Arditya Dian Andika
Arditya Dian Andika
Nama
Nim
: C4C005124
BAB I
PENDAHULUAN
sering dilakukan rapat atau pertemuan komite audit, maka dapat memberikan
pengaruh terhadap pemberian opini audit dari segi kinerja komite audit, karena
dengan semakin banyaknya dilakukan pertemuan atau rapat tersebut, maka kinerja
mereka akan semakin terlihat untuk membenahi laporan keuangan yang salah untuk
memajukan perusahaan.
Faktor selanjutnya yang dapat mempengaruhi pemberian opini audit dalam
menentukan kelangsungan hidup suatu perusahaan (korporasi) adalah Faktor
Kelangsungan Hidup Perusahaan itu sendiri. Didalam Faktor Kelangsungan Hidup
Perusahaan tersebut, terdapat faktor faktor yang dapat menyebabkan terganggunya
hidup perusahaan, diantaranya adalah menyangkut mengenai laporan keuangan
perusahaan, masalah masalah internal perusahaan seperti masalah karyawan, sistem
perusahaan, dan sebagainya, serta masalah masalah eksternal seperti masalah pada
pemasok yang memberikan suplai kepada perusahaan, peraturan peraturan yang
dapat merugikan perusahaan, dan sebagainya.
Menurut PSA No.30 (2001) audit Going-Concern adalah audit mengenai
Pertimbangan
Auditor
Atas
Kemampuan
Entitas
Dalam
Mempertahankan
atau
merugikan
perusahaan.
Tren
negatif
tersebut,
banyak
Faktor faktor tersebut diantaranya adalah seperti kurangnya modal kerja, arus kas
negatif, dan buruknya rasio keuangan, dimana apabila laporan keuangan suatu
perusahaan didapati hal hal tersebut diatas, maka perusahaan tersebut pantas
diragukan kelangsungan hidupnya (SPAP.2001).
Masalah internal, adalah masalah yang timbul atau bersal dari dalam perusahaan,
dimana dari masalah internal tersebut dapat menyebabkan turunnya atau dapat
menyebabkan meruginya suatu perusahaan. Faktor faktor yang terdapat dalam
masalah internal antara lain seperti pemogokan kerja, keluarnya karyawan
berpotensi, komitmen jangka panjang yang tidak ekonomis. Faktor faktor tersebut
merupakan faktor faktor yang dapat mendukung kelancaran kinerja perusahaan.
Jika faktor faktor tersebut dikatakan kurang atau bahkan tidak mendukung
perusahaan, maka perusahaan tersebut akan mengalami ketidak lancaran dalam
kinerjanya. Akibatnya, jika tidak diperbaiki keadaan tersebut, maka lama kelamaan
kinerja perusahaan tersebut akan terus menurun yang akibatnya perusahaan tersebut
akan bangkrut (Nogler.2006).
Masalah eksternal, merupakan masalah yang dapat menurunkan atau merugikan
perusahaan yang berasal dari luar perusahaan. Faktor faktor yang terdapat dalam
masalah eksternal adalah seperti adanya undang undang baru yang membahayakan
kegiatan operasi perusahaan, kehilangan pelanggan, hilangnya pemasok utama,
kerugian karena suatu bencana. Faktor faktor tersebut dapat pula mempengaruhi
kelangsungan hidup perusahaan, karena perusahaan tidak dapat hidup sendiri.
Perusahaan jika ingin tetap exist dalam pasar, maka perusahaan tersebut juga harus
memperhatikan
lingkungan
sekitar,
seperti
harus
pandai
mencari
dan
ada yang hilang. Selain itu, perusahaan juga perlu mengikuti undang undang yang
menyangkut kelangsungan hidup perusahaan, terutama yang dapat menghambat
pertumbuhan perusahaan atau bahakan dapat menghancurkan perusahaan. Hal hal
tersebut perlu ditelaah agar dapat disiasati oleh manajemen perusahaan, dan agar
kegiatan operasi perusahaan dapat terus berjalan (Nogler.2006).
Faktor yang selanjutnya adalah masalah keuangan lainnya. Masalah keuangan
lainnya adalah masalah keuangan lain yang dapat membahayakan perusahaan, seperti
kegagalan memenuhi pinjaman, pembayaran deviden, restrukturisasi hutang,
pembayaran kepada pemasok. Faktor faktor dari masalah keuangan lainnya yang
dialami oleh perusahaan, juga dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan,
dan mendapat bobot yang sama dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor
dengan faktor faktor yang lain (Tren Negatif, Masalah Internal, Masalah
Eksternal). Seperti kegagalan dalam memenuhi pinjaman, restrukturisasi hutang,
masalah dalam pembayaran kepada pemasok, dapat mengakibatkan hilangnya
pemasok perusahaan, dan jika perusahaan tersebut tidak mempunyai cadangan
pemasok, maka akan menghambat kerja perusahaan. Seperti halnya masalah kepada
pemasok,
masalah
dalam
pembayaran
deviden
juga
dapat
menyebabkan
kelangsungan hidup suatu perusahaan terganggu, karena jika terjadi masalah dalam
pembayaran deviden, maka penanam modal atau investor akan enggan menanamkan
modalnya kembali pada perusahaan tersebut, akibatnya perusahaan dapat mengalami
kekurangan modal dan menghambat kegiatan operasi perusahaan. Kehilangan
pemasok dan investor dapat pula menghambat kelancaran kinerja perusahaan, dan
dapat
mengganggu
kelangsungan
hidup
perusahaan,
atau
mungkin
dapat
besar
mengenai
kemampuan
entitas
dalam
mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Akan tetapi auditor tidak
bertanggung jawab untuk memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan datang
(SPAP.2001).
Menurut Lombardi (2006), bila suatu perusahaan ingin tetap mempertahankan
kelangsungan hidupnya, perusahaan tersebut harus menyediakan suatu sistem dan
databases akuntansi mengenai perusahaan tersebut, agar memudahkan auditor dalam
melakukan pemeriksaan atas perusahaan. Adapun berbagai prosedur yang dapat
mengidentifikasi suatu kondisi atau peristiwa mengenai kemampuan entitas dalam
Nogler
(2006),
dimana
keempat
faktor
tersebut
menghasilkan
10
11
12
13
2. Apakah Kelangsungan Hidup Perusahaan yang terdiri dari Tren Negatif, Masalah
Internal, Masalah Eksternal, dan Masalah Keuangan lain berpengaruh terhadap
Opini Audit Going-Concern.
opini
audit
Going-Concern,
dimana
dalam
penelitian
ini
14
prosedur
BAB II
BAB III
15
BAB IV
BAB V
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bagaimana
para
individu
hendaknya
berperilaku
untuk
17
auditor juga dituntut harus mempunyai ide kreatif untuk membuat suatu asosiasi
yang luar biasa diantara berbagai alternatif. Oleh karena itu, auditor dapat mengikuti
langkah langkah dalam model pengambilan keputusan rasional yang diungkapkan
oleh Robbins sebagai referensi, dimana
18
adanya target yang harus tercapai dan situasi yang berat disekitar auditor, dapatr
mempengaruhi auditor dalam memberikan opini auditnya (Robbins,2003).
perusahaan,
meningkatkan
nilai
perusahaan.
Parker
et.al
(2005)
19
terlaksananya
komitmen
dengan
para
investor.
Transparansi
(Transparancy), yaitu mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu
serta jelas, dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan,
pengelolaan
perusahaan,
dan
kepemilikan
perusahaan.
