hingga delapan ton padi atau gabah.Air kencing, ya tetap air kecing, yang keluar dari alat vital sapi,. Kandungan kimia
urine sapi adalah N : 1,4 sampai 2,2 %, P: 0,6 sampai 0,7%, dan K 1,6 sampai 2,1. Namun sebelum keluar dari tubuh sapi itu, makanan sapi
harus direkayasa dulu.Awalnya, hasil penemuan yang disebut sistem pupuk organik urine sapi (kosarin), semata-mata memang bukan untuk
menyuburkan tanaman atau tumbuhan. Melainkan untuk menyuburkan sapi. Cara menggemukkan sapi ini dengan memberikan makanan
jeram dicampur garam dan enzym Bossdext (Setiono Hadi, 2004).
Peningkatan produksi jahe di Indonesia sangat diperlukan, yang dapat dilakukan melalui perbaikan tehnik budidaya terutama
pada fase awal pertumbuhan tanaman. Penggunaan pupuk kandang dan urin sapi sebagai zat pengatur tumbuh diharapkan mampu
memperbaiki pertumbuhan tanaman jahe sehingga produksinya meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa
jenis pupuk kandang, pengaruh konsentrasi urin sapi dan interaksi antara penggunaan beberapa macam pupuk kandang dan konsentrasi urin
sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jahe muda ( Hary Witriyono, 1993).

Budidaya tanaman kencur di pedesaan umumnya masih bersifat sampingan. Maka tidak heran bila kuantitas dan kualitasnya
beraneka ragam. Buku ini menyajikan cara penanaman kencur agar dapat memperoleh hasil yang maksimal ( Rahmat Rukmana, 1994).
Brotowali adalah tanaman asli Asia Tenggara. Di balik rasanya yang pahit,ternyatabrotowali mampu menyembuhkan berbagai
jenis penyakit, ringan dan berat, seperti diabetes mellitus, hepatitis, rematik, dan gatal-gatal. Harapannya, dengan buku ini pembaca bisa
mengaplikasikan atau meramu sendiri resep-resep obat dari brotowali. Sebagai pelangkap, buku ini disertai juga dengan pengalaman para
penggunanya ( Budy Kresnady, 2003).
Kunyit sudah lama dikenal sebagai tanaman untuk bumbu dapur. Selain itu, kunyit juga sudah turun temurun digunakan untuk
menyembuhkan berbagai penyakit. Akhir-akhir ini, kunyit juga sudah diolah secara modern dalam skla industri sebagai bahan baku obat,
kosmetik, dan pewarna tekstil. Ramuan obat berbahan kunyit dijelaskan dalam buku ini dengan tujuan agar pembaca dapat mengolah
sendiri resep-resep tersebut ( Winarto, 2004).
Masyarakat semakin menyukai cara pengobatan atau pencegahan gangguan kesehatan dengan bahan-bahan alami. Jahe,
Kunyit, Kencur, dan Temulawak merupakan bahan alami yang berkhasiat bagi kesehatan. Salah satu bentuk penyajiannya adalah dengan
dibuat menjadi minuman yang cepat saji dan praktis, dengan kata lain dikemas dalam bentuk bubuk instan. Buku ini memberikan informasi
lengkap, mulai dari pengenalan komoditasnya, peralatan, proses pembuatan, pengemasan, pemasaran, hingga analisis usaha instan jahe,
kunyit, kencur, dan temulawak ( Prastyo, 2003).
Temu-temuan dan empon-empon banyak dimanfaatkan untuk bumbu masak, bahan minuman, bahan kosmetika, dan bahan
obat/jamu tradisional. Komoditas temu-temuan dan empon-empon saat ini tidak hanya dikenal di dalam negeri melainkan juga di luar
negeri. Dengan demikian, komoditas ini memiliki prospek pasar yang sangat luas sehingga patut diperhitungkan oleh para petani ataupun
pemerintah karena dapat mendatangkan pendapatan tambahan bagi petani dan devisa bagi negara. Buku ini menyajikan aneka temu-temuan
dan empon-empon, baik yang sudah dikenal oleh masyarakat maupun yang belum, mulai dari pengenalan masing-masing komoditas,
budidaya, manfaat, dan khasiatnya (Fauzilah Muhlisin, 1999).
Lengkuas merupakan sejenis rizom dengan kegunaan masakan dan perubatan, dan banyak digunakan di Asia Tenggara.
Rupanya hampir sama dengan halia.
Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida
Order : Zingiberales
Famili : Zingiberacea sp
( Wikipeda.Org, 2007)
Infeksi cacing tidak selalu menimpa anak-anak. Siapa pun bisa terinfeksi bila pola hidupnya kurang higienis. Untuk mengusir
cacing dari saluran pencernaan kita itu bisa digunakan bahan-bahan alami di sekitar kita. Di antaranya temu ireng (hitam) atau temu giring (
Aliadi, 1996).
Tetes atau ampas tebu adalah cairan kental sisa kristalisasi dari pabrik gula. Badek adalah bibit fermentasi ciu yang diambil
dari sisa penyulingan ciu sebelumnya. Setelah diaduk, pada permukaan campuran bahan dasar ciu akan keluar buih. Campuran bahan
dibiarkan sampai tujuh hari sampai buih menghilang, baru siap dimasak, Bagi pembuat ciu, kalau badek habis atau tak sanggup
menghasilkan buih pada campuran bahan ciu, berarti produksi mandek. Hasil sulingan tetes tebu biasanya mengandung alkohol 30-45
persen. Produsen ciu di Bekonang umumnya juga memproduksi alkohol 90 persen. Alkohol itu campuran tetes tebu yang disuling dua
kali. Setelah jadi ciu, dimasak lagi, ditambah zat kimia kostik. Jadinya alkohol 90 persen,.Dari 200 liter campuran bahan akan
menghasilkan 30 liter ciu setelah melewati tiga jam penyulingan. Kalau tetesnya bagus uapnya keluar cepat. Kalau jelek bisa empat jam
baru selesai, Ciu paling jelek kandungan alkoholnya berkisar 25 persen. Hasil sulingan ciu berwarna agak keruh ( Taman Kembang Pete,
2006)
Wibowo (1989) menyatakan bahwa fermentasi sering didefinisikan sebagai proses pemecahan karbohidrat dari asam amino
secara anaerobik yaitu tanpa memerlukan oksigen. Karbohidrat terlebih dahulu akan dipecah menjadi unit - unit glukosa dengan bantuan
enzim amilase dan enzim glukosidose, dengan adanya kedua enzim tersebut maka pati akan segera terdegradasi menjadi glukosa,
kemudian glukosa tersebut oleh khamir akan diubah menjadi alkhohol.
Buckel (1987) menyatakan bahwa fermentasi adalah perubahan kimia dalam bahan pangan yang disebabkan oleh enzim.
Enzim yang berperan dapat dihasilkan oleh mikroorganisme dan interaksi yang terjadi diantara produk dari kegiatan kegiatan tersebut dan
zat zat yang merupakan pembentuk bahan pangan tersebut.

