Dari Redaksi
Sidang Pembaca Yang Terhormat,
Diterbitkan oleh:
Bidang Penyajian Data,
Pusat Data Penginderaan Jauh Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional
Pelindung:
Kepala LAPAN, Deputi B
idang
Penginderaan Jauh
Penanggung Jawab:
Kepala Pusat Data Penginderaan Jauh
Editor:
Ir. Mahdi Kartasasmita M.S, Ph.D,
Prof. Drs. Mulyadi Kusumowidagdo,
Prof. DR. F. S. Hardiyanti Purwadhi.
Staf Redaksi:
Ir. Yuliantini Erowati, M. Si,
Yudho Dewanto ST,
Drs. Mohammad Natsir, M.T,
Abdul Kholik, SH
Staf Sekretariat:
Arief Nurcahyo, Abdul Makmun,
Bambang Haryanto, SE, Suhariyanti.
Alamat Redaksi:
Bidang Penyajian Data,
Pusat Data Penginderaan Jauh LAPAN,
Jl. Lapan No. 70 Jakarta 13710.
Telp.: (021) 8717715, 8710786, 8721870.
Fax.: (021) 8717715
Website: http://www.lapanrs.com.
Email: bankdata@lapanrs.com.
Majalah ini diterbitkan untuk pengguna
data satelit penginderaan jauh LAPAN.
Redaksi menerima tulisan, saran, dan kritik
dari para pembaca. Naskah mohon diketik
satu spasi dan bila ada gambar dalam
format (.gif/.tiff).
Frekuensi terbit: 2 kali setahun.
Surat Pembaca.............................................
Agar lebih sering/banyak memberikan bim
bingan dan pelatihan di daerah-daerah khususnya
Kabupaten/Kota agar bisa lebih optimal di dalam
memanfaatkan penginderaan jauh untuk ILM.
Agung Nugroho
Ka.Subbag Pengendalian Bagian
Pembangunan
Perum Korpri Blok B-I No. 16
Jl. Jelarai Tanjung Selor,
Bulungan, Provinsi Kalimantan Timur
Terima kasih atas saran Bapak Agung Nugroho.
Pada kesempatan ini kami sampaikan bahwa Pusat
Data Penginderaan Jauh LAPAN hingga saat ini
tetap giat melaksanakan kegiatan sosialisasi/pro
mosi dan kerjasama dengan Pemerintah Daerah Ka
bupaten/Kota, seperti : menyelenggarakan kegiatan
Pameran, Kunjungan Kerja ke daerah, Penelitian
dan Bimbingan Teknis. Untuk informasi lebih leng
kap dapat menghubungi Iklan Layanan Masyarakat
(ILM) Bidang Penyajian Data pada Pusat Data
Penginderaan Jauh LAPAN :
Jl. LAPAN No. 70, Pekayon Pasar Rebo,
Jakarta Timur 13710,
Telp. (021) 8710786; Fax. 8717715.
Email : bankdata@lapanrs.com ;
Website : http://www.lapanrs.com
_______________________________________
Kami ucapkan terima kasih atas pengiriman
majalah Berita Inderaja, dimana informasi pengin
deraan jauh sangat dibutuhkan dalam pengolahan
data dan GIS yang telah kami miliki. Kami meng
harapkan kedepan dapat terjalin kerjasama dalam
pengolahan inderaja yang lebih teknis lagi. Akhir
kata, kami mengharapkan informasi inderaja untuk
meningkatkan pengetahuan.
Muhammad Ikhwan Lubis, ST. MT.
Kepala Sub. Bidang Penataan Ruang Bappeda
Kota Tanjungbalai
Jl. Jend. Sudirman Km. 5.5, Kota Tanjungbalai.
