Anda di halaman 1dari 7

Notaris dan Koperasi

A. Peran Notaris Dalam Pendirian Koperasi.


Upaya pemerintah dalam memberikan kekuatan dan jaminan kepastian
hukum bagi para pelaku usaha Koperasi sebagai sokoguru perekonomian Indonesia,
telah menjadi agenda kerja pemerintah, yang selanjutnya diaplikasikan dalam
bentuk penandatanganan naskah kesepakatan dan kerjasama (MoU) antara
Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dengan Ikatan Notaris
Indonesia (I.N.I) pada tanggal 4 Mei 2004.
Nota kesepakatan dan kerjasama tersebut diatas, kemudian ditindak lanjuti
dalam bentuk diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah Nomor: 98/KEP/M.KUKM/IX/2004 tentang Notaris sebagai Pembuat
Akta Koperasi. Keputusan tersebut dikeluarkan dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan hukum dalam bidang perkoperasian, khususnya yang berkaitan dengan
proses, prosedur dan tata cara pendirian, perubahan anggaran dasar dan akta-akta
lain yang terkait dengan kegiatan Koperasi, diperlukan adanya upaya untuk
menjamin kepastian hukum terhadap akta-akta perkoperasian, melalui penggunaan
akta otentik.
Menurut Pasal 1 ayat 4 Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil
Dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 98/KEP/M.KUKM/IX/2004 Tentang
Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi, menyebutkan bahwa pengertian Notaris
Pembuat Akta Koperasi adalah: pejabat umum yang diangkat berdasarkan
Peraturan Jabatan Notaris yang diberi wewenang antara lain untuk membuat akta
pendirian, akta perubahan anggaran dasar dan akta-akta lainnya yang terkait
dengan kegiatan Koperasi.
Setelah diterbitkannya Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil
Dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 98/KEP/M.KUKM/IX/2004 tentang
Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi, maka ditetapkan Notaris sebagai Pejabat
Pembuat Akta Koperasi, hal tersebut sebagaimana dalam Pasal 2 ayat 1 yang
menyebutkan bahwa: Notaris pembuat akta Koperasi berkedudukan sebagai pihak
yang bekerja berdasarkan kode etik jabatannya dan memberikan pelayanan kepada
masyarakat dalam proses pendirian, perubahan anggaran dasar dan akta-akta lain
yang terkait dengan kegiatan Koperasi.
Fungsi dan manfaat dibuatnya anggaran dasar Koperasi dengan akta otentik
adalah sebagai alat bukti, hal tersebut bertujuan agar akta pendirian Koperasi
mempunyai status yang otentik dan oleh karena harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
1.
Akta itu harus dibuat oleh (door) atau dihadapan (ten overstaan)seorang
pejabat umum;
2. Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang;
3. Pejabat umum oleh atau dihadapan siapa akta itu dibuat, harus mempunyai
wewenang untuk membuat akta itu.
Berdasarkan ketentuan di atas agar suatu akta Notaris termasuk akta
anggaran dasar Koperasi dan akta perubahannya tidak kehilangan statusnya
sebagai akta otentik harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundanga-undang
dalam proses pembuatannya. Apabila salah satu persyaratan di atas tidak dipenuhi
maka akta tersebut hanya mempunyai kekuatan seperti akta yang dibuat di
bawah tangan.
Meskipun
demikian,
persetujuan
pemberian
izin
terhadap
Akta
pendirianKoperasi tetap dipegang oleh pemerintah. Apabila terdapat permasalahan
berkaitan dengan bidang hukum dalam akta Koperasi yang dibuat oleh Notaris
tersebut, maka yang bertanggung jawab adalah Notaris yang bersangkutan, karena
pemerintah hanya melakukan pengesahan saja.

1.
2.

1.
2.
3.