Akuntabilitas
penyeimbangan
sebagaimana
yang
kepentingan
diawasi
oleh
manajemen
dewan
dan
komisaris.
pemegang
saham,
Pertanggungjawaban
20
atau merugikan perusahaan yang berasal dari luar perusahaan, seperti adanya undang
undang baru yang membahayakan kegiatan operasi perusahaan, kehilangan
pelanggan, hilangnya pemasok utama, kerugian karena suatu bencana. Sedangkan
masalah keuangan lainnya adalah masalah keuangan lain yang dapat membahayakan
perusahaan,
seperti
kegagalan
memenuhi
pinjaman,
pembayaran
deviden,
21
tersebut
tidak
dapat
melanjutkan
kelangsungan
hidupnya.
(Boyton,Johnson,Kell, 2003).
22
yaitu Mutchler (1984), Carcello dan Neal (2000), Geiger et.al.(2005), Parker
et.al.(2005), dan Nogler (2006).
23
diperkuat dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Parker et.al.(2005), dimana
Hasil dari penelitian tersebut adalah terdapat hubungan yang positif antara faktorfaktor Corporate Governance dengan opini audit Going-Concern, tetapi tidak
berpengaruh signifikan. Sedangkan variabel variabel yang digunakan oleh Parker
et.al. lebih spesifik kepada struktur Corporate Governance itu sendiri, yaitu CEO
Turnover, BlockHolder Ownership, dan Committee Audit.
itu,
penelitian
yang
telah
dilakukan
oleh
Nogler
(2006)
mengungkapkan bahwa Auditor harus memberikan cara, saran, atau jalan alternatif
agar perusahaan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Variabel variabel yang
digunakan oleh Nogler adalah spesifik pada standar audit yang digunakan sebagai
acuan auditor dalam melakukan audit kelangsungan hidup perusahaan (Standard
Audit Going-Concern), yaitu tren negatif (Negative Trends), masalah keuangan lain
(Other Matters), masalah eksternal (External Matters), dan masalah internal
perusahaan (Internal Matters).
24
Tabel 2.1
Variabel
Hasil
Mutchler
(1984)
Opini
audit
Going-Concern
Problem Company
Going-Concern Audit Report berpengaruh tetapi tidak secara
positif terhadap kelangsungan
Recipent
hidup perusahaan, karena banyak
Ration Ranking
dari auditor itu sendiri tidak setuju
terhadap peraturan audit yang ada.
Terdapat
hubungan
yang
signifikan
antara
Corporate
Governance (Audit Committee)
dengan
pelaporan
auditor
mengenai audit Going-Concern
baik yang dimodifikasi maupun
yang tidak dimodifikasi, dengan
aturan aturan modifikasi yang
ada.
Corporate Governance :
CEO Turnover
BlockHolder Ownership
Committee Audit
Nogler
(2006)
Standard
Audit
GoingConcern:
Negative
Trends,
Other
Matters, External Matters,
Internal Matters
25
perusahaan
yang
dapat
mempengaruhi
kinerja
perusahaan,
kepemilikan saham oleh pihak internal dan eksternal, dimana dengan adanya campur
tangan dari pihak pihak tersebut, maka dapat mempengaruhi dan mendesak auditor
dalam memberikan opini audit, karakteristik komite audit yang didalamnya terdapat
ada tidaknya komite audit itu sendiri dan frekuensi pertemuan komite audit, dimana
karakteristik tersebut dapat pula mempengaruhi auditor dalam melakukan pekerjaan
auditnya untuk memberikan suatu opini audit (Parker,et.al.,2005). Sedangkan untuk
Faktor Kelangsungan Hidup Perusahaan terdapat faktor tren negatif, masalah
internal, masalah eksternal, dan masalah keuangan lain yang dialami oleh perusahaan
(SPAP.2001, Nogler.2006). Penjelasan mengenai kerangka pemikiran dan hipotesis
tersebut, jika dituangkan atau digambarkan kerangka pemikirannya dan hipotesis
hipotesisnya, maka akan didapat pada gambar 2.1 berikut ini.
26
27
28
Trend negatif, yaitu merupakan suatu perilaku akuntansi utama perusahaan yang
dapat menurunkan atau merugikan perusahaan, seperti kurangnya modal kerja, arus
kas negatif, dan buruknya rasio keuangan. Masalah internal adalah masalah dari
dalam perusahaan yang dapat menurunkan atau merugikan perusahaan, seperti
pemogokan kerja, keluarnya karyawan berpotensi, komitmen jangka panjang yang
tidak ekonomis. Masalah eksternal adalah merupakan masalah yang dapat
menurunkan atau merugikan perusahaan yang berasal dari luar perusahaan, seperti
adanya undang undang baru yang membahayakan kegiatan operasi perusahaan,
kehilangan pelanggan, hilangnya pemasok utama, kerugian karena suatu bencana.
Sedangkan masalah keuangan lainnya adalah masalah keuangan lain yang dapat
membahayakan perusahaan, seperti kegagalan memenuhi pinjaman, pembayaran
deviden, restrukturisasi hutang, pembayaran kepada pemasok (SPAP.2001,
Nogler,2006). Maka, dari penjelasan pemikiran diatas, maka didapat hipotesis
sebagai berikut :
H2
29
BAB III
METODE PENELITIAN
30
Alasan memilih desain tersebut, karena desain survei tersebut merupakan bagian
dari studi eksplorasi ( exploration study ) atau studi penjajakan, dimana dibagi
menjadi empat kelompok, yaitu survei, analisis data sekunder, metode studi kasus,
dan uji coba. Studi eksplorasi, yang pada dasarnya adalah untuk memahami
karakteristik fenomena atau masalah yang diteliti, mengungkapkam dimana dalam
studi ini memiliki tujuan yang saling terkait, yaitu melakukan diagnosa terhadap
suatu fenomena yang terjadi, dan menyaring alternatif alternatif yang ada, serta
menemukan ide ide baru dari suatu fenomena tersebut (Indriantoro dan Supomo,
1999).
31
32
terdapat faktor ada tidaknya komite audit itu sendiri dan frekuensi pertemuan komite
audit. Karakteristik tersebut dapat pula mempengaruhi auditor dalam melakukan
pekerjaan auditnya untuk memberikan suatu opini audit. Unsur unsur penting
tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya (Parker,et.al.2005).
33
34
tersebut tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu Opini
Audit Going-Concern merupakan salah satu bagian penting dalam suatu perusahaan,
terutama bagi perusahaan yang Go-Public, sehingga dapat menarik minat investor
agar
menginvestasikan
uangnya
pada
suatu
perusahaan
tersebut
(Boyton,Johnson,Kell, 2003).
perusahaan
dalam
mempertahankan
kelangsungan
hidupnya
(Parker,et.al.2005).