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu


1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi SMA Pancasila 1 Wonogiri
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan 2 minggu selama bulan Desember
B. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan
No

Nama alat

Jumlah

Ember

1 buah

Pengaduk

1 buah

Saringan

1 buah

Botol Bekas

5 buah

Bakcer Glass

1 buah

Drum Plastik

1 buah

2. Bahan yang digunakan


No

Nama Bahan

Jumlah

Satuan

Urine Sapi (Bison benasus L)

10

Liter

Lengkuas

Ons

Kunyit

Ons

Temu ireng

Ons

Jahe

Ons

Kencur

Ons

Brotowali

Ons

Tetes tebu/bibit bakteri

0.5

Liter

C. Pelaksanaan Penelitian
1. Urine sapi (Bison benasus L) di tampung dan dimasukkna ke dalam drum plastik
2. Lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur, brotowali, ditumbuk sampai halus kemudian dimasukkan ke dalam drum plastik, maksud
penambahan bahan-bahan ini untuk menghilangkan bau urine ternak dan memberikan rasa yang tidak disukai hama.
3. Setelah itu tetes tebu dimasukkan kedalam drum plastik, lalu dimasukkan starter Sacharomyces cereviceae. Tetes tebu dan starter
Sacharomyces cereviceae ini berguna untuk fermentasi dan nantinya setelah jadi pupuk cair bisa menambah jumlah mikroba
menguntungkan yang ada didalam tanaah.
4. Fermentasi urine didiamkan selama 14 hari dan diaduk setiap setiap hari.
5. Drum plastik ditutup dengan kain serbet atau kertas.
6. Setelah 14 hari pupuk cair sudah jadi kemudian disaring dan dikemas.

D. Hasil yang dicapai


Setelah pembuatan pupuk cair selesai hasilnya bagus. Urine sapi (Bison benasus L) sebelum difermentasi warnanya coklat
kekuning-kuningan, baunya masih berbau urine, tetapi setelah difermentasi warnanya berubah menjadi coklat kehitam-hitaman, dan sudah
tidak berbau urine. Penulis sudah mencobakan pada tanaman sayur dan bunga ternyata bagus. Tanaman sayuran dan bunga yang telah
diberi pupuk cair ini menjadi lebih subur, daunnuya kelihatan segar dan hijau serta ulat yang menghinggapinya hilang. Pupuk cair ini juga
dapat meningkatkan keuntungan pertanian serta memberikan keuntungan bagi kita.

E. Perhitungan Biaya Wirausaha


1.Pengeluaran
NO

Uraian

Jumlah

Harga
Per satuan

Total

Bahan

Urine sapi (Bison benasus L)

10 Liter

Rp. 1000

Rp. 10.000

Lengkuas

2 Ons

Rp. 750

Rp. 1.500

Kunyit

2 Ons

Rp. 750

Rp. 1.500

Temu ireng

2 Ons

Rp. 750

Rp. 1.500

Jahe

2 Ons

Rp. 750

Rp. 1.500

Kencur

2 Ons

Rp. 750

Rp. 1.500

Butrowali

2 Ons

Rp. 500

Rp. 1.000

Tetes/starter

0,5 Liter

Rp. 2.000

Rp . 1.000

Sacharomyces

cereviceae
Total Bahan

Rp. 19.500

Alat

Drum Plastik

1 buah

Rp.

