Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Burung merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki nilai tinggi,
baik ditinjau secara ekologis, ilmu pengetahuan, rekreasi, seni dan kebudayaan.
Studi tentang burung sangatlah penting, karena dengan melakukan studi mengenai
burung dan habitatnya dapat diketahui perubahan yang terjadi dalam suatu
ekosistem karena burung merupakan spesies yang dinamis dan dapat merespon
perubahan yang terjadi pada areal hutan. Burung termasuk organisme yang paling
dikenal di antara keanekaragaman hayati bumi. Meskipun demikian, kuantitas
pengetahuan tentang jenis serta kawasannya masih kurang lengkap. Kekurangan
ini merupakan suatu tantangan dalam kegiatan konservasi burung (Bibby, 2000
dalam Ahmad dan Fajar, 2013).
Hal yang paling pokok dalam deskripsi avifauna suatu lokasi adalah daftar
jenis. Suatu daftar jenis akan dapat memperlihatkan suatu keanekaragaman jenis
yang terdapat pada suatu lokasi. Nilai keanekaragaman burung sangat berkaitan
erat dengan tipe habitat. (Corlett, 1999 dalam Ahmad dan Fajar, 2013).
Blue Lagoon adalah suatu obyek wisata pemandian yang berlokasi di Desa
Dalem, Widodomartani. Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Sebenarnya, nama resmi
pemandian ini adalah Pemandian Tirta Budi. Lantaran airnya yang jernih dan biru,
banyak anak muda menyebutnya Blue Lagoon meskipun kecil dan jauh berbeda
dengan Blue Lagoon yang ada di Iceland. Blue Lagoon berada di pedesaan
dimana lingkungannya masih sangat asri dan jauh dari hiruk pikuk perkotaan,. Di
sekitar lokasi pemandian adalah persawahan dan perkebunan warga. Pemandian
ini berada di aliran Kali Tepus. Pada musim penghujan, kedung ini akan menyatu
dengan aliran air Kali Tepus. Obyek wisata pemandian Blue Lagoon ramai
dikunjungi terutama ketika akhir pekan dan hari libur. Tentu saja orang-orang
datang ke sana untuk berenang atau bermain air. Daya tarik dari obyek wisata ini
adalah karena air pemandian yang sangat jernih dan bersih. Suara gemericik air,
suara cicit burung dan angin yang menggesek daun-daun bambu adalah melodi
alam yang juga menjadi pesona tersendiri bagi para pengunjung.
Kini Desa Dalem telah menjadi Desa Wisata Blue Lagoon. Desa wisata ini
mengandalkan pemandian Blue Lagoon itu sendiri. Selain itu, bagi pengunjung
yang bosan dengan suasana kota, dan ingin mencoba untuk live in disana, telah
1

disediakan

homestay. Wisatawan dapat berbaur bersama warga, tinggal di

homestay, mencicipi sego wiwit, es dung-dung hingga belajar membatik. Untuk


semakin menarik wisatawan tentunya perlu adanya inovasi dan eksplorasi ataupun
kreatifitas dari warga Desa Dalem. Selain dari segi hiburan, social, dan budaya,
dapat pula menarik wisatawan dari segi pendidikan dan wisata alam pedesaan
yang khas. Salah satunya yaitu dengan wisata alam Desa Dalem dengan kegiatan
birdwatching yaitu melihat atau mengamati burung-burung yang ada. Selain untuk
hiburan para wisatawan, kegiatan ini dapat pula bermanfaat di segi pendidikan,
bahkan nantinya dapat menjadi rujukan penelitian.
Oleh karena hal tersebut, perlu dilakukan kegiatan survei maupun
monitoring, agar dapat membantu memberikan informasi yang dapat digunakan
sebagai referensi bagi pihak pengelola maupun warga Desa Dalem. Diharapkan
dari hasil survei maupun monitoring akan didapat informasi untuk digunakan
dalam pengelolaan Desa Wisata Blue Lagoon yang lebih baik lagi dan dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat di dalam dan sekitar kawasan secara lestari.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian miniriset ini adalah:
1. Bagaimana keanekaragaman jenis burung yang ditemukan di Obyek Wisata
Blue Lagoon, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta?
2. Bagaimana kelimpahan burung yang ditemukan di Obyek Wisata Blue Lagoon,
Ngemplak, Sleman, Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian miniriset ini adalah:
1. Mengetahui keanekaragaman jenis burung yang ditemukan di Obyek Wisata
Blue Lagoon, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta.
2. Mengetahui kelimpahan burung yang ditemukan di Obyek Wisata Blue
Lagoon, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta.
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Waktu pengambilan data dilaksanakan selama tiga hari, yaitu:
1. Rabu, 14 Oktober 2015, pada pagi dan sore hari.
2. Sabtu, 14 November 2015, pagi hari.
3. Minggu, 15 November 2015, sore hari.