Bapak Muhammad Ikhwan Lubis, ST. MT,
terima kasih atas apresiasinya. Majalah Berita Inde
raja adalah media publikasi informasi pemanfaatan
4
DAFTAR ISI
BERITA INDERAJA Volume IX, No. 16, Juli 2010 - ISSN 1412-4564
TOPIK INDERAJA
Informasi Spasial Sebaran
dan Potensi Perkebunan
Kelapa Sawit dari Data
Penginderaan Jauh di
Provinsi Sumatera Selatan
Halaman 6
DARI REDAKSI 3
SURAT PEMBACA
BERITA RINGAN
4
APLIKASI INDERAJA
l
l
l
l
POSTER
l
l
COVER
Depan
:
Depan Dalam :
Belakang Dalam:
Belakang
:
TOPIK INDERAJA
TOPIK INDERAJA
SPOt 2 &
SPOt 4
2008 / 2009
Koreksi Radiometrik
Geologi
Jenis tanah
DAtA SURVEI
LAPANGAN
Mosaik
DEM SRtM
Kelerengan
tItIK
KONtROL
tANAH
(GCP)
RBI /
Kontur
Iklim
Koreksi Geometrik
Penutup Lahan
Lahan
Bentuk Lahan
transformasi
WGS 84
Interpretasi
Satuan Lahan
S
I
Ekstraksi
Perkebunan
Overlay
Overlay
Peta
Penutup Lahan
Peta Sebaran
Perkebunan
EVALUASI LAHAN
Kriteria Persyaratan
tubuh Kelapa Sawit
Gambar 1. Rancangan model pengolahan data dan perhitungan potensi lahan untuk tanaman kelapa sawit.
TOPIK INDERAJA
Gambar 2. Peta citra satelit (PCS) SPOT 2 dan SPOT 4 Tahun 2008/2009 Provinsi Sumatera Selatan.
Gambar 3. PCS SPOT 2 dan SPOT 4 Tahun 2008/2009 tiga demensi (3D) Provinsi Sumatera Selatan.
8
TOPIK INDERAJA
TOPIK INDERAJA
Tabel 1. Luas penutup/penggunaan Lahan di
Provinsi Sumatera Selatan
No.
Penggunaan Lahan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Hutan
Ladang/Tegalan
Lahan Terbuka
Mangrove
Perkebunan Kelapa Sawit
Perkebunan Kelapa Sawit Campur
Perkebunan Non Kelapa Sawit
Permukiman
Rawa
Sawah
Semak Belukar
Tambak
Tubuh Air
TOTAL
Luas
Hektar (Ha)
Persen (%)
1.222.589,31
14,29
2.723.798,92
31,30
80.914,40
0,92
180.817,15
2,15
763.010,18
8,75
467.220,34
5,41
325.607,28
3,74
223.995,12
2,58
109.466,08
1,26
467.558,23
5,36
1.962.594,08
22,63
50.943,53
0,58
87.191,32
1,03
8.665.705,93
100
Penggunaan Lahan
Perkebunan Kelapa Sawit
Perkebunan Kelapa Sawit Campur
Perkebunan Non Kelapa Sawit
Non Perkebunan
TOTAL
Luas
Hektar (Ha)
763.010,18
467.220,33
325.607,28
7.109.868,14
8.665.705,93
Persentase (%)
8,80
5,40
3,75
82,05
8.665.705,93
Kelas Potensi
Lahan berpotensi tinggi
Lahan berpotensi sedang
Lahan berpotensi rendah
Lahan tidak berpotensi
TOTAL
Luas
Hektars (Ha)
Persen (%)
181.692,07
2,1
7.030.264,24
81,14
322.025,66
3,7
1.131.723,95
13,06
8.665.705,93
100
TOPIK INDERAJA
Gambar 6. Foto Titik Survei Lapangan Tahun 2009 Provinsi Sumatera Selatan
TOPIK INDERAJA
Gambar 7. Peta potensi lahan untuk perkebunan kelapa sawit Tahun 2009,
Provinsi Sumatera Selatan
d=
r' h
H h
Dimana:
d=pergeseran bayangan
r= tinggi obyek di permukaan bumi di atas datum
H = tinggi pusat proyeksi di atas bidang datum.
Ortofoto adalah foto yang menyajikan gambaran
obyek pada posisi ortografik yang benar (Wolf, 1993).