Rp. 10.000

Saringan

1 buah

10.000
Rp. 2.000

Rp. 2.000

Botol bekas

5 buah

Rp. 100

Rp. 500

Ember

1 buah

Rp. 3.000

Rp. 3.000

Total Alat

Rp. 15.500

Pengeluaran Total
1. Bahan : Rp. 19.500
2. Alat : Rp. 15.500
3. Tenaga kerja : Rp. 15.000
4. Biaya Pemasaran : Rp. 10.000 +
Total : Rp. 50.000
Pemasukan
1. Jual pupuk cair 10 liter X Rp. 10.000 = 100.000
Keuntungan = Pemasukan - Pengeluaran
= Rp. 100.000 50.000 = Rp. 50.000
F. Sasaran Pemasaran
Dalam pembuatan pupuk cair yang bahan dasarnya urine sapi (Bison benasus L) ini yang menjadi sasaran adalah masyarakat khususnya petani
dan pengusaha peternakan, karena pupuk cair ini bermanfaat untuk meningkatkan produksi pertanian.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Di dalam menyusun lapora ini penulis memperoleh kesimpulan:
1. Limbah cair peternakan khususnya urine sapi (Bison benasus L) dapat digunakan sebagai pupuk cair dengan menambahkan bahan
tambahan didalamnya seperti lengkuas, kunyit, temuireng, jahe, kencur, brotowali, tetes tebu dan starter Sacharomyces cereviceae.
2. Dengan pupuk cair dari urine sapi (Bison benasus L) ini mesyarakat dapat memanfaatkan limbah urine sapi (Bison benasus L) dari
peternakan sapi (Bison benasus L).
3. Dengan pupuk cair dari urine sapi (Bison benasus L) ini masyarakat dapat meningkatkan penghasilan dan dapat berwirausaha

B. Saran
1. Harus ditingkatkan pengetahuan bioteknologi kita biar dapat menghasilkan produk baru yang bermanfaat bagi manusia.
2. Harus ada pembinaan Karya Ilmiah Remaja di SMA Pancasila 1 Wonogiri secara berkelanjutan, untuk meningkatkan Ilmu
pengetahuan.
3. Fasilitas LAB IPA khususnya Biologi perlu dilengkapi, sehinggha dalam praktek bisa berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Aliadi. 1996. Tanaman Obat Peliharaan. Sidowayah. Jakarta


Buckle, 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia press
Hadi, Setiono. 2004. Urine Sapi Bangkitkan Harapan Petani, Bogor.
Kresnady, Budy. 2003. Si Pait Yang Menyembuhkan. Agromedia Pustaka. Jakarta
Muhlisah, Fauziah. 1999. Temu-temuan dan Empon- Empon Budi Daya dan Manfaatnya. Kanisius. Yogyakarta.
Prastyo. 2003. Teknologi Tepat Guna Instan. Kanisius. Yogyakarta
Rukmana Rahmat. 1994. Kencur. Kanisius. Yogyakarta
Wibowo. 1989. Biokimia Pangan dan Gizi. Yogyakarta: UGM Press.
Winarto, Ir. 2004. Khasiat dan Manfaat Kunyit. Agromedia Pustaka. Jakarta
Witriyono Harry, 1993. Peningkatan Produksi Jae. Yogyakarta
. 2007. Lengkuas. Wikipeda, Org.
. 2006. Bangsa Penenggak Arak. Taman Kembang Pete. Jakarta.

LAMPIRAN

1.

