Anda di halaman 1dari 76

MENINGKATKAN KINERJA GURU DALAM PERENCANAAN DAN

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPS MELALUI MOTIVASI


DI SMP NEGERI 1 BANTAENG

PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH


(PTS)

OLEH:
HASIRUN, S.Pd, M.Pd
NIP.19621231 198512 1 043

SMP NEGERI 1 BANTAENG


SULAWESI SELATAN
TAHUN 2011

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah


Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, jabatan guru sebagai pendidik merupakan jabatan professional.
Untuk itu professional guru dituntut agar terus berkembang sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta kebutuhan masyarakat termasuk kebutuhan sumber
daya manusia yang berkualitas, berakhlak baik, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan memiliki kemampuan untuk bersaing di forum regional, nasional maupun
internasional.
Sistem pendidikan nasional Indonesia mempunyai peran utama dalam
mengembangkan dan membina sumber daya manusia sebagai pelaksana
pembangunan melalui pendidikan formal maupun non formal. Fungsi pendidikan
adalah sebagai institusi sosial yang menjamin kelangsungan hidup generasi muda
suatu bangsa. Baik pendidikan di sekolah, keluarga maupun di masyarakat (non
formal). Sekolah merupakan merupakan salah satu institusi sosial yang memiliki peran
strategis dalam pembinaan kepribadian anak. Di dalam sekolah terjadi proses
transformasi kebudayaan kepada anak. Tentu saja, transformasi kebudayaan tersebut
berlangsung melalui pembelajaran sesuai kurikulum yang berisikan berbagai bidang
ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat.
Komponen yang dianggap sangat mempengaruhi proses pendidikan adalah
guru. Keberhasilan dan kualitas sebuah proses pendidikan di sekolah sangat banyak
dipengaruhi oleh kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki oleh guru.

Pernyataan ini tidak terlepas dari realitas yang menunjukkan bahwa guru merupakan
komponen yang paling banyak bersentuhan langsung dengan peserta didik. Guru
sebagai tenaga pendidik yang secara langsung berinteraksi dengan peserta didik
dalam pembelajaran. Sulit dihindari bahwa guru merupakan sumber belajar utama
bagi peserta didik, disamping sumber belajar lainnya. Dengan demikian, guru memiliki
peran yang sangat dominan dalam peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Guru
yang diserahi tanggung jawab dalam manajemen pembelajaran. Kualitas manajemen
pembelajaran perlu dioptimalkan oleh guru sebagai upaya meningkatkan hasil belajar
peserta didik. Indikator kualitas manajemen pembelajaran dapat dilihat dari tiga
dimensi strategi, yaitu; (1) perencanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran,
dan (3) evaluasi. Ketiga dimensi ini, akan menjadi perhatian dan pembenahan
pembelajaran di sekolah.
PP nomor 19 Tahun 2005 yang berkaitan dengan standar proses
mengisyaratkan bahwa guru diharapkan dapat mengembangkan perencanaan
pembelajaran, yang kemudian dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional (Permendiknas) nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara
lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi
pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), khususnya pada jenjang pendidikan dasar dan menengah jalur
formal, baik yang menerapkan sistem paket maupun sistem kredit semester (SKS).
Perencanaan meliputi penyediaan perangkat program pembelajaran yaitu
program tahunan, program semester, silabus, dan RPP (Rencana Program
Pengajaran), penyediaan bahan ajar, dan media pembelajaran. Pelaksanaan

pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan


peserta didiknya. Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan awal, inti, dan penutup /
evaluasi. Perencanaan pembelajaran merupakan bagian penting dalam pelaksanaan
pendidikan di sekolah. Melalui perencanaan pembelajaran yang baik, guru akan lebih
mudah melaksanakan pembelajaran dan peserta didik akan lebih terbantu dan mudah
dalam belajar. Perencanaan pembelajaran dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
dan karakteristik perserta didik, sekolah, dan mata pelajaran. Pengembangan
perencanaan pembelajaran akan menghasilkan kegiatan pembelajaran yang
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang dilakukan
dengan orientasi pencapaian kompetensi peserta didik. Sehingga muara akhir hasil
pembelajaran adalah meningkatnya kompetensi peserta didik yang dapat diukur
dalam pola sikap, pengetahuan, dan keterampilannya. Untuk mencapai kompetensi
tersebut maka pembelajaran harus dikelola dengan baik. Salah satu pendekatan
dalam pembelajaran berbasis kompetensi adalah menempatkan peserta didik sebagai
subyek didik, yakni lebih banyak mengikutsertakan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Pendekatan ini bertolak dari anggapan bahwa peserta didik memiliki
potensi untuk berpikir sendiri dan potensi tersebut hanya dapat diwujudkan apabila
mereka diberi banyak kesempatan untuk berpikir sendiri. Oleh karena itu guru tidak
bisa lagi dipandang sebagai orang yang paling tahu segalanya, melainkan lebih

berperan sebagai fasilitator terjadinya proses pembelajaran pada individu peserta


didik. Peserta didik tentunya juga harus secara terus menerus berusaha
menyempurnakan diri sehingga meningkat kemampuannya.
Berdasarkan kondisi tersebut guru mata pelajaran IPS pada SMP seharusnya
memahami standar kompetensi, yaitu; (1) memahami materi, struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran IPS, (2) membedakan
pendekatan-pendekatan IPS, dan (3) menunjukkan manfaat mata pelajaran IPS.
Guru mata pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng memiliki karakteristik yang
beragam. Hal ini dipengaruhi oleh kompetensi guru yaitu; kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional yang berbeda-beda. Berdasarkan perbedaan
kompetensi tersebut sehingga kinerja guru dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran akan beragam pula. Kondisi riil guru dalam perencanaan pembelajaran
IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng sangat bervariasi. Guru membuat perencanaan secara
bersama-sama pada pertemuan MGMP. Ada juga diantara mereka menyalin dari
program yang sudah ada sebelumnya. Bahkan ada yang berpendapat bahwa
perencanaan itu hanya pemenuhan kelengkapan administrasi pembelajaran semata,
sehingga

dalam

proses

pembelajaran

tanpa

memperhatikan

perencanaan

pembelajaran.
Sedangkan dalam pelaksanaan pembelajaran guru tidak menggunakan metode
pembelajaran secara bervariasi. Mereka lebih senang menggunakan metode
penugasan dan ceramah. Pemanfaatan media pembelajaran kurang diperhatikan oleh
guru sehingga pembelajaran cenderung monoton. Mereka mengajar hanya mengikuti
pola urutan pada buku teks yang digunakan. Kondisi ini terjadi bukan karena guru

tidak memiliki ilmu pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dalam perencanaan


dan pelaksanaan pembelajaran. Perubahan paradigma sistem dari sentralisasi ke
desentralisasi memungkinkan grlu lebih cepat atau diperioritaskan pemperoleh
informasi aturan, kebijakan yang berhubungan dengan perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran dibandingkan dengan kepala sekolah. Sehingga peneliti menduga
bahwa kondisi riil guru seperti diuraikan di atas terjadi karena kurangnya motivasi yang
diberikan oleh kepala sekolah.
Informasi tentang kinerja guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran sangat dibutuhkan untuk peningkatan
mutu pendidikan. Penelitian tentang peningkatan kinerja guru dalam perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran IPS melalui motivasi di SMP Negeri 1 Bantaeng belum
pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini dianggap penting untuk dilakukan.
B. Identifikasi Masalah
1. Kinerja guru IPS dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran masih
kurang.
2. Hasil belajar peserta didik di SMP Negeri 1 Bantaeng belum seperti apa yang
diharapkan.
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, masalah dibatasi pada:
Kinerja guru dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran di SMP Negeri 1
Bantaeng.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kinerja guru IPS dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
di SMP Negeri 1 Bantaeng?

2. Apakah dengan melalui motivasi dapat meningkatkan kemampuan guru dalam


perencanaan dan peleksanaan pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini, adalah:
1. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalan perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran IPS melalui motivasi di SMP Negeri 1 Bantaeng.
2. Untuk mengetahui langkah-langkah motivasi yang efektif dalam meningkatkan
kemampuan guru dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran di SMP
Negeri 1 Bantaeng.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis:
1. Manfaat teoritis
Sebagai bahan referensi kepada semua pihak yang berkecimpun dalam dunia
pendidikan utamanya yang berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran dan penyempurnaannya pada SMP Negeri 1 Bantaeng.
2. Manfaat praktis
1. Sebagai bahan masukan kepada guru dalam memperbaiki dan meningkatkan
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran IPS, yang berdampak pada
peningkatan hasil belajar peserta didik di SMP Negeri 1 Bantaeng
2. Sumbangan berharga terhadap pihak sekolah, guru mata pelajaran IPS, dan
semua personil sekolah kearah peningkatan mutu pendidikan di SMP Negeri 1
Bantaeng.
3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan
langsung dengan perwujudan peningkatan mutu pendidikan di SMP Negeri 1
Bantaeng.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kinerja Guru
1. Pengertian Kinerja
Mangkunegara (2004:67) mendefinisikan kinerja adalah hasil kerja yang
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.
Sulistiyani dan Rosidah (2003:223) menyatakan kinerja seseorang
merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dapat

dinilai dari hasil kerjanya. Secara definitif Bernandin dan Russell dalam Sulistiyani
dan Rosidah (2003) juga mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya
yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan, serta waktu.
Penilaian kinerja adalah menilai rasio hasil kerja nyata dari standar kualitas
maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan. (Hasibuan, 2005:87). Menurut
Andrew F. Sikula dalam Hasibuan (2005), penilaian kinerja adalah evaluasi yang
sistematis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan dan ditujukan
untuk pengembangan.
Dale Yoder dalam Hasibuan (2005) mendefinisikan penilaian kinerja sebagai
prosedur yang formal dilakukan di dalam organisasi untuk mengevaluasi pegawai
dan sumbangan serta kepentingan bagi pegawai. Sedangkan menurut Siswanto
(2003:231) penilaian kinerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan manajemen
atau penyelia. Penilai untuk menilai kinerja tenaga kerja dengan cara
membandingkan kinerja atas kinerja dengan uraian atau deskripsi pekerjaan
dalam suatu periode tertentu biasanya setiap akhir tahun.
Berdasarkan pengertian tentang kinerja di atas dapat disimpulkan bahwa
kinerja adalah hasil atau taraf kesuksesan yang dicapai seseorang dalam bidang
pekerjaannya menurut kriteria tertentu dan dievaluasi oleh orang-orang tertentu
terutama atasan pegawai yang bersangkutan.
2 . Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi


secara keseluruhan. Melalui penilaian tersebut, maka dapat diketahui bagaimana
kondisi riil pegawai dilihat dari kinerja dan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Adapun tujuan penilaian menurut Sulistiyani dan Rosidah (2003:224) adalah :
1) Untuk mengetahui tujuan dan sasaran manajemen dan pegawai.
2) Memotivasi pegawai untuk memperbaiki kinerjanya.
3) Mendistribusikan reward dari organisasi atau instansi yang kenaikan berupa
pangkat dan promosi yang adil.
4) Mengadakan penelitian manajemen personalia.
Secara terperinci manfaat penilaian kinerja bagi organisasi, masih menurut
Sulistiyani dan Rosidah (2003:224) adalah :
1) Penyesuaian-penyesuaian kompensasi
2) Perbaikan kinerja
3) Kebutuhan latihan dan pengembangan
4) Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan,
pemberhentian dan perencanaan pegawai.
5) Untuk kepentingan penelitian pegawai
3. Kinerja Guru
Kinerja guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan tugas
pembelajaran

sebaik-baiknya

dalam

perencanaan

program

pengajaran,

pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Kinerja guru


yang dicapai harus berdasarkan standar kemampuan profesional selama
melaksanakan kewajiban sebagai guru di sekolah.
Berkaitan dengan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar, terdapat Tugas Keprofesionalan Guru menurut Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen
yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
Para ahli banyak mengemukakan pendapatnya tentang konsep dasar
kinerja, baik secara etimologi maupun secara terminologi, Parawrosentono
(1999:15) mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai
oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai
tujuan organisasi secara tepat, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral
maupun etika.
Kinerja pada dasarnya dapat berupa produk akhir (barang dan jasa) atau
berbentuk perilaku, kecakapan, kompetensi, sarana dan kesempatan fisik yang
dapat mendukung pencapaian tujuan organisasi.
Pandangan lain dikemukakan oleh Stolovitch (1992:7) yang mengemukakan
bahwa kinerja adalah hasil yang dicapai berhubungan dengan pelaksanaan
potensi kerja. Sejalan dengan pandangan tersebut, (Arnold dan Freidman, 1996:9)
mengemukakan bahwa kinerja dapat dilakukan berdasarkan graphic rating scale
dengan indikator yaitu kuantitas kerja, kualitas kerja dan kerja sama.
Defenisi lain dikemukakan oleh Hickman (1990:10) yang menjelaskan bahwa
kinerja selalu merupakan tanda keberhasilan suatu organisasi dari orang-orang
yang ada dalam organisasi tersebut.
Pencapaian tujuan organisasi didorong oleh empat komponen pokok dari
kinerja, yaitu: (1) adanya kemampuan, (2) adanya penerimaan tujuan-tujuan

organisasi, (3) adanya tingkatan tujuan yang ingin dicapai, dan (4) adanya
interaksi antara tujuan dan kemampuan para anggota organisasi.
Menurut Arikunto (1990) bahwa kinerja seorang guru dapat dilihat dari hasil
belajar yang dicapai murid yang diajarkannya. Makin tinggi hasil belajar murid
makin tinggi pula kinerja yang dicapai oleh guru, sebaliknya makin rendah nilai
murid makin rendah pula kinerja guru.
Berbeda dengan Usman (2001:11) yang mengemukakan bahwa seorang
guru yang memiliki kinerja yang tinggi adalah guru yang mampu melaksanakan
tugas pokok sesuai dengan kemampuan profesionalnya yang meliputi: (1)
menerapkan landasan pendidikan dalam setiap aktivitasnya, (2) menguasai bahan
yang diajarkannya, (3) menyusun program pelajaran dengan baik (4)
melaksanakan program pengajaran dengan baik, (5) menilai hasil belajar sesuai
dengan prosedur evaluasi.
Kinerja Guru yang baik tentunya tergambar pada penampilan mereka baik
dari penampilan kemampuan akademik maupun kemampuan profesi menjadi guru
artinya mampu mengelola pengajaran di dalam kelas dan mendidik siswa di luar
kelas dengan sebaik-baiknya. Unsur-unsur yang perlu diadakan penilaian dalam
proses penilaian kinerja guru menurut Siswanto (2003: 234) adalah sebagai
berikut :
1) Kesetiaan
Kesetiaan adalah tekad dan kesanggupan untuk menaati, melaksanakan dan
mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesabaran dan tanggung
jawab.
2) Prestasi Kerja

