Anda di halaman 1dari 13

FISIOLOGI HEWAN

LAPORAN PRAKTIKUM
PERCOBAAN DARAH I

DISUSUN OLEH:

DWI PUTRA HENDRI WAHYUDI


153112620120056
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA 2015

A. Tujuan.
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :

Menghitung jumlah sel darah merah (sel eritrosit)

Menghitung jumlah sel darah putiu (sel leukosit)

Menentukan kadar hemoglobin (Hb)

Menetukan golongan darah

B. Dasar Teori
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua mahluk hidup (kecuali
tumbuhan) yang berfungsi mengirimkan hasil metabolisme yang dibutuhkan oleh
jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia dan juga sebagai pertahanan terhadap
virus dan bakteri. Komposisi darah terdiri dari beberapa jenis korpuskula yang
membentuk 45 % bagian dari darah. Bagian 55 % yang lain berupa cairan kekuningan
yang

membentuk

medium

cair

yang

disebut

plasma

darah.

Korpuskula terdiri dari : Sel darah merah/eritrosit (sekitar 99 %) : eritrosit tidak


mempunyai nucleus sel ataupun organel, eritrosit mengandung hemoglobin dan
mengedarkan oksigen. Sel darah merah juga berperan penentuan golongan darah.
Orang yang kekurangan eritrosit menderita penyakit anemia. Sel darah putih atau
leukosit (0,2 %) : leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun dan bertugas untuk
memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya, misalnya virus dan
bakteri. Leukosit bersifat ameboid atau tidak memiliki bentuk tetap. Orang yang
kelebihan leukosit menderita leukemia, sedangkan orang yang kekurangan leukosit
menderita penyakit leukopenia. Keping-keping darah atau trombosit (0,6-1,0 %):
tombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah.
dasarnya adalah larutan air yang mengandung :
Albumin
Bahan pembeku
Imunoglobin (antibody)
Hormon
Berbagai jenis protein
Bebagai jenis garam

Plasma darah pada

Secara fisiologi, kepentingan darah yang utama untuk mengangkut bahan


makanan dan gas pernafasan, dari bagian permukaan hewan ke berbagai sel yang
melaksanakan metabolisme didalam tubuhnya. Fungsi lain peredaran darah untuk
mengangkut hormon dan bahan lain, serta berperan dalam pengaturan suhu tubuh.
Fungsi darah yang berhubungan dengan sistem perlindungan, berperan dalam reaksi
imunitas. Secara keseluruhan darah juga harus mampu melaksanakan pencegahan
agar tidak terjadi kehilangan sejumlah volume darah karena luka atau sebab lain
sehingga harus ada mekanisme pembekuan darah.
Sel darah merah ( red blood cell ) atau eritrosit ( erythrocyte) sejauh ini
merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya jauh melebihi yang lain. Setiap
milliliter kubik darah mengandung 5 sampai 6 juta sel darah merah, dan terdapat sekitar
25 triliun jenis sel ini didalam keseluruhan 5 liter darah dalam tubuh. Sebuah eritrosit
manusia berbentuk cakram bikonkaf. Bagian tengahnya lebih tipis dibandingkan bagian
tepinya, eritrosit mamalia tidak mengandung nucleus( inti) semua sel darah merah
merah tidak memiliki mitokondria dan menghasilkan ATP secara eksklusif melalui
metabolisme anaerobic. Fungsi utama eritrosit adalah membawa oksigen, ukuran
eritrosit yang kecil ( berdiameter sekitar 12 m ) juga sesuai dengan fungsinya supaya
dapat diangkut oksigen harus segera berdisfusi melalui membran plasma sel darah
merah. Semakin kecil sel darah merah semakin besar pula luas permukaan membran
plasma

dalam suatu

volume darah. Bentuk bikonkaf juga menambah luas

permukaannya. (Campbell Reece Mitchael. 2004. Hal 54).