Beda utama antara ortofoto dan peta adalah bahwa orto
14
(r1 X i + r2 Yi + r32 f )
( Z i Tx ) + Ty
(r13 X i + r23 Yi + r3 f )
Dengan difinisi:
Xi, Y i, Zi = koordinat titik (i) pada sistem koordi
nat peta
Xi, yi, zi = koordinat titik (i) pada sistem koordi
nat citra
f
= panjang fokus sensor/kamera
Tx, T y, Tz = koordinat titik pusat proyeksi sensor/
kamera
r11, ...., r33 = elemen matriks rotasi atau f (, , )
1
R = (a + 1 / 2bc ) ( + 1 / 2b 2 )
(c + 1 / 2ab )
( + 1 / 2a 2 )
(b + 1 / 2ac ) (c + 1 / 2ab )
= 1 + 1 / 4( a 2 + b 2 + c 2 )
= 1 1 / 4(a 2 + b 2 + c 2 )
X2 =
i
Yi =
(r1 X 1 + r2 Y1 + r32 f )
0
( Z 2 Z 0 ) + Y0
(r13 X 1 + r23 Y1 + r3 f )
Keterangan:
: lintang
: bujur
h : tinggi di atas ellipsoid
L, S : koordinat baris kolom
0, 0, h0, L0, S0, s, s, hs, Ls, Ss : offsets dan fak
tor skala pada lintang, bujur, tinggi, kolom, dan baris.
Koordinat tanah diselesaikan secara iterasi. Pada
setiap langkah iterasi, aplikasi dasar hitung perataan
kuadrat terkecil menghasilkan perkiraan untuk koordi
nat tanah pendekatan yaitu (Grodecki, Dial, dan Lutes,
2004).
Metode ini merupakan konsep orthorektifikasi
sederhana karena hanya memerlukan metadata dari
raw data citra satelit yang digunakan. Metadata tersebut
berisi informasi parameter dalam (interior orientation)
berupa nilai omega, phi, kappa, dan titik kontrol sebanyak
lima yaitu pada empat titik pojok dan satu titik tengah
citra satelit. Akurasi dan presisi yang dihasilkan masih
16
Gambar 9. Pergeseran ALOS Prism wide scene nonorthoimage terhadap ALOS Prism wide scene orthoimage
18
Tabel 1. Hasil penelitian pembuatan orthoimage dengan metode DMP, RPCs, dan Rigorious satellite sensor model.
No
Citra Satelit
Wilayah
penelitian
Metode
Orthoimage
TKT
Akurasi Horizontal
1.
SPOT2
Pulau Rimau
rigorious satellite
sensor model
2.
SPOT4
Pulau Bali
rigorious satellite
sensor model
3.
SPOT5
Semarang
DMP
4.
Landsat7
Sumatera Barat
bagian tengah
rigorious satellite
sensor model
5.
Cilacap
RPCs
Cilacap
RPCs
6.
Kebumen
RPCs
7.
ALOS AVNIR-2
Tana Tidung
RPCs
8.
LAPAN TUBSAT
Bandara Hussein
Sastranegara
RPCs
9.
10.
IKONOS
QuickBird
Solo-Sragen
Kampus UGM
RPCs, DMP
RPCs, DMP
14
20
19
gh =
in h ( X i X i h ) 2
2n
23
24
HAZE REDUCTION 3 X 3
HAZE REDUCTION 5 X 5
Gambar 2. Perbedaaan Hasil Kenampakan Citra Landsat 7ETM+ yang Dilakukan Proses Reduksi Haze
Gambar 3.
Perbedaaan Kenampakan Citra
Landsat 7ETM+, Palsar dan Hasil
Fusi antara keduanya pada
daerah yang berawan
b. Palsar
27
a. Palsar
b. Landsat 7EtM+
tahun 2002
Gambar 4.
Perbedaaan Kenampakan Obyek
Tambang Batubara pada Citra
Landsat 7ETM+, Palsar dan Hasil
Fusi antara keduanya.
d. Citra Hasil Fusi Palsar &
Landsat 7EtM+ dengan
Multiplicative
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
TUTUPAN LAHAN
Fasilitas olahraga/Stadion
Hutan
Hutan Rawa
Industri
Kebun
Lahan Terbuka
Lapangan Migas
Mangrove
Perkebunan
Permukiman
Rawa
Sawah
Semak
Tambak
Tambang Batubara
Tubuh Air
Grand Total
LUAS (Km2)
0.97
1,979.66
18.70
0.07
542.04
34.12
1.76
195.70
244.06
140.69
3.54
6.59
70.46
66.05
46.58
616.11
3,967.08
APLIKASI INDERAJA
APLIKASI INDERAJA
Gambar 1.
Jumlah hotspot bulanan
sepanjang tahun 2001 di
wilayah Kalimantan
Gambar 2.