Prestasi kerja adalah kinerja yang dicapai oleh seorang tenaga kerja dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya.
3) Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang tenaga kerja dalam
menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan
sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani membuat risiko atas keputusan
yang diambilnya. Tanggung jawab dapat merupakan keharusan pada seorang
karyawan untuk melakukan secara layak apa yang telah diwajibkan padanya.
(Westra 1997:291)
Untuk mengukur adanya tanggung jawab dapat dilihat dari:
a. Kesanggupan dalam melaksanakan perintah dan kesanggupan kerja.
b. Kemampuan menyelesaikan tugas dengan tepat dan benar.
c.. Melaksanakan tugas dan perintah yang diberikan sebaik-baiknya.
4) Ketaatan
Ketaatan adalah kesanggupan seseorang untuk menaati segala ketetapan,
peraturan yang berlaku dan menaati perintah yang diberikan atasan yang
berwenang.
5) Kejujuran
Kejujuran adalah ketulusan hati seorang tenaga kerja dalam melaksanakan
tugas dan pekerjaan serta kemampuan untuk tidak menyalahgunakan
wewenang yang telah diberikan kepadanya.
6) Kerja Sama
Kerja sama adalah kemampuan tenaga kerja untuk bekerja bersama-sama
dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang
telah ditetapkan sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesarbesarnya.
Kriteria adanya kerjasama dalam organisasi adalah:
a. Kesadaran karyawan bekerja dengan sejawat, atasan maupun bawahan.
b. Adanya kemauan untuk membantu dalam melaksanakan tugas.
c. Adanya kemauan untuk memberi dan menerima kritik dan saran.
d. Tindakan seseorang bila mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas.
7) Prakarsa

Prakarsa adalah kemampuan seseorang tenaga kerja untuk mengambil


keputusan langkah-langkah atau melaksanakan suatu tindakan yang
diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dan
bimbingan dari atasan.
8) Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk meyakinkan orang lain
sehingga dapat dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas
pokok. Kepemimpinan yang dimaksud adalah kemampuan kepala sekolah
dalam membina dan membimbing guru untuk melaksanakan KBM terutama
kegiatan merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai
dan mengevaluasi hasil pembelajaran mengarah pada tercapainya
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa terkait dengan pengetahuan,
keterampilan dan sikap serta nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir
dan bertindak setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Berbagai defenisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut di atas, ditarik
kesimpulan bahwa kinerja guru adalah hasil kerja yang dicapai seorang guru
dalam melaksanakan tugas pokonya sebagai seorang guru baik di dalam kelas
maupun di luar kelas.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru
Faktor utama yang mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja seseorang dalam
organisasi adalah perasaan puas karena kesejahteraan materil dan spiritualnya
terpenuhi. Dengan adanya kepuasan dalam memenuhi keinginannya, maka
seorang akan bekerja dengan aktif dan penuh semangat. Oleh sebab itu seorang

pemimpin harus memahami keinginan hidup dan cita-cita bawahannya dan


berusaha memenuhi keinginan tersebut.
Kinerja Guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan
komponen sekolah baik kepala sekolah, fasilitas kerja, guru, karyawan, maupun
anak didik. Pidarta (1995) dalam Saerozi (2005:2) mengemukakan ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya
yaitu :
1) Kepemimpinan kepala sekolah,
2) Fasilitas kerja,
3) Harapan-harapan, dan
4) Kepercayaan personalia sekolah.
Dengan demikian nampaklah bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan
fasilitas kerja akan ikut menentukan baik buruknya kinerja guru.
Zainun (1979:19) juga mengemukakan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja, yaitu: (1) hubungan yang harmonis antar pimpinan dan
bawahan, (2) kepuasan terhadap pekerjaan, (3) iklim kerja yang sehat dan
bersahabat, (4) rasa kemanfaatan tujuan organisasi, (5) adanya tingkatan
kepuasan ekonomi-materil, dan (6) adanya ketenangan jiwa, jaminan, serta
perlindungan bagi karyawan.
Pendapat lain yang lebih rinci dikemukakan oleh Strickland (dalam Gorton,
1976:37) dan hasil penelitiannya menemukan adanya beberapa faktor yang dapat
meningkatkan kinerja pendidik, faktor-faktor tersebut adalah

(1) rekan sekerja

yang suka membantu dan bekerja sama dalam membagikan ide-ide, (2) kepala
sekolah yang suka menolong dan bekerja sama, (3) adanya orang tua murid yang

menghargai dan bekerja sama, (4) perlengkapan dan fasilitas yang memadai, (5)
kebebasan mengajar disekolah, (6) siswa yang sopan, (7) bangunan sekolah yang
memadai, (8) minat siswa dan pekerjaan sekolah, (9) supervisor yang suka
membantu, dan (10) sekolah yang telah diorganisir dengan kebijakan-kebijakan
yang telah diformulasikan dengan baik.
Ada dua faktor yang signifikan hubunganya dengan kinerja guru adalah (1)
evaluasi kinerja tinggi, maka dia harus mengembangkan dan (2) memelihara
kinerja yang baik dengan jalan melakukan pembinaan terhadap guru-guru,
terutama mengawasi jalanya proses belajar mengajar dikelas.
Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru yang tinggi berhubungan
dengan kemampuan kepala sekolah dalam mengarahkan dan mengembangkan
potensi yang dimiliki oleh guru, indikator lain kinerja guru adalah keberhasilan guru
dalam melaksanakan tugas pokok guru dalam proses belajar mengajar.
B. Perencanaan Pembelajaran
Tugas guru dalam manajemen pembelajaran, yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, dan mengadakan evaluasi.
Merencanakan pembelajaran meliputi: mengenali tujuan pembelajaran, melakukan
analisis pembelajaran, mengenali tingkah laku dan karakteristik siswa, merumuskan
tujuan

performansi,

mengembangkan

butir-butir

tes,mengembangkan

siasat

pembelajaran, dan merevisi pembelajaran.


Hamalik (2000:135) menyatakan bahwa rencana pembelajaran berisi aspekaspek: (1) perumusan tujuan-tujuan pelajaran dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan, (2) memilih isi dan kegiatan-kegiatan belajar sehubungan dengan tujuan-

tujuan pelajaran, (3) mengorganisasikan isi menjadi unit-unit pelajaran, (4) menyusun
unit-unit belajar dalam hubungan dengan tujuan-tujuan pelajaran dan kematangan
murid, (5) mengadakan seleksi atas prosedur-prosedur mengajar yang akan
digunakan, dan (6) menpertimbangkan metode evaluasi yang akan digunakan.
Dari pendapat tersebut pada intinya bahwa perencanaan pembelajaran
mencakup: (1) tujuan pemnelajaran, (2) materi pelajaran, (3) kegiatan pembelajaran
yang akan dilaksanakan, (4) media yang akan digunakan, (5) sumber rujukan, dan (6)
evaluasi yang akan ditempu.
Majid (2008:22) menyatakan bahwa manfaat perencanaan pengajaran dalam
proses belajar mengajar yaitu: (1) sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai
tujuan, (2) sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang dagi setiap unsur
yang terlibat dalam kegiatan, (3) sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur
guru maupun murid, (4) sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga
setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja, (5) untuk bahan penyusunan
data agar terjadi keseimbangan kerja, dan (6) untuk menghemat waktu, tenaga, alatalat, dan biaya.
Wujud perencanaan pembelajaran tertuang dalam perangkat pembelajaran yang
dibuat oleh guru. Berdasarka Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) perangkat
pembelajaran yaitu silabus dan Rencana Program Pembelajara (RPP).
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

Langkah-langkah pengembangan silabus meliputi: (1) mengkaji standar


kompetensi dan kompetensi dasar, (2) mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran,
(3) mengembangkan kegiatan pembelajaran, (4) merumuskan indikator pencapaian
kompetensi, (5) penentuan jenis penilaian, (6) menentukan alokasi waktu, dan (7)
menentukan sumber belajar.
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana
tercantum pada standar isi, dengan memperhatikan: (1) urutan bardasarkan hierarki
konsep disiplin ilmu/tingkat kesulitan materi, tidak harus sesuai dengan urutan yang
ada pada standar isi, (2) keterkaitan antara standar kompetensi dengan kompetensi
dasar dalam mata pelajaran, dan (3) keterkaitan antara standar kompetensi dengan
kompetensi dasar antar mata pelajaran.
Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian
kompetensi dasar dengan mempertimbangkan: (1) potensi peserta didik, (2) relevansi
dengan karakteristik daerah, (3) tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional,
social, dan spiritual peserta didik, (4) kebermanfaatan bagi peserta didik, (5) struktur
keilmuan, (6) aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran, (7) relevansi
dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan, dan (8) alokasi waktu.
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka kompetensi dasar.
Pengalaman belajar yang dimaksud dapat berwujud melalui penggunaan pendekatan
pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar
memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kegiata pembelajaran


adalah: (1) kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para
pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara
professional, (2) kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus
dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar, (3)
penetuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan urutan hierarki konsep
materi pelajaran, dan (4) rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal
mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar
siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur dengan perubahan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, meta pelajaran,
satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang
terukur/dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun
alatpenilaian.
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan
indikator. Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam
bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil
karya berupa tugas, proyek/produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara

sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam


pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian, adalah: (1) penilaian diarahkan
untuk mengukur pencapaian kompetensi, (2) penilaian menggunakan acuan criteria;
yaitu berdasarkan apa yang bias dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses
pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya,
(3) system yang direncanakan adalah system penilaian yang berkelanjutan.
Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk
menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk
mengetahui kesulitan peserta didik, (4) hasil penilaian dianalisis untuk menentukan
tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program
remedy bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah criteria
ketuntasan, dan (5) system penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar
yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran
menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan
baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun
produk/hasil melakukan observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah
minggu efektif dan olokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan
mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan,
dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi wakru yang tercantum dalam
silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang
dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.

Sumber belajar adalah rujukan, obyek/bahan yang digunakan untuk kegiatan


pembelajaran, yang nberupa media cetak dan elektronik, narasumber, lingkungan fisik,
alam, social dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar
kompetensi dan agaipencapaian kompetensi.
C. Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru berfungsi sebagai manager of instruction,
artinya sebagai guru pengelola pembelajaran. Fungsi ini menghendaki kemampuan
guru dalam mengelola (menyelenggarakan dan mengendalikan) seluruh tahapan
proses pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran yang terpenting adalah menciptakan
kondisi dan situasi sebaik-baiknya sehingga memungkinkan para siswa belajar secara
berdayaguna dan berhasilguna.
Penerapan manajemen pembelajaran dapat diukur dari tiga strategi, yaitu: (1)
strategi pengorganisasian (organizational strategy), (2) strategi penyampaian (delivery
strategy), (3) strategi pengelolaan (management strategy) (Uno, 2007:157).
Strategi pengorganisasian dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi mikro dan
strategi makro. Strategi mikro mengacu pada metode untuk mengorganisasikan
pembelajaran yang berkisar pada satu konsep, prosedur atau prinsip. Sedangkan
strategi makro mengacu pada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang
melibatkan lebih dari satu konsep, prosedur, atau prinsip. Strategi makro berurusan
dengan bagaimana memilih, menata urutan, membuat sintesis, dan rangkuman isi
pembelajaran (apakah itu konsep,prosedur, atau prinsip) yang saling berkaitan.

Strategi penyampaian isi pembelajaran merupakan komponen variable metode


untuk melaksanakan proses pembelajaran. Sekurang-kurangnya ada dua fungsi dari
strategi ini, yaitu: (1) menyampaikan isi pembelajaran kepada siswa, (2) menyediakan
informasi atau bahan-bahan yang diperlukan siswa untuk menampilkan unjuk kerja
(seperti latihan tes).
Strategi pengelolaan pembelajaran yang merupakan komponen variable metode.
Komponen ini berurusan dengan bagaimana menata interaksi antar siswa dengan
variable-variabel metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan
pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian
mana yang digunakan selama proses pembelajaran. Paling tidak, ada tiga klasifikasi
penting variabel strategi pengelolaan, yaitu: (1) penjadwalan, (2) pembuatan catatan
kemajuan belajar siswa, dan (3) motivasi.
Menurut Gagne dan Briggs sebagaimana dikutip Uno, (2007:155) bahwa dalam
strategi pembelajaran memuat Sembilan urutan kegiatan yang dilakukan , meliputi: (1)
memberikan motivasi atau menarik perhatian, (2) menjelaskan tujuan pembelajaran
kepada siswa, (3) mengingatkan kompetensi prasyarat, (4) memberikan stimulus, (5)
memberikan petunjuk belajar, (6) menimbulkan penampilan siswa, (7) memberikan
umpan balik, (8) menilai penampilan, dan (9) menyimpulkan.
Menurut Muslich (2007:58) pelaksanaan manajemen pembelajaran diarahkan
pada tiga aspek kegiatan, yaitu: (1) kegiata prapembelajaran, (2) kegiatan inti
pembelajaran, dan (3) kegiatan penutup.
Kegiatan pra pembelajaran dengan indikator esensial, yaitu: (1) mempersiapkan
siswa untuk belajar, dan (2) melakukan kegiatan apersepsi.