PADA SAPI

MAKALAH BIOLOGI TENTANG INSEMINASI PADA SAPI


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Ditinjau dari banyaknya pengimporan ternak unggul yang terjadi di negara kita. Hal tersebut dipicu dari kurangnya tenaga ahli dalam bidang
tersebut, dan juga kurangnya lapangan kerja yang ada. Dengan adanya Balai Inseminasi Buatan (BIB) ini berarti membantu negara
meringankan dalam hal pengimporan ternak unggul. Disamping itu juga Balai Inseminasi Buatan (BIB) juga memproduksi semen beku, benih
unggul, ternak unggul. Selain itu juga Balai ini memberikan pendapatan untuk negara.
Oleh karena itu, penulis mencoba meneliti Balai Inseminasi Buatan (BIB) ini agar penulis bisa mengetahui dengan pasti cara-cara memproduksi
sapi-sapi yang unggul.
1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah
1.2.1 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud Inseminasi Buatan ?
2. Bagaimana cara memproduksi semen beku ?
3. Apa saja jenis sapi yang ada di Balai Inseminasi Buatan ?
1.2.2 Pembatasan Masalah
Dalam pembuatan karya tulis ini, penulis membatasi penulisan pada :
1. Inseminasi Buatan
2. Cara memproduksi semen beku
3. Jenis-jenis sapi
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penulis melaksanakan penelitian yaitu :
1. Agar lebih memahami cara reproduksi sapi di Balai Inseminasi Buatan (BIB)
2. Agar menambah wawasan dan memperbanyak ilmu
3. Memenuhi tugas lintas mata pelajaran sekolah
1.4 Metode Penelitian
Metode penelitian untuk mengumpulkan data-data dalam rangka penulisan karya tulis ini dengan cara sebagai berikut :
1. Metode observasi, yaitu proses pengumpulan data melalui kegiatan melihat, memantau dan menganalisa secara langsung sehingga akan lebih
jelas objek yang diamati.
2. Metode tertulis wawancara / interview, yaitu cara pengumpulan data melalui obrolan atau tanya jawab serta bertatap muka secara langsung.
3. Metode tertulis, yaitu dengan menggunakan sumber-sumber dari berbagai buku sebagai panduan karya tulis tersebut.
Melalui sumber-sumber tersebut penulis berharap agar dapat memperoleh informasi dan data secara jelas walaupun tidak seakurat mungkin.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sejarah Singkat
Balai Inseminasi Buatan (BIB) didirikan pada tanggal 3 April 1976 oleh Prof. Dr. Ir. Toyib Hadiwijaya. Balai Inseminasi Buatan (BIB)
merupakan balai pertama di Indonesia yang memproduksi semen beku ternak besar seperti sapi perah dan sapi potong. Tetapi tidak hanya itu
saja balai ini juga memproduksi inseminasi buatan pada sapi, tidak hanya pada sapi saja yang ada di balai ini tetapi ada juga kambing dan
kerbau.
Balai Inseminasi Buatan (BIB) telah memproduksi semen beku lebih dari 2.000.000 dosis. Sebagai balai pertama yang didirikan di Indonesia.
Balai Inseminasi Buatan (BIB) yang ada di Lembang yang luas lahannya sekitar 10 hektar yaitu 6 hektar untuk perumahan dan 4 hektar untuk
perkebunan.
Selain Balai Inseminasi yang ada di Lembang ada juga Balai Inseminasi Buatan (BIB) yang ada di Singosari, tetapi Balai Inseminasi Buatan
(BIB) di Lembang merupakan balai tertua di Indonesia.
2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Balai Inseminasi Buatan
2.2.1 Tugas Pokok BIB
Melaksanakan produksi dan pemasaran semen beku ternak unggul serta pengembangan inseminasi buatan.
2.2.2 Fungsi BIB
1. Pemeliharaan ternak unggul
2. Pengujian keturunan dan felilisasi pejantan unggul
3. Produksi dan penyimpangaan semen beku
4. Pencatatan dan pemanfaatan semen beku serta pengawasan mutu semen