Instrumen penelitian yang lain dari variabel eksogen dalam penelitian ini adalah
dari Faktor Kelangsungan Hidup Perusahaan, yang berisi trend negatif, masalah
internal, eksternal, dan masalah keuangan lain yang dialami oleh perusahaan. Trend
negatif merupakan suatu perilaku akuntansi utama perusahaan yang dapat
35
36
Variabel
Definisi
Variabel
Instrumen
penelitian
Skala
Pergantian Pimpinan
Ordinal
Eksogen
Corporate Governance
Kepemilikan Saham
Internal (Manajerial)
Kepemilikan saham
Eksternal
(Blockholder)
Ada Tidak Komite
Audit
Frekuensi Pertemuan
Komite Audit
Faktor Kelangsungan
Hidup Perusahaan
Trend Negatif :
Arus Kas Negatif
Rasio Keu. Buruk
Kurang Modal Kerja
Masalah Internal :
Pemogokan Kerja
Ordinal
37
Keluarnya Karyawan
Komitmen
Jangka
Panjang
Masalah Eksternal :
Undang - undang
Hilangnya Pemasok
Hilangnya Pelanggan
Kerugian
Bencana
Alam
Masalah Keuangan
lain :
Gagal
Memenuhi
Pinjaman
Masalah Pembayaran
Deviden
Restrukturisasi
Hutang
Masalah Pembayaran
Kepada Pemasok
Endogen
Opini Audit
Concern
38
39
responden. Data yang digunakan adalah data primer yang bersifat data subyek (
Indrianto dan Supomo, 1999 ), yaitu jenis data penelitian yang berupa opini, sikap,
pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau kelompok orang yang menjadi
subyek penelitian. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
auditor di Kantor Akuntan Publik yang berada di Semarang, diutamakan yang pernah
menangani perusahaan besar di Semarang dalam jangka waktu yang cukup lama dan
pernah melakukan Audit Going-Concern. Sehingga diharapkan akan mendapat hasil
yang diharapkan oleh peneliti.
Teknik pengambilan sampelnya adalah dengan menggunakan kuesioner yang
menggunakan pengukuran skala Likert, yaitu pengukuran yang menggunakan angka
untuk menyatakan kategori, peringkat, dan jarak variabel yang diukur ( Masud,
2004 ), atau dapat juga dikatakan sebagai skala Likert, yaitu skala yang berisi lima
tingkat preferensi jawaban ( Ghozali, 2005 ). Dalam penelitian ini menggunakan
skala Likert 1 sampai 5, dimana dari angka 1, 2, 3, 4, sampai 5 secara berurutan
adalah Sangat Tidak Setuju dan jawaban sebagainya yang sejenis pada angka 1,
Tidak Setuju dan jawaban lainnya yang sejenis pada angka 2, Netral pada angka 3,
Setuju dan jawaban sebagainya yang sejenis pada angka 4, serta jawaban Sangat
Setuju dan jawaban sebagainya yang sejenis pada angka 5. Alasan penelitian ini
menggunakan metode ini adalah karena teknik pengambilan sampel dengan
mengguanakan kuesioner dengan pengukuran interval atau dengan menggunakan
skala Likert, akan dapat memperoleh jawaban yang lebih akurat, dan membuat
responden bertanggungjawab atas jawaban yang diberikan secara tertulis, sehingga
memudahkan untuk melakukan pengujian validitas dan reliabilitasnya.
40
Equation Model (SEM). AMOS adalah merupakan salah satu program generasi baru
dan paling canggih saat ini untuk mengolah model model penelitian yang
multidimensi dan berjenjang. Sedangkan SEM atau Model Persamaan Struktural
adalah sekumpulan teknik teknik statistikal yang memungkinkan pengujian sebuah
rangkaian hubungan yang relatif rumit , secara simultan ( Ferdinand, 2002 ).
Hubungan yang rumit itu dapat dibangun antara satu atau beberapa variabel
dependen dengan satu atau beberapa variabel independen. Masing masing variabel
dependen dan independen dapat berbentuk faktor, dan dapat pula berbentuk sebuah
variabel tunggal yang diukur langsung dalam sebuah proses penelitian. Pada saat
seorang peneliti menghadapi pertanyaan penelitian berupa identifikasi dimensi
dimensi sebuah konsep atau konstruk, dan pada saat yang sama peneliti ingin
mengukur pengaruh atau derajad hubungan antar faktor yang telah diidentifikasi
dimensi dimensi tersebut, maka dapat menggunakan alternatif jawaban dengan
menggunakan SEM, karena SEM adalah merupakan suatu kombinasi antara analisis
faktor dan analisis regresi berganda. Model yang dianalisis dalam SEM berisi
kombinasi dari beberapa model secara kompak, yaitu Model Analisis Faktor, Model
Analisis Jalur (PATH), dan Model Analisis regresi.
Alasan menggunakan teknik analisis dari Anayisis of Moment Structure (AMOS)
yaitu Structural Equation Model (SEM) tersebut adalah, agar hubungan yang rumit
antara konstruk konstruk yang ada pada setiap variabel terhadap variabel yang
dipengaruhi dapat terlihat. Sehingga dapat memperjelas hubungan antara variabel
41
yang satu dengan yang lainnya (pengaruh variabel eksogen terhadap variabel
endogen).
Sebuah permodelan SEM yang lengkap pada dasarnya terdiri dari Measurement
Model
Structural
Model.
Model
Pengukuran
tersebut
ditujukan
untuk
42
43
3. Setelah teori atau model teoritis dikembangkan dan digambarkan dalam sebuah
diagram alur, peneliti dapat mulai mengkonversi spesifikasi model tersebut
kedalam rangkaian persamaan. Persamaan yang dibangun akan terdiri :
3.1 Persamaan Struktural ( Structural Equations )
Persamaan ini dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar
berbagai konstruk.
Dimana :
OAGC
CG
: Corporate Governance
FKHP
: error
44
Dimana :
OAGC
CG
: Corporate Governance
FKHP
: error
45
46
Bila asumsi telah dipenuhi, maka model dapat diuji melalui berbagai cara uji,
diantaranya adalah dengan uji kesesuaian dan uji statistik yang didalamnya
terdapat :
a. chi-square,
Likelihood Ratio Chi-square Statistic adalah alat uji yang paling fundamental
untuk mengukur overall fit. Chi-square diharapkan kecil.
b. RMSEA ( The Root Mean Square Error of Approximation ),
RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk menkompensasi
Chi-square Statistic dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan
Goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model yang diestimasi dalam
populasi adalah sebesar 0,08.
c. GFI ( Good of Fit Index ),
GFI adalah indeks kesesuaian yang akan menghitung proporsi tertimbang
dari varians dalam matrik kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks
kovarians populasi yang terestimasikan. GFI adalah sebuah ukuran nonstatistikal yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) hingga 1.0
(perfect fit). GFI yang diharapkan adalah sebesar 0.90.
d. AGFI ( Adjusted Goodness of Fit Index ),
AGFI
db
d
47
dimana :
db = jumlah sampel moments
d = degress of freedom
AGFI diharapkan sebesar 0.90.
e. CMIN/DF ( The minimum sample discrepancy function ),
CMIN/DF adalah the minimum sample discrepancy function dibagi dengan
degress of freedom. Dalam hal ini CMIN/DF tidak lain adalah statistik chisquare, X
TLI =
Cb
db
C
d
1
dimana :
C
= degress of freedom
Cb = diskrepansi
db = degress of freedom dari baseline model yang dijadikan alat untuk
pembanding.
48
CFI
dipengaruhi oleh ukuran sampel. Karena itu sangat baik untuk mengukur
tingkat penerimaan sebuah model. CFI yang diharapkan sebesar 0.95.
Besaran indeks ini, semakin mendekati angka 1, mengindikasikan tingkat fit
yang paling tinggi, yaitu a very good fit. Indeks CFI dapat diperoleh melalui
rumus sebagai berikut :
C d
CFI =
Cb db
dimana :
C
= degress of freedom
Cb = diskrepansi
db = degress of freedom dari baseline model yang dijadikan alat untuk
pembanding.
