Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
2. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan spesialis yang luas yang bertitik tolak dari
suatu pokok ilmu yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu lainnya terutama ilmu
penyakit dalam, ilmu kesehatan anak, ilmu kebidanan dan kandungan, ilmu bedah serta
ilmu kedokteran jiwa, yang secara keseluruhan membentuk kesatuan yang terpadu,
diperkaya dengan ilmu perilaku, biologi dan ilmu - ilmu klinik, dan karenanya mampu
mempersiapkan dokter untuk mempunyai peranan yang unik dalam menyelenggarakan
penatalaksanaan pasien, penyelesaian masalah, pelayanan konseling, serta dapat
bertindak sebagai dokter pribadi yang mengkoordinasikan seluruh pelayanan kesehatan
(The American Academy of Family Physician, 1969).
Kedua batasan ini sekalipun dikemukakan oleh satu organisasi yang sama, yakni The
American Academy of Family Physician, rumusannya tidaklah sama. Rumusan yang
pertama, karena menunjuk pada karakteristik pelayanan, lebih ditujukan untuk kepentingan
penyelenggaraan pelayanan. Sedangkan rumusan yang kedua, karena lebih menunjuk pada
penerapan disiplin ilmu, lebih ditujukan untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan.
Pelaksana pelayanan dokter keluarga adalah dokter keluarga (family doctor, family
physician). Cabang ilmu kedokteran yang diterapkan pada pelayanan dokter keluarga disebut
dengan nama ilmu kedokteran keluarga (family medicine). Batasan tentang ilmu kedokteran
di antaranya adalah :
1. Ilmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran
yang orientasinya adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu, keluarga dan
masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya
(PB IDI, 1983).
2. Ilmu kedokteran keluarga menunjuk pada body of knowledge dari pelayanan dokter
keluarga yang merupakan disiplin baru dari ilmu kedokteran yang dirancang untuk
rnemenuhi kebutuhan kesehatan khalayak secara lebih responsif dan bertanggung jawab
(Charmichael, 1973).
3. Ilmu kedokteran keluarga adalah salah satu cabang dari ilmu kedokteran yang ditandai
dengan terdapatnya suatu kelompok pengetahuan kedokteran yang bersifat khusus
(Wonca, Manila, 1979).
4. Ilmu kedokteran keluarga adalah body of knowledge tentang fenomena yang dihadapi
serta teknik yang dipergunakan oleh para dokter yang menyelenggarakan perawatan
kesehatan perseorangan pada tingkat pertama dan berkelanjutan (Whinney, 1969).
5. Ilmu kedokteran keluarga adalah sebuah pendekatan multidisipliner yang terpadu menuju
perawatan kesehatan yang menyeluruh dari unit keluarga (Sargent, 1967).
Ilmu kedokteran keluarga (family medicine), haruslah dibedakan dengan ilmu kesehatan
keluarga (family health). Sekalipun sasaran keduanya adalah sama, yakni keluarga (family),
tetapi ilmu kedokteran keluarga tidak sama dengan ilmu kesehatan keluarga. Ilmu kedokteran
keluarga lebih mengacu pada aplikasi ilmu kedokteran (medical sciences), sedangkan ilmu
kesehatan keluarga lebih mengacu pada aplikasi ilmu kesehatan masyarakat (public health
sciences). Karena adanya perbedaan yang seperti ini, tidaklah mengherankan jika ruang
lingkup pelayanan kesehatan keluarga lebih terkait pada masalah-masalah keluarga yang ada
hubungannya dengan masalah kesehatan masyarakat. Misalnya, masalah kesejahteraan ibu
dan anak, keluarga berencana, pencegahan penyakit dan kecelakaan, tumbuh kembang, dan
atau masalah gizi ibu hamil, bayi dan anak yang terdapat dalam suatu komunitas dan atau
masyarakat. Sedangkan ruang lingkup pelayanan kedokteran keluarga lebih terkait pada
masalah-masalah keluarga yang ada hubungannya dengan masalah kedokteran yakni,
masalah sehat-sakit yang dihadapi oleh perseorangan sebagai bagian dari anggota keluarga.