Kegiatan inti pembelajaran meliputi: (1) penguasaan materi pembelajaran, (2)


pendekatan/strategi pembelajaran, (3) pemanfaatan sumber belajar, (4) pembelajaran
yang memicu dan memelihara ketertiban siswa, (5) penilaian proses dan hasil belajar,
dan (6) penggunaan bahasa.
Kegiatan penutup dengan indikator esensial, yaitu: (1) melakukan refleksi atau
membuat rangkuman dengan melibatkan siswa, dan (2) melaksanakan tindak lanjut
dengan

memberikan

arahan,

kegiatan,

atau

tugas

sebagai

bagian

remedial/pengayaan.
Hal lain yang tidak dapat dipisahkan dari strategi pembelajaran adalah pengaruh
kondisi pembelajaran. Kondisi pembelajaran adalah mengklasifikasi variabel-variabel
yang termasuk ke dalam kondisi pembelajaran. Variabel kondisi pembelajaran adalah
sesuatu yang tidak dapat dimanipulasi oleh guru/dosen, baik yang bersifat internal
maupun yang bersifat eksternal. Reigeiuth dan Merril mengelompokan variabel kondisi
pembelajaran menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) tujuan dan karakteristik bidang studi,
(2) kendala dan karakteristik bidang studi, dan (3) karakteristik siswa.
Tujuan pembelajaran adalah pernyataan tentang hasil pembelajaran yang
diharapkan. Karakteristik bidang studi adalah aspek-aspek suatu bidang studi yang
dapat memberikan landasan yang berguna sekali dalam mempreskripsikan strategi
pembelajaran. Kendala adalah keterbatasan sumber-sumber, seperti; waktu, media,
personalia, dan uang. Sedangkan karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas
perseorangan siswa, seperti; bakat, motivasi, dan hasil belajar yang telah dimilikinya.
Tujuan dan karakteristik bidang studi ini biasanya dihipotesiskan memiliki
pengaruh utama pada pemilihan strategi, pengorganisasian pembelajaran, kendala

( dan karakteristik bidang studi) pada pemilihan strategi penyampaian, dan


karakteristik siswa pada pemilihan strategi pengelolaan.
Pada tingkat yang amat umum sekali, hasil pembelajaran dapat diklasifikasi
menjadi tiga, yaitu: (1) keefektifan (effectiveness), (2) efisiensi (efficiency), dan (3)
daya tarik (appeal).
Keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian siswa.
Selanjutnya menurut Reigeluth dalam (Uno, 2007:138) ada empat aspek penting yang
dapat dipakai untuk mempreskripsikan keefektifan pembelajaran, yaitu: (1) kecermatan
penguasaan prilaku yang dipelajari atau sering disebut dengan tingkat kesalahan, (2)
kecepatan unjuk kerja, (3) tingkat alih belajar, dan (4) tingkat retensi dari apa yang
dipelajari. Efisiensipembelajaran biasanya diukur dengan rasioantar keefektifan dan
jumlah waktu yang dipakai siswa/ jumlah biaya pembelajaran yang digunakan. Daya
tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untuk
tetap/terus belajar. Daya tarik pembelajaran erat sekali kaitannya dengan daya tarik
bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya akan memengaruhi keduanya.
Itulah sebabnya, pengukuran kecenderungan siswa untuk terus atau tidak terus belajar
dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran itu sendiri atau dengan bidang studi.
Menurut Muslich (2007:69) indikator implementasi pembelajaran tercermin tiga
kegiatan pelaksaan pembelajaran, yaitu; kegiatan prapembelajaran, kegiatan inti, dan
penutup.
Indikator esensial untuk kegiatan prapembelajaran adalah mempersiapkan siswa
dan melakukan kegiatan apersepsi dengan descriptor: (1) kesiapan siswa mencakup;

kehadiran, kerapian, ketertiban, dan perlengkapan pelajaran, (2) mengaitkan materi


pelajaran dengan pengalaman siswa atau pembelajaran sebelumnya.
Kegiatan inti dengan indikator esensial, penguasaan materi pelajaran meliputi: (1)
menunjukkan penguasaan materi pelajaran, (2) mengaitkan materi dengan
pengetahuan lain yang relevan, (3) menyampaikan materi dengan jelas, sesuai
dengan heirarki belajar dan karakteristik siswa, dan (4) mengaitkan materi dengan
realitas kehidupan.
Indikator esensial untuk pendekatan/strategi pembelajaran, meliputi: (1)
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai
dan karakteristik siswa, (2) melaksanakan pelajaran secara runtut, (3) menguasai
kelas, (4) melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual, (5) melaksanakan
pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif, dan (6)
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan.
Pemanfaatan sumber/media pembelajaran dengan indikator esensial: (1)
menggunakan media secara efektif dan efisien, (2) menghasilkan pesan yang menarik,
dan (3) melibatkan siswa dalam pemanfaatan media.
Pembelajaran yang memicu dan memelihara ketertiban siswa dengan indikator
esensial: (1) menimbulkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, 920
menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa, dan (3) menumbuhkan keceriaan
dan antusiasme siswa dalam belajar.
Penilaian proses dan hasil belajar dengan indikatod esensial: (1) memantau
kemajuan belajar siswa selama proses oembelajaran, dan (2) melakukan penilaian
akhirnyang sesuai dengan kompetensi (tujuan).

Penggunaan bahasa dengan indikator esensial: (1) menggunakan bahasa lisan


dan tertulis dengan jelas, baik, dan benar, dan (2) menyampaikan pesan gaya yang
sesuai.
Kegiatan penutup dengan indikator esensial: (1) melakukan refleksi atau membuat
rangkuman dengan melibatkan siswa, dan (2) melaksanakan tindak lanjut dengan
memberikan arahan, kegiatan, atau tugas sebagai bagian remedi/pengayaan.
Evaluasi hasil belajar dalam peristiwa pendidikan merupakan usaha yang
disengaja untuk memungkinkan seseorang (siswa) mengalami perkembangan melalui
proses pembelajaran. Evaluasi sama dengan penilaian merupakan proses, cara,
perbuatan nilai, atau pemberian nilai.
Evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Jadi evaluasi menunjuk pada teknikteknik pengukuran, baik dalam rangka assessment siswa maupun terhadap proses
instruksional menyeluruh, yang meliputi urutan instruksional (perencanaan,
penyampaian, tindak lanjut) dan perubahan tingkah laku siswa yang dapat diamati baik
aspek kognitif,aspek afektif, maupun aspek psikomotor.
Evaluasi pada dasarnya adalah pengungkapan dan pengukuran hasil belajar yang
merupakan proses penyusunan deskripsi siswa, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif.
Slameto (2001) menyatakan bahwatujuan evaluasi diarahkan pada keputusankeputusan yang menyangkut: (1) pembelajaran, (2) hasil belajar, (3) diagnose dan
usaha perbaikan, (4) penetapan, (5) seleksi, (6) bimbingan dan penyuluhan, (7)
kurikulum, dan (8) penilaian kelembagaan.

Adapun ragam evaluasi dapat berupa: (1) pre-test dan post-test, (2) evaluasi
bersyarat, (3) evaluasi diagnostic, (4) evaluasi formatif, (5) evaluasi sumatif, dan (6)
evaluasi belajar tahap akhir atau nasional.
Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara komlementer (saling
melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Teknik penilaian yang dimaksud
antara lain melalui; tes, observasi, penugasan, inventori, penilaian diri, dan penilaian
antar

teman

yang

sesuai

dengan

karakteristik

kompetensi

dan

tingkat

perkembambangan peserta didik.


1. Tes adalah pemberian sejuklah pertanyaanyang jawabannya dapat benar atau
salah. Tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik/kenerja. Tes tertulis
adalah tes yang menuntut peserta tes member jawaban secara tertulis berupa
pilihan atau isian. Tes yang jawabannya pilihan meliputi; pilihan ganda, benar
salah, dan menjodohkan. Sedangkan tes yang jawabannya berupa isian dapat
berbentuk isian singkat atau uraian. Tes lisan adalah tes yang dilaksanakan
melaluai komunikasi langsung (tatap muka) antara peserta didik dengan pendidik.
Pertanyaan dan jawaban diberikan secara lisan. Tes praktik (kinerja) adalah tes
yang

meminta

peserta

didik

melakukan

perbuatan

menampilkam/

mendemonstrasikan keterampilan.
Dalam rancangan penilaian, tes dilaksanakan secara berkesinambungan melalui
berbagai macam ulangan dan ujian. Ulangan meliputi; ulangan-harian, ulangan
tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
Sedangkan ujian terdiri atas ujian sekolah dan ujian nasional.

Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi


peserte didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk melakukan
perbaikan pembelajaran, memantau kemajuan dan menentukan keberhasilan
belajar peserta didik.
Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodic untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu kompetensi
dasar (KD) atau lebih.
Ulangan tengah semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 9
minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi
seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.
Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir semester. Cakupan
ulangan akhir semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua
KD pada semester tersebut.
Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik pada akhir
semester genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir
semester genap pada satua pendidikan yang menggunakan sistem paket.
Cakupan

ulangan

kenaikan

kelas

meliputi

seluruh

indikator

yang

merepresentasikan semua KD pada semester genap


Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi
peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar atau penyelesaian dari suatu
satuan pendidikan.

Ujian sekolah adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik


yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas
prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan
pendidikan. Mata pelajaran yang diujikan pada ujian sekolah adalah mata
pelajaran pada kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang
tidak diujikan pada ujian nasional, dan aspek kognitif dan/atau psikomotorik untuk
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, serta kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian.
Ujian nasional adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik
pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengukur pencapaian Standar Nasional
Pendidikan.
2. Observasi adalah penilaian yang dilakukan melalui pengamatan terhadap peserta
didik selama pembelajaran berlangsung dan/ atau di luar kegiatan pembelajaran.
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif sesuai
dengan kompetensi yang dinilai, dan dapat dilakukan baik secara formal maupun
informal. Penilaian observasi dilakukan antara lain sebagai penilaian akhir
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, serta
kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga,dan kesehatan.
3. Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik baik secara perorangan
maupun kelompok. Penilaian penugasan diberikan untuk penugasan terstruktur
dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, dan dapat berupa praktik di laboratorium,
portofolio, projek, dan/atau produk.

4. Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam bidang
tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan prestasi,
dan kreativitas peserta didik (Popham:1999). Bentuk ini cocok untuk mengetahui
perkembangan unjuk kerja peserta didik demgan menilai bersam karya-karya atau
tugas-tugas yang dikerjakannya. Peserta didik dan pendidik perlu melakukan
diskusi untuk menentukan skor. Pada penilaian portofolio, peserta didik dapat
menentukan karya-karya yang akan dinilai, melakukan penilaian sendiri kemudian
hasilnya dibahas. Perkembangan kemampuan peserta didik dapat dilihat pada
hasil penilaian portofolio. Tekhnik ini dapat dilakukan dengan baik apabila jumlah
peserta didik yang sedikit.
5. Projek adalah tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam kurung waktu
tertentu. Peserta didik dapat melakukan penelitian melalui pengumpulan,
pengorganisasian, dan analisis data, serta pelaporan hasil kerjanya. Penilaian
projek dilaksanakan terhadap; persiapan, pelaksanaan,dan hasil.
6. Produk (hasil karya) adalah penilaian yang meminta peserta didik menghasilkan
suatu hasil karya. Penilaian produk dilaksanakan terhadap; persiapan,
pelaksanaan/proses pembuatan, dan hasil.
7. Inventori merupakan tekhnik penilaian melalui skala psikologis yang dipakai untuk
mengungkapkan sikap, minat, dan persepsi peserta didik terhadap objek
psikologis.
8. Penilaian diri merupakan tekhnik penilaian dengan cara meminta peserta didik
untuk menilai dirinya sendiri mengenai berbagain hal. Dalam penilaian diri, setiap
peserta didik harus mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya secara
jujur.

9. Penilaian antarteman merupakan tekhnik penikaian dengan cara meminta peserta


didik mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam berbagai hal
secara jujur.
Kombinasi penggunaan berbagai tekhnik penilaian di atas akan memberikan
informasi yang lebih akurat tentang kemajuan belajar peserta didik.