Dalam membuat suatu model yang fit ,maka suatu model tersebut harus
dilakukan revisi dalam Confirmatory Factor Analysis. Pada hasil data yang telah
direvisi, ada beberapa konstruk yang hilang. Konstruk konstruk yang hilang
tersebut, dianggap tidak fit dalam pengolahan SEM. Setelah kesesuaian model
(model fit), maka model pada gambar 3.1 kemudian berubah ( direvisi ) menjadi
model pada gambar 3.2 berikut. Pada gambar 3.2 berikut, tampak pula indikator
untuk mengukur suatu model fitnya.
49
Gambar 3.2
Pengaruh Struktur Corporate Governance Dan
Kelangsungan Hidup Perusahaan Terhadap
Pemberian Opini Audit Going Concern
e2
e4
1
1
X3
1
Corporate
Governance
X5
1
OAGC
X20
X21
X22
X23
e12
e13
e15
e19
1
1
1
1
X12
X13
X15
Kelangsungan
Hidup
Perusahaan
X19
UJI HIPOTESA
Chi-Square = \cmin
Probability = \p
CMIN/DF = \cmindf
GFI = \gfi
TLI = \tli
CFI = \cfi
RMSEA = \rmsea
1
1
1
1
e20
e21
e22
e23
50
( Std.Loading)2 +
Dimana :
Std. Loading diperoleh langsung dari Standardized Loading untuk tiap tiap
indikator ( diambil dari perhitungan komputer )
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
52
Junlah Keusioner
53
54
55
Estimates pada setiap variabelnya, karena setiap variabel perlu dilakukan kesesuaian
asumsi asumsi dasar dan fit model dalam permodelan SEM terlebih dahulu agar
setiap variabel yang terdapat dalam model tersebut sesuai dengan asumsi asumsi
dalam permodelan SEM dan fit terlebih dahulu, sehingga dapat diolah lebih lanjut
dalam SEM.
Kesimpulannya adalah, pada suatu model SEM perlu dilakukan uji asumsi
asumsi dasar dan fit model dalam permodelan SEM pada setiap variabelnya sebelum
dilakukan pengolahan data secara keseluruhan. Konstruk konstruk yang bertahan
dalam fit model, berarti data dalam konstruk tersebut dianggap telah memenuhi
standar asumsi asumsi dasar dan standar fit model dalam pengolahan data pada
permodelan SEM, yang akan diinterprestasikan pada langkah selanjutnya .
Sedangkan jika dalam langkah revisi ada konstruk yang hilang, maka data dalam
konstruk tersebut dianggap tidak memenuhi standar asumsi asumsi dasar dan
56
standar model fit untuk diolah datanya dalam permodelan SEM. Sehingga data yang
tidak memenuhi syarat syarat dalam permodelan SEM tersebut tidak dapat
diinterprestasikan dalam permodelan SEM.
57
Gambar 4.1
e1
X1
.03
e2
e3
.15
X2
X3
.06
.24
-.19
1.04
1.02
e4
X4
.06
.00
e5
X5
UJI HIPOTESA
Chi-Square = 84.373
Probability = .000
CMIN/DF = 16.875
GFI = .830
TLI = -.365
CFI = .317
RMSEA = .345
Corporate
Governance
58
59
Sedangkan TLI adalah sebuah alternatif Incremental Fit Index yang membandingkan
sebuah model yang diuji terhadap sebuah Baseline Model. Nilai yang diharapkan
pada TLI adalah sebesar 0,95, tetapi angka yang ada pada uji hipotesa adalah
sebesar 0,365, sehingga tidak fit untuk pengujian SEM. Sementara itu, dari tingkat
kemungkinan signifikannya (Sighnificant Probability) pada uji hipotesa adalah
sebesar o, sedangkan angka yang diharapkan adalah sebesar 0,05, sehingga didapat
tingkat kemungkinan signifikan rendah, jadi hasil tersebut tidak fit dalam model
pengolahan SEM.
Fit model Confirmory Factor Analysis Standardized Estimates terhadap variabel
Corporate Governance pada gambar 4.1, menghasilkan data pada tabel 4.5 berikut.
Pada tabel 4.5 berikut menjelaskan hasil regresi dari suatu estimasi yang telah di
Standardized.
Tabel 4.5
Fit model Confirmory Factor Analysis Standardized Estimates
Variabel Corporate Governance
Fit model Confirmory Factor Analysis Standardized Estimates Variabel Corporate Governance
Est.
X1
X3
X5
X4
X2
Corporate
Governance
Corporate
Governance
Corporate
Governance
Corporate
Governance
Corporate
Governance
Sig
Mean
min
max
Skew.
c.r.
Kur.
c.r.
.150 .088
3.82
-.200
-.94
-1.07 -2.53
.83
.244 .012
2.90
-1.55
-.12
3.02 -2.55
1.14
.062
3.46
-.025
-1.12
-1.12 -2.46
-.98
1.02 .141
3.49
-.46
-2.22
-.66 -1.57
.04
-.185 .037
3.05
-.23
-2.94
-1.04 -2.53
1.12
Std.Dev.
60
61
Gambar 4.2
.06
e3
X3
.24
Corporate
Governance
.06
.00
e5
X5
UJI HIPOTESA
Chi-Square = 2.986
Probability = .225
CMIN/DF = 1.493
GFI = .988
TLI = .953
CFI = .971
RMSEA = .061
62
63
sebuah alternatif Incremental Fit Index yang membandingkan sebuah model yang
diuji terhadap sebuah Baseline Model. Nilai yang diharapkan pada TLI adalah
sebesar 0,95. Angka yang ada pada uji hipotesa untuk uji TLI adalah sebesar 0,953,
sehingga angka tersebut fit untuk pengujian SEM. Sementara itu, dari tingkat
kemungkinan signifikannya (Sighnificant Probability) pada uji hipotesa adalah
sebesar 0,225, sedangkan angka yang diharapkan adalah sebesar 0,05, sehingga
didapat tingkat kemungkinan signifikan yang tinggi, jadi hasil tersebut fit dalam
model pengolahan SEM.
Model fit pada gambar 4.2 tersebut, menghasilkan suatu angka dalam output
pada tabel 4.6 berikut. Pada tabel 4.6 berikut, menjelaskan mengenai asumsi
asumsi dasar dan menjelaskan hasil regresi dari suatu estimasi yang telah di
Standardized.
Tabel 4.6
Fit model Confirmatory Factor Analysis Standardized Estimates
Corporate Governance
Corporate
Governance
Corporate
Governance
c.r.
kurtosis
c.r.
Std.Dev
.062
3.46
-.24 -1.12
-1.04
-2.46
.98
.244
.012 2.90
-.02
-1.12
-2.55
1.14
-.12
64
rata jawaban 2.90. Serta dari struktur corporate governance terdapat jawaban paling
kecil (2) atau tidak setuju (min) dan dan jawaban paling besar (5) atau sangat setuju
(max), dengan rata rata jawaban 3.46. Dari kolom cr. Kedua struktur tersebut tidak
ada yang melebihi 2.58, yang berarti data tersebut normal. pada kolom standar
deviasi dapat dilihat dari struktur kepemilikan eksternal terdapat 1.14 dan dari
struktur frekuensi pertemuan komite audit terdapat 0.98.
Dalam tabel 4.6 diatas, bahwa terdapat hubungan yang signifikan positif dalam
variabel Corporate Governance. Dapat dilihat
signifikan sebesar 0.012 pada X3 dan standar estimasi sebesar 0.244 pada X3 dan
0.062 pada X5. Jadi faktor Kepemilikan Eksternal dan Frekuensi Pertemuan Komite
Audit dalam Corporate Governance dapat berpengaruh terhadap pemberian Opini
Audit Going-Concern oleh auditor (Lampiran 3).