Definisi Dokter Keluarga menurut Olesen F, Dickinson J dan Hjortdahl P (2000), Dokter
Keluarga adalah:
2 | SKENARIO 1 - Dokter Keluarga R.A. Wita Ferani K. 1102009229
Dokter yang dididik secara khusus untuk bertugas di lini terdepan sistem pelayanan
kesehatan; bertugas mengambil langkah awal penyelesaian semua masalah yang mungkin
dimiliki pasien.
Melayani individu dalam masyarakat, tanpa memandang jenis penyakitnya ataupun
karakter personal dan sosialnya, dan memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia
dalam sistem pelayanan kesehatan untuk semaksimal mungkin kepentingan pasien.
Berwenang secara mandiri melakukan tindak medis mulai dari pencegahan, diagnosis,
pengobatan, perawatan dan asuhan paliatif, menggunakan dan memadukan ilmu-ilmu
biomedis, psikologi medis dan sosiologi medis.
Secara singkat dapat didefinisikan sebagai Dokter yang berprofesi khusus sebagai Dokter
Perbedaan Dokter Praktek Umum Dan Dokter Keluarga (Qomariah, 2000):
Dokter Praktek Umum
Dokter Keluarga
Cakupan Pelayanan
Terbatas
Lebih Luas
Sifat Pelayanan
Sesuai Keluhan
Menyeluruh, Paripurna,
bukan sekedar yang
dikeluhkan
Cara Pelayanan
Kasus per kasus dengan
Kasus per kasus dengan
pengamatan sesaat
berkesinambungan
sepanjang hayat
Jenis Pelayanan
Lebih kuratif hanya untuk Lebih kearah pencegahan,
penyakit tertentu
tanpa mengabaikan
pengobatan dan
rehabilitasi
Peran keluarga
Kurang dipertimbangkan
Lebih diperhatikan dan
dilibatkan
Promotif dan pencegahan
Tidak jadi perhatian
Jadi perhatian utama
Hubungan dokter-pasien
Dokter pasien
Dokter pasien teman
sejawat dan konsultan
Awal pelayanan
Secara individual
Secara individual sebagai
bagian dari keluarga
komunitas dan
lingkungan
I.2. Sejarah Perkembangan Kedokteran Keluarga
Jika ditinjau dari prinsip pokok yang dimiliki, maka pelayanan dokter keluarga yang
memusatkan perhatian pada masalah-masalah kesehatan keluarga secara keseluruhan,
sebenarnya bukanlah merupakan hal yang baru. Perhatikan misalnya ungkapan Somers and
Somers (1970) tentang pelayanan kesehatan tempo dulu yang secara singkat diuraikannya
sebagai the traditional symbol of medical care the kindly old family doctor with big heart
and little bag, part healer, part priest, part family counselor. Pada tahap selanjutnya, ketika
ilmu dan teknologi kedokteran berkembang dengan pesat, setelah Versalius dikenal anatomi,
setelah Harvey dikenal fisiologi, setelah Malpighi dikenal patologi, setelah Virchow dikenal
patologi sel, setelah Pasteur dan Koch dikenal bakteriologi, setelah Claude Bernard dikenal
endokrinologi, setelah Wohler dikenal biokimia, setelah Chusing dikenal bedah otak,
demikian seterusnya yang kemudian makin dipacu oleh rekomendasi yang mengharuskan
pendidikan kedokteran diselenggarakan di Lembaga Pendidikan Tinggi, maka bersamaan
dengan makin banyak dilaksanakannya berbagai penelitian, munculah berbagai spesialisasi
dan sub-spesialisasi dalam ilmu kedokteran.
3 | SKENARIO 1 - Dokter Keluarga R.A. Wita Ferani K. 1102009229
Perkembangan spesialisasi dan atau sub-spesialisasi ini berjalan dengan amat pesat sekali,
yang sampai dengan tahun 1988, sebagaimana yang tercatat dalarn The American Medical
Dictionary, adalah sebanyak 33 macam. Pada saat ini jumlah spesialisasi dan sub-spe-sialisasi
tersebut telah makin meningkat, yakni tidak kurang dari 57 macam (Somers and Somers,
1970).