D. Teori-teori Motivasi
1. Apa itu Motivasi?
Motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dan dikondisikan oleh
kemampuan tindakan untuk memuaskan kebutuhan individual. Kebutuhan dalam
terminology ini adalah defisiensi psikologis dan fisiologis yang membuat hasil
tertentu terlihat menarik, Einstein dikutip dalam Agastya (teori organisasi:53).
Motivasi adalah sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam
dan didalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai
suatu tujuan. Berawal dari kata motif maka motivasi dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang telah menjadi aktif, notif menjadi aktif pada saat-saat tertentu,
terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.
Dari pengertian yang dikemukakan MC. Donald, ini mengandung tiga elemen
penting:
a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri individu
manusia. Walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia
penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa feeling afleksi seseorang. Dalam
hal ini motivasi relevan dengan perolehan-perolehan kejiwaan, efeksi dan
emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

c. Motivasi akan terangsang karena adanya tujuan. Motivasi memang munculnya


dari dalam diri manusia tetapi munculnya karena terangsang, terdorong oleh
adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan.
Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu
sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya
energi yang ada pada diri manusia sehingga bertindak atau melakukan
sesuatu semua ini didorong karena adanya tujuan kebutuhan atau keinginan.
2. Teori Hirarki Kebutuhan
Salah satu teori motivasi yang sangat popular adalah teori hirarki kebutuhan
dari Abraham Maslow. Maslow mempunyai hipotesa bahwa dalam setiap diri
manusia terkandung hirarki lima kebutuhan, yaitu:
a. Physiological Termasuk lapar, haus, tempat tinggal, sex, dan kebutuhan
lainnya yang sejenis.
b. Safety Termasuk keamanan dan proteksi dari luka fisik dan emosional.
c. Social Termasuk kasih saying, rasa memiliki, pertemanan, diterima dalam
suatu kelompok.
d. Esteem Termasuk factor-faktor internal seperti respek pada diri sendiri,
otonomi, pencapaian, dan factor-faktor eksternal seperti status, pengakuan,
perhatian.
e. Self-actualization Dorongan untuk menjadi diri sendiri sesuai dengan
kapabilitas yang dimiliki, termasuk pertumbuhan, pencapaian sesuatu yang
sangat potensial, dan pemenuhan hasrat diri.
3. Teori X dan Y
Douglas McGregor mengajukan dua pandangan yang berbeda tentang diri
manusia: satu sisi pada dasarnya negatif, yang dikenal dengan Teori X, dan sisi
lain pada dasarnya positif, yang dikenal dengan Teori Y. Setelah mengamati apa
yang dilakukan manajer pada karyawannya, McGregor menyimpulkan bahwa
suatun pandangan manajer tentang sifat dasar manusia didasarkan pada

sekumpulan asumsi tertentu, dan manajer tersebut akan berperilaku terhadap


keryawannya sesuai dengan asumsi-asumsi tersebut.
Menurut teori X, empat asumsi dasar para manajer tentang karyawannya
adalah:
1. Karyawan pada dasarnya tidak suka bekerja dan, apabila memungkinkan, akan
berusaha menghindari pekerjaan tersebut.
2. Karena karyawan tidak suka bekerja, mereka harus dipaksa,dikontro,l atau
diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Karyawan akan mengelak dari tanggung jawab dan mencari arahan formal
apabila memungkinkan.
4. Kebanyakan karyawan menempatkan keamanan di atas segala faktor yang
terkait dengan pekerjaan, dan akan menunjukkan ambisi yang kecil.
Disisi lain, menurut Teori Y, empat asumsi dasar dari para manajer tentang
karyawannya adalah:
1. Karyawan memandang bekerja sesuatu yang alamiah seperti beristirahat atau
bermain.
2. Seseorang akan menunjukkan kontrol diri dan mengarahkan diri sendiri secara
positif jika dia memiliki komitmen tinggi pada suatun pekerjaan.
3. Rata-rata manusia itu dapat belajar untuk menerima, melakukan pencarian,
dan bertanggungjawab.
4. Kreativitas yaitu, kemampuan untuk membuat keputusan yang baik secara
umum pada diri manusia.
4. Teori Tiga Kebutuhan
David McClelland dan kawan-kawan telah menyumbangkan sebuah teori
motivasi.
Teori I ini menyebutkan bahwa motif atau kebutuhan utama manusia yang
terkait dengan pekerjaannya adalah:
1. The Need for achievement (nAch) dorongan untuk mengungguli, untuk
2.

mencapai standar tertentu, untuk berusaha keras mencapai tujuan


The need for power (nPow) kebutuhan untuk membuat orang lain
berperilaku dengan cara yang sebelumnya tidk pernah dilakukannya.

3. The need for affiliation (nAff) keinginan untuk berteman dan berhubungan
secara baik dan dekat.
Menurut Sudirman dalam Elida Prayitno (1990;83), ciri-ciri orang yang
termotivasi adalah:
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

lama tidak pernah berhenti sebelum selesai)


Ulet menghadapi keputusan (tidak mudah putus asa)
Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
Lebih senang bekerja mandiri
Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin dengan sesuatu)
Senang mencari dan memecahkan masalah
Menujukkan adanya perubahan sikap setelah termotivasi
Timbul semangat/keinginan untuk berbuat sesuatu dengan motivasinya
Pikiran mulai berubah terhadap pembaharuan tentang hal yang sedang
dihadapi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang termotivasi di

dalam jiwanya terdapat perubahan-perubahan kearah yang positif.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subyek, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Subyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah guru IPS pada SMP Negeri 1
Bantaeng sebanyak 3 (tiga) orang. Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 1 Bantaeng
Kabupaten Banteng. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai bulan
juli sampai dengan September tahun 2011.
B. Prosedur Penelitian
1. Persiapan Penelitian

Sebagai langkah awal dalam penelitian ini adalah mengkaji permasalahanpermasalahan yang terjadi di sekolah khususnya dalam hal perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru IPS di SMP Negeri 1
Bantaeng. Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah kajian
pustaka, dari semua sumber peneliti mengumpulkan teori-teori yang mendukung
tentang judul Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) yaitu Meningkatkan Kinerja
Guru dalam Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran IPS di SMP Negeri 1
Bantaeng. Selanjutnya peneliti merancang instrumen sebagai alat untuk
mengumpulkan data penelitian yang berhubungan dengan judul penelitian,
termasuk didalamnya menentukan sarana prasarana pendukung dalam
pelaksanaan tindakan.
2. Siklus Penelitian
Deskripsi Siklus 1
a. Rencana Tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan tindakan pada siklus
1 (satu) ini adalah:
1. Peneliti mengadakan pertemuan awal dengan guru IPS SMP Negeri 1
Bantaeng sebagai subjek penelitian untuk memberikan gambaran
mengenai skenaria penelitian dari siklus 1 (satu) sampai dengan siklussiklus selanjutnya.
2. Peneliti mengumpulkan data guru, melalui pengamatan langsung maupun
dokumen; arsip dan perangkat pembelajaran
3. Menyiapkan instrumen penelitian pada siklus 1 (satu).
4. Instrumen penelitian bisa digunakan pada pertemuan formal maupun
pada pertemuan non formal, sangat ditentukan oleh kondisi dilapangan
dalam hal kepentingan data penelitian.
b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap pelaksanaan tindakan ini


adalah:
1. Pada pertemuan awal peneliti memberikan penjelasan kepada guru IPS
SMP Negeri 1 Bantaeng tentang rencana pelaksanaan motivasi dalam
perencanaan dan peleksaan pembelajaran.
2. Mengumpulkan data guru berupa; arsip, maupun dokumen perangkat
pembelajaran.
3. Melaksanakan motivasi.
4. Membagikan/memberikan instrumen penelitian kenerja guru tentang;
Perencanaan pembelajaran, meliputi; program tahunan, program
semester, silabus, dan RPP. Dan pelaksanaan pembelajaran, meliputi;
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Instrumen diberikan di
luar kegiatan pembelajaran di kelas.
Deskripsi Siklus 2
a. Rencana Tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan tindakan pada siklus
2 (dua) ini adalah:
1. Mengkaji hasil penilaian kinerja guru pada siklus 1 (satu)
2. Menyampaikan hasil kinerja guru siklus 1 (satu) kepada guru.
3. Menyiapkan instrumen penilaian kinerja guru pada siklus 2 (dua)
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap pelaksanaan tindakan ini
adalah:
1. Peneliti memberikan penjelasan tentang kegiatan penelitian siklus 2 (dua)
kepada guru.
2. Memberikan motivasi kepada guru dalam perencanaan dan pelaksanakan
pembelajaran selama 4 (empat) minggu.
3. Pada minggu ke 5 (lima) peneliti melakukan pemantaunan langsung
kepada guru dalam pelaksanaan perencanaan dan pembelajaran di kelas
selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan
instrumen penelitian yang sudah disiapkan sebelumnya. Kegiatan ini

dimaksudkan untuk melihat langsung perubahan perilaku/sikap, dan


tanggapan atau reaksi guru dan respon peserta didik terhadap bimbingan
motivasi yang telah diberikan oleh peneliti.
3. Indikator Keberhasilan Tindakan
Pada Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini, ditentukan indikator
keberhasilan tindakan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yaitu;
(1) guru memperlihatkan perilaku/sikap yang baik, antusias, peduli dan
memberikan tanggapan atau reaksi positif terhadap motivasi yang diberikan oleh
peneliti, (2) rata-rata kinerja guru berada pada kategori sangat tinggi
C. Tekhnik Pengumpulan Data
Agar penelitian lapangan dapat lebih sistematis dan dapat diperoleh data yang
diinginkan, maka tekhnik-tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Dokumentasi, digunakan untuk memperoleh data tentang guru mata pelajaran IPS
beserta kelengkapan administrasi pembelajarannya.
2. Kuesioner, berisi daftar pertanyaan berdasarkan indikator-indikator dari variabel
penelitian tentang perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran
yang diberikan kepada guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng. Kuesioner disusun
menggunakan skala Likerts, yaitu: selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KD),
jarang (JR), dan tidak pernah (TP) dengan bobot masing-masing 5, 4, 3, 2, 1.
Untuk pernyataan positif dan 1,2,3,4,5, untuk pernyataan negatif.
D. Tekhnis Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif sederhana dengan cara
menggambarkan data yang terkumpul dari hasil penelitian yang meliputi; rata-rata
perolehan skor, distribusi frekuensi,dan persentasi dari masing-masing variabel
penelitian.

Berdasarkan analisis deskriptif sederhana tersebut, maka ditetapkan kategori


kinerja guru dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran pada lima kategori,
yaitu; sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.
Sebagai gambaran tentang kinerja guru dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng digunakan kriteria sebagai berikut:
Tabel 1. Kategori perencanaan program tahunan
Kelas Interval
3,0 4,5
4,6 7,5
7,6 10,5
10,6 13,5
13,6 15,0

Kategori
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi

Tabel 2. Kategori perencanaan program semester


Kelas Interval
2,0 3,0
3,1 5,0
5,1 7,0
7,1 9,0
9,1 10,0

Kategori
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi

Tabel 3. Kategori perencanaan silabus


Kelas Interval
34,0 51,0
51,1 81,0
81,0 119,0
119,1 155,0
155,1 179,0

Kategori
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi

Tabel 4. Kategori perencanaan RPP


Kelas Interval
25,0 37,5
37,6 62,5
62,6 87,5
87,6 -112,5
112,6 125,0
Tabel 5. Kategori kegiatan awal pembelajaran

Kategori
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi

Kelas Interval
5,0 7,5
7,6 12,5
12,6 17,5
17,6 22,5
22,6 -25,0

Kategori
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi

Tabel 6. Kategori kegiatan inti pembelajaran


Kelas Interval
13,0 19,5
19,6 32,5
32,6 45,5
45,6 58,5
58,6 65,0

Kategori
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi

Tabel 7. Kategori kegiatan penutup pembelajaran


Kelas Interval
6,0 9,0
9,1 15,0
15,1 21,0
21,1 27,0
27,1 30,0

Kategori
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Awal
Mata pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng dilaksanakan secara terpadu
yaitu; gabungan dari tiga disiplin ilmu yang terdiri dari; geografi, pendidkan ekonomi
koperasi, dan sejarah. Guru mata pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng memiliki
karakteristik yang beragam. Hal ini dipengaruhi oleh kompetensi guru yaitu;
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional yang berbeda-beda, ada

yang berlatar belakang pendidikan geografi, pendidikan ekonomi koperasi, dan


sejarah. Berdasarkan perbedaan kompetensi tersebut sehingga kemampuan guru
dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran akan beragam pula.
Kondisi riil guru dalam perencanaan pembelajaran IPS pada SMP Negeri 1
Bantaeng sangat bervariasi. Guru membuat perencanaan secara bersama-sama pada
pertemuan MGMP. Ada juga diantara mereka menyalin dari program yang sudah ada
sebelumnya. Bahkan ada yang berpendapat bahwa perencanaan itu hanya
pemenuhan kelengkapan administrasi pembelajaran semata, sehingga dalam proses
pembelajaran tanpa memperhatikan perencanaan pembelajaran.
Sedangkan dalam pelaksanaan pembelajaran guru tidak menggunakan metode
pembelajaran secara bervariasi. Mereka lebih senang menggunakan metode
penugasan dan ceramah. Pemanfaatan media pembelajaran kurang diperhatikan oleh
guru sehingga pembelajaran cenderung monoton. Mereka mengajar hanya mengikuti
pola urutan pada buku teks yang digunakan. Kondisi ini terjadi bukan karena guru
tidak memiliki ilmu pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dalam perencanaan
dan pelaksanaan pembelajaran. Perubahan paradigma sistem dari sentralisasi ke
desentralisasi memungkinkan gulu lebih cepat atau diperioritaskan pemperoleh
informasi aturan, kebijakan yang berhubungan dengan perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran dibandingkan dengan kepala sekolah. Sehingga peneliti menduga
bahwa kondisi riil guru seperti diuraikan di atas terjadi karena kurangnya motivasi yang
diberikan oleh kepala sekolah.
Informasi tentang kinerja guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran sangat dibutuhkan untuk peningkatan
mutu pendidikan.
B. Siklus 1

1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan pada siklus 1 (satu) ini
adalah:
1. Peneliti mengadakan pertemuan awal dengan guru IPS SMP Negeri 1
Bantaeng sebagai subjek penelitian untuk mengumpulkan data guru secara
langsung maupun berupa arsip, dokumen perangkat pembelajaran dan
sekaligus memberikan gambaran mengenai skenaria penelitian dari siklus 1
(satu) sampai dengan siklus-siklus selanjutnya.
2. Menyiapkan instrumen penelitian pada siklus 1 (satu).
3. Instrumen penelitian bisa digunakan pada pertemuan formal maupun pada
pertemuan non formal, sangat ditentukan oleh kondisi dilapangan dalam hal
2.

kepentingan data penelitian.


Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap pelaksanaan ini adalah:
1. Pertemuan awal, peneliti memberikan penjelasan kepada guru IPS SMP N
egeri 1 Bantaeng tentang rencana pelaksanaan motivasi dalam perencanaan
dan peleksaan pembelajaran.
2. Melaksanakan motivasi.
3. Membagikan/memberikan instrumen penelitian kenerja guru tentang;
Perencanaan pembelajaran, meliptu; program tahunan, program semester,
silabus, dan RPP. Dan pelaksanaan pembelajaran, meliputi; kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Instrumen diberikan di luar kegiatan
pembelajaran di kelas.
4. Selama pelaksanaan proses penelitian pada siklus 1 (satu), guru IPS SMP
Negeri 1 Bantaeng selaku subyek penelitian memperlihatkan perilaku/sikap

yang baik, antusias, peduli dan memberikan tanggapan atau reaksi positif
terhadap motivasi yang diberikan oleh peneliti.
3. Hasil Pengamatan
a. Sikap
Pengamatan peneliti selama proses penelitian siklus 1 (satu) terhadap
sikap guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng, dari tujuh cirri-ciri orang yang
termotivasi menurut Sudirman dalam Elida Prayitno (1990:83), baru tiga yang
muncul, sebagai berikut;
1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu
yang lama tidak pernah berhenti sebelum selesai)
2. Lebih senang bekerja mandiri
3. Menujukkan adanya perubahan sikap setelah termotivasi
b. Kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran
Kinerja guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil atau
taraf kesuksesan yang dicapai, meliputi: (1) program tahunan, (2) program
semester, (3) silabus, dan (4) rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Uraian tentang kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran, sebagai
berikut:
1. Program tahunan
Deskripsi kinerja guru tentang program tahunan guru IPS SMP
Negeri 1 Bantaeng diukur dengan menggunakan 3 item kuesioner. Hasil
kuesioner yang diharapkan skor minimal 3 dan skor maksimal 15.
Berdasarkan data hasil penelitian rata-rata perolehan skor mencapai 8
sehingga kinerja guru tentang program tahunan guru IPS SMP Negeri 1
Bantaeng pada kategori sedang.

Kategori kinerja guru tentang program tahunan guru IPS SMP


Negeri 1 Bantaeng selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kategori kinerja guru dan distribusi frekuensi serta persentase skor
perencanaan program tahunan guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng
Kelas interval
3,0 4,5
4,6 7,5
7,6 10,5
10,6 13,5
13,6 15,0

Kategori
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Jumlah
Rata-rata
Sumber: Hasil penelitian 2011

Frekuensi
1
1
1
3
8

Persen
33,33
33,33
33,33
100

Berdasarkan Tabel 8 kategori kinerja guru tentang perencanaan


program tahunan guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng, maka dapat
diuraikan bahwa dari 3 orang guru. Tidak ditemukan guru pada kategori
sedang, dan tinggi, terdapat 1 guru atau 33,33 persen yang
dikategorikan sangat rendah, 1 guru atau 33,33 persen dikategorikan
rendah, dan 1 guru atau 33,33 persen dikategorikan sangat tinggi. Ratarata perolehan skor mencapai 8 sehingga kinerja guru tentang
perencanaan program tahunan guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng berada
pada kategori sedang.
2. Program semester
Deskripsi kinerja guru tentang program semester guru IPS SMP
Negeri 1 Bantaeng diukur dengan menggunakan 2 item kuesioner. Hasil
kuesioner yang diharapkan skor minimal 2 dan skor maksimal 10.
Berdasarkan data hasil penelitian rata-rata perolehan skor mencapai

5,33 sehingga kinerja guru tentang program semester guru IPS SMP
Negeri 1 Bantaeng pada kategori sedang.
Kategori kinerja guru tentang program semester guru IPS SMP
Negeri 1 Bantaeng selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Kategori kinerja guru dan distribusi frekuensi serta persentase skor
perencanaan program semester guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng
Kelas interval
2,0 3,0
3,1 5,0
5,1 7,0
7,1 9,0
9,1 10,0

Kategori
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Jumlah
Rata-rata
Sumber: Hasil penelitian 2011

Frekuensi
1
2
3
5,33

Persen
33,33
66,67
100

Berdasarkan Tabel 9 kategori kinerja guru tentang perencanaan


program semester guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng, maka dapat
diuraikan bahwa dari 3 orang guru. Tidak ditemukan guru pada kategori
rendah, tinggi, dan sangat tinggi, terdapat 1 guru atau 33,33 persen yang
dikategorikan sangat rendah, dan 2 guru atau 66,67 persen dikategori
sedang. Rata-rata perolehan skor mencapai 5,33 sehingga kinerja guru
tentang perencanaan program semester guru IPS SMP Negeri 1
Bantaeng berada pada kategori sedang.
3. Silabus
Deskripsi kinerja guru tentang silabus guru IPS SMP Negeri 1
Bantaeng diukur dengan menggunakan 34 item kuesioner. Hasil
kuesioner yang diharapkan skor minimal 34 dam skor maksimal 170.
Berdasarkan data hasil penelitian rata-rata perolehan skor mencapai
87,67 sehingga kinerja guru tentang silabus guru SMP Negeri 1
Bantaeng berada pada kategori sedang.

Kategori kinerja guru tentang silabus guru IPS SMP Negeri 1


Bantaeng selengkapnya dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Kategori kinerja guru dan distribusi frekuensi serta persentase skor
perencanaan silabus guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng
Kelas interval
34,0 51,0
51,1 81,0
81,0 119,0
119,1 155,0
155,1 179,0

Kategori
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Jumlah
Rata-rata
Sumber: Hasil penelitian 2011

Frekuensi
1
1
1
3
87,67

Persen
33,33
33,33
33,33
100

Berdasarkan Tabel 10 kategori kinerja guru tentang perencanaan


silabus guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng, maka dapat diuraikan bahwa
dari 3 orang guru. Tidak ditemukan guru pada kategori rendah, dan
sangat tinggi, terdapat 1 guru atau 33,33 persen yang dikategorikan
sangat rendah, 1 guru atau 33,33 persen dikategorikan sedang, dan 1
guru atau 33,33 persen dikategorikan tinggi. Rata-rata perolehan skor
mencapai 87,67 sehingga kinerja guru tentang silabus guru IPS SMP
Negeri 1 Bantaeng berada pada kategori sedang.
4. Penyusunan RPP
Deskripsi kinerja guru tentang penyusunan RPP guru IPS SMP
Negeri 1 Bantaeng diukur dengan menggunakan 25 item kuesioner.
Hasil kuesioner yang diharapkan skor minimal 25 dan skor maksimal
125. Berdasarkan data hasil penelitian rata-rata perolehan skor
mencapai 58,33 sehingga kinerja guru tentang penyusunan RPP guru
SMP Negeri 1 Bantaeng berada pada kategori rendah.
Kategori kinerja guru tentang penyusunan RPP guru IPS SMP
Negeri 1 Bantaeng selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Kategori kinerja guru dan distribusi frekuensi serta persentase skor
perencanaan RPP guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng
Kelas interval
25,0 37,5
37,6 62,5
62,6 87,5
87,6 -112,5
112,6 125,0

Kategori
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Jumlah
Rata-rata
Sumber: Hasil penelitian 2011

Frekuensi
1
2
3
58,33

Persen
33,33
66,67
100

Berdasarkan Tabel 11 kategori kinerja guru tentang penyusunan


silabus guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng, maka dapat diuraikan bahwa
dari 3 orang guru. Tidak ditemukan guru pada kategori rendah, tinggi,
dan sangat tinggi, terdapat 1 guru atau 33,33 persen yang dikategorikan
sangat rendah, 2 guru atau 66,67 persen dikategorikan sedang.. Ratarata perolehan skor mencapai 58,33 sehingga kinerja guru tentang
silabus guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng berada pada kategori rendah.
c. Kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran
Kinerja guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil atau
taraf kesuksesan yang dicapai, meliputi: (1) kegiatan awal, (2) kegiatan inti,
dan (3) kegiatan penutup. Deskripsi dan kategori pelaksanaan pembelajaran
guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng diuraikan sebagai berikut.
1. Kegiatan awal pembelajaran
Deskripsi kinerja guru tentang kegiatan awal pembelajaran guru
IPS SMP Negeri 1 Bantaeng diukur dengan menggunakan 5 item
kuesioner. Hasil kuesioner yang diharapkan skor minimal 5 dam skor
maksimal 25. Berdasarkan data hasil penelitian rata-rata perolehan skor
mencapai 14,33 sehingga kinerja guru tentang kegiatan awal

pembelajaran guru SMP Negeri 1 Bantaeng berada pada kategori


sedang.
Kategori kinerja guru tentang kegiatan awal pembelajaran guru
IPS SMP Negeri 1 Bantaeng selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Kategori kinerja guru dan distribusi frekuensi serta persentase skor
kegiatan awal guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng
Kelas interval
5,0 7,5
7,6 12,5
12,6 17,5
17,6 22,5
22,6 -25,0

Kategori
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Jumlah
Rata-rata
Sumber: Hasil penelitian 2011

Frekuensi
1
1
1
3
14,33

Persen
33,33
33,33
33,33
100

Berdasarkan Tabel 12 kategori kinerja guru tentang kegiatan awal


pembelajaran guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng, maka dapat diuraikan
bahwa dari 3 orang guru. Tidak ditemukan guru pada kategori sangat
rendah dan sangat tinggi, terdapat 1 guru atau 33,33 persen yang
dikategorikan rendah, 1 guru atau 33,33 persen dikategorikan sedang,
dan 1 guru atau 33,33 persen dikategorikan tinggi. Rata-rata perolehan
skor mencapai 14,33 sehingga kinerja guru tentang kegiatan awal
pembelajaran guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng berada pada kategori
sedang.
2. Kegiatan inti
Deskripsi kinerja guru tentang kegiatan inti pembelajaran guru IPS
SMP Negeri 1 Bantaeng diukur dengan menggunakan 13 item kuesioner.
Hasil kuesioner yang diharapkan skor minimal 13 dam skor maksimal 65.
Berdasarkan data hasil penelitian rata-rata perolehan skor mencapai

34,67 sehingga kinerja guru tentang kegiatan inti pembelajaran guru IPS
SMP Negeri 1 Bantaeng berada pada kategori sedang.
Kategori kinerja guru tentang kegiatan inti pembelajaran guru IPS
SMP Negeri 1 Bantaeng selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Kategori kinerja guru dan distribusi frekuensi serta persentase skor
kegiatan Inti guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng
Kelas interval
13,0 19,5
19,6 32,5
32,6 45,5
45,6 58,5
58,6 65,0

Kategori
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Jumlah
Rata-rata
Sumber: Hasil penelitian 2011

Frekuensi
1
2
3
34,67

Persen
33,33
66,67
100

Berdasarkan Tabel 13 kategori kinerja guru tentang kegiatan inti


pembelajaran guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng, maka dapat diuraikan
bahwa dari 3 orang guru. Tidak ditemukan guru pada kategori sangat rendah,
tinggi, dan sangat tinggi, terdapat 1 guru atau 33,33 persen yang
dikategorikan rendah, 2 guru atau 66,67 persen dikategorikan sedang. Ratarata perolehan skor mencapai 34,67 sehingga kinerja guru tentang kegiatan
inti pembelajaran guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng berada pada kategori
sedang.
3. Kegiatan penutup
Deskripsi kinerja guru tentang kegiatan penutup penutup pembelajaran
guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng diukur dengan menggunakan 6 item
kuesioner. Hasil kuesioner yang diharapkan skor minimal 6 dam skor
maksimal 30. Berdasarkan data hasil penelitian rata-rata perolehan skor

mencapai 20 sehingga kinerja guru tentang kegiatan penutup pembelajaran


guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng berada pada kategori sedang.
Kategori kinerja guru tentang kegiatan penutup pembelajaran guru IPS
SMP Negeri 1 Bantaeng selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Kategori kinerja guru dan distribusi frekuensi serta persentase skor
kegiatan penutup guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng
Kelas interval
6,0 9,0
9,1 15,0
15,1 21,0
21,1 27,0
27,1 30,0

Kategori
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Jumlah
Rata-rata
Sumber: Hasil penelitian 2011