Tempat penelitian berada di Objek Wisata Blue Lagoon, Widodomartani,


Ngemplak, Sleman, Yogyakarta
B. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode jelajah
di dalam dan sekitar area Objek Wisata Blue Lagoon. Metode sensus burung yang
dilakukan dengan menggunakan metode Tingkat Pertemuan (Encountered rates).
Setiap jenis burung yang ditemukan diidentifikasi dan dihitung jumlah
individunya, didata dalam sebuah tabel. Pencatatan data meliputi; jenis burung,
jumlah burung, habitat, aktivitas. Pengambilan data dilakukan dua kali dalam
sehari, yaitu pagi hari pukul 06.00-09.00 dan sore hari 15.30-17.30 WIB selama
tiga hari. Identifikasi jenis burung menggunakan buku panduan lapangan burungburung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. (MacKinnon et all, 2010).
C. Alat dan Bahan
1. Binokuler
2. Buku catatan
3. Alat tulis
4. Buku panduan pengenalan jenis burung (Field Guide) yaitu MacKinnon
Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan.
5. Kamera
6. Jam tangan

D. Teknik Analisis Data


1. Keanekaragaman Jenis Burung
Burung yang ditemui selama pengamatan dimasukkan ke dalam tabel
berikut:
Tabel. Keanekaragaman Jenis Burung di Objek Wisata Blue Lagoon
Familia

No

Nama

Nama

Jumlah

Indonesia

Ilmiah

Individu

Indeks kekayaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang


diadopsi dari Margalef (1958) dalam Ismawan, dkk (2015):

R=

S1
ln N

Keterangan:
R

= indeks kekayaan jenis

= jumlah total jenis dalam suatu habitat

= jumlah total individu dalam suatu habitat

dengan kriteria:
R < 2,5

menunjukkan tingkat kekayaan jenis yang rendah

2,5> R > 4 menunjukkan tingkat kekayaan jenis yang sedang


R>4

menunjukkan tingkat kekayaan jenis yang tinggi

2. Kelimpahan relatif
Kelimpahan burung didapat dari perhitungan jumlah dari setiap jenis
burung yang ada. Perhitungan indeks kelimpahan relative (IKR) dihitung
dengan persamaan yang diadopsi dari Krebs (1978) yaitu:
individu spesies kei() x 100
IKR=
total individu ( N)
Kategori:
IKR = > 20 %

Tinggi

IKR = 15 20%

Sedang

IKR = < 15 %

Rendah
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keanekaragaman dan Kekayaan Jenis Burung


Keragaman merupakan sifat komunitas yang menunjukkan tingkat
keanekaragaman jenis organisme yang ada di dalamnya. Menurut Krebs (1978)
keragaman (diversity) yaitu banyaknya jenis yang biasanya diberi istilah kekayaan
jenis (species richnes). Odum (1971) diacu dalam Djunaidah (1994) mengatakan
bahwa keragaman jenis tidak hanya berarti kekayaan atau banyaknya jenis, tetapi
juga kemerataan (evenness) dari kelimpahan individu tiap jenis. Keanekaragaman
merupakan khas bagi suatu komunitas yang berhubungan dengan banyaknya jenis

dan jumlah individu tiap jenis sebagai komponen penyusun komunitas (Helvoort
1981).
Pengamatan dilakukan selama tiga hari, empat kali waktu pengamatan,
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel. Keanekaragaman Jenis Burung di Obyek Wisata Blue Lagoon
Familia

Alcedinidae

1 Cekakak jawa

Halcyon cyanoventris

Jumlah
Individu
2

2 Cekakak sungai*)

Todiramphus chloris

No

Nama Indonesia

Nama Ilmiah

3 Raja udang meninting*) Alcedo meninting

4 Walet linci

Collocalia linchi

82

5 Walet sarang

Collocalia sp.