Jumlah hotspot bulanan
sepanjang tahun 2002 di
wilayah Kalimantan
Gambar 3.
Jumlah hotspot bulanan
sepanjang tahun 2003 di
wilayah Kalimantan
Gambar 4.
Jumlah hotspot bulanan
sepanjang tahun 2004 di
wilayah Kalimantan
32
APLIKASI INDERAJA
Gambar 5.
Jumlah hotspot bulanan
sepanjang tahun 2005 di
wilayah Kalimantan
Gambar 6.
Jumlah hotspot bulanan
sepanjang tahun 2006 di
wilayah Kalimantan
Gambar 7.
Jumlah hotspot bulanan
sepanjang tahun 2007 di
wilayah Kalimantan
Gambar 8.
Jumlah hotspot bulanan
sepanjang tahun 2008 di
wilayah Kalimantan
33
APLIKASI INDERAJA
Gambar 9.
Jumlah hotspot bulanan
sepanjang tahun 2009
di wilayah Kalimantan
Gambar 10.
Jumlah hotspot sepanjang
tahun 2001-2009
di wilayah Kalimantan
Provinsi
Prosentase
(%)
Kalimantan Tengah
40.412
52.2
Kalimantan Barat
21.090
27.3
Kalimantan Timur
8.261
10.7
Kalimantan Selatan
7.611
9.8
77.374
100.0
Total
Gambar 11.
Jumlah hotspot rerata bulanan sepanjang tahun 2001 - 2009
di wilayah Kalimantan.
Jumlah
Hotspot
Di Provinsi Kalimantan Tengah hotspot paling
banyak terdapat di Kabupaten Pulangpisau, yaitu seba
nyak 9.082 hotspot (22,5% dari jumlah total di Provinsi
Kalimantan Tengah). Selain itu hotspot juga banyak di
jumpai di Kabupaten Kotawaringin Timur (5.509 hotspot
atau 13,6%), Kabupaten Kapuas (4.723 hotspot atau 11,7%),
Kabupaten Seruyan (4.707 hotspot atau 11,6%), Kabu
paten Katingan (3.721 hotspot atau 9,2%), dan Kabupaten
Kotawaringin Barat (2.914 hotspot atau 7,2%). Sedangkan
di kabupaten lainnya, jumlah hotspot berkisar di bawah
2.000 titik. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.
BERITA INDERAJA, Volume IX, No. 16, Juli 2010
APLIKASI INDERAJA
Tabel 2. Jumlah hotspot tahun 2001-2009
per kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah
No
Provinsi
Jumlah
Hotspot
Prosentase
(%)
No
801
3.8
10
Sekadau
293
1.4
Kota Singkawang
25
0.1
Kota Pontianak
14
0.1
21.090
100.0
Pulangpisau
9.082
22.5
Kotawaringin Timur
5.509
13.6
12
Kapuas
4.723
11.7
Seruyan
4.707
11.6
Katingan
3.721
9.2
Kotawaringin Barat
2.914
7.2
Kota Palangkaraya
1.759
4.4
Sukamara
1.559
3.9
Barito Selatan
1.381
3.4
10
Barito Utara
1.191
2.9
11
Lamandau
1.159
2.9
12
Barito Timur
1.018
2.5
13
Gunungmas
956
2.4
14
Murungraya
733
1.8
100.0
Di Provinsi Kalimantan Barat hotspot paling
banyak terdapat di Kabupaten Ketapang, yaitu sebanyak
8.676 hotspot (41,1% dari jumlah total di Provinsi Kali
mantan Barat). Selain itu hotspot juga banyak dijumpai
di Kabupaten Ketapang (2.299 hotspot atau 10,9%), Ka
bupaten Bengkayang (1.929 hotspot atau 9,1%), Kabu
paten Pontianak (1.729 hotspot atau 8,2%), Kabupaten
Kapuas Hulu (1.578 hotspot atau 7.5%), Kabupaten Sam
bas (1.462 hotspot atau 6,9%), dan Kabupaten Sanggau
(1.368 hotspot atau 6,5%). Sedangkan di kabupaten lain
nya, jumlah hotspot berkisar di bawah 1.000 titik. Se
lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah hotspot tahun 2001-2009
per kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat
No
Provinsi
Jumlah
Hotspot
Prosentase
(%)
Ketapang
8.676
41.1
Sintang
2.299
10.9
Bengkayang
1.929
9.1
Pontianak
1.729
8.2
Kapuas Hulu
1.578
7.5
Sambas
1.462
6.9
Sanggau
1.368
6.5
Landak
916
4.3
Prosentase
(%)
Melawi
40.412
Jumlah
Hotspot
9
11
Total
Provinsi
Total
Di Provinsi Kalimantan Timur hotspot paling
banyak terdapat di Kabupaten Kutai Barat, yaitu seba
nyak 1.796 hotspot (21,7% dari jumlah total di Provinsi
Kalimantan Timur). Selain itu hotspot juga banyak di
jumpai di Kabupaten Kutai Kartanegara (1.734 hotspot
atau 21%) dan Kabupaten Pasir (1.318 hotspot atau
16%). Sedangkan di kabupaten lainnya, jumlah hotspot
berkisar di bawah 1.000 titik. Selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah hotspot tahun 2001-2009
per kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur
No
Provinsi
Jumlah
Hotspot
Prosentase
(%)
Kutai Barat
1.796
21.7
Kutai Kartanegara
1.734
21.0
Pasir
1.318
16.0
Berau
925
11.2
Kutai Timur
782
9.5
Nunukan
593
7.2
Bulungan
565
6.8
272
3.3
Malinau
154
1.9
10
Kota Bontang
86
1.0
11
Kota Balikpapan
19
0.2
12
Kota Tarakan
12
0.1
13
Kota Samarinda
0.1
8.261
100.0
Total
35
APLIKASI INDERAJA
Tabel 5. Jumlah hotspot tahun 2001-2009
per kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan
No
Provinsi
Prosentase
(%)
Banjar
1.541
20.2
Kotabaru
1.218
16.0
Tapin
994
13.1
Baritokuala
985
12.9
Tanahlaut
915
12.0
Tanahbumbu
618
8.1
Hulusungai Selatan
515
6.8
Hulusungai Utara
264
3.5
Tabalong
211
2.8
10
Balangan
131
1.7
11
Kota Banjarbaru
103
1.4
12
Hulusungai Tengah
89
1.2
13
Kota Banjarmasin
27
0.4
7.611
100.0
Total
Jumlah
Hotspot
APLIKASI INDERAJA
Gambar 1.
Diagram daur air
danau ke laut.
37
APLIKASI INDERAJA
APLIKASI INDERAJA
Penutup Lahan
Hutan
Ladang / Tegalan
Pemukiman
Sawah
Semak / Belukar
Perkebunan
Danau
Luas ( Ha )
Tahun 2001
9494.511
2439.847
279.407
1978.892
16755.670
5333.723
12631.485
Tahun2006
8237.823
2439.847
279.407
1978.892
18012.358
5333.723
12631.485
39
APLIKASI INDERAJA
Penutup Lahan
1
2
3
4
5
6
Hutan
Ladang/Tegalan
Pemukiman
Sawah
Semak/ Belukar
Tubuh air
Tahun
1994
9558,4
145,7
185,5
2492,8
1246,6
9847,6
Luas (Ha)
Tahun
2000
9280,8
271,0
186,7
2511,7
1378,8
9847,6
Tahun
2006
9201,4
998,9
200,3
2522,3
706,2
9847,6
APLIKASI INDERAJA
Jenis Penutup
Lahan
Danau Ranau
Tetap
Berubah
Danau Maninjau
Tetap
Berubah
Hutan
-1256.687 Ha
-79.4 Ha
Semak belukar
+1256.687 Ha
- 672.6 Ha
Perkebunan
Ladang / Tegalan
727.9 Ha
5
6
Sawah
Pemukiman
Danau
(tubuh air)
10.6 Ha
13.6 Ha
No
Jenis Polutan
Danau
Ranau
Danau
Maninjau
Pestisida
Pupuk
Sisa palet
makanan ikan
Belerang
++
++
Keterangan
Berbeda
sumber
(arti +, ++, +++ lihat pada text, Dinas Lingkungan Hidup, Bape
dalda Prov. Sumbar, 2008)
+++
+++
41
APLIKASI INDERAJA
Sisa pestisida yang masuk ke dalam
kedua danau belum diketahui secara
pasti, namun hilangnya binatang kecil
dan ikan asli menunjukkan adanya sisa
pestisida dalam danau dan sekitarnya
(pada Tabel 4 ditandai dengan tanda +).