Perkembangan spesialisasi dan atau sub-spesialisasi yang seperti ini, di samping
mendatangkan banyak manfaat yakni makin meningkatnya mutu pelayanan kesehatan, yang
antara lain ditandai oleh turunnya angka kesakitan, angka cacat dan angka kematian, ternyata
juga mendatangkan banyak masalah. Salah satu dari masalah yang dimaksud yang dipandang
cukup penting ialah makin berkurangnya minat dokter menyelenggarakan pelayanan dokter
umum.
Sesungguhnyalah, dengan makin berkembangnya spesialisasi dan sub-spesialisasi tersebut,
secara bertahap minat dokter menyelenggarakan pelayanan dokter umum, makin berkurang.
Oleh komisi Millis (1966) penyebab makin berkurangnya minat dokter menyelenggarakan
pelayanan dokter umum ini, disimpulkan sebagai:
1. Karena makin menurunnya harga diri seorang dokter umum dibandingkan dengan dokter
spesialis.
2. Karena kesempatan memperdalam pengetahuan dan ketrampilan sebagai dokter umum
dibandingkan dengan dokter spesialis makin kurang.
3. Karena makin buruknya kondisi kerja dokter umum dibandingkan dengan dokter
spesialis.
Penyebab lain dari makin berkurangnya minat dan sekaligus jumlah dokter umum, yang
dikemukakan oleh Robert Haggery (1963) adalah :
1. Komisi penerimaan mahasiswa baru terdiri dari para dokter spesialis, yang lebih
mengutamakan calon mahasiswa yang lebih berorientasi pada keilmuan.
2. Tidak adanya bagian dokter keluarga (departemen of familiy medicine) di fakultas
kedokteran.
3. Terbatasnya fasilitas yang berafiliasi dengan fakultas kedokteran yang dapat dipakai
untuk menyelenggarakan pendidikan dokter keluarga.
4. Makin meningkatnya proporsi mahasiswa yang langsung mengikuti pendidikan dokter
spesialis.
5. Perhatian terhadap dokter spesialis lebih baik daripada dokter umum, misalnya pada
wajib militer dan asuransi kesehatan.
6. Status dokter umum di rumah sakit lebih rendah daripada dokter spesialis, serta jam kerja
lebih lama daripada dokter spesialis.
Demikianlah akibat makin berkurangnya jumlah dokter yang menyelenggarakan pelayanan
dokter umum, dan sementara itu jumlah dokter yang menyelenggarakan pelayanan dokter
spesialis makin bertambah, menyebabkan timbulnya berbagai masalah lainnya.
Berbagai masalah yang dimaksud, jika diperinci menurut subsistem kesehatan secara singkat
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Sub-sistem Pelayanan Kesehatan
Masalah yang paling menonjol yang diketemukan pada sub-sistem pelayanan kesehatan
ialah pelayanan kesehatan tersebut menjadi terkotak-kotak (fragmented health services),
amat tergantung pada berbagai peralatan kedokteran canggih serta cenderung
mengorganisir pelayanan kesehatan yang lebih majemuk. Keadaan yang seperti ini tentu
merugikan masyarakat, karena masyarakat akan sulit mendapatkan pelayanan kesehatan
yang menyeluruh (comprehensive health services).
Pasien akhirnya bagaikan berbelanja ke banyak toko. Berpindah dari satu tempat ke
tempat lain, tanpa tahu kegunaan dan manfaatnya. Lebih lanjut lagi karena pelayanan
yang terkotak-kotak ini, maka hubungan dokter-pasien (doctor-patient relationship)
4 | SKENARIO 1 - Dokter Keluarga R.A. Wita Ferani K. 1102009229
menjadi renggang. Sering ditemukan perhatian dokter hanya terhadap belahan yang
disampaikan, bukan terhadap diri penderita secara keseluruhan.
Sesungguhnyalah sebagaimana dikemukakan oleh Ward Darley (1954) barriers to the
concept of continuing comprehensive care because of pragmentation of patient care that
has resulted from specialization, practice habits that limit interest to the episodic care of
illness, and efficiency measures that limit the amount of time a physician gives to the
individual patients.