Terdapat 5 sel utama darah putih ( white blood cell) atau leukosit yaitu
monosit,netrofil, basofil, eosinofil, dan limfosit. Fungsinya secara kolektif adalah untuk
melawan dan memerangi infeksi dengan berbagai cara sebagai contoh monosit dan
netrofil adalah fagosit, yang menelan dan mencerna bakteri dan serpihan sel-sel mati
dari tubuh kita sendiri. Limposit akan terspesialisasi menjadi sel B dan sel T yang
menghasilkan respon kekebalan melawan zat-zat asing. Sel darah putih menghabiskan
sebagian besar waktunya diluar sistem sirkulasi berpatroli dalam cairan interstisial dan
sistem limpatik. Dimana sebagian besar pertempuran terhadap kuman pathogen
dilakukan. Secara normal satu milliliter kubik darah manusia mempunyai sekitar 5000

sampai 10000 leukosit. Jumlah ini akan meningkat sementara waktu ketika tubuh
sedang perang melawan suatu infeksi.
Keping darah (patelet) atau trombosit adalah fragmen-fragmen sel dalam
diameter 2 sampai 3 m. Keping darah tidak mempunyai nucleus dan bermula sebagai
fragmen sitoplamatik yang memisah dari sel besar dari sunsum tulang. Keping darah
kemudian memasuki darah yang berfungsi proses penting dalam penggumpalan,
Unsur-unsur seluler darah (eritrosit,leukosit dan trombosit) akan menjadi rusak dan
digantikan secara konstan sepanjang hidup seseorang. Eritrosit, leukosoit dan trombosit
berkembang dari sumber yang sama, satu populasi tunggal sel yang disebut sel induk
pluri protein (pluri protein stem cell) dalam sumsum merah tulang. Khususnya tulang
rusuk, tulang punggung, tulang dada dan pelvis. (Pluri protein berarti sel-sel ini
mempunyai potensi berdeferensiasi menjadi setiap jenis sel yang menghasilkan
trombosit). Sel induk yang berpluri protein itu muncul pada tahap awal perkembangan
embrio dan populasinya kemudian memperbaharui diri sendiri menjadi darah dan unsur
seluler.
Produksi sel darah merah dikontrol oleh mekanisme umpan balik negative yang
sensitive terhadap jumlah oksigen yang mencapai jaringan melalui darah. Jika jaringan
itu tidak menerima oksigen yang mecukupi, ginjal akan mengubah sejenis protein
plasma menjadi hormon yang disebut ertitroprotein yang merangsang produksi eritrosit
dalam sum-sum tulang. Jika darah mengirimkan lebih banyak oksigen dibanding
dengan yang dapat digunakan oleh jaringan. Konsentrasi protein akan berkurang dan
produksi eritrosit berkurang, dan berproduksi eritrosit akan lambat. (Campbell Reece
Mitchael. 2004. Hal 55)
Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi
dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri
dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu
atom besi.
Pada pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin
yang menahan satu atom besi; atom besi ini merupakan situs/loka ikatan oksigen.
Porfirin yang mengandung besi disebut heme. Nama hemoglobin merupakan gabungan
dari heme dan globin; globin sebagai istilah generik untuk protein globular. Ada

beberapa protein mengandung heme, dan hemoglobin adalah yang paling dikenal dan
paling banyak dipelajari.
Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 subunit
protein), yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan beta yang terikat secara
nonkovalen. Subunit-subunitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama.
Tiap subunit memiliki berat molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga berat molekul
total tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton. Tiap subunit hemoglobin mengandung
satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul
oksigen:
Hb

O2

HbO2

HbO2

O2

Hb (O2)2

Hb(O2)2

O2

Hb (O2)3

Hb(O2)3

O2

Hb(O2)4

Reaksi keseluruhan
Hb

4O2

Hb (O2)4

Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan
jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis
penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus
(faktor Rh). Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi
yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:

Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di
permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam
serum darahnya.

Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya.

Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan
B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B.

Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi
memproduksi antibody terhadap antigen A dan B.