Penjelasan diatas, membuktikan bahwa struktur Kepemilikan Eksternal terbukti
dapat mempengaruhi auditor dalam memberikan Opini Audit Going-Concern.
Dengan adanya kepemilikan saham dari pihak luar tersebut, maka dari pihak luar
juga merasa memiliki bagian kekuasaan dari perusahaan tersebut, sehingga
keputusan pihak pihak tersebut dapat menekan atau mempengaruhi auditor untuk
memberikan opini audit yang sesuai dengan keinginan pihak luar tersebut, sehingga
struktur tersebut kemungkinan besar dapat mempengaruhi kelangsungan hidup suatu
perusahaan.
Struktur Frekuensi Pertemuan Komite Audit terbukti juga dapat mempengaruhi
auditor dalam memberikan Opini Audit Going-Concern. Pengaruh yang diberikan
komite audit terhadap pemberian opini audit, dapat dilihat dari keefektifan dan
keefisienan kinerja komite audit itu sendiri dalam memeriksa dan membenarkan
65
laporan audit perusahaannya, atau dapat juga dilihat dari banyaknya pertemuan atau
rapat komite audit yang dilakukan.
Penjelasan diatas membuktikan, bahwa semakin sering dilakukan rapat atau
pertemuan komite audit, maka dapat memberikan pengaruh terhadap pemberian
opini audit dari segi kinerja komite audit, karena dengan semakin banyaknya
dilakukan pertemuan atau rapat tersebut, maka kinerja mereka akan semakin terlihat
untuk membenahi laporan keuangan yang salah untuk memajukan perusahaan. Oleh
karena itu struktur tersebut kemungkinan besar dapat mempengaruhi auditor dalam
memberikan opini audit going-concern, yang mungkin juga dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup suatu perusahaan.
4.3.2
Fit
model
Confirmatory
Factor
Analysis
Standardized
Estimates
66
Gambar 4.3
X6
.04
e7
X7
.10
e8
X8
.30
e9
.17
.20
.32
X9
.36
e10
X10
.55
.60
.22
e11
X11
.19
e12
X12
.47
.43
.43.65
e13
X13
.37
e14
X14
Kelangsungan
Hidup Perusahaan
.61
.31
.33
.14
X15
.23
.11
.24
.10
e15
e16
X16
.02
e17
X17
.05
e18
X18
.06
e19
X19
UJI HIPOTESA
Chi-Square = 221.576
Probability = .000
CMIN/DF = 2.878
GFI = .784
TLI = .444
CFI = .530
RMSEA = .119
67
68
(Sighnificant Probability) pada uji hipotesa adalah sebesar 0, sedangkan angka yang
diharapkan adalah sebesar 0,05, sehingga tingkat kemungkinan signifikan rendah,
jadi hasil tersebut tidak fit dalam model pengolahan SEM. Hasil dari gambar
tersebut, dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.7
Fit model Confirmatory Factor Analysis Standardized Estimates
Kelangsungan Hidup Perusahaan
Fit model Confirmatory Factor Analysis Standardized Estimates Kelangsungan Hidup Perusahaan
Kelangsungan_Hidup
Perusahaan
Kelangsungan_Hidup
Perusahaan
Kelangsungan_Hidup
Perusahaan
Kelangsungan_Hidup
Perusahaan
Kelangsungan_Hidup
Perusahaan
Kelangsungan_Hidup
Perusahaan
Kelangsungan_Hidup
Perusahaan
Kelangsungan_Hidup
Perusahaan
Kelangsungan_Hidup
Perusahaan
Kelangsungan_Hidup
Perusahaan
Kelangsungan_Hidup
Perusahaan
Kelangsungan_Hidup
Perusahaan
Kelangsungan_Hidup
Perusahaan
Kelangsungan_Hidup
Perusahaan
Min
Max
Skw.
c.r.
Kurt.
c.r Std.Dev
.653 .022
3.46
.94
.608 .020
3.58
.89
.311 .052
3.75
.89
.331 .050
3.72
.684 3.234
.137 .219
3.58
-.948 -4.481
.225 .075
3.20
.239
3.38
.172 .206
.825
.75
.606 1.433
.83
.86
.93
3.82
.82
.202 .161
3.91
-.674 -3.185
.940 2.222
.69
.319 .087
4.04
.64
.550 .037
3.91
.79
.602 .031
3.37
.469 .029
3.12
.432 .032
3.71
-.404 -1.908
.349
.694 2.641
.88
.96
.75
69
Dalam tabel 4.7 diatas, terdapat hubungan X6 sebesar 0,172, X7 sebesar 0,202,
X8 sebesar 0,319, X9 sebesar 0,550, X10 sebesar 0,602, X11 sebesar 0,469, X12
sebesar 0,432, X13 sebesar 0,653, X14 sebesar 0,608, X15 sebesar 0,311, X16
sebesar 0,331, X17 sebesar 0,137, X18 sebesar 0,225, dan X19 sebesar 0,239
terhadap opini audit Going-Concern. Sedangkan dari kolom signifikan, terdapat
beberapa konstruk yang tidak signifkan, yaitu X6 sebesar 0,26, X7 sebesar 0,161, X8
sebesar 0,087, X17 sebesar 0,219, dan X18 sebesar 0,075, sehingga harus direvisi.
Sementara itu, konstruk konstruk yang lainnya adalah signifikan. Akan tetapi, ada
konstruk konstruk yang signifikan tersebut tidak memenuhi syarat dalam uji
normalitas data, yang dapat dilihat pada kolom c.r. Konstruk konstruk tersebut
diantaranya yaitu X9 sebesar 6,233, X10 sebesar 2,641, X11 sebesar 3,326, X14
sebesar 3,409, dan X16 sebesar 3,234, sehingga konstruk konstruk tersebut harus
direvisi. Sementara yang lainnya telah sesuai dengan pengolahan SEM (Lampiran 4).
Dalam fit model Confirmory Factor Analysis Standardized Estimates pada
variabel Faktor Kelangsungan Hidup Perusahaan setelah dilakukan revisi, maka
hasilnya terdapat beberapa konstruk yang masuk kedalam fit model, yaitu Undang
undang yang dapat memberatkan kegiatan operasi perusahaan, Hilangnya Pelanggan
Utama, Kerugian Karena Bencana alam, dan Masalah Pembayaran Pada Pemasok.
Dalam fit model Confirmory Factor Analysis Standardized Estimates pada
variabel Kelangsungan Hidup Perusahaan juga dilakukan uji asumsi asumsi dasar
dalam permodelan SEM. Faktor Undang undang yang memberatkan operasi
perusahaan, Hilangnya Pelanggan Utama, Kerugian karena bencana alam, dan
Masalah pembayaran pada pemasok yang telah direvisi, juga dilakukan uji asumsi
asumsi dasar dalam permodelan SEM. Hasilnya dilihat pada gambar 4.4 berikut.