5. Pengembangan teknik produksi semen beku benih unggul


6. Pemberian saran teknik produksi semen beku benih unggul
7. Pemberian pelayanan teknik kegiatan pemeliharaan ternak dan semen beku
8. Pemberian informasi dan dokumentasi hasil kegiatan Inseminasi Buatan
9. Distribusi dan pemasaran semen beku unggul
10. Pengujian kesehatan dan diagnosa penyakit ternak
11. Urusan tata usaha dan rumah tangga balai.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Inseminasi Buatan
Teknologi modern pada zaman sekarang telah mampu mengatasi masalah kemandulan (bagi manusia) dan menghasilkan bibit-bibit unggul
(bagi hewan yang dapat menguntungkan manusia), khususnya dalam bidang bioteknologi. Hal tersebut dapat dilakukan diantaranya dengan
melalui inseminasi buatan.
Dari hasil kemajuan bioteknologi tersbut, sekarang telah tersedia inseminasi buatan, fertilisasi atau pembuatan in vitro dan rahim kontrak.
Kemajuan bioteknologi tersebut apabila diterapkan pada dunia hewan, maka akan mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi manusia.
Namun, jika kemajuan bioteknologi diaplikasikan pada manusia, maka akan menghasilkan dampak yang positif dan dampak yang negatif.
Dampak posotof dapat diambil dari orang-orang yang telah menikah, tetapi tidak bisa mempunyai anak, maka agar keinginan untuk mempunyai
anak dapat terwujud, maka dapat dilakukan dengan melalui bayi tabung atau rahim kontrak. Sedangkan dampak negatifnya yaitu dapat
menimbulkan kekacauan dalam sistem keturunan manusia.
Maka sejak tahun 1956 dewan gereja di Roma telah mengutuk kegiatan tersebut dengan alasan bahwa inseminasi buatan dapat memisahkan
tindakan prokreasi (kasih sayang terhadap anak, dan anak adalah karunia Tuhan yang harus dijunjung tinggi) dan persatuan cinta. Alasan
lainnya yaitu kegiatan inseminasi melibatkan tindakan masturbasi yang dibutuhkan untuk mengeluarkan sperma.
Sampai sekarang mayoritas para teolog moral masih berpegang pada sikap mengutuk terhadap kegiatan inseminasi buatan yang diterapkan pada
manusia. Bagaimanapun juga pewaris sifat genetis yang terjadi pada anak melibatkan pihak ketiga bagi pasangan dalam perkawinan. Hal
tersebut akan menimbulkan celaan biologis serta menyangkut psikologis anak itu sendiri dalam lingkungan sosialnya.
Kenyataannya sekarang, banyak para ahli psikologi yang masih berusaha keras untuk mewujudkan atau mengaplikasikan inseminasi buatan
pada manusia. Namun, bagi pasangan suami istri yang akan melaksanakan inseminasi buatan dapat dilakukan atas dasar keputusan bersama
guna mewujudkan pernikahan yang harmonis dan bahagia.
3.2 Cara Mereproduksi Semen Beku
Reproduksi semen beku hanya dapat dilakukan di Balai Inseminasi Buatan (BIB). Tahapan-tahapan dalam memproduksi semen beku
diantaranya yaitu:
1. Mempersiapkan sapi pejantan yang akan diinseminasi yang umurnya 15 18 bulan, tingginya 123 cm dan beratnya minimal 350 kg.
2. Persiapan vagina buatan yang suhunya mencapai 420C, vagina buatan ini harus licin, karena itu gunakan vaseline agar licin seperti vagina
yang asli
3. Penampungan semen sapi pejantan, sapi pejantan dan spai betina disatukan kemudian sapi-sapi itu akan melakukan fisin (pemanasan
sebelum kawin), bila penis jantan telah kelihatan merah, tegang dan kencang, maka penis langsung dimasukan ke vagina buatan.
4. Kemudian sperma dalam vagina buatan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.
Bila sperma berwarna hijau, ada kotoran yang terdorong
Bila sperma berwarna merah, segar, venis teriritasi
Bila sperma berwarna cokelat, venis ada yang luka
Bila sperma berwarna krem susu bening, maka itulah sperma yang bagus
5. Penentuan konsentrasi semen segar
6. Proses pengenceran sperma
7. Proses filing dan sealing, memasukan sperma ke dalam ministrow isi I strow 0,25 CC
8. Proses pembekuan
9. After throwing dan water intubator test
3.3 Jenis-Jenis Sapi
Sapi merupakan salah satu jenis hewan mamalia, yang berkembang biak dengan cara melahirkan. Pada dasarnya reproduksi mamalia sama
seperti reproduksi pada manusia, terjadi secara seksual melalui proses fertilisasi.
Di Indonesia ada banyak jenis sapi. Ada sapi yang merupakan sapi lokal dan ada sapi keturunan.
3.3.1 Sapi Bali
Sapi Bali merupakan sapi lokal dengan penampilan produksi yang cukup tinggi. Penyebarannya telah menyebar luas di seluruh Indonesia,
meskipun masih tetap terkonsentrasi di pulau Bali sampai saat ini kemurnian genetis sapi Bali masih terjaga karena ada undang-undang yang
mengatur pembatasan masuknya sapi jenis lain ke pulau Bali.
Asal usul sapi Bali adalah Banteng yang telah mengalami penjinakan selama bertahun-tahun. Proses domestikasi (penjinakan) yang cukup lama
diduga penyebab sapi Bali lebih kecil dibandingkan dengan Banteng.
Kemampuan reproduksi sapi Bali merupakan yang terbaik diantara sapi-sapi lokal. Hal ini disebabkan sapi Bali bisa beranak setiap tahun. Sapi
Bali mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, sehingga sering disebut ternak perintis.
3.3.2 Sapi Ongole
Sapi Ongole merupakan keturunan sapi Zebu dari India. Berwarna dominan putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir di
bawah leher dan berpunuk. Sifatnya yang mudah beradaptasi dengan lingkungan setempat menyebabkan sapi ini mampu tumbuh secara murni
di pulau Sumba, sehingga disebut sapi Sumba Ongole (SO). Persilangan antara sapi Jawa asli (madura) dengan sapi Ongole secara grading up
menghasilkan sapi yang disebut sapi peranakan Ongole (PO).
3.3.3 Sapi Fries Holstein (FH)
Sapi yang dipelihara dengan tujuan untuk mengahsilkan susu ini diintroduksi dari Belanda. Warnanya belang hitam dan putih dengan ciri
khusus segitiga pada bagian dahi. Sapi yang tidak berpunduk ini memiliki pertumbuhan yang cukup tinggi, sehingga sapi-sapi jantannya sering
dipelihara untuk digemukkan dan dijadikan sapi potong. Di beberapa daerah juga dilakukan persilangan antara sapi Jawa asli dengan sapi FH
dengan pola grading up dan keturunannya lazim disebut sapi PFH.
3.3.4 Sapi Brahman
Sapi Brahman berasal dari India yang merupakan keturunan dari sapi Zebu. Di Amerika sapi ini dikembangkan cukup pesat karena pola
pemeliharaan dan sistem perkawinan yang terkontrol, sehingga penampilan beberapa parameter produksinya melebihi penampilan produksi di
negara asalnya. Sapi Brahman mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan tahan gigitan caplak. Pertumbuhan sapi Brahman sangat
cepat. Hal ini yang menyebabkan sapi ini menjadi primadona sapi potong untuk negara-negara tropis.
3.3.5 Sapi Madura

Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara Bos Sandoicus dan Bos Indicus yang tumbuh dan berkembang di Madura. Sapi yang berpunuk
ini dikenal dengan sapi jawa asli dengan warna kuning hingga merah bata. Terkadang terdapat warna putih pada moncong, ekor dan kaki
bawah. Warna hitam terdapat pada telinga dan bulu ekor. Penyebaran sapi Madura telah mengalami erosi genetis, sehingga penampilan produksi
yang diukur dari pertambahan berat.