C. Alat yang diperlukan :


Hemositometer Neubauer atau merk lainnya yang terdiri atas :
1. Bilik hitung dan kaca penutupnya
2. Pipet thoma (pengencer eritrosit) dengan tanda didalamnya terdapat butiran
berwarna merah dan skala pada pipet tersebut adalah : 0,5 101.
3. Pipet leuco (pengencer leukosit) dengan tanda didalamnya terdapat butiran
berwarna putih dan skala pada pipet ini : 0,5 11. Kedua pipet tersebut
dilengkapi karet penghisap (aspirator).
4. Mikroskop cahaya dengan obyektif 10X dan 45X; okuler 10X.
5. Larutan pengencer yang digunakan adalah larutan hayem untuk eritrosit dan
larutan turk untuk leukosit.
6. Alat pengambil darah : lanset/jarum suntik biasa
7. Alkohol 70%, kertas atau kain penyerap halus/keertas tissue/kapas.
8. Cawan kecil atau gelas arloji untuk tempat larutan pengencer.
9. Alat penghitung (counter)
Menghitung jumlah eritrosit/sel darah merah
Prinsip hitung sel darah merah : sel darah merah dalam larutan hayem akan tetap stabil
bentuknya, sedangkan protein plasma akan mengalami denaturasi.

Hisap darah vena/perifer dengan pipet thoma sampai angka 0,5 lalu diencerkan
dengan larutan hayem sampai angka 101, jangan sampai ada gelembung udara.

Kocok selama 5 30 detik dan diamkan pada suhu kamar.

Siapkan bilik hitung dengan hati hati bersihkan dengan kain yang bersih dan
halus, juga siapkan mikroskop.

o
Gambar 1. Bilik Hitung Improved neubauer

Amati bilik hitung di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x (obyektif 10x dan
okuler 10x) maka akan terlihat gambar kotak kotak seperti contoh gambar.

Kemudian hitung jumlah sel darah merah pada 5 kotak R kecil yang terletak
dibagian tengah bilik hitung, masing-masing kotak kecil ini terdiri atas 16 kotak
dengan ukuran yaitu : 1/20 mm x 1/20 mm = 1/400 mm2 luasnya, dan dalamnya
1/10 mm sehingga jumlah isi ruangan yang dihitung eritrositnya adalah : 5 x 16 x
1/400 x 1/10 mm3 =1/50 mm3 (F bilik hitung) jadi jumlah sel eritrosit adalah :
5R x F x P
R = jumlah sel darah merah yang dihitung (5 kotak)
F = Factor bilik hitung
P = pengenceran pipet

Perhitungan :
Volume ruangan bilik hitung yang digunakan 5 kotak R kamar hitung Improved
Neubauer 5 x 16 x 1/50 mm3. Bila jumlah sel eritrosit yang dihitung = R, maka
1/50 mm3 R butir
1 mm3 R x 50 butir

Faktor koreksi pengenceran


Darah 0,5 ditambah larutan pengencer sampai 101 dikurangi 1 bagian yang tidak
ikut dicampur (dibuang), sehingga pengencerannya 200x jadi : jumlah butir darah
merah per mm3 darah adalah :
200 x 50 x R = R x 104 butir.

Menghitung jumlah sel darah putih


Prinsip hitung jumlah sel darah putih : sel darah putih menyerap warna biru violet,
sedangkan sel darah merahnya hancur oleh asam cuka 2% yang ada pada reagen turk,
membentuk hematin asam. Kemudian sel tertinggal (sel darah putih) dihitung dengan
menggunakan bilik hitung.

Hisap darah vena/perifer dengan pipet leuco sampai angka 0,5 selanjutnya lanjutkan
dengan menghisap reagen turk untuk mengencerkan, sampai angka 11; hindari
jangan sampai ada gelembung udara.

Kocok selama 15 30 detik dan diamkan pada suhu kamar.

Siapkan bilik hitung dan gelas penutupnya.

Setelah sampai waktunya, buang larutan yang di ujung pipet 3 4 tetes lalu diisikan
ke dalam bilik hitung, lalu periksa dengan mikroskop cahaya dengan pembesaran
10x dan 40x.