70
Gambar 4.4
.30
e12
X12
.54
.17
e13
X13
.42
.08 .29
e15
X15
Kelangsungan
Hidup Perusahaan
.46
.21
e19
X19
UJI HIPOTESA
Chi-Square = .738
Probability = .691
CMIN/DF = .369
GFI = .997
TLI = 1.208
CFI = 1.000
RMSEA = .000
71
72
sebuah alternatif Incremental Fit Index yang membandingkan sebuah model yang
diuji terhadap sebuah Baseline Model. Nilai yang diharapkan pada TLI adalah
sebesar 0,95. Angka yang ada pada uji hipotesa untuk uji TLI adalah sebesar 1,208,
sehingga angka tersebut fit untuk pengujian SEM. Sementara itu, dari tingkat
kemungkinan signifikannya (Sighnificant Probability) pada uji hipotesa adalah
sebesar 0,691, sedangkan angka yang diharapkan adalah sebesar 0,05, sehingga
didapat tingkat kemungkinan signifikan yang tinggi, jadi hasil tersebut fit dalam
model pengolahan SEM
Model fit pada gambar 4.4 tersebut, menghasilkan suatu angka dalam output
pada tabel 4.8 berikut. Pada tabel 4.8, menunjukkan hasil dari uji asumsi asumsi
dasar dalam SEM dan juga hasil regresi dari suatu estimasi yang telah di
Standardized.
Tabel 4.8
Fit model Confirmatory Factor Analysis Standardized Estimates
Kelangsungan Hidup Perusahaan
Fit model Confirmatory Factor Analysis Standardized Estimates Kelangsungan Hidup Perusahaan
Estimate Sig. mean min max skew c.r. kurtosis c.r.
X19
X15
X13
X12
Kelangsungan Hidup
Perusahaan
Kelangsungan Hidup
Perusahaan
Kelangsungan Hidup
Perusahaan
Kelangsungan Hidup
Perusahaan
Std.Dev
.457
3.38
2.43
.93
.286
.069 3.75
.89
.418
.025 3.46
-.23
.94
.544
.018 3.71
.75
73
Dalam tabel 4.8 diatas, dapat dijelaskan pada faktor undang undang yang dapat
menghambat kegiatan operasi perusahaan, hilangnya pelanggan, kerugian akibat
bencana alam, dan masalah pembayaran pada pemasok, terdapat jawaban paling
kecil (1) atau sangat tidak setuju (min) dan jawaban paling besar (5) atau sangat
setuju (max), dengan rata rata jawaban 3.71 untuk faktor undang undang yang
dapat merugikan perusahaan (X12), 3.46 untuk faktor hilangnya pelanggan utama
(X13), 3.75 untuk faktor kerugian akibat bencana alam (X15), dan 3.38 untuk faktor
masalah pembayaran pada pemasok (X19). Data dari faktor faktor tersebut adalah
normal, terbukti pada kolom cr. Tidak ada yang melebihi batas normalitas, yaitu
2.58. Sedangkan standar deviasinya adalah 0.75 pada faktor undang undang yang
dapat merugikan perusahaan, 0.94 pada faktor hilangnya pelanggan utama, 0.89
pada faktor kerugian akibat bencana alam, dan 0.93 pada faktor masalah pembayaran
pada pemasok.
Dalam tabel 4.8 diatas, terdapat hubungan yang signifikan positif dalam variabel
Kelangsungan Hidup Perusahaan. Dapat dilihat pada (t), bahwa terdapat angka yang
signifikan sebesar 0.018 (X12), 0.025 (X13), dan 0.069 (X15), dan standar estimasi
sebesar 0.544 (X12), 0.418 (X13), 0.286 (X15), dan 0.457 (X19). Jadi faktor Undang
undang yang dapat memberatkan kegiatan operasi perusahaan, faktor Hilangnya
Pelanggan Utama, faktor Kerugian Karena Bencana alam, dan faktor Masalah
Pembayaran Pada Pemasok dapat berpengaruh terhadap pemberian Opini Audit
Going-Concern oleh auditor (Lampiran5).
Faktor Undang undang baru yang dapat membahayakan kegiatan operasi
perusahaan, Faktor Kehilangan Pelanggan Utama , Faktor Kerugian Karena Suatu
Bencana, merupakan faktor faktor masalah eksternal perusahaan yang terbukti
74
4.3.3 Fit model Confirmatory Factor Analysis Standardized Estimates Opini Audit
Going-Concern
Setelah melakukan fit model Confirmory Factor Analysis Standardized Estimates
pada kedua variabel eksogen diatas, maka langkah selanjutnya adalah melakukan fit
model Confirmory Factor Analysis Standardized Estimates pada variabel endogen
yaitu variabel Opini Audit Going-Concern. Hasilnya dari fit model Confirmory
Factor Analysis Standardized Estimates pada variabel Opini Audit Going-Concern
dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut ini.
75
Gambar 4.5
1.17
e20
X20
.39
e21
X21
1.08
.63
.02
-.13
e22
X22
e23
X23
OAGC
.00-.01
UJI HIPOTESA
Chi-Square = 2.134
Probability = .344
CMIN/DF = 1.067
GFI = .992
TLI = .995
CFI = .998
RMSEA = .022
76
digunakan
oleh
Chi-Square,
maka
digunakan
RMSEA
untuk
mengkompensasinya. Batasan yang digunakan oleh RMSEA adalah 0,08, pada uji
fit model diatas didapatkan angka sebesar 0,022, sehingga model tersebut fit atau
sesuai untuk diolah menggunakan SEM.
Kesesuaian menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matrik kovarians
sampel yang terestimasikan, diuji menggunakan GFI. GFI yang diharapkan adalah
sebesar 0,90, GFI pada uji hipotesa tersebut sebesar 0,992, sehingga GFI tersebut
proporsional. Sedangkan kebalikan dari GFI adalah CFI, diman CFI adalah suatu
indeks untuk mengukur suatu tingkat penerimaan sebuah model, tetapi tidak
77
dipengaruhi oleh besarnya suatu sampel. Tingkat CFI yang diharapkan adalah
sebesar 0,95, pada uji hipotesa terdapat angka sebesar 0,998, artinya model
tersebut diterima dalam model SEM yang diharapkan.
Uji hipotesa yang berikutnya adalah pada CMIN/DF. CMIN/DF adalah statistik
Chi-Square dibagi dengan Degreess of Freedom. CMIN/DF yang diharapkan adalah
sebesar 2,00. Pada uji hipotesa diatas, terdapat angka sebesar 1,067, sehingga
menghasilkan angka yang fit dalam permodelan SEM. Sedangkan untuk TLI adalah
sebuah alternatif Incremental Fit Index yang membandingkan sebuah model yang
diuji terhadap sebuah Baseline Model. Nilai yang diharapkan pada TLI adalah
sebesar 0,95. Angka yang ada pada uji hipotesa untuk uji TLI adalah sebesar 0,995,
sehingga angka tersebut fit untuk pengujian SEM. Sementara itu, dari tingkat
kemungkinan signifikannya (Sighnificant Probability) pada uji hipotesa adalah
sebesar 0,344, sedangkan angka yang diharapkan adalah sebesar 0,05, sehingga
didapat tingkat kemungkinan signifikan yang tinggi, jadi hasil tersebut fit dalam
model pengolahan SEM
Dalam fit model Confirmory Factor Analysis Standardized Estimates pada
variabel Opini Audit Going-Concern, juga dilakukan uji asumsi asumsi dasar
dalam permodelan SEM. Hasil dari fit model tersebut, dapat dilihat pada tabel 4.9
berikut.
Model fit pada gambar 4.5 tersebut, menghasilkan suatu angka dalam output
pada tabel 4.9 berikut. Pada tabel 4.9, menunjukkan hasil rasumsi asumsi dasar
pada permodelan SEM dan hasil regresi dari suatu estimasi yang telah di
Standardized. Dalam fit model Confirmory Factor Analysis Standardized Estimates
pada variabel Opini Audit Going-Concern, tidak ada yang direvisi, dan hasilnya tetap
78
Opini Audit Positif Positif, Opini Audit Positif Negatif, Opini Audit Negatif Positif,
dan Opini Audit Negatif Negatif.