Sedangkan adanya sisa pupuk dapat dili
hat dari suburnya tanaman air (enceng
gondok) di dalam danau (Juga ditandai
dengan tanda + pada Tabel 4). Sisa palet
makanan ikan dapat diidentifikasi dari
banyaknya keramba yang ada di kedua
danau (pada Tabel 4 ditandai dengan
tanda ++). Belerang menurut informasi
dari dinas lingkungan hidup dan masya
rakat di sekitar danau berasal dari sum
ber yang berbeda; belerang yang masuk
ke danau Ranau berasal dari gunung Se
minung, sedangkan belerang di danau
Maninjau sudah berada mengendap se
lama ratusan tahun di dasar danau.
Adanya peristiwa banyaknya ikan
yang mati dan hasil kajian ini maka
masyarakat petani dan nelayan, sekitar
danau Ranau maupun danau Maninjau
terutama pemerintah daerah harus was
pada, selain mengamankan usaha ma
syarakat harus pula melestarikan ling
kungan tanpa saling merugikan. Pemu
pukan yang tidak mencemari air danau
nampaknya harus dipilih demikian pula
pelestarian predator alami harus diupa
yakan mengganti penggunaan pestisida.
Teknik efisiensi pemberian makanan
ikan yang sudah dirancang oleh Ke
mentrian Lingkungan Hidup (KLH) dan
Dinas Lingkungan Hidup setempat su
paya segera dilaksanakan. Siklus sepu
luh tahunan upwelling danau harus di
waspadai dengan tidak memelihara ikan
pada tahun-tahun bahaya dan mengada
kan tabungan kerugian.
Dari uraian terdahulu dapat disimpulkan bahwa da
nau Ranau dan danau Maninjau mempunyai kesamaan
dan perbedaan lingkungan. Kondisi danau Ranau dan
danau Maninjau sebgai obyek wisata tidak ada masalah.
Sebagai tempat pemeliharaan ikan ada sedikit masalah
dengan adanya pencemaran yang dapat diatasi bila pe
tani sekitar menggunakan pupuk organik dan pelestari
42
44
2008
5
4
3
2
Frekuensi
DOLPHIN
27W
96W
INVESt
91W
90W
NOUL
97W
MAYSAK
96W
94W
24W
93W
BAVI
IN2
22W
HIGOS
MEKKHALA
JANGMI
21W
99W
HAGUPIt
SINLAKU
17W
16W
98W
95W
14W
NURI
13W
VONGFONG
92W
11W
PHANFONE
KAMMURI
10W
FUNG_WONG
KALMAEG
08W
FENGSHEN
NAKRI
HALONG
04W
RAMMASUN
03W
NEOGURI
02W
01W
1 2 3 4 5 6 7 8 9 3 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
Nama siklon
13
23
23
9
19
29
29
19
18
12
7
9
24
7
47
8
1
24
V
(knot)
40
100
135
40
75
125
110
90
95
50
35
55
100
35
125
35
40
125
P
(mb)
992
948
921
992
966
929
940
955
951
985
996
981
948
996
929
996
992
929
29
145
914
Nama
Periode
Peringatan
TS 01W
TY 02W-Neoguri
STY 03W-Rammasum
TS 04W-Matmo
TY 05W- Halong
TY 06W- Nakri
TY 07W- Fengshen
TY 08W-Kalmaegi
TY 09W- Fung-Wong
TS 10W-Kammuri
TS 11W
TS 12W-Vongfong
TY 13W-Nuri
TS 14W
TY 15W- Sinlaku
TS 16W
TS 17W
TY 18W-Hagupit
13 - 16 Januari
14 - 20 April
7 - 12 Mei
14 - 16 Mei
15 - 20 Mei
27 Mei - 3 Juni
18 - 25 Juni
14 - 18 Juli
24 - 28 Juli
4 - 6 Agustus
13 - 14 Agustus
14 - 16 Agustus
17 - 22 Agustus
26 - 28 Agustus
8 - 20 September
10 - 11 September
14 September
18 - 24 September
23 September - 1
Oktober
28 - 30 September
29 September - 4
Oktober
14 - 15 Oktober
18 - 20 Oktober
7 - 10 November
15 - 16 November
16 - 17 November
10 - 18 Desember
STY 19W-Jangmi
TS 20W-Mekkhala
TS 21W-Higos
TS 22W
TS 23W-Bavi
TS 24W- Maysak
TS 25W-Haishen
TS 26W-Noul
TY 27W- Dolphin
55
981
21
45
988
6
6
14
4
7
33
35
50
55
40
40
90
996
985
981
992
992
955
Keterangan:
Angka dalam kolom Peringatan menunjukkan jumlah peringatan yang
dikeluarkan NASA terkait meningkatnya kekuatan angin pada siklon.