Jumlah sel darah putih yang dihitung adalah : 4W x F x P


W

= Banyaknya sel yang dihitung

= Faktor bilik hitung

= pengenceran pipet leuco

Cara menghitung :

Untuk menghitung sel darah putih digunakan 4 kotak yang terletak di keempat sudut
bilik hitung (yang masing-masing terdiri atas 16 bujur sangkar, pada gambar diberi
tanda huruf W). satu kotak mempunyai luas 1 mm2 dan dalamnya1/10 mm jadi
ruangan untuk menghitung jumlah leukosit seluruhnya mempunyai isi = (4 x 1 x 1/10
mm3 = 4/10 mm3) bila jumlah leukosit di dalam ruangan tersebut = W butir maka 1
mm3 10/4 x W.

Faktor pengenceran :
Darah 0,5 ditambah larutan pengencer sampai angka 11 dikurangi 1 bagian yang
tidak ikut tercampur; dibuang sehingga pengencerannya 20 kali; jadi jumlah leukosit
dalam 1 mm3 darah = 20 x 10/4 x W butir = 50 x W butir.

Teknik mengisi bilik hitung :


Larutan yang ada pada pipet bagian ujung yang tidak ikut terkocok dibuang 3 4 tetes,
masukkan dengan hati hati setetes cairan ke dalam bilik hitung dengan cara
menempelkan ujung pipet pada tempat pertemuan antara dasar bilik hitung dengan
kaca penutup. Biarkan butir-butir darah yang ada di bilik hitung mengendap, lalu hitung
jumlah butir-butir darah putih (leukosit) dengan menggunakan teknik yang berikut ini :
Semua butir darah yang terletak didalam kotak yang telah di tentukan dihitung
jumlahnya. Bila ada butir darah yang terletak pada garis tepi bujur sangkar, maka yang
dimasukkan dalam perhitungan adalah yang terletak pada dua buah garis/sisi yang
membentuk sebuah sudut.
Menentukan kadar hemoglobin darah (Hb)
Kadar hemoglobin pada manusia dapat ditentukan dengan beberapa cara yaitu : cara
Sahli, Kertas Talquis, Hb meter dimodifikasi, CuSO4 dengan BJ 1, 016 dan sebagainya.
Setiap cara tersebut memiliki ketelitian yang berbeda. Kadar Hb umumnya dinyatakan
dalam gram/ml darah. Pada pria jumlah rata-rata Hb = 15,4 gram/100 ml dan pada
wanita 13,8 gram/100ml (gram persen).

Menentukan kadar Hb dengan cara Sahli :


Cara ini didasarkan pada perubahan Hb dengan HCl 0,1N menjadi hematin asam yang
berwarna tengguli. Campuran ini diencerkan dengan akuades sampai warnanya sama
dengan warna standard yang ada pada tabung Sahli.
Tabung Hemoglobinometer Sahli diisi dengan HCl 0,1N sampai angka 2
Siapkan darah perifer, hisap dengan pipet Sahli sampai angka 20, kemudia masukkan
ke dalam larutan HCl 0,1N pada tabung Hemoglobinometer Sahli yang telah disiapkan,
bilas dengan pipet 2 3 kali hingga pipet bersih dari darah.
Kocok tabung sampai homogen, lalu berdirikan di tengah tabung Sahli
Perlahan-lahan encerkan isi tabung dengan akuades sampai warnanya sama dengan
warna standard pada tabung Sahli.
Hasilnya dibaca dengan melihat batas meniscus cairan.
Skala pada tabung Sahli menunjukkan kadar Hb dengan gram/dl
Cara Talquist :
Cara ini biasa digunakan di BKIA, metodenya berdasarkan pada perbedaan warna yang
terserap kertas saring atau kertas Talquist yang dibandingkan dengan macam-macam
warna standard yang tertera pada buku Talquist. Pembacaan kadar Hb dinyatakan
dalam angka Talquist. Pada cara ini darah yang keluar dari jari dihisap dengan kertas
saring/kertas Talquist dan segera setelah kering disesuaikan dengan warna standard
pada buku Talquist.
Menentukan kadar Hb dengan larutan CuSO 4 :
Metode ini sering digunakan untuk memeriksa kadar Hb secara massal; misalnya pada
survey lapangan penderita anemia.
Caranya adalah :
Siapkan larutan CuSO4 dengan BJ 1,016 dalam beker gelas
Tusuk ujung jari dengan lancet secara legeartis.
Hisap darah tersebut dengan pipet Pasteur secukupnya