Tabel 4.9
Fit model Confirmatory Factor Analysis Standardized Estimates
Opini Audit Going-Concern
Fit model Confirmatory Factor Analysis Standardized Estimates
Opini Audit Going-Concern
Estimate Sig. mean min max skew c.r. kurtosis c.r.
X21
X20
X22
X23
Opini Audit
Going-Concern
Opini Audit
Going-Concern
Opini Audit
Going-Concern
Opini Audit
Going-Concern
Std.Dev
.627
3.56
-.83 -3.94
1.05 2.48
.93
1.084
.216 3.75
.73 2.45
-1.47 -2.46
.83
-.128
.111 4.32
-.56 -2.64
-.08 -.16
.47
-.009
.908 4.38
-.59 -2.52
-.47 -1.10
.69
Dalam tabel 4.7 diatas, dapat dijelaskan pada faktor opini audit positif negatif,
terdapat jawaban paling kecil (1) atau sangat tidak setuju (min) dan jawaban paling
besar (5) atau sangat setuju (max) dengan rata rata jawaban sebesar 3.56, dengan
standar deviasi sebesar 0.93. Pada faktor opini audit positif positif serta opini audit
negatif negatif, terdapat jawaban paling kecil (2) atau tidak setuju (min) dan jawaban
paling besar (5) atau sangat setuju (max), dengan rata rata jawaban sebesar 3.75
dan standar deviasi sebesar 0.83 untuk faktor opini audit positif positif, serta rata
rata jawaban sebesar 4.38 dan standar deviasi sebesar 0.69 untuk faktor opini audit
negatif negatif. Sedangkan untuk faktor opini audit negatif positif, terdapat jawaban
paling kecil (4) atau setuju (min) dan jawaban paling besar (5) atau sangat setuju
79
(max) dengan rata rata jawaban sebesar 4.32, dengan standar deviasi sebesar 0.47.
Selain itu, dapat dilihat pada kolom c.r., bahwa semua konstruk yang ada
menghasilkan angka dibawah 2,58. Artinya, konstruk konstruk tersebut, telah
sesuai dengan uji normalitas.
Dalam tabel 4.9 diatas, terdapat hubungan yang signifikan positif dan negatif
dalam variabel Opini Audit Going-Concern. Dapat dilihat pada (t), terdapat angka
yang signifikan sebesar 0.216 (X20), 0.111 (X22), dan 0.908 (X23), dan standar
estimasi dengan hubungan positif pada X20 sebesar 1.084, serta standar estimasi
dengan hubungan negatif pada X22 sebesar -0.128, dan pada X23 sebesar -0.009.
Jadi, faktor Opini Audit Positif Positif dan faktor Opini Audit Positif Negatif dapat
berdampak positif pada kelangsungan hidup perusahaan. Sedangkan untuk faktor
Opini Audit Negatif dan faktor Opini Audit Negatif Negatif dapat berdampak negatif
atau buruk terhadap kelangsungan hidup suatu perusahaan (Lampiran 6).
Faktor Opini Audit Positif Positif dan faktor Opini Audit Positif Negatif terbukti
dapat membawa dampak positif pada kelangsungan hidup perusahaan. Sehingga, jika
sebuah perusahaan mendapatkan kedua Opini Audit Going-Concern tersebut, maka
perusahaan tersebut dapat meningkatkan taraf kelangsungan hidupnya. Sedangkan
untuk faktor Opini Audit Negatif dan faktor Opini Audit Negatif Negatif yang
terbukti dapat membawa dampak negatif atau buruk terhadap kelangsungan hidup
suatu perusahaan. Jika suatu perusahaan mendapatkan kedua Opini Audit GoingConcern tersebut, maka perusahaan tersebut tergolong pada taraf hidup perusahaan
yang kelangsungan hidup perusahaannya sulit untuk menjaga kelangsungan hidup
perusahaannya dalam waktu yang pantas, atau bahkan termasuk yang tidak dapat
melanjutkan kelangsungan hidup perusahaanya dalam waktu yang pantas. Yang
80
dimaksud waktu yang pantas disini adalah waktu yang diharapkan oleh perusahaan
tersebut dalam melangsungkan usahanya.
81
Gambar 4.6
Pengaruh Struktur Corporate Governance Dan
Kelangsungan Hidup Perusahaan Terhadap
Pemberian Opini Audit Going Concern
.06
e2
.24
X3
.00
.06
e4
Corporate
Governance
X5
-.88
.95
.98 X20.48
.69 X21
OAGC -.14 .02
X22.00
-.02
X23
.47
.15
e12
X12
.02
e13
X13
.39
.15Kelangsungan
.15
.02
e15
Hidup
Perusahaan
X15.47
.22
e19
X19
UJI HIPOTESA
Chi-Square = 43.984
Probability = .117
CMIN/DF = 1.294
GFI = .940
TLI = .978
CFI = .958
RMSEA = .047
e20
e21
e22
e23
82
digunakan
oleh
Chi-Square,
maka
digunakan
RMSEA
untuk
mengkompensasinya. Batasan yang digunakan oleh RMSEA adalah 0,08, pada uji
fit model diatas didapatkan angka sebesar 0,047, sehingga model tersebut fit atau
sesuai untuk diolah menggunakan SEM.
Kesesuaian menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matrik kovarians
sampel yang terestimasikan, diuji menggunakan GFI. GFI yang diharapkan adalah
sebesar 0,90, GFI pada uji hipotesa tersebut sebesar 0,940, sehingga GFI tersebut
proporsional. Sedangkan kebalikan dari GFI adalah CFI, diman CFI adalah suatu
indeks untuk mengukur suatu tingkat penerimaan sebuah model, tetapi tidak
dipengaruhi oleh besarnya suatu sampel. Tingkat CFI yang diharapkan adalah
sebesar 0,95, pada uji hipotesa terdapat angka sebesar 0,958, artinya model
tersebut diterima dalam model SEM yang diharapkan.
Uji hipotesa yang berikutnya adalah pada CMIN/DF. CMIN/DF adalah statistik
Chi-Square dibagi dengan Degreess of Freedom. CMIN/DF yang diharapkan adalah
sebesar 2,00. Pada uji hipotesa diatas, terdapat angka sebesar 1,294, sehingga
83
menghasilkan angka yang fit dalam permodelan SEM. Sedangkan untuk TLI adalah
sebuah alternatif Incremental Fit Index yang membandingkan sebuah model yang
diuji terhadap sebuah Baseline Model. Nilai yang diharapkan pada TLI adalah
sebesar 0,95. Angka yang ada pada uji hipotesa untuk uji TLI adalah sebesar 0,978,
sehingga angka tersebut fit untuk pengujian SEM.
Sementara itu, dari uji hipotesa yang selanjutnya, terdapat uji tingkat
kemungkinan signifikan. Pada uji hipotesa gambar 4.6 diatas, terdapat tingkat
kemungkinan signifikannya (Sighnificant Probability) adalah sebesar 0,117,
sedangkan angka yang diharapkan adalah sebesar 0,05, sehingga didapat tingkat
kemungkinan signifikan yang tinggi, jadi hasil tersebut fit dalam model pengolahan
SEM.