Sebelum menjalankan tugas jabatannya sebagai Pembuat Akta Koperasi,


maka menurut ketentuan dalam Pasal 4 Keputusan Menteri Negara Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah Nomor: 98/Kep/M.KUKM/IX/2004, Notaris harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Notaris yang telah berwenang menjalankan jabatan sesuai Peraturan Jabatan
Notaris.
Memiliki sertifikat tanda bukti telah mengikuti pembekalan di bidang perkoperasian
yang ditandatangani oleh Menteri.
Setelah mendapat sertifikat bukti mengikuti pembekalan dibidang
perkoperasian yang ditandatangani Menteri, seorang Notaris harus melapor kepada
Kepala Dinas/Instansi yang membidangi Koperasi tingkat Kabupaten/Kota dengan
melampirkan:
Surat keputusan pengangkatan Notaris
Sertifikat tanda bukti telah mengikuti pembekalan di bidang perkoperasian
Alamat kantor serta contoh tanda tangan, contoh paraf dan cap jempol Notaris.
Selanjutnya berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat 2 Keputusan Menteri Negara
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor:
98/KEP/M.KUKM/IX/2004, dinyatakan bahwa:
Kepala Dinas/Instansi yang membidangi Koperasi tingkat Kabupaten/ Kota memberi
tanda terima permohonan dan menyampaikan berkas pendaftaran kepada Menteri
dengan tembusan kepada Kepala Dinas/Instansi yang membidangi Koperasi tingkat
Propinsi/DI paling lama dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal
diterimanya permohonan secara resmi.
Setelah melewati tahap tersebut diatas, maka Menteri menetapkan Notaris
sebagai Pejabat Pembuat Akta Koperasi melalui Surat Keputusan Menteri.
Keputusan tersebut disampaikan langsung kepada Notaris yang bersangkutan
dengan tembusan kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, Gubernur
dan Kepala Dinas/Instansi yang membidangi Koperasi tingkat Propinsi/DI serta
kepada Bupati/Walikota dan Kepala Dinas/Instansi yang membidangi Koperasi
tingkat Kabupaten/Kota pada tempat kedudukan Notaris, hal tersebut sesuai
dengan ketentuan dalam Pasal 5 ayat 4 Keputusan Menteri Negara Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 98/KEP/M.KUKM/IX/2004,
Notaris Pembuat Akta Koperasi wajib menyampaikan foto copy dan menunjukkan
asli Surat Keputusan Menteri Kepada Dinas/Instansi yang membidangi Koperasi
tingkat Kabupaten/Kota.
Pada tahap proses dalam mendirikan sebuah Koperasi, ada beberapa tahap
yang harus dilalui, yang pertama pengumpulan anggota, karena untuk
menjalankanKoperasi membutuhkan minimal 20 anggota. Kedua, pelaksanaan
Rapat Pembentukan Koperasi, gunanya adalah untuk melakukan pemilihan
pengurusKoperasi (ketua, sekretaris dan bendahara). Setelah itu, Koperasi tersebut
harus merencanakan anggaran dasar dan anggaran dasar rumah tangga Koperasi
itu. Setelah ada anggota minimal 20 orang anggota, sudah ada pengurus dan
sudah ada anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya, dan ditunjuklah
kuasanya berdasarkan surat kuasa untuk menghadap Notaris Pembuat Akta
Koperasi. Namun ada juga yang tidak ditunjuk kuasa.
Pelaksanaan rapat pendirian yang dihadiri oleh para pendiri ini, dituangkan
dalam berita acara rapat pembentukan dan akta pendirian yang memuat anggaran
dasar Koperasi. Apabila diperlukan, dan atas permohonan para pendiri, maka
Pejabat Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah dalam wilayah
domisili para pendiri, dapat diminta hadir untuk membantu kelancaran jalannya
rapat dan memberikan petunjuk-petunjuk seperlunya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Devi Juliastuti Notaris di Kabupaten
Deli Serdang, dokumen pendukung yang diperlukan dalam pembuatan akta
pendirianKoperasi adalah:

1. Berita acara rapat pembentukan Koperasi


2. Daftar pendiri Koperasi
3. Daftar inventaris
4. Foto copy Kartu Tanda Penduduk masing-masing anggota
5. Anggaran dasar Koperasi
6. Daftar hadir rapat pembentukan Koperasi.
Akta pendirian atau anggaran dasar suatu Koperasi yang dibuat otentik oleh
dan ditanda tangani di hadapan Notaris, harus dicantumkan nama-nama anggota
atau orang-orang yang dipercayai dan ditunjuk untuk duduk dalam organ
manajemen Koperasi, seperti pengurus, pengelola, pengawas yang bersedia untuk
menjalankan usaha Koperasi. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, berlaku
sebagai dokumen persetujuan atau perjanjian antara para pendiri. Dengan
demikian, karena suatu perjanjian wajib ditaati dan berlaku sebagai undangundang yang mengikat para pembuatnya.
Ketentuan mengenai anggaran dasar dalam akta pendirian Koperasi harus
memuat antara lain:
1. Daftar nama pendiri.
2. Nama dan tempat kedudukan.
3. Landasan, azas dan prinsip.
4. Maksud dan tujuan serta bidang usaha.
5. Ketentuan mengenai keanggotaan.
6. Ketentuan mengenai rapat anggota.
7. Ketentuan mengenai pengurus.
8. Ketentuan mengenai pengawas.
9. Ketentuan mengenai pengelola usaha.
10. Ketentuan mengenai penasehat.
11. Ketentuan mengenai pembukuan Koperasi.
12. Ketentuan mengenai permodalan.
13. Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya Koperasi.
14. Ketentuan mengenai sisa hasil usaha.
15. Ketentuan mengenai sangsi.
16. Ketentuan mengenai pembagian, penggabungan, peleburan dan pembubaran.
17. Ketentuan mengenai perubahan anggaran dasar.
18. Ketentuan mengenai anggaran rumah tangga dan peraturan khusus.
Sebagai Notaris pembuat akta Koperasi yang mempunyai tugas pokok
membuat akta otentik sebagai bukti telah dilakukannya suatu perbuatan hukum
tertentu dalam proses pendirian, perubahan anggaran dasar serta akta-akta
lainnya yang terkait dengan kegiatan Koperasi, maka langkah selanjutnya yang
dilakukan oleh Notaris terhadap akta pendirian Koperasi tersebut adalah melakukan
permohonan pengesahannya kepada pejabat yang berwenang.
Menurut Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Nomor:
01/Per/M.KUKM/1/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan, Pengesahan
Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi. Pengesahan akta
pendirian Koperasi, para pendiri Koperasi dapat mempersiapkan sendiri akta
pendirian Koperasi atau melalui bantuan Notaris pembuat akta Koperasi.
Tujuan diadakannya pengesahan akta pendirian Koperasi, adalah untuk
memperoleh status sebagai badan hukum. Status badan hukum yang dimaksudkan
oleh pembuat undang-undang, intinya adalah berupa registrasi atau pencatatan
di lembaga pemerintahan dan pengumuman dalam Berita Negara Republik
Indonesia. Sebagaimana halnya dengan pendirian suatu badan hukum, maka
pendirian suatuKoperasi tidak dapat digolongkan pada suatu perjanjian obligatoir,
tetapi merupakan tindakan hukum berganda berdasarkan pada aturan hukumnya
sendiri serta formil sifatnya.

a.
b.
c.
d.
e.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

a.
b.

c.