Teteskan ke dalam larutan CuSO4 dan biarkan selama 15 detik, kemudian baca.
Bila tetesan darah tenggelam maka kadar Hb lebih dari 12,5 gram/dl. Bila darah
melayang maka kadar Hb sama/kurang lebih 12,5 gram/dl dan bila tetesan darah
mengapung pada permukaan larutan maka kadar Hb kurang dari 12,5 gram/dl.
D. Hasil Percobaan (Data)
Nama OP

: Monica Clarisa

Hasil hitung jumlah sel darah putih

Hasil hitung jumlah sel darah merah :


Hasil hitung kadar Hb
Cara Sahli

Kesimpulan

Cara Talquist

Kesimpulan

Cara CuSO4

Kesimpulan

E. Pembahasan
Darah terdiri dari beberapa elemen yakni bagian cair dan padat, bagian padat
sendiri terdiri dari eritrosit, leukosit,dan keping darah.Untuk megetahui jumlah eritrosit
dapat dilakukan penghitunganeritrosit dengan menggunakan hemositometer. Agar
leukosit tidak mengganggu dalam proses perhitungan, maka dihancurkan dengan
menambahkan larutan Hayem.
Dengan pengenceran darah 200x menggunakan pipa toma

kemudian sel

dihitung setiap 1mldarah. dibawah mikroskop dengan glass neaubauer. Warna merah
darah dikarenakan adanya hemoglobin yang berada dalam cairaneritrosit, senyawa ini
merupakan

suatu

protein

dan besi bervalensi 2 (Fe++ = Ferro).

yang

terdiri

dari

protoporfirin,

globin,

Kadar hemoglobin dalam darah dapat diukur dengan beberapa cara antara lain
cara Sahli, kertas Talquist Adam atau

pun metode

Sianmethemoglobin

(spektrofotometri). Pada metode Sahli darah ditambahkan senyawa HCl 0.1 N sehingga
ertrosit akanhemolisis, dan hemoglobin yang keluar keplasma akan tereduksi oleh HCl
membentukasam-hematin yang berwarna coklat. Kemudian dengan menambahkan
aquades hinggawarna asam-hemati sama dengan warna standar, maka diperolehlah
kadar hb dam gr%.Metode Talquist Adam adalah metode yang ditujuak untuk
menentukan kadar hb dilapangan, karena metode ini praktis, efsien, tetapi keakuratan
(presisi) yang rendah. Caraini berpedoman pada intensitas warna darah pada kertas
talquist dengan warna standar.
F. Kesimpulan dan Saran

Hasil perhitungan jumlah sel darah putih (leukosit) yang didapat adalah :
W1 = 22

W3 = 28

W2 = 20

W4 = 26

nilai W total adalah 96. jadi nilai leukosit OP adalah :


96 x 50 = 4800 sel/mm3 darah
hasil leukosit OP dalam ambang Nilai Normal

Hasil perhitungan jumlah sel darah merah (eritrosit) yang didapat adalah :
R1 = 94

R4 = 80

R2 = 80

R5 = 75

R3 = 79

Rtotal = 408

jadi nilai eritrosit OP adalah


408 x 104 = 4.080.000 sel/mm3 darah
hasil eritrosit OP dalam ambang Nilai Normal

Hasil pemeriksaan Hb OP dengan metode Talquist didapat adalah :


80 gr/dl
hasil Hb OP rendah dari Nilai Normal

Daftar Pustaka
http://zhabioedu.blogspot.co.id/2011/08/laporan-praktikum-fisiologi-hewan-darah.html

Anda mungkin juga menyukai