Frekuensi
1
1
1
3
20

Persen
33,33
33,33
33,33
100

Berdasarkan Tabel 14 kategori kinerja guru tentang kegiatan penutup


pembelajaran guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng, maka dapat diuraikan
bahwa dari 3 orang guru. Tidak ditemukan guru pada kategori sangat rendah
dan sangat tinggi, terdapat 1 guru atau 33,33 persen yang dikategorikan
rendah, 1 guru atau 33,33 persen dikategorikan sedang, dan 1 guru atau
33,33 persen dikategorikan tinggi. Rata-rata perolehan skor mencapai 20
sehingga kinerja guru tentang kegiatan inti pembelajaran guru IPS SMP
Negeri 1 Bantaeng berada pada kategori sedang.
4. Evaluasi dan Refleksi
Dari hasi evaluasi proses dan data hasil penelitian tentang kinerja guru
dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran guru IPS SMP Negeri 1
Bantaeng dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Perencanaan Pembelajaran
1. Program tahunan: terdapat satu guru berada pada kategori kinerja
sangat rendah dalam perencanaan program tahunan karena hanya
menggunakan program lama tanpa menyempurnakan bekerjasama

dengan teman sejawat di sekolah maupun di MGMP, satu orang


guru yang menyusun program tahunan dengan kategori kinerja
rendah

karena

hanya

menyalin

program

lama

tanpa

menyempurnakannya, sedangkan satu orang guru lainnya mampu


menyusun program tahunan dengan kategori kinerja sangat tinggi
karena unsur program tahunan: lengkap, sesuai dengan kurikulum,
langkah-langkah yang tepat, dan disempurnakan setiap awal tahun
pelajaran.
2. Program semester: terdapat satu guru yang menyusun program
semester dengan kategori kinerja sangat rendah karena guru
tersebut tidak memperlihatkan program semester pada saat
penelitian, dan dua orang guru dalam menyusun program semester
dengan kategori kinerja sedang karena telah menyempurnakan
program semester setiap awal tahun pelajaran.
3. Silabus: terdapat satu guru dengan kategori kenerja sangat rendah
karena hanya menggunakan silabus lama tanpa menyempurnakan
bekerjasama dengan teman sejawat di sekolah maupun di MGMP,
satu guru dengan kategori kinerja sedang karena telah memahami
pengembangan silabus secara baik akan tetapi belum menyusun
silabus sendiri, dan satu guru lainnya dengan kategori kinerja tinggi
karena telah menyusun sendiri silabus yang akan digunakannya
sesuai dengan kriteria pengembangan silabus yang benar.
4. Penyusunan RPP: terdapat satu guru dengan kategori kinerja sangat
rendah karena tidak mempertimbangkan kemampuan awal, intelektual,
motivasi, dan bakat peserta didik dalam penyusunan RPP, belum ada

upaya guru menyempurnakan RPP setiap tahunnya, dan masih


menggunakan RPP yang lama, dan dua orang guru lainnya dengan
kategori kinerja sedang karena sudah memahami cara penyusunan RPP
akan tetapi belum berani mengubah pola penyusunan RPP berdasarkan
karakteristik kompetensi dasar, situasi, waktu, tempat, dan kemampuan
guru.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
1. Kegiatan awal: tidak ditemukan guru memiliki kategori kinerja

sangat rendah. Artinya, semua guru mampu melaksanakan


kegiatan awal pembelajaran secara baik. Terdapat satu guru berada
pada kategori kinerja sedang yang artinya guru tersebut mampu
melaksanakan awal pembelajaran, yaitu apersepsi dan motivasi.
Dan satu guru mampu melaksanakan kegiatan awal pembelajaran
dengan kategori kinerja tinggi karena melaksanakan apersepsi,
motivasi, dan orientasi.
2. Kegiatan inti: terdapat satu guru yang memiliki kategori kinerja
rendah karena belum memperlihatkan kemampuan menggunakan
berbagai

pendekatan

atau

strategi

pembelajaran,

kurang

memanfaatkan sumber belajar, dan penilaian proses dan hasil


belajar belum secara bervariasi. Dan dua guru yang memiliki
kategori kinerja sedang.
3. Kegitan penutup: terdapat satu guru yang memiliki kategori kinerja
rendah karena belum melakukan refleksi atau membuat rangkuman
dengan melibatkan siswa pada akhir pembelajaran. Satu guru
memiliki kategori kinerja sedang , karena telah melakukan refleksi
atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa pada akhir

pembelajaran. Dan satu guru memiliki kategori kinerja tingg karena


telah melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa dan melaksanakan tindak lanjut pada setiap akhir
pembelajaran.
c. Kekurangan atau Hambatan yang Dialami
Dalam proses penelitian atau tindakan pada siklus 1 (satu) ditandai

dengan evaluasi data hasil penelitian seperti digambarkan di atas belum


mencapai tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan pengalaman dan
pengamatan peneliti inin terjadi disebabkan karena:
1. Waktu pelaksanaan motivasi yang tidak cukup;

peneliti memberikan

motivasi kepada subyek penelitian relatif singkat hanya satu kali


pertemuan.
2. Model pelaksanaan motivasi secara kelompok; peneliti memberikan
motivasi kepada subyek penelitian secara berkelompok atau bersama
pada tempat dan waktu yang sama.

3. Instrumen diberikan secara lepas; instrument penelitian diberikan


kepada subyek penelitian di luar kegiatan pembelajaran di kelas.
d. Cara Mengatasi Kekurangan atau Hambatan
Berdasarkan kekurangan atau hambatan yang dialami pada
pelaksanaan tindakan siklus 1 (satu) seperti terurai di atas, maka peneliti
merencanakan kemungkinan tindakan pada siklus 2 (dua) sebagai
berikut:
1. Melaksanakan motivasi selama selama 4 (empat) minggu
2. Melaksanakan motivasi secara individu
3. Pada minggu ke 5 (lima) peneliti melakukan pengamatan langsung
kepada guru dalam pelaksanaan perencanaan dan pembelajaran di
kelas

selama

proses

pembelajaran

menggunakan instrument penelitian.

berlangsung

dengan

C. Siklus 2
Berdasarkan evaluasi hasil penelitian siklus 1 (satu), maka pada siklus 2 (dua)
ini peneliti melakukan penyempurnaan tindakan sebagai berikut:
1. Rencana Tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan tindakan pada siklus 2
(dua) ini adalah:
a. Menyampaikan hasil kinerja guru siklus 1 (satu)
b. Memberikan penjelasan tentang kegiatan penelitian siklus 2 (dua) kepada
guru.
c. Melaksanakan motivasi selama selama 4 (empat) minggu
d. Melaksanakan motivasi secara individu
e. Pada minggu ke 5 (lima) peneliti melakukan mengamatan langsung kepada
guru dalam pelaksanaan perencanaan dan pembelajaran di kelas selama
proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan instrument
penelitian.
f. Menyiapkan instrumen penilaian kinerja guru pada siklus 2 (dua)
2. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap pelaksanaan tindakan ini
adalah:
a. Menyampaikan hasil kinerja guru siklus 1 (satu).
b. Peneliti memberikan penjelasan tentang kegiatan penelitian siklus 2 (dua)
kepada guru.
c. Melaksanakan motivasi kepada guru dalam perencanaan dan pelaksanakan
pembelajaran selama 4 (empat) minggu.
d. Melaksanakan motivasi secara individu
e. Pada minggu ke 5 (lima) peneliti melakukan pengamatan langsung kepada
guru dalam pelaksanaan perencanaan dan pembelajaran di kelas selama
proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan instrumen penelitian
yang sudah disiapkan sebelumnya. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melihat
langsung perubahan perilaku/sikap, dan tanggapan atau reaksi guru
3. Hasil Pengamatan
a. Sikap

Pengamatan peneliti selama proses penelitian siklus 2 (dua) terhadap


sikap guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng, dari tujuh ciri-ciri orang yang
termotivasi menurut Sudirman dalam Elida Prayitno (1990:83), semuanya
muncul,sebagai berikut;
1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu
2.
3.
4.
5.

yang lama tidak pernah berhenti sebelum selesai)


Ulet menghadapi keputusan (tidak mudah putus asa)
Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
Lebih senang bekerja mandiri
Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin dengan

sesuatu)
6. Senang mencari dan memecahkan masalah
7. Menujukkan adanya perubahan sikap setelah termotivasi
b. Kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran
Kinerja guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil atau
taraf kesuksesan yang dicapai, meliputi; (1) program tahunan, (2) program
semester, (3) silabus, dan (4) rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Uraian tentang kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran, sebagai
berikut.
1. Program tahunan
Deskripsi kinerja guru tentang program tahunan guru IPS SMP
Negeri 1 Bantaeng diukur dengan menggunakan 3 item kuesioner. Hasil
kuesioner yang diharapkan skor minimal 3 dan skor maksimal 15.
Berdasarkan data hasil penelitian rata-rata perolehan skor mencapai 14
sehingga kinerja guru tentang program tahunan guru IPS SMP Negeri 1
Bantaeng pada kategori sangat tinggi.
Kategori kinerja guru tentang program tahunan guru IPS SMP
Negeri 1 Bantaeng selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Kategori kinerja guru dan distribusi frekuensi serta persentase skor
perencanaan program tahunan guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng

Kelas interval
3,0 4,5
4,6 7,5
7,6 10,5
10,6 13,5
13,6 15,0

Kategori
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Jumlah
Rata-rata
Sumber: Hasil penelitian 2011

Frekuensi
1
2
3
14

Persen
33,33
66,67
100

Berdasarkan Tabel 15 kategori kinerja guru tentang perencanaan


program tahunan guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng, maka dapat
diuraikan bahwa dari 3 orang guru. Tidak ditemukan guru pada kategori
sangat rendah, rendah, dan sedang, terdapat 1 guru atau 33,33 persen
yang dikategorikan tinggi, 2 guru atau 66,67 persen dikategorikan sangat
tinggi. Rata-rata perolehan skor mencapai 14 sehingga kinerja guru
tentang perencanaan program tahunan guru IPS SMP Negeri 1
Bantaeng berada pada kategori sangat tinggi.
2. Program semester
Deskripsi kinerja guru tentang program semester guru IPS SMP
Negeri 1 Bantaeng diukur dengan menggunakan 2 item kuesioner. Hasil
kuesioner yang diharapkan skor minimal 2 dan skor maksimal 10.
Berdasarkan data hasil penelitian rata-rata perolehan skor mencapai
9,33 sehingga kinerja guru tentang program semester guru IPS SMP
Negeri 1 Bantaeng pada kategori sangat tinggi.
Kategori kinerja guru tentang program semester guru IPS SMP
Negeri 1 Bantaeng selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Kategori kinerja guru dan distribusi frekuensi serta persentase skor
perencanaan program semester guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng
Kelas interval
2,0 3,0
3,1 5,0

Kategori
Sangat rendah
Rendah

Frekuensi
-

Persen
-

5,1 7,0
7,1 9,0
9,1 10,0

Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Jumlah
Rata-rata
Sumber: Hasil penelitian 2011

1
2
3
9,33

33,33
66,67
100

Berdasarkan Tabel 16 kategori kinerja guru tentang perencanaan


program semester guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng, maka dapat
diuraikan bahwa dari 3 orang guru. Tidak ditemukan guru pada kategori,
sangat rendah, rendah, dan sedang, terdapat 1 guru atau 33,33 persen
yang dikategorikan tinggi, dan 2 guru atau 66,67 persen dikategori
sangat tinggi. Rata-rata perolehan skor mencapai 9,33 sehingga kinerja
guru tentang perencanaan program semester guru IPS SMP Negeri 1
Bantaeng berada pada kategori sangat tinggi.
3. Silabus
Deskripsi kinerja guru tentang silabus guru IPS SMP Negeri 1
Bantaeng diukur dengan menggunakan 34 item kuesioner. Hasil
kuesioner yang diharapkan skor minimal 34 dam skor maksimal 170.
Berdasarkan data hasil penelitian rata-rata perolehan skor mencapai
161,67 sehingga kinerja guru tentang silabus guru SMP Negeri 1
Bantaeng berada pada kategori sangat tinggi.
Kategori kinerja guru tentang silabus guru IPS SMP Negeri 1
Bantaeng selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 17
Tabel 17. Kategori kinerja guru dan distribusi frekuensi serta persentase skor
perencanaan silabus guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng
Kelas interval
34,0 51,0
51,1 81,0
81,0 119,0
119,1 155,0
155,1 179,0

Kategori
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi

Frekuensi
1
2

Persen
33,33
66,67

Jumlah
Rata-rata
Sumber: Hasil penelitian 2011

3
9,33

100

Berdasarkan Tabel 17 kategori kinerja guru tentang perencanaan


silabus guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng, maka dapat diuraikan bahwa
dari 3 orang guru. Tidak ditemukan guru pada kategori sangat rendah,
rendah, dan sedang, terdapat 1 guru atau 33,33 persen yang
dikategorikan tinggi, 2 guru atau 66,67 persen dikategorikan sangat
tinggi. Rata-rata perolehan skor mencapai 161,67 sehingga kinerja guru
tentang silabus guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng berada pada kategori
sangat tinggi.
4. Penyusunan RPP
Deskripsi kinerja guru tentang penyusunan RPP guru IPS SMP
Negeri 1 Bantaeng diukur dengan menggunakan 25 item kuesioner.
Hasil kuesioner yang diharapkan skor minimal 25 dan skor maksimal
125. Berdasarkan data hasil penelitian rata-rata perolehan skor
mencapai 110,67 sehingga kinerja guru tentang penyusunan RPP guru
SMP Negeri 1 Bantaeng berada pada kategori tinggi.
Kategori kinerja guru tentang penyusunan RPP guru IPS SMP
Negeri 1 Bantaeng selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Kategori kinerja guru dan distribusi frekuensi serta persentase skor
perencanaan RPP guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng
Kelas interval
25,0 37,5
37,6 62,5
62,6 87,5
87,6 -112,5
112,6 125,0

Kategori
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Jumlah
Rata-rata
Sumber: Hasil penelitian 2011

Frekuensi
1
2
3
110,67

Persen
33,33
66,67
100

Berdasarkan Tabel 18 kategori kinerja guru tentang penyusunan


silabus guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng, maka dapat diuraikan bahwa
dari 3 orang guru. Tidak ditemukan guru pada kategor, sangat rendah,
rendah, , dan tinggi, terdapat 1 guru atau 33,33 persen yang
dikategorikan sedang, 2 guru atau 66,67 persen dikategorikan sangat
tinggi. Rata-rata perolehan skor mencapai 110,67 sehingga kinerja guru
tentang silabus guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng berada pada kategori
tinggi
c. Kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran
Kinerja guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil atau
taraf kesuksesan yang dicapai, meliputi: (1) kegiatan awal, (2) kegiatan inti,
dan (3) kegiatan penutup. Deskripsi dan kategori pelaksanaan pembelajaran
guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng diuraikan sebagai berikut.
1. Kegiatan awal pembelajaran
Deskripsi kinerja guru tentang kegiatan awal pembelajaran guru
IPS SMP Negeri 1 Bantaeng diukur dengan menggunakan 5 item
kuesioner. Hasil kuesioner yang diharapkan skor minimal 5 dam skor
maksimal 25. Berdasarkan data hasil penelitian rata-rata perolehan skor
mencapai 22,67 sehingga kinerja guru tentang kegiatan awal
pembelajaran guru SMP Negeri 1 Bantaeng berada pada kategori sangat
tinggi.
Kategori kinerja guru tentang kegiatan awal pembelajaran guru
IPS SMP Negeri 1 Bantaeng selengkapnya dapat dilihat pada table 19.