Jenis-jenis sapi di Balai Inseminasi Buatan (BIB)


Di Balai Inseminasi Buatan ada 7 jenis sapi, yaitu :
1. Sapi hitam di panggung simental
2. Cokelat semua li mosin
3. Hitam putih Vresen Holenstain (VH)
4. Hitam Angus
5. Krem jenis Brahman Denole
6. Kopi susu jerse
7. Ongole krem pipih pantat
Tidak hanya sapi yang diproduksi di Balai Inseminasi Buatan, tetapi juga memproduksi :
Kerbau burah (bule item) bonga
Kambing dan domba
Kuda (sekarang tidak dikembangkan lagi)
Makanan sapi yang ada di BIB diantaranya rumput gajah, rumput Afrika, dan konsentrat (dedak, jagung, tepung, ikan, darah mineral dan
tulang). Sapi di BIB tidak boleh terlalu gemuk apabila akan diinseminasi karena genetik sapi harus murni. Selain itu, untuk makanan sapi harus
ditambahkan protein sebanyak 24%.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Karya tulis dalam tugas sekolah lintas mata pelajaran ini sangat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis, khususnya di bidang
Inseminasi Buatan pada sapi. Dengan adanya kegiatan penelitian pada Inseminasi Buatan pada sapi ini dapat memahami cara reproduksi sapi.
Menambah wawasan ilmu pengetahuan , dan juga memenuhi tugas lintas mata pelajaran di sekolah.
Untuk itu dalam hal ini penulis menyusun karya tulis ini sebagai tolak ukur negara kita dalam hal Inseminasi Buatan pada sapi yang dilakukan
di Lembang, Bandung. In isangat berpengaruh untuk pemasukan kas negara atau keuangan negara. Selain itu juga untuk memenuhi bibit ternak
sapi unggul yang selalu mengimpor dari negara lain. Selain hal tersebut juga dapat memajukan Indonesia, mensejahterakan warga Indonesia
khususnya di bidang peternakan, Inseminasi pada sapi.
4.2 Saran
Sebelumnya penulis minta maaf kepada khalayak yang bersangkutan yakni Balai Inseminasi Buatan (BIB). Penulis sangat yakin jikalau BIB ini
maju maka apa yang dibutuhkan negara kita dalam hal pembibitan ternak sapi unggul, pembuatan semen beku ini dapat berbuah hasil yang
diinginkan yaitu memperoleh keuntungan.
Kelancaran yang dilakukan selama beberapa tahun yaitu dari tahun 1976 sampai sekarang ini adalah karena berkat kerja keras, usaha atau
upaya, saling kerja sama yang dilakukan oleh para karyawan kompak, disiplin dan pantang menyerah dalam menghadapi hambatan dan
rintangan, sehingga membuahkan hasil yang memuaskan.
Selain itu dengan apa yang dikaji, digali dan dipelajari apa yang didapat di BIB ini, penulis sangat berharap jikalau penulis berhasil dalam
pendidikannya maka akan dengan berat hati, BIB bersedia menerima sebagai karyawan di BIB tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Supriyadi, Edi, dkk. Sigap Biologi 2B. Bandung : CV. Karya Iptek
2. Kusumaatmaja. Muhamad. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis.
3. Akhyar, Moh Salman, 2003. Biologi Untuk SMA Kelas 1. Bandung : Grafindo Media Pratama.
4. Agustini, Dewi. 2002. Bioteknologi. Bandung : PPG Tertulis.
5. BALAI INSEMINASI BUATAN. Lembang, Bandung.

ETIKA PENULISAN KARYA ILMIAH


Ditulis Oleh: Satjipto Rahardjo

Dalam komunitas keilmuan dikenal maksim Publish or Perish. Maksim yang berbunyi demikian itu, memicu dan memacu para
akademisien untuk menghasilkan karya ilmiah. Seorang ilmuwan akan diakui kehadirannya melalui tulisan-tulisan. Mereka adalah
orang-orang yang berpikir-dengan-tanganya. Menulis sebuah karya ilmiah merupakan suatu genre tulisan tersendiri yang
berbeda dari menulis puisi, novel, cerpen atau karya-karya yang lain. Karya karya tersebut berbeda dalam format penulisan, dalam
hal ini format penulisan ilmiah. Oleh karena itu para penulis karya ilmiah barang tentu perlu memiliki pengertian tentang format
tersebut bagaimanapun sederhananya.
Buku yang ditulis oleh sdr. Gunawan Wiradi ini menambah informasi dan wawasan bagi kita tentang seluk-beluk penulisan karya
ilmiah yang sangat bermanfaat bagi komunitas akademis. Kelebihan dari tulisan ini adalah fokusnya kepada masalah etika, yaitu
etika penulisan karya ilmiah.
Etika penulisan adalah lebih daripada masalah teknis penulisan itu sendiri. Ia sudah bicara tentang apa yang seharusnya dilakukan