45
2 - 7 Mei
3 - 11 Mei
17 - 22 Juni
22 - 26 Juni
9 - 12 Juli
13 - 14 Juli
15 - 19 Juli
2 - 8 Agustus
3 - 9 Agustus
8 - 12 Agustus
17 - 25 Agustus
28 - 31 Agustus
3 - 8 September
9 - 12 September
20
29
21
18
11
5
16
15
25
18
34
16
25
12
V
(knot)
115
90
75
45
35
30
105
45
80
40
120
65
55
30
12 - 20 September
33
140
918
13 - 15 September
25 - 29 September
27 - 30 September
27 September - 14 Oktober
29 September - 9 Oktober
8 - 13 Oktober
14 - 26 Oktober
26 Oktober - 2 November
2 - 3 November
7- 9 November
22 November - 03 Desember
23 - 24 November
5 Desember
14 - 18 Agustus
30 Agustus
9
19
13
68
38
20
49
31
2
10
45
5
1
15
2
75
90
30
135
150
55
966
955
1000
921
910
981
918
955
1003
988
910
1000
1000
988
1000
Periode
Peringatan
140
90
25
150
30
30
45
30
P
(mb)
936
955
966
988
996
1000
944
988
963
992
933
974
981
1000
2009
5
4
3
2
1
91W
AL
97W
28W
NIDA
96W
27W
93W
92W
25W
98W
24W
MIRINAE
NONAME
LUPIt
22W
PARMA
NEPARtAK
MELOR
18W
19W
KEtSANA
99W
17W
CHOIWAN
KOPPU
16W
MUJIGAE
DUJUAN
95W
13W
90W
VAMCO
11W
94W
EtAU
MORAKOt
10W
GONI
MOLAVE
07W
06W
SOUDELOR
05W
NANGKA
04W
LINFA
KUJIRA
CHANHOM
INVESt
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Nama siklon
Periode
27 April - 3 Mei
16 September
20 - 23 Oktober
26 - 27 Oktober
14 - 16 November
25 - 27 November
4 - 7 Desember
Peringatan
25
2
11
5
9
7
13
V (knot)
115
45
30
45
45
50
35
Nama
Bijli
Aila
Phyan
Ward
Peringatan
12
7
1
1
12
V (knot)
50
65
40
40
45
A
A
Gambar 11. Kiri: Image radar TRMM untuk siklon 06B (Sumber: htttp://trmm.gsfc.nasa.gov),
Kanan: Vektor angin dari NNR (Sumber: http://www.esrl.noaa.gov/psd/) pada 12 November 2009)
300
250
200
150
2008
2009
100
50
0
1
10
11
12
Bulan
Gambar 12. Curah hujan kumulatif bulanan tahun 2008 dan 2009 berdasarkan TRMM
untuk wilayah Indonesia (10o LU s/d 15o LS, 95o BT s/d 145 oBT).
Waktu Peluncuran
2013
2016
2023
2023
Dibatalkan
Dibatalkan
Pesawat Peluncur
EELV
EELV
EELV
EELV
EELV
EELV
Kontraktor :
Instrumen/
sensor :
Konfigurasi :
Orbit:
Inklinasi
Eccentricity
Ketinggian
Orbit
Massa:
Umur Operasi
Yang
diharapkan
(Lifetime):
Amerika Serikat.