Aegithina tiphia

7 Cici Padi

Cisticola juncidis

8 Perenjak Coklat

Prinia polychroa

9 Perenjak Padi

Prinia inornata

10 Delimukan zamrud

Chalcophaps indica

11 Tekukur biasa

Streptopelia chinensis

Cuculidae

12 Kedasi hitam

Surniculus lugubris

Dicaeidae

13 Cabai jawa

Dicaecum trochileum

14 Bondol jawa

Lonchura leucogastroides

15 Bondol peking

Lonchura punctulata

16 Layang-layang asia

Hirundo rustica

Apodidae

Chloropseidae 6 Cipoh kacat


Cisticilidae

Columbidae

Estrildidae
Hirundinidae

227

17 Burung madu kelapa*) Anthreptes malacensis

18 Burung madu sriganti*) Cinnyris jugularis

Passeridae

19 Burung-gereja erasia

Passer montanus

Pellorneidae

20 Pelanduk semak

Malacocincla sepiaria

Picidae

21 Caladi sp.

Dendrocopos sp.

Pycnonotidae

22 Cucak kutilang

Pycnonotus aurigaster

17

Nectariniidae

Total Individu

399

Total jenis burung yang dijumpai adalah 22 jenis, terdiri dari 14 suku dan 20
marga. Suku yang memiliki jumlah jenis terbanyak adalah Alcedinidae dan
Cisticilidae yaitu masing-masing 3 jenis. Terdapat 4 jenis burung yang dilindungi
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7. 1999. Pengawetan Jenis Tumbuhan
5

dan Satwa. Jakarta : Departemen Kehutanan, yaitu Cekakak Sungai, Raja Udang
Meninting, Burung Madu Sriganti, dan Burung Madu Kelapa. Meskipun
demikian, berdasarkan instruksi menteri dalam negeri nomor 29 tahun 1994
tentang larangan untuk semua jenis burung, maka 22 jenis burung tersebut harus
dilindungi dan tidak boleh diburu.
Keragaman burung di lokasi pengamatan dapat dinilai dengan menggunakan
indeks kekayaan jenis (R). Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa kekayaan
jenis burung sebesar 3,5. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kekayaan jenis di
Obyek Wisata Blue Lagoon sedang.
B. Kelimpahan Jenis Burung
Kelimpahan adalah istilah umum yang digunakan untuk suatu populasi
satwa dalam hal jumlah yang sebenarnya dan kecenderungan naik turunnya
populasi atau keduanya (Shaw 1985 diacu dalam Mahmud 1991).
Total jumlah individu yang ditemukan adalah 22 jenis dengan total 339
individu. Berikut adalah gambaran kelimpahan jenis burung di Obyek Wisata Blue
Lagoon:
Diagram. Kelimpahan Jenis Burung
di Obyek Wisata Blue Lagoon
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
Nilai IKR

10.00%
0.00%

Jenis Burung

Kelimpahan relatif jenis burung pada seluruh lokasi penelitian berkisar


antara 0,003 0,569.