Koperasi akan memperoleh status badan hukum, setelah mendapat


pengesahan oleh Menteri atau pejabat yang berwenang. Pengesahan akta
pendirianKoperasi tersebut disahkan apabila setelah diadakan penelitian anggaran
dasarKoperasi tidak bertentangan dengan Undang-undang Koperasi Nomor
25 Tahun 1992, dan tidak bertentangan dangan ketertiban umum dan kesusilaan.
Terhadap permohonan pengesahan akta pendirian Koperasi, berdasarkan
ketentuan Pasal 7 ayat 1 Peraturan Menteri tersebut, surat permohonan yang
diajukan harus melampirkan:
1 (satu) salinan akta pendirian Koperasi bermaterai cukup;
Data akta pendirian Koperasi yang dibuat dan ditanda tangani oleh Notaris;
Surat bukti tersedianya modal yang jumlahnya sekurang-kurangnya sebesar
simpanan pokok dan simpanan wajib yang wajib dilunasi oleh para pendiri;
Rencana kegiatan usaha Koperasi minimal tiga tahun ke depan dan Rencana
Anggaran belanja dan pendapatan Koperasi;
Dokumen lain yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Agar akta pendirian Koperasi dapat diajukan permohonan pengesahannya
sebagai badan hukum, maka berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat 2
permintaan pengesahan akta pendirian Koperasi harus melampirkan yaitu:
Dua rangkap akta pendirian Koperasi, satu diantaranya bermaterai cukup;
Data akta pendirian Koperasi yang dibuat dan ditanda tangani oleh kuasa pendiri;
Notulen rapat pembentukan Koperasi;
Surat kuasa;
Surat bukti tersedianya modal yang jumlahnya sekurang-kurangnya sebesar
simpanan pokok dan simpanan wajib yang wajib dilunasi para pendiri;
Rencana kegiatan usaha Koperasi minimal tiga tahun kedepan dan rencana
anggaran belanja dan pendapatan Koperasi;
Daftar hadir rapat pembentukan;
Untuk Koperasi primer melampirkan foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) dari
para pendiri;
Untuk Koperasi sekunder melampirkan keputusan rapat anggota masing-masing
Koperasi tentang persetujuan pembentukan Koperasi sekunder dan foto copy akta
pendirian serta anggaran dasar masing-masing Koperasi pendiri.
Permohonan
pengesahan
akta
pendirian Koperasi
kepada
pejabat,
tergantung pada bentuk Koperasi yang didirikan dan luasnya wilayah keanggotaan
Koperasi yang bersangkutan, dengan ketentuan sebagai berikut :
Kepala Kantor Departemen Koperasi usaha kecil dan menengah Kabupaten/Kota
mengesahkan akta pendirian Koperasi yang anggotanya berdomisili dalam wilayah
Kabupaten/Kota.
Kepala Kantor Wilayah Departemen Koperasi Usaha Kecil Menengah
Provinsi/Daerah Istimewa mengesahkan akta pendirian Koperasi primer dan
sekunder, yang anggotanya berdomisili dalam wilayah provinsi/ Daerah Istimewa
yang bersangkutan dan Koperasi primer yang anggotanya berdomisili di beberapa
Provinsi/ Daerah Istimewa, namun Koperasinya berdomisili di wilayah kerja Kanwil
yang bersangkutan.
Sekretaris Jenderal Departemen Koperasi Usaha Kecil Menengah (Pusat),
mengesahkan akta pendirian Koperasi sekunder yang anggotanya berdomisili di
beberapa provinsi.
Permohonan pengesahan akta pendirian Koperasi tidak selalu diterima,
apabila ada kekurangan maka ditolak. Apabila terjadi penolakan (dengan alasanalasan tertentu) dari yang berwenang, maka para pendiri (atau melalui Notaris)
dapat mengajukan kembali permintaan untuk pengesahan setelah semua alasan
penolakan tersebut dipenuhi, baik berupa: perbaikan, penambahan atau
pengurangan, ataupun penyempurnaan. Pengajuan kembali permohonan tersebut
tidak boleh lewat dari 1 (satu) bulan setelah penolakan diterima. Setelah

persyaratan terpenuhi, maka paling lambat dalam tempo 1 (satu) bulan berikutnya
akan diperoleh keputusan kembali mengenai permintaan pengesahan Koperasi
tersebut.
Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 14 Peraturan Menteri Koperasi Nomor:
01/Per/M.KUKM/1/2006, dinyatakan bahwa perubahan anggaran dasar Koperasi
dilakukan
berdasarkan
keputusan
rapat
anggota
perubahan
anggaran
dasarKoperasi, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam anggaran
dasar Koperasi yang bersangkutan, dan wajib dituangkan dalam:
a. Berita acara rapat anggota perubahan anggaran dasar yang dibuat dan ditanda
tangani oleh Notaris, apabila rapat perubahan anggaran dasar dihadiri oleh Notaris;
b. Notulen rapat anggota perubahan anggaran dasar Koperasi, yang ditanda tangani
oleh pimpinan rapat dan sekretaris rapat atau salah seorang peserta rapat, apabila
rapat perubahan anggaran dasar tidak dihadiri oleh Notaris.
Terhadap perubahan anggaran dasar Koperasi yang dilakukan, maka perlu
mendapat pengesahan Menteri Negara Koperasi apabila perubahan Anggaran Dasar
tersebut memuat materi yang mendasar dan sangat berpengaruh bagi
kegiatanKoperasi, yaitu perubahan kegiatan usaha, penggabungan/marger dan
pemisahanKoperasi.
Pernbuatan akta Koperasi oleh Notaris bukan berarti mengurangi
kewenangan Pemerintah dalam pengesahan akta pendirian, perubahan anggaran
dasar, penggabungan, peleburan dan pembubaran Koperasi. Kehadiran dan
keterlibatan Notaris dalam pendirian Koperasi memberikan mafaat yang positif,
karena sangat membantu pemerintah mempercepat proses pengesahan aktaaktaKoperasi, sekaligus memberikan kepastian hukum, sehingga tidak ada
keraguan pengusaha lain jika melakukan ikatan usaha dengan Koperasi.
B.