dan yang tidak. Seseorang secara teknis, boleh telah menulis dengan cara yang benar, melainkan tetap ada resiko melanggar etika
penulisan ilmiah. Etika lebih menyentuh hati daripada nalar pikiran.
Buku yang ditulis oleh sdr. Gunawan Wiradi memerlukan banyak halaman untuk membicarakan plagiarisme. Plagiarisme sudah
memasuki ranah etika, oleh karena berbicara tentang kejujuran dan penghormatan. Oleh karena itu bagus sekali bahwa sdr.
Gunawan Wiradi mengangkat dan mengingatkan kita akan pentingnya masalah tersebut. Bagi saya, memang kejujuran dalam
penulisan karya ilmiah memiliki nilai jauh lebih tinggi daripada aspek teknisnya. Dengan demikian pantaslah apabila maksim
publish or perish itu disandingkan dengan be honest or perish
Saya menyaksikan tidak sedikit bibit-bibit yang memiliki masa depan yang bagus, namun akhirnya lenyap dari peredaran karena
faktor ketidakjujuran yang mereka lakukan.
Maka, penyebaran peringatan tentang pentingnya memedulikan etika penulisan melalui buku ini sungguh dibutuhkan, khususnya
untuk kalangan penulisan pemula. Janganlah bibit-bibit yang baik menjadi pupus karena telah melakukan bunuh diri dengan
berperilaku tidak jujur. Sekali lancung ke ujian selamanya orang tidak akan percaya lagi.
Melalui praktek menulis secara terus menerus, kualitas sebuah karya ilmiah dapat ditingkatkan, tetapi sulit sekali memulihkan
martabat seseorang, manakala sekali ia melakukan ketidak-jujuran.

Langkah-Langkah Penulisan Karya Ilmiah


Diposkan oleh Sukore

A. Bagian awal
Halaman Judul :
Sebuah judul pada dasarnya meng-gambarkan kelengkapan menganalisis, jangkauan wilayah, domain penelitian, waktu dan metode yang
dipakai serta kesimpulan yang didapat.
Syarat judul karangan :
(1) Tepat artinya segala isi yang terkandung di dalam karangan itu dapat terlihat dari judul tersebut.
(2) Ekonomis maksudnya judul sebaiknya sependek mungkin tanpa mengu-rangi arti atau isi atau luas lingkungan yang tercakup di dalam
karangan.
(3) Langsung maksudnya judul karangan tidak perlu berbelit-belit dan dibuat-buat supaya tampak ilmiah.
(4) Jelas maksudnya bahasa, kalimat dan kata-kata yang dipergunakan di dalam judul karangan hendaknya bahasa, kalimat dan kata-kata yang
dapat dimengerti dan dapat dihindari kalimat-kalimat atau kata-kata yang kabur atau ambivalen. Istilah-istilah yang terdapat di dalam judul itu
haruslah tepat dan dapat dipertanggungjawabkan oleh penga-rang.
(5) Sederhana
(6) Baru
(7) Logis artinya judul karangan itu benar dari segi ilmiah, dan beralasan menurut logika.
Judul dalam
Halaman pengesahan
Kata Pengantar :
Berisi tentang ucapan puji syukur, rasa terimakasih penulis kepada siapapun yang terlibat atau yang membantu dalam penulisan karya ilmiah
penulis tersebut.
Daftar Isi :
Maksud penyusunan daftar isi terutama untuk memudahkan pembaca (dan pengarang) untuk mengetahui klasifikasi dan keseluruhan isi
karangan.
Daftar Tabel, Bagan, Foto, Gambar :
Maksud utama penyusunan statistik adalah untuk memudah-kan pandangan sehingga sekaligus dapat menggambarkan ke-seluruhan peristiwa.
Di samping itu untuk memudahkan inter-pretasi dan analisa.
B. Bagian isi
Bab I Pendahuluan
Paparan tentang apa yang menjadi masalah dengan latar belakangnya