Angka ini menunjukkan jumlah individu suatu jenis

terhadap jumlah total individu jenis yang ditemukan. Jenis yang paling melimpah

adalah Bondol Jawa (Lonchura leucogastroides) dari suku Ploceidae kemudian


Walet linci (Collocaila linchi) dari suku Apodidae.
Bondol Jawa memiliki indek kelimpahan 0,569. Bondol jawa banyak sekali
berada di persawahan di sekitar area mata air Blue Lagoon. Seperti yang ditulis
pada website Kutilang Indonesia bahwa Bondol Jawa mudah dijumpai,
mengunjungi semua jenis lahan pertanian dan lahan berumput alami sampai
ketinggian 1.500 m. Membentuk kelompok selama musim panen padi, tetapi
biasanya hidup berpasangan atau dalam kelompok kecil. Mencari makan di atas
tanah atau memetik biji dari bulir rumput. Menghabiskan banyak waktunya
dengan bersuara kerikan gaduh dan menyelisik di pohon-pohon besar.
Persebarannya di wilayah Sumatera, Jawa, Bali, dan Lombok. Diintroduksi ke
Singapura dan semenanjung Malaysia. Populasi di Sumatera juga diduga hasil
introduksi.
Walet linci memiliki indeks kelimpahan 0,206. Walet linci banyak dijumpai
di seluruh area Obyek Wisata Blue Lagoon. Seperti yang ditulis pada website
Kutilang Indonesia bahwa Terdapat di beberapa tempat di Sumatera (mungkin di
sepanjang Bukit Barisan, tetapi spesimen museum hanya dari Peg. Leuser dan
Lampung) dan Kalimantan (G. Kinabalu). Di Jawa (termasuk pulau-pulau di L.
Jawa) dan Bali, walet yang paling umum terdapat di semua ketinggian. Ada di
semua tipe hutan dan lahan pertanian. Menukik untuk minum di sungai atau
kolam pada sore hari. Kelimpahan spesies burung Walet Linci yang tinggi
berkaitan dengan perilaku dan kemampuan burung dalam memanfaatkan habitat.
Bila dilihat dari ketersediaan sumber pakannya, burung walet memiliki sumber
pakan yang melimpah pada lokasi penelitian, yaitu berupa serangga.
Kelimpahan burung yang rendah dapat disebabkan oleh ketersediaan pakan
burung pada habitat tersebut sedikit, adanya persaingan antar spesies dalam
mencari makan dan adanya persaingan dalam mempertahankan daerah
teritorialnya. Selain aktivitas manusia, gangguan terhadap habitat seperti suara
bising yang ditimbulkan oleh manusia juga dapat mempengaruhi keragaman jenis
burung di lokasi penelitian, karena lokasi penelitian merupakan Obyek Wisata
yang cukup sering dikunjungi sepanjang pagi sampai sore hari.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap burung di Obyek Wisata Blue
Lagoon, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat 399 individu terdiri dari 22 jenis burung, 20 marga, dan 14 suku.
Suku yang paling banyak jenis nya adalah Alcedinidae dan Cisticilidae.
2. Terdapat 4 jenis burung yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 7. 1999. Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Jakarta : Departemen
Kehutanan, yaitu Cekakak Sungai, Raja Udang Meninting, Burung Madu
Sriganti, dan Burung Madu Kelapa
3. Kekayaan jenis burung termasuk kategori sedang.
4. Jenis burung yang kelimpahannya tinggi adalah Bondol Jawa dan Walet Linci,
sedangkan 20 jenis lainnya kelimpahannya rendah.
B. Saran
Perlu penelitian lebih lanjut untuk memonitoring jenis burung di Obyek
Wisata Blue Lagoon, karena obyek wisata semakin dikembangkan dan perlu
diketahui bagaimana dampaknya terhadap keberadaan burung. Bagi pengelola
diharapkan dapat memperhatikan keberadaan burung karena yang bertanggung

jawab terhadap pengembangan lokasi. Bagi pengunjung diharapkan agar


berwisata dengan tetap menjaga keberadaan flora fauna di lokasi dan sekitarnya.
Bagi semua pihak diharapkan dapat ikut menjaga dan melestarikan alam.

DAFTAR PUSTAKA
Bibby, C., M. Jones, S. Marsdens. 2000. Teknik-teknik Ekspedisi Lapangan
Survey Burung. Bogor: Birdlife International-Indonesia programme.
Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamzati, Nur Sita, dan Aunurohim Jurusan Biologi. 2013. Keanekaragaman
Burung di Beberapa Tipe Habitat Bentang Alam Mbeliling Bagian Barat
Flores. Paper. Surabaya: ITS.
Helvoort, B.V. 1981. Bird Populations in The Rural Ecosistems of West Java.
Ismawan, Asa, dkk. 2015. Artikel. Kelimpahan dan Keanekaragaman Burung di
Prevab Taman Nasional Kutai Kalimantan Timur.
Krebs, C.J. 1978. Ecological Methodology. Harper dan Row, Publisher, New
York.
MacKinnon, J., Phillipps, K., & Van Balen, S. 2010. Burung-burung di Sumatera,
Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor: Birdlife dan Puslitbang Biologi LIPI.
Mahmud, A. 1991. Kelimpahan dan Pola Penyebaran Burung-burung Merandai
di Cagar Alam Pulau Rambut. Skripsi. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya
Hutan Fakultas Kehutanan IPB.
Nature Conservation Depertment. Netrherlands.Krebs, C.J. 1978. Ecological
Methodology. New York : Harper dan Row, Publisher.
Peraturan Pemerintah Nomor 7. 1999. Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Jakarta : Departemen Kehutanan,

Yanuar, Ahmad, dan Fajar Dwi N A. 2013. Keanekaragaman Burung di Taman


Wisata Alam (TWA) Gunung Baung Purwodadi, Pasuruan, Jawa Timur.
Surabaya: BBKSDA Jawa Timur.
http://www.kutilang.or.id/2011/11/17/bondol-jawa/
http://www.kutilang.or.id/2013/02/14/walet-linci/

10

Anda mungkin juga menyukai