Tabel 19. Kategori kinerja guru dan distribusi frekuensi serta persentase skor
kegiatan awal guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng
Kelas interval
5,0 7,5
7,6 12,5
12,6 17,5
17,6 22,5
22,6 25,0

Kategori
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Jumlah
Rata-rata
Sumber: Hasil penelitian 2011

Frekuensi
1
2
3
22,67

Persen
33,33
66,67
100

Berdasarkan Tabel 19 kategori kinerja guru tentang kegiatan awal


pembelajaran guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng, maka dapat diuraikan
bahwa dari 3 orang guru. Tidak ditemukan guru pada kategori sangat
rendah, rendah dan sedang, terdapat 1 guru atau 33,33 persen yang
dikategorikan tinggi, 2 guru atau 66,67 persen dikategorikan sangat
tinggi tinggi. Rata-rata perolehan skor mencapai 22,67 sehingga kinerja
guru tentang kegiatan awal pembelajaran guru IPS SMP Negeri 1
Bantaeng berada pada kategori sangat tinggi.
2. Kegiatan inti
Deskripsi kinerja guru tentang kegiatan inti pembelajaran guru IPS
SMP Negeri 1 Bantaeng diukur dengan menggunakan 13 item kuesioner.
Hasil kuesioner yang diharapkan skor minimal 13 dam skor maksimal 65.
Berdasarkan data hasil penelitian rata-rata perolehan skor mencapai 60
sehingga kinerja guru tentang kegiatan inti pembelajaran guru IPS SMP
Negeri 1 Bantaeng berada pada kategori sangat tinggi.
Kategori kinerja guru tentang kegiatan inti pembelajaran guru IPS
SMP Negeri 1 Bantaeng selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Kategori kinerja guru dan distribusi frekuensi serta persentase skor
kegiatan inti guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng
Kelas interval
13,0 19,5
19,6 32,5
32,6 45,5
45,6 58,5
58,6 65,0

Kategori
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Jumlah
Rata-rata
Sumber: Hasil penelitian 2011

Frekuensi
1
2
3
60

Persen
33,33
66,67
100

Berdasarkan Tabel 20 kategori kinerja guru tentang kegiatan inti


pembelajaran guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng, maka dapat diuraikan
bahwa dari 3 orang guru. Tidak ditemukan guru pada kategori sangat
rendah, rendah, dan sedang, terdapat 1 guru atau 33,33 persen yang
dikategorikan tinggi, 2 guru atau 66,67 persen dikategorikan sangat
tinggi. Rata-rata perolehan skor mencapai 60 sehingga kinerja guru
tentang kegiatan inti pembelajaran guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng
berada pada kategori sangat tinggi.
3. Kegiatan penutup
Deskripsi kinerja guru tentang kegiatan penutup penutup
pembelajaran guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng diukur dengan
menggunakan 6 item kuesioner. Hasil kuesioner yang diharapkan skor
minimal 6 dam skor maksimal 30. Berdasarkan data hasil penelitian ratarata perolehan skor mencapai 28 sehingga kinerja guru tentang kegiatan
penutup pembelajaran guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng berada pada
kategori sangat tinggi.
Kategori kinerja guru tentang kegiatan penutup pembelajaran guru
IPS SMP Negeri 1 Bantaeng selengkapnya dapat dilihat pada tabel 21.

Tabel 21. Kategori kinerja guru dan distribusi frekuensi serta persentase skor
kegiatan penutup guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng
Kelas interval
6,0 9,0
9,1 15,0
15,1 21,0
21,1 27,0
27,1 30,0

Kategori
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Jumlah
Rata-rata
Sumber: Hasil penelitian 2011

Frekuensi
1
2
3
28

Persen
33,33
66,67
100

Berdasarkan Tabel 21 kategori kinerja guru tentang kegiatan


penutup pembelajaran guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng, maka dapat
diuraikan bahwa dari 3 orang guru. Tidak ditemukan guru pada kategori
sangat rendah, rendah, dan sedang, terdapat 1 guru atau 33,33 persen
yang dikategorikan tinggi, 2 guru atau 66,67 persen dikategorikan sangat
tinggi. Rata-rata perolehan skor mencapai 28 sehingga kinerja guru
tentang kegiatan inti pembelajaran guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng
berada pada kategori sangat tinggi.
4. Evaluasi dan Refleksi
Dari hasi evaluasi proses dan data hasil penelitian tentang kinerja
guru dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran guru IPS SMP
Negeri 1 Bantaeng dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Perencanaan Pembelajaran
1. Program tahunan; terdapat satu guru berada pada kategori
kenerja tinggi, karena hampir seluruh criteria penyusunan
program tahunan telah diikutinya, dua orang guru berada pada
kategori kinerja sangat tinggi karena unsur program tahunan:
lengkap, sesuai dengan kurikulum, langkah-langkah yang
tepat, dan disempurnakan setiap awal tahun pelajaran.

2. Program semester; terdapat satu guru yang menyusun


program semester dengan kategori kinerja tinggi karena guru
tersebut telah menyusun sendiri program semesternya dan
menyempurnakannya setiap tahun pelajaran, dan terdapat dua
guru dengan kinerja sangat tinggi karena telah memenuhi
criteria penulisan program semester dengan mengacu pada
standar isi, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
disusun sesuai dengan program tahunan dan kalender
pendidikan.
3. Silabus; terdapat satu guru dengan kategori kenerja tinggi
karena

telah

menyusun

sendiri

silabus

yang

akan

digunakannya sesuai dengan kriteria pengembangan silabus


yang benar, ada dua guru dengan kategori kinerja sangat tinggi
karena guru tersebut menyusun silabus sendiriberdasarkan
criteria pengembangan silabus, menyempurnakannya setiap
tahun, dan silabus yang disusunnya memperlihatkan inovasi
guru tersebut.
4. Penyusunan RPP; terdapat satu guru dengan kategori kinerja
sedang karena sudah memahami cara penyusunan RPP akan
tetapi belum berani mengubah pola penyusunan RPP
berdasarkan karakteristik kompetensi dasar, situasi, waktu,
tempat, dan kemampuan guru, hanya dua guru yang mampu
menyusun RPP yang dikategorikan dalam kinerja sangat tinggi.
Hal ini berarti kedua guru tersebut memahami cara

penyusunan RPP, telah disempurnakan setiap tahun, dan


menampakkan

adanya

perubahan

yang

lebih

kreatif

berdasarkan karakteristik kompetensi dasar dari RPP yang


disusunnya.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
1. Kegiatan awal; tidak ditemukan guru memiliki kategori kinerja
sangat rendah dan rendah. Artinya, semua guru mampu
melaksanakan kegiatan awal pembelajaran secara baik.
Terdapat satu guru berada pada kategori kinerja tinggi yang
artinya

guru

tersebut

mampu

melaksanakan

awal

pembelajaran, yaitu apersepsi, motivasi, dan orientasi.Ada dua


guru yang berada pada kategori kinerja sangat tinggi karena
telah melakukan kegiatan awal pembelajaran yang memuat;
(1) orientasi atau memusatkan perhatian peserta didik pada
materi yang akan diajarkan melalui pemahaman tentang
kebermaknaan materi pelajaran serta ilustrasi tentang manfaat
materi tersebut pada masa depan, (2) apersepsi yaitu
memberikan persepsi awal kepada peserta didik tentang
materi yangn telah dipelajari dan mengkaitkannya dengan
materi selanjutnya, (3) memotivasi siswa melalui kegiatan
memberikan gambaran tentang manfaat dan kegunaan materi
pembelajaranyang akan dipelajari, (4) pemberian acuan
berkaitan dengan materi pembelajaran yang akan dipelajari
melalui informasi tentang sumber belajar yang dapat

digunakan serta kemudahan untuk memperoleh sumber dan


bahan pelajaran, dan (5) pembagian kelompok belajar dan
penjelasan langkah-langkah pembelajaran serta penyediaan
alat-alat pembelajaran yang diperlukan misalnya LKS, dan
bahan ajar.
2. Kegiatan inti; terdapat satu guru yang memiliki kategori kinerja
tinggi
materi

karena guru tersebut memperlihatkan penguasaan


pelajaran,

pendekatan/strategi

pembelajaran,

pemanfaatan sumber belajar, dan penilaian proses dan hasil


belajar yang bervariasi. Dua guru memiliki kategori kinerja
sangat tinggi karena kegiatan inti pembelajaran yang dilakukan
adalah; memperlihaqtkan penguasaan materi pelajaran,
pendekatan/strategi pembelajaran yang relevan dengan materi,
pemanfaatan aneka sumber belajar, pembelajaran yang
memicu dan memelihara keterlibatan siswa, penilaian proses
dan hasil belajar secara bervariasi, dan penggunaan bahasa
yang efektif.
3. Kegitan penutup; terdapat satu guru yang memiliki kategori
kinerja tinggi, karena telah melakukan refleksi atau membuat
rangkuman dengan melibatkan siswa dan melaksanakan
tindak lanjut pada setiap akhir pembelajaran, dan dua guru
memiliki kategori kinerja sangat tinggi karena telah memenuhi
indikator esensial penutup pembelajaran, yaitu; (1) melakukan
refleksi atau rangkuman dengan melibatkan siswa, dan (2)

melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan,


kegiatan, atau tugas sebagai bagian remedy/pengayaan.
Mencermati data hasil penelitian sepeti terurai di atas, maka peneliti dapat
menjelaskan penyempurnaan tindakan pada siklus 2 (dua ) ini, jika dibandingkan
dengan siklus 1 (satu) dimana peneliti masih mengalami kesulitan atau hambatan
untuk mencapai indikator keberhasilan tindakan sebagai berikut:
1. Rencana Tindakan
Penyempurnaan yang dilakukan dalam tahap perencanaan tindakan pada
siklus 2 (dua) ini adalah:
a. Menyiapkan instrument penelitian siklus 2 (dua).
b. Menyampaikan hasil kinerja guru siklus 1 (satu).
c. Memberikan penjelasan tentang kegiatan penelitian siklus 2 (dua) kepada
guru.
d. Melaksanakan motivasi selama selama 4 (empat) minggu, dibandingkan
dengan tindakan pada siklus 1 (satu) motivasi dilaksanakan hanya satu kali.
e. Melaksanakan motivasi secara individu, dibandingkan dengan tindakan pada
siklus1 (satu) motivasi dilaksanakan secara kelompok pada waktu yang sama
f.

dan di tempat yang sama pula.


Pada minggu ke 5 (lima) peneliti melakukan mengamatan langsung kepada
guru dalam pelaksanaan perencanaan dan pembelajaran di kelas selama
proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan instrument
penelitian, dibandingkan dengan tindakan pada siklus 1 (satu) peneliti hanya
membagikan instrument penelitian di luar kelas untuk diisi oleh subyek

penelitian.
2. Pelaksanaan Tindakan
Penyempurnaan yang dilakukan peneliti pada tahap pelaksanaan tindakan
siklus 2 (dua) ini adalah:
a. Menyampaikan hasil kinerja guru siklus 1 (satu).
b. Peneliti memberikan penjelasan tentang kegiatan penelitian siklus 2 (dua)
kepada guru secara kelompok.

c. Melaksanakan motivasi kepada guru dalam perencanaan dan pelaksanakan


pembelajaran selama 4 (empat) minggu. Untuk mata pelajaran IPS sesuai
kurikulum 4 SKS dalam satu minggu, artinya dalam satu minggun dua kali
pertemuan untuk satu orang guru. Berarti jumlah tatap muka pembelajaran di
kelas untuk masing-masing guru adalah empat minggu dikalikan dengan dua
kali tatap muka sama dengan delapan kali tatap. dibandingkan dengan
pelaksanaan tindakan pada siklus 1 (satu) motivasi dilaksanakan sebanyak
satu kali, pada waktu yang sama, dan di tempat yang sama pula.
d. Melaksanakan motivasi secara individu, dibandingkan dengan pelaksanaan
tindakan pada siklus 1 (satu) motivasi dilaksanakan secara kelompok.
e. Pada minggu ke 5 (lima) peneliti melakukan pengamatan langsung kepada
guru dalam pelaksanaan perencanaan dan pembelajaran di kelas selama
proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan instrumen
penelitian yang sudah disiapkan sebelumnya. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk melihat langsung perubahan perilaku/sikap, dan tanggapan atau reaksi
guru, dibandingkan dengan pelaksanaan tindakan pada siklus 1 (satu) peneliti
hanya membagikan instrumen penelitian di luar kegiatan pembelajaran di
kelas untuk diisi oleh subyek penelitian.
Berdasarkan data hasil penelitian siklus 2 (dua) yang sudah melaksanakan
penyempurnaan tindakan atas kekurangan atau hambatan yang dialami peneliti pada
siklus 1 (satu), maka pada siklus 2 (dua) indikator keberhasilan tindakan yang sudah
ditetapkan sebelumnya sudah terrcapai.

D. Pembahasan

Pembahasan tentang hasil penelitian meliputi uraian tentang kondisi awal atau pra
tindakan kinerja guru dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran serta hasil tindakan
setiap siklus yang dibandingkan dengan kajian teori.