Tanggung Jawab Notaris Apabila Akta Pendirian Koperasi Yang Dibuat


Dihadapannya Cacat Hukum.

Notaris pembuat akta Koperasi berkedudukan sebagai pihak yang bekerja


berdasarkan kode etik jabatannya dan memberikan pelayanan kepada masyarakat
dalam proses pendirian, perubahan anggaran dasar dan akta-akta lain yang terkait
dengan kegiatan Koperasi. Notaris pembuat akta Koperasi mempunyai tugas pokok
membuat akta otentik sebagai bukti telah dilakukannya suatu perbuatan hukum
tertentu dalam proses pendirian, perubahan anggaran dasar serta akta-akta lainnya
yang terkait dengan kegiatan Koperasi untuk dimohonkan pengesahannya kepada
pejabat yang berwenang.
Akta otentik yang dibuat dihadapan Notaris lahir dan tercipta karena adanya
2 (dua) hal yaitu:
1. Atas dasar permintaan atau kehendak oleh yang berkepentingan agar perbuatan
hukum mereka itu dinyatakan atau dituangkan dalam bentuk akta otentik,
dan/atau
2. Selain karena permintaan atau dikehendaki oleh yang berkepentingan, juga karena
undang-undang menentukan agar perbuatan hukum tertentu harus (dengan
diancam kebatalan jika tidak) dibuat dalam bentuk akta otentik.
Akta otentik lahir dan bersumber dari seorang pejabat yang diberi
kewenangan untuk itu, hal tersebut berdasarkan ketentuan Pasal 1868
KUHPerdata: suatu akta otentik ialah suatu akta yang didalam bentuk yang
ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan Pejabat Umum yang
berkuasa utnuk itu dimana akta itu dibuatnya.
Notaris sebagai pejabat umum kepadanya diembankan amanat dari 2 (dua)
sumber yaitu:

a.

Anggota masyarakat yang menjadi klien Notaris itu menghendaki agar Notaris
membuatkan akta otentik bagi yang berkepentingan dengan secara tersirat
membuat kalimat amanat penuhilah semua persyaratan formal untuk keabsahan
sebagai akta otentik.
b. Amanat berupa perintah undang-undang (secara tidak langsung) kepada Notaris
agar untuk perbuatan hukum tertentu dituangkan dan dinyatakan dengan akta
otentik, hal itu mengandung makna bahwa Notaris terikat dan berkewajiban untuk
mentaati peraturan yang mempersyaratkan sahnya sebagai akta otentik.

a.

b.

c.
d.
e.
f.

g.