Model fit pada gambar 4.6 tersebut, menghasilkan suatu angka dalam output
pada tabel 4.10 berikut. Pada tabel 4.10, menunjukkan hasil regresi dari suatu
estimasi yang telah di Standardized. Dalam model yang telah direvisi menjadi lebih
fit tersebut terdapat Variabel Corporate Governance yang terdiri Kepemilikan
Eksternal dan Frekuensi Pertemuan Komite Audit.
Dalam Variabel Kelangsungan Hidup Perusahaan terdapat konstruk Undang
undang yang dapat membahayakan kegiatan operasi perusahaan, Hilangnya
Pelanggan, Kerugian Karena Bencana alam, Masalah Pembayaran Pada Pemasok.
Sedangkan dari Variabel Opini Audit Going-Concern terdapat konstruk Opini Audit
Positif Positif, Opini Audit Positif Negatif, Opini Audit Negatif Positif, dan Opini
Audit Negatif Negatif (Lampiran 7).
84
Tabel 4.10
Estimasi Standardized Regression
Pengaruh Struktur Corporate Governance Dan Faktor
Kelangsungan Hidup Perusahaan Terhadap Opini Audit Going-Concern
H1
H2
Estimate Signifikan
Hasil
.059 Ditolak
-.885
.010 Diterima
.466
85
eksternal, serta ada tidaknya komite audit dan frekuensi pertemuan komite audit),
tidak signifikan dapat mempengaruhi auditor dalam memberikan Opini Audit GoingConcern, serta berbanding terbalik dengan adanya berhubungan negatif terhadap
pemberian Opini Audit Going-Concern, yang berarti hubungan tersebut tidak
berdampak sama sekali atau bersifat negatif terhadap pemberian Opini Audit GoingConcern dari auditor (tabel 4.10).
Hasil dari peneltian ini, tidak mendukung atau berbanding terbalik dari penelitian
sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Carcello dan Neal (2000), bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara Corporate Governance dengan pelaporan
auditor mengenai audit Going-Concern. Selain itu, hasil dari penelitian ini juga
bertolak belakang dengan penelitian dari Parker et.al.(2005). Hasil dari penelitin
Parker et.al. adalah terdapat hubungan yang signifikan antara struktur Corporate
Governance dengan opini audit Going-Concern, dan terdapat pengaruh positif antara
Corporate Governance terhadap opini audit Going-Concern.
Hasil dari penelitian yang berbanding terbalik dan bertolak belakang tersebut
dapat terjadi karena penelitian yang dilakukan adalah hanya sebatas persepsi dari
auditor yang dibagikan kuesioner, dan tidak memisahkan auditor berdasarkan
pengalamannya dalam melakukan audit Going-Concern. Pertanyaan mengenai
pengalaman auditor yang pernah melakukan audit Going-Concern dalam kuesioner,
hanya untuk menunjukkan jumlah auditor yang pernah berpengalaman dalam audit
Going-Concern pada waktu auditor tersebut dijadikan sampel responden, dan hanya
untuk menunnjukkan bahwa semakin banyaknya auditor yang menjawab pernah
berpengalaman dalam melakukan audit Going-Concern, maka data yang diperoleh
akan semakin valid. Sehingga auditor yang menjawab pernah berpengalaman
86
melakukan audit Going-Concern tidak diuji secara terpisah, tetapi menjadi satu
dengan yang belum berpengalaman dalam melakukan audit Going-Concern.
Dalam penelitian ini, apabila dilakukan pengujian hanya berdasarkan auditor
yang pernah berpengalaman dalam melakukan audit Going-Concern, kemungkinan
munculnya hasil bahwa struktur Corporate Governance dapat mempengaruhi auditor
dalam memberikan opini audit Going-Concern adalah relatif dapat lebih besar atau
dapat lebih diterima dan dapat mendukung pada peneltian penelitian sebelumnya,
atau tetap dapat ditolak dan berbanding terbalik dengan pengujian pada penelitian
penelitan sebelumnya. Dan apabila dilakukan pengujian hanya berdasarkan auditor
yang belum pernah berpengalaman dalam melakukan audit Going-Concern,
kemungkinan munculnya hasil bahwa struktur Corporate Governance dapat
mempengaruhi auditor dalam memberikan opini audit Going-Concern adalah relatif
lebih kecil atau bahkan lebih ditolak dan berbanding terbalik dengan pengujian pada
penelitian penelitan sebelumnya, atau bahkan dapat terjadi kebalikannya, dimana
hasilnya dapat diterima dan mendukung pada penelitian penelitian sebelumnya.
Jadi, dilakukannya pengujian secara terpisah berdasarkan yang telah berpengalaman
dan yang belum pernah pengalaman dalam melakukan audit Going-Concern,
kemungkinan hasilnya akan berbeda dan bisa saja mendukung pada penelitian
penelitan yang telah dilakukan sebelumnya, atau tetap bisa berbanding terbalik dan
tidak mendukung penelitian penelitian sebelumnya.
Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan hasilnya adalah, bahwa Corporate
Governance berpengaruh negatif atau tidak berdampak apapun terhadap opini audit
Going-Concern, hal ini sesuai dan mendukung penelitian Mutchler (1984) dan
Geiger et.al.(2005), dimana hasilnya adalah tidak berhubungan positif atau tidak
87
88
89
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Kesimpulan Hipotesis (1) Struktur Corporate Governance
Faktor pertama yang dapat mempengaruhi pemberian opini audit Going-Concern
adalah Struktur Good Corporate Governance. Good Corporate Governance. Adapun
beberapa struktur dalam Corporate Governance adalah struktur pergantian CEO,
struktur kepemilikan orang dalam (Insider Holding) dan faktor Blockholder, dan
struktur komite audit mengenai ada tidaknya komite audit dan frekuensi
pertemuannya.
Hasil dari pengolahan SEM, struktur Corporate Governance ditolak dan
berhubungan negatif, artinya struktur Corporate Governance tersebut tidak
berpengaruh terhadap pemberian Opini Audit Going-Concerna. Hal ini terjadi karena
nilai signifikan yang dihasilkan adalah sebesar 0.059, dan terdapat nilai hubungan
yang bersifat negatif yaitu sebesar -0.885. Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa
Struktur Corporate Governance tidak dapat mempengaruhi auditor dalam
memberikan Opini Audit Going-Concern, serta berbanding terbalik dengan adanya
hubungan yang negatif terhadap pemberian Opini Audit Going-Concern, yang berarti
hubungan tersebut berdampak negatif atau tidak berpengaruh pada perusahaan dalam
mendapatkan Opini Audit Going-Concern dari auditor. Apabila dilihat setiap
konstruk pada variabel Corporate Governance, hasil yang didapat adalah untuk
Kepemilikan Eksternal dengan nilai estimasi sebesar 0.244 dan Frekuensi Pertemuan
90
Komite Audit dengan nilai estimasi sebesar 0.062, yang berarti terdapat hubungan
yang positif dari keduanya terhadap pemberian opini audit Going-Concern, tetapi
tidak berarti hubungan yang bersifat positif tersebut dapat berdampak terhadap
pemberian opini audit Going-Concern.
91
5.2 Saran
Saran merupakan implikasi hasil peneltitian terhadap pengembangan teori
maupun dalam penggunaan praktik. Dalam implikasi berikut, terdapat implikasi
terhadap auditor yang sedang melakukan audit Going-Concern, perusahaan yang
menginginkan usahanya untuk terus berkelanjutan kelangsungan hidupnya, dan
implikasi untuk penelitian selanjutnya.
92
93