1. Kinerja Guru dalam Perencanaan


Kinerja guru dalam perencanaan guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng meliputi;
program tahunan, program semester, silabus, dan RPP. Kondisi awal guru mata
pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng memiliki karakteristik yang beragam. Hal
ini dipengaruhi oleh kompetensi guru yaitu; kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan profesional yang berbeda-beda. Berdasarkan perbedaan kompetensi
tersebut sehingga kinerja guru dalan perencanaan akan beragam pula.
Kondisi riil guru dalam perencanaan pembelajaran IPS di SMP Negeri 1
Bantaeng sangat bervariasi. Guru membuat perencanaan secara bersama-sama
pada pertemuan MGMP. Ada juga diantara mereka menyalin dari program yang
sudah ada sebelumnya. Bahkan ada yang berpendapat bahwa perencanaan itu
hanya pemenuhan kelengkapan administrasi pembelajaran semata, sehingga
dalam proses pembelajaran tanpa memperhatikan perencanaan pembelajaran.
Kinerja guru tentang program tahunan pada siklus 1 (satu) dikategorikan
sedang, dibandingkan dengan kinerja guru pada siklus 2 (dua) meningkat menjadi
kategorikan sangat tinggi, kinerja guru tentang program semester pada siklus 1
(satu) dikategorikan sedang, dibandingkan dengan kinerja guru pada siklus 2 (dua)
meningkat menjadi kategori sangat tinggi, kinerja guru tentang silabus pada siklus
1 (satu) dikategorikan sedang, dibandingkan dengan kinerja guru pada siklus 2
(dua) meningkat menjadi kategori sangat tinggi, kinerja guru tentang RPP pada
siklus 1 (satu) dikategorikan rendah, dibandingkan dengan kinerja guru pada siklus

2 (dua) meningkat menjadi kategori sangat tinggi. Rata-rata kinerja guru tentang
perencanaan guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng pada siklus 1 (satu) berada
pada kategori sedang, dibandingkan dengan kinerja guru pada siklus 2 (dua)
meningkat menjadi kategori sangat tinggi.
Program tahunan dan program semester disusun oleh guru mata pelajaran
yang mengacu pada kalender pendidikan. Kemungkinan besar setiap
kabupaten/kota memiliki kalender yang berbeda-beda terutama tentang hari libur
puasa. Khusus sekolah di kabupaten Bantaeng libur puasa total selama satu
bulan.
Sangat tingginya kenerja guru tentang program tahunan yang disusun oleh
guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng sangat dipengaruhi oleh pembinaan yang
dilakukan oleh pihak sekolah, dan atau pembinaan melalui pendekatan motivasi
yang dilakukan oleh peneliti dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) IPS
di kabupaten Bantaeng.
Kinerja guru yang sangat tinggi dalam menyusun program tahunan karena;
(1) unsur program tahunan lengkap, (2) program tahunan yang disusun sesuai
dengan kurikulum, (3) ketepatan langkah-langkah penyusunan program tahunan,
dan (4) program tahunan disempurnakan setiap awal tahun pelajaran.
Kinerja guru tentang program semester pada siklus 1 (satu) dikategorikan
sedang, dibandingkan dengan kinerja guru pada siklus 2 (dua) meningkat menjadi
kategori sangat tinggi, Rata-rata kinerja guru tentang program semester yang
disusun oleh guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng pada siklus 1 (satu) berada
pada kategori sedang, dibandingkan dengan kinerja guru pada siklus 2 (dua)

meningkat menjadi kategori sangat tinggi. Faktor yang menyebabkan sangat


tingginya kinerja guru dalam penyusunan program semester adalah; (1) criteria
penyusunan program semester telah dipahami oleh guru, (2) adanya upaya guru
menyempurnakan setiap program semester yang disusunnya, dan (3) pembinaan
dari pihak sekolah tentang penyusunan program semester melalui rumpun mata
pelajaran sejenis, dan atau melaluai pendekatan motivasi yang dilakukan oleh
peneliti.
Kinerja guru tentang silabus pada siklus 1 (satu) dikategorikan sedang,
dibandingkan dengan kinerja guru pada siklus 2 (dua) meningkat menjadi kategori
sangat tinggi, Rata-rata kinerja guru tentang silabus yang disusun oleh guru IPS di
SMP Negeri 1 Bantaeng pada siklus 1 (satu) berada pada kategori sedang,
dibandingkan dengan kinerja guru pada siklus 2 (dua) meningkat menjadi kategori
sangat tinggi. Hal ini dimungkinkan karena sebahagian besar guru telah menyusun
silabus berdasarkan langkah-langkah pengembangan silabus yang meliputi; (1)
mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar, (2) mengidentifikasi materi
pokok/pembelajaran, (3) mengembangkan kegiatan pembelajaran , (4)
merumuskan indikator pencapaian kompetensi, (5) menentukan jenis penilaian, (6)
menentukan alokasi waktu, (7) menentukan sumber belajar, dan (8) menentukan
nilai karakter.
Kinerja guru tentang RPP pada siklus 1 (satu) dikategorikan rendah,
dibandingkan dengan kinerja guru pada siklus 2 (dua) meningkat menjadi kategori
sangat tinggi, Rata-rata kinerja guru tentang silabus yang disusun oleh guru IPS di
SMP Negeri 1 Bantaeng pada siklus 1 (satu) berada pada kategori sedang,

dibandingkan dengan kinerja guru pada siklus 2 (dua) meningkat menjadi kategori
sangat tinggi. Guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng telah mengikuit langkahlangkah minimal dari penyusunan RPP, dimulai dari mencantumkan identitas RPP,
tujuan pembelajaran, nilai karakter, materi pembelajaran, metode pembelajaran,
langkah-langkah kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian. Setiap
komponen mempunyai arah pengembangan masing-masing, namun semua
merupakan satu kesatuan.
PP nomor 19 tahun 2005 yang berkaitan dengan standar proses
mengisyaratkan bahwa guru diharapkan dapat mengembangkan perencanaan
pembelajaran, yang kemudian dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang
antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang
mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), khususnya pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah jalur formal, baik yang menerapkan sistem paket maupun
sistem kredit semester (SKS).
Muslich (2007:53) menyatakan bahwa RPP adalah rancangan pembelajaran
mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas.
Berdasarkan RPP inilah seorang guru diharapkan bias menerapkan pembelajaran
secara terprogram. Karena itu RPP harus mempunyai daya serap yang tinggi.
Tanpa perencanaan yang matang mustahil target pembelajaran bias tercapai
secara maksimal. Pada sisi lain, melalui RPP pun dapat diketahui kadar
kemampuan guru dalam menjalankan profesinya.

2. Kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran


Kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran guru IPS di SMP Negeri 1
Bantaeng meliputi; kegiatan awal, inti, dan penutup.
Kinerja guru tentang kegiatan awal pada siklus 1 (satu) dikategorikan
sedang, dibandingkan dengan kinerja guru pada siklus 2 (dua) meningkat menjadi
kategori sangat tinggi, Rata-rata kinerja guru tentang kegiatan awal

yang

dilaksanakan oleh guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng pada siklus 1 (satu) berada pada
kategori sedang, dibandingkan dengan kinerja guru pada siklus 2 (dua) meningkat
menjadi kategori sangat tinggi.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng

melakukannya sesuai dengan pendapat Muslich (2007:58) bahwa pelaksanaan


proses pembelajaran diarahkan pada tiga aspek kegiatan, yaitu; (1) kegiatan pra
pembelajaran, (2) kegiatan inti pembelajaran, dan (3) kegiatan penutup.
Kegiatan pra pembelajaran dengan indikator esensial, yaitu; (1)
mempersiapkan siswa untuk belajar, dan (2) melakukan kegiatan apersepsi.
Sangat tingginya kinerja guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng tentang
kegiatan awal karena sebahagian besar guru sudah melakukan indikator esensial
kegiatan awal pembelajaran meliputi; (1) orientasi atau memusatkan perhatian
peserta diduk pada materi yang akan dibelajarkan, (2) apersepsi yaitu memberikan
persepsi awal kepada peserta didik tentang materi yang akan diajarkan, (3)
motivasi misalnya guru memberikan gambaran manfaat mempelajari gempa bumi,
bidang-bidang pekerjaan berkaitan dengan gempa bumi, (4) memberikan acuan
yang berkaitan dengan kajian ilmu yang akan dipelajari. Acuan dapat berupa

materi pokok dan uraian materi pembelajaran secara garis besar, dan (5)
pembagian kelompok belajar dan penjelasan mekanisme pelaksanaan
pengalaman belajar sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran.
Kinerja guru tentang kegiatan inti

pada siklus 1 (satu) dikategorikan

sedang, dibandingkan dengan kinerja guru pada siklus 2 (dua) meningkat menjadi
kategori sangat tinggi, Rata-rata kinerja guru tentang kegiatan inti yang
dilaksanakan oleh guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng pada siklus 1 (satu) berada
pada kategori sedang, dibandingkan dengan kinerja guru pada siklus 2 (dua)
meningkat menjadi kategori sangat tinggi.
Rata-rata kinerja guru IPS SMP Negeri 1 Bantaeng tentang kegiatan inti

dikategorikan sangat tinggi karena sebahagian besar guru mampu melaksanakan


kegiatam pembelajaran yang meliputi; (1) penguasaan materi pelajaran, (2)
pendekatan/strategi pembelajaran, (3) pemanfaatan sumber belajar, (4)
pembelajaran yang memicu dan memelihara ketertiban siswa, (5) penilaian proses
dan hasil belajar, dan (6) penggunaan bahasa.
Kegiatan inti yang berisi langkah-langkah sistematis yang dilalui peserta
didik untuk dapat mengkonstruksi ilmu sesuai dengan skema masing-masing.
Langkah-langkah tersebut disusun sedemikian rupa agar peserta didik dapat
menunjukkan perubahan perilaku sebagaimana dituangkan pada indikator dan
tujuan pembelajaran.
Dalam kegiatan inti metode pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
mencapai kompetensi dasar dan seperangkat indikator yang telah ditetapkan.

Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta


didik serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai.
Metode yang dipilih guru dalam RPP disesuaikan dengan pengalaman belajar
yang terdapat pada silabus guna mendukung pencapaian pembelajaran yang
kondusif, serta dapat menciptakan suatu kondisi dimana peserta didik di kelas
dapat belajar lebih aktif. Adapun metode mengajar yang sering digunakan oleh
guru antara lain metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi kelompok,
metode kerja kelompok, dan metode penugasan.
Untuk memudahkan biasanya kegiatan inti dilengkapi dengan Lembar Kerja
Siswa (LKS). Khusus untuk pembelajaran berbasis ICT yang online dengan
koneksi internet, langkah-langkah kerja peserta didik harus dirumuskan detil
mengenai waktu akses dan alamat website yang jelas. Termasuk alternative yang
harus ditempuh jika koneksi mengalami kegagalan.
Kinerja guru tentang kegiatan penutup pada siklus 1 (satu) dikategorikan
sedang, dibandingkan dengan kinerja guru pada siklus 2 (dua) meningkat menjadi
kategori sangat tinggi, Rata-rata kinerja guru tentang kegiatan penutup yang
dilaksanakan oleh guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng pada siklus 1 (satu) berada
pada kategori sedang, dibandingkan dengan kinerja guru pada siklus 2 (dua)
meningkat menjadi kategori sangat tinggi.
Sangat tingginya kinerja guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng tentang
kegiatan penutup karena sebahagian besar guru telah melaksanakan kegiatan
penutup berdasarkan indikator esensial yang meliputi; (1) melakukan refleksi atau

membuat rangkuman dengan melibatkan siswa, dan melaksanakan tindak lanjut


dengan memberikan arahan, kegiatan, atau tugas sebagai remedy/pengayaan.
Pada akhir pembahasan ini peneliti memberikan gambaran kinerja dan
motivasi guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng dibandingkan dengan kajian teori
setelah pelaksanaan motivasi dalam penelitian. Bahwa berkaitan dengan kinerja
guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, terdapat tugas keprofesionalan
guru. Dengan terdapatnya rata-rata kinerja guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng
berada pada kategori sangat tinggi sebagaimana diuraikan di atas sejalan dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang
Guru dan Dosen yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Sangat
tingginya rata-rat a kinerja guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng juga sesuai jika
dibandingkan dengan simpulan kinerja berdasarkan pengertian tentang kinerja pada

kajian teori bab II di atas bahwa kinerja adalah hasil atau taraf kesuksesan yang
dicapai seseorang dalam bidang pekerjaannya menurut criteria dan dievaluasi
oleh orang-orang tertentu dalam hal ini adalah peneliti.
Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kategori kinerja guru IPS di SMP
Negeri 1 Bantaeng yang sangat tinggi berhubungan dengan kemampuan kepala
sekolah dan atau peneliti dalam melaksanakan motivasi, mengarahkan dan
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh guru.
Dengan hasil rata-rata kinerja guru IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng yang
sangat

tinggi

tidak

terlepas

dari

keberhasilan

peneliti

melaksanakan

penyempurnaan tindakan dari siklus 1 (satu) ke siklus 2(dua) yang disertai dengan
pelaksanaan motivasi. Hal ini sesuai bila dibandingkan dengan simpulan uraian

kajian teori motivasi pada bab II di atas bahwa orang yang termotivasi di dalam
jiwanya terdapat perubahan-perubahan kearah yang positif.
Sama halnya dengan pendapat Sudirman (2003;83), ciri -ciri orang yang
termotivasi adalah:
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama tidak
b.
c.
d.
e.
f.
g.

pernah berhenti sebelum selesai)


Ulet menghadapi keputusan (tidak mudah putus asa)
Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
Lebih senang bekerja mandiri
Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin dengan sesuatu)
Senang mencari dan memecahkan masalah
Menujukkan adanya perubahan sikap setelah termotivasi

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan data hasil penelitian maka disimpulkan
sebagai berikut:

a. Kinerja guru IPS dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran di SMP


Negeri 1 Bantaeng berada pada kategori sangat tinggi.
b. Motivasi dapat meningkatkan kinerja guru dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Bantaeng
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas disarankan sebagai berikut:
a. Untuk peneliti atau tindakan lanjutan yang berhubungan dengan judul ini agar
memperhatikan hal-hal berikut; waktu pelaksanaan motivasi, sifat motivasi (terbuka
atau tertutup), motivasi yang berkelanjutan focus pada tujuan.
b. Sebagai inovasi peneliti atau tindakan lanjutan yang berhubungan dengan judul ini dapat
menggabungkan pendekatan motivasi dengan model diskusi.

Anda mungkin juga menyukai