Notaris dalam kedudukannya sebagai pembuat akta Koperasi dan karena


jabatannya bertanggung jawab atas otentisitas dari akta-akta yang dibuatnya, hal
tersebut berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (2) Keputusan Menteri Negara
Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor:
98/KEP/M.KUKM/IX/2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan, Pengesahan
Akta Pendirian Dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.
Kesalahan dalam pembuatan akta pendirian Koperasi yang dilakukan oleh
Notaris akan membuat akta pendirian tersebut menjadi cacat hukum. Sebagai
dampaknya adalah dalam pendirian Koperasi maka pejabat yang berwenang akan
menolok permohonan pengesahan akte pendirian badan sebagai badan
hukum.Terhadap kesalahan tersebut maka berdasarkan Pasal 12
Peraturan
Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia
Nomor: 01/Per/M.KUKM/2006 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan,
Pengesahan Akta Pendirian Dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi, pejabat yang
berwenang untuk itu akan menyampaikan hal-hal sebagai berikut:
Pejabat yang berwenang untuk itu akan menyampaikan penolakan yang
disampaikan secara tertulis beserta alasan kepada kuasa
pendiri dengan surat
tercatat dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak diterimanya
permintaan pengesahan secara lengkap.
Terhadap penolakan pengesahan tersebut, para pendiri atau kuasanya dapat
mengajukan permintaan ulang pengesahan atas akta pendirian Koperasi, dalam
jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak diterimanya
pemberitahuan penolakan dengan melampirkan berkas-berkas yang telah
ditentukan untuk itu.
Pejabat yang berwenang memberikan tanda terima kepada kuasa pendiri yang
mengajukan permintaan ulang.
Pejabat yang berwenang, memberikan keputusan terhadap permintaan ulang
tersebut dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) bulan terhitung sejak
diterimanya permintaan ulang pengesahan secara lengkap.
Apabila permintaan ulang pengesahan tersebut disetujui maka surat keputusan
pengesahan akta pendirian disampaikan langsung kepada kuasa para pendiri.
Apabila permintaan ulang pengesahan ditolak maka keputusan penolakan beserta
alasannya disampaikan kepada pendiri atau kuasanya dengan surat tercatat dalam
jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung sejak keputusan penolakan
ditetapkan,
Keputusan terhadap permintaan ulang tersebut merupakan keputusan akhir.
Ketentuan Pasal 41, Pasal 44, Pasal 48, Pasal 49, Pasal 50, Pasal 51 dan
Pasal 52 Undang-Undang Jabatan Notaris apabila tidak dipenuhi oleh Notaris
pembuat akta Koperasi yang mengakibatkan akta Koperasi yang dibuatnya hanya
mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan atau
suatu akta
mejadi batal demi hukum dapat menjadi alasan bagi pihak yang menderita
kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi dan bunga kepada Notaris.
Sedangkan di dalam Pasal 1365 KUHPerdata, yang berbunyi tiap perbuatan
melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang
yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.

a.
b.
c.
d.

a.
b.
c.

Unsur-unsur yang terkandung di dalam Pasal 1365 KUHPerdata mengenai


perbuatan melawan hukum, mengandung 4 (empat) unsur yaitu :
Harus adanya perbuatan
Perbuatan itu melanggar hukum
Harus ada kerugian bagi orang lain
Adanya kesalahan dari si pembuat
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 84 UUJN yakni tindakan pelanggaran
yang dilakukan oleh Notaris terhadap ketentuan sebagaimana yang dimaksud oleh
undang-undang yang mengakibatkan suatu akta hanya mempunyai kekuatan
pembuktian sebagai akta di bawah tangan atau suatu akta menjadi batal demi
hukum dapat menjadi alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut
penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris.
Namun sebelum Notaris yang bersangkutan dapat dihukum untuk membayar
ganti kerugian, bunga mapun biaya-biaya lainnya, haruslah terlebih dahulu
kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh Notaris dalam pembuatan akta
pendirian Koperasi maupun perubahan anggaran dasar dibuktikan, dengan melihan
unsur-unsur:
Adanya kerugian yang diderita sebagai akibat pembuatan akta tersebut.
Antara kerugian yang diderita dan pelanggaran atau kelalaian dari Notaris tersebut
terdapat hubungan kausal.
Pelanggaran (perbuatan) atau kelalaian itu disebabkan kesalahan yang dapat
dipertanggungjawabkan kepada Notaris yang bersangkutan.
Tanggung jawab seseorang atas apa yang dibuatnya tentunya merupakan
kewajiban masing-masing individu tersebut. Suatu amanat yang diberikan
kepadanya bagi perlindungan seseorang. Disini Notaris diberikan wewenang untuk
membuat akta otentik dalam arti menyusun, membacakan dan menandatangani,
serta diwenangkan membuat akta dalam bentuk yang ditentukan menurut
KUHPerdata maupun Undang-Undang Jabatan Notaris.

Anda mungkin juga menyukai