Lingkungan dan Cuaca
NASA, NOAA, DoD
Northrop Grumman Space Technology (ex
TRW)
VIIRS, CrIS, ATMS, OMPS (Nadir), SEM, CERES,
TSIS, SARSAT, A-DCS (#C1) VIIRS, MIS, SARSAT,
A-DCS, (#C2) VIIRS, CrIS, ATMS, MIS, OMPS
(Nadir), SEM, SARSAT, A-DCS (#C3)
T330 (AB - 1200)
Polar
98.7 +/- 0.05 derajad
0.0011
833 +/- 17 km
~550 kg
7 tahun
SENSOR( INSTRUMENT)
APLIKASI
Mengumpulkan data radiometrik pada kanal spektral tampak dan inframerah dari atmosfir
Bumi, lautan, dan permukaan daratan. Jenis-jenis data meliputi: atmosfir, awan, budget
radiasi Bumi, temperatur daratan/ perairan dan temperatur permukaan laut, warna lautan,
dan citra cahaya-rendah (low light).
Mengumpulkan data radiometrik gelombang mikro dan data sounding untuk
menghasilkan citra gelombang-mikro dan data oceanografi dan meteorologi yang lain.
Mengukur radiasi Bumi untuk menentukan distribusi vertikal dari temperatur, kelengasan
dan tekanan dalam atmosfir.
Mengukur refraksi dari sinyal-sinyal gelombangradio dari GPS dan Sistem Satelit Navigasi
Global milik Rusia (Global Navigation Satellite System-GLONASS) untuk memperoleh
karakteristik dari ionosfir.
Mengumpulkan data untuk memungkinkan kalkulasi ditribusi vertikal dan horizontal dari
ozon dalam atmosfir Bumi.
Mengumpulkan data yang berhubungan dengan partikel-partikel neutral dan yang dialiri
arus listrik, elektron dan medan-medan magnetik, dan ciri-ciri optik dari aurora.
Tujuan dari APS adalah untuk menarik kembali aerosol yang dispesifkasikan dan parameterparameter awan dengan menggunakan photopolarimetry multispektral.
Sounder (sekarang ini dibawah pengembangan NASA). Dalam hubungannya dengan
CrIS,observasi-observasi global dari profil-profil temperatur dan kelembaban pada resolusi
temporal tinggi (~ harian).
Sitem Pengumpulan Data (Data Collection System-DCS) dari NPOESS akan mirip dengan DCS
dari ARGOS yang terletak pada POES yang sekarang dari NOAA dan mengukur faktor-faktor
lingkungan seperti temperatur dan tekanan atmosfir, dan kecepatan dan arah arus-arus
lautan dan angin.
11
NPOESS akan mengukur parameter-parameter Budget radiasi Bumi (Earth Radiation Budget)
dengan menggunakan instrument-instrumen yang mirip dengan instrument-instrumen
warisan lama ERBE dan CERES
12
RADAR Altimeter
NPOESS akan menggunakan suatu altimeter RADAR yang mirip dengan yang digunakan
pada Jason-1 yang digunakan untuk mengukur topogfafi permukaan laut untuk mencapai
akurasi 4, 2 cm.
13
Sistem SARSAT menggunakan satelit-satelit NOAA pada orbit Bumi-rendah dan orbit
geostationer untuk mendeteksi dan melokasikan para penerbang, para marinir dan para
pengguna berbasis lahan yang dalam keadaan bahaya.
14
TSIS adalah suatu pemantau irradiansi matahari total ditambah pemantau irradiansi
spectral matahari 0.2 - 2 micron.
Gambar 1. Informasi curah hujan harian tanggal 2 Maret 2009 jam 10Z.
Gambar 2. Akumulasi curah hujan harian tanggal 2 Maret 2009 jam 00Z 23Z.
59
61
BERITA RINGAN
Simposium GEOSS Asia Pasific ke 4 dan Pameran
di Hotel Sanur Paradise Plaza, Provinsi Bali
62
BERITA RINGAN
Kerjasama antara LAPAN dengan Pemerintah Daerah
Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa Timur
Foto bersama pada pembukaan Bimtek Deputi Inderaja Bapak Ir. Nur Hidayat, Dipl. Ing., (duduk di depan kiri) dan
didampingi oleh Bupati Sampang Bapak Nur Cahya (duduk di depan kanan).
PERIS TIWA
D alam G ambar
64
PERIS TIWA
D alam G ambar
65
PERIS TIWA
D alam G ambar
66
BERITA RINGAN
67
BERITA RINGAN
68
BERITA RINGAN
69
BERITA RINGAN
70
POSTER
71
POSTER
72