1. Latar belakang: diskripsi masalah, data awal yang mendukung adanya masalah dan akar timbulnya masalah. Mengapa dan apa yang
mendorong peneliti memilih topik penelitian ini.
2. Rumuskan masalahsecara jelas, singkat, termasuk konsep-konsep yang digunakan, masalah dibatasi, bagian mana yang digarap, mengapa
bagian itu yang diambil, dan gambarkan pentingnya masalah: sumbangannya terhadap perkembangan ilmu, kegunaan praktis (bila ada),
hubungan dengan penelitian lain Kegunaan yang lebih umum.
3. Tujuan penelitian
4. Manfaat penelitian
Bab II Landasan teori
Paparan tentang kerangka acuan atau objek yang sudah digunakan dalam memecahkan masalah. Gambarkan konsep-konsep yang digunakan,
pendekatan yang digunakan, gambarkan teori-teori yang pernah ada yang berkaitan dengan masalah yang digarap, mengemukakan asumsiasumsi dasar sebagai landasan berpikir, dan kemukakan hipotesis bila ada. Umumnya dikemukakan dalam bagian kerangka teoritis atau
landasan teori atau teori.
Bab III METODE penelitian
Paparan mengenai apa yang dilakukan dalam suatu penelitian (langkah-langkah) yang dilakukan sebelum melakukan suatu penelitian dan
dikemas dalam bagian metode penelitian.
Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan
Jawaban terhadap pertanyaan apa yang dikemukakan umumnya dikemukakan dalam bagian temuan atau hasil. Hasil-hasil penelitian harus
mampu berfungsi sebagai alat pembuktian.
Bab V kesimpulan dan saran
Kesimpulan, sebagai pernyataan singkat yang mengungkapkan hasil penyelidikan secara menyeluruh. Saran, sebagai pernyataan yang bertujuan
untuk penyempurnaan hasil akhir penyelidikan.
Kesimpulan memuat hasil sesuai dengan tujuan penelitian, penulis harus dapat menjelaskan kepentingan akan temuannya, bukan merupakan
pengulangan yang telah dibahas pada bagian pembahasan, harus menceritakan pada pembaca mengapa temuan ini penting, dan bagaimana
temuan ini berkontribusikan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta penelitian apa yang harus dilakukan kemudian.
bab vi abstrak
Abstrak adalah suatu bagian uraian yang sangat singkat, jarang lebih panjang dari enam atau delapan baris, bertujuan untuk menerangkan
kepada pembaca-pembaca aspek-aspek mana yang tercakup dalam se-buah uraian tanpa berusaha mengatakan apa yang dibicarakan mengenai
aspek-aspek itu.
BAB VII referensi : kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka
Kutipan. Pembuatan skripsi dan karya ilmiah mengharuskan para penulis mencari sumber informasi ilmiah yang diperlukan untuk penulisan
tersebut. Pengetahuan ilmiah yang dikutip dari seseorang dipergunakan untuk berbagai tujuan sesuai dengan argumentasi yang diajukan,
misalnya untuk mendukung pernyataan penulis atau mendefinisikan sesuatu. Kutipan-kutipan tersebut dapat berbentuk kutipan langsung atau
kutipan tidak langsung. Kutipan langsung yang pendek dimasukkan dalam teks atau tubuh skripsi dengan menggunakan tanda kutip
Catatan kaki atau notasi ilmiah cukup penting untuk diperhatikan dalam menulis karya ilmiah. Notasi ilmiah adalah catatan pendek untuk
mengetahui sumber informsi ihniah yang dikutip dalam suatu karya ilmiah.[i] Karena catatan tersebut diletakkan di bagian bawah halaman
maka sering disebut catatan kaki atau footnote. Catatan kaki tidak hanya digunakan untuk mengetahui dan mendalami sumber informasi tetapi
juga untuk memberikan catatan tambahan tentang suatu informasi dalam penulisan ilmiah tanpa mengganggu keseluruhan penulisan tersebut.
catatan kaki mencakup:
(1) nama penulis,
(2) judul tulisan,
(3) tempat pener-bitan,
(4) nama penerbit,
(5) tahun penerbitan,
(6) halaman yang dikutip.
Daftar pustaka dapat berupa buku, jurnal, majalah, media masa, kertas kerja, ensiklopedi, internet, dan bahan penerbitan lain (termasuk
komunikasi pribadi). Fungsi daftar pustaka:
(a) Sebagai alat untuk melihat kembali sumber asli oleh ilmuwan lain, sehingga ilmuwan lain dapat melihat benar atau tidaknya pengutipan
pernyataan di dalam bahan pustaka yang digunakan atau bahkan dapat digunakan sebagai alat untuk melihat perkembangan ilmu.
(b) Untuk mengetahui lebih jauh tentang sumber acuan yang terdapat dalam sebuah catatan kaki.
(c) Untuk melihat cakupan keilmuan seluruh isi tulisan ilmiah sebagai indikator mutu isinya, dengan catatan bahwa semakin terspesialisasi
bahan pustaka yang digunakan maka semakin tinggi nilai tulisan ilmiah.
(d) Untuk mengetahui dampak ilmiah dari tulisan ilmiah.
Tata aturan penulisan daftar pustaka:
(a) Penulisan daftar pustaka disusun secara alfabetis, dari A -Z, dengan patokan pada huruf pertama dari nama keluarga atau marga penulis.
(b) Penulisan nama orang Indonesia yang lebih dari satu kata, adalah kata kedua dianggap sebagai nama keluarga dengan disertai tanda-baca
koma (,) diikuti singkatan kata pertama dan diakhiri dengan tanda titik (.). (Catatan: apabila suatu bahan pustaka tidak terinformasi penulisnya,
maka nama penulis tidak boleh ditulis dengan Anonim).
(c) Setelah nama pengarang, berikutnya ditulis tahun penerbitan bahan pustaka dan diakhiri dengan tanda titik. (d) Setelah tahun terbit bahan
pustaka, berikutnya ditulis judul bahan pustaka yang diketik miring diakhiri dengan tanda titik (.).
(e) Setelah nama bahan pustaka, selanjutnya ditulis
(1) nama penerbit untuk bahan pustaka berupa buku, dan
(2) nama jurnal beserta volume, nomor, tahun terbit, dan halaman bahan pustaka yang dibaca untuk artikel ilmiah yang diterbitkan dalam
bentuk jurnal.
(f) Bagian terakhir adalah nama kota dari alamat penerbit untuk bahan pustaka berupa buku. (g) Apabila nama penulis dari bahan pustaka yang
dirujuk lebih dari satu, maka penulis ke-2 dan ke-3 urutan kata namanya tetap seperti nama aslinya hanya kata pertama dan/atau kedua
disingkat.

Anda mungkin juga menyukai