2. Sub-sistem Pembiayaan Kesehatan
Masalah yang paling menonjol yang ditemukan pada sub-sistem pembiayaan kesehatan
ialah biaya kesehatan menjadi meningkat. Peningkatan biaya kesehatan tersebut bukan
saja karena telah dipergunakannya berbagai peralatan canggih, tetapi juga karena
pelayanan kesehatan tersebut telah terkotak-kotak. Akibatnya pemeriksaan kedokteran
yang sama sering dilakukan berulang-ulang, yang tentu saja akan memberatkan pasien.
Lebih daripada itu, untuk para dokter yang tetap menyelenggarakan pelayanan dokter
umum, ditemukan pula masalah lainnya. Masalah tersebut ialah mutu pelayanan yang
diselenggarakan ternyata jauh dari memuaskan. Penelitian yang dilakukan oleh University
of North Carolina and Rockefeller Fondation yang dilaksanakan pada tahun 1953-1954
membuktikan keadaan ini. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa 44% dari
dokter umum yang diteliti menyelenggarakan pelayanan yang di bawah standar.
Penyebabnya adalah karena para dokter umum tersebut tidak memiliki pengetahuan dan
ketrampilan klinis serta tidak mengikuti perkernbangan ilmu dan teknologi kedokteran.
Adanya keadaan yang seperti ini tentu tidak membahagiakan semua pihak. Jalan keluar
yang diajukan, secara umum dapat dibedakan atas 4 macam, yakni (Somers and Somer,
1970) :
a. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dokter umum sehingga dapat mengejar
berbagai ketinggalan yang dimilikinya.
b. Menggantikan dokter umum dengan dokter keluarga yang terdidik secara khusus.
c. Melatih semua dokter (termasuk spesialis) dalam filosofi dan teknik pelayanan
kesehatan yang menyeluruh.
d. Menciptakan keadaan lingkungan yang dapat memacu terselenggaranya pelayanan
kesehatan yang menyeluruh dan terpadu.
Jalan keluar yang pertama, di Amerika Serikat dimotori oleh The American Academy of
General Practice yang didirikan pada tahun 1947. Organisasi ini aktif menyelenggarakan
berbagai program pendidikan tambahan untuk dokter umum. Lebih daripada itu, organisasi
ini juga serta mengusahakan adanya hubungan praktek dokter umum dengan rumah sakit.
Hasil yang diperoleh cukup menggembirakan karena secara bertahap berbagai ketinggalan
yang dimiliki oleh dokter umum dapat diatasi.
Pada tahun 1959, dalam rangka lebih meningkatkan bobot dan nilai pelayanan kesehatan
yang menyeluruh tersebut The American Medical Association menyusun suatu rancangan
pendidikan khusus yang bersifat lebih formal. Rancangan ini pada tahun 1969 berhasil
disahkan, dan sejak tahun 1969 tersebut, di Amerika Serikat, dokter keluarga dipandang
sebagai salah satu dokter spesialis.
Demikianlah, sesuai dengan latar belakang yang seperti ini dan juga berbagai peristiwa
khusus yang terjadi di masing - masing negara, akhirnya gerakan dokter keluarga tersebut
mulai bermunculan.
Ringkasan sejarah perkembangan yang dimaksud untuk beberapa negara, secara sederhana
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Inggris
Kehendak untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Inggris telah dimulai sejak
tahun 1844, tetapi pada waktu itu banyak mendapat tantangan. Barulah kemudian pada
5 | SKENARIO 1 - Dokter Keluarga R.A. Wita Ferani K. 1102009229
tahun 1952, praktek dokter keluarga ini mendapat pengakuan yakni dengan berhasil
didirikannya Royal College of General Practise.
2. Australia
Kehendak untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Australia telah dimulai
sejak tahun 1958, yakni dengan didirikannya The College of General Practice yang pada
waktu itu aktif menyelenggarakan program pendidikan kedokteran berkelanjutan berikut
ujiannya yang telah dimulai sejak tahun 1960. Kegiatan ini secara resmi diakui pada
tahun 1973, yakni dengan mulai diselenggarakannya Family Medicine Program oleh
pemerintah federal.
3. Filipina
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Filipina telah dimulai sejak
tahun 1960 tetapi secara melembaga baru dikenal sejak tahun 1972, yakni dengan
didirikannya The Philipine Academy of Family Physicians. Organisasi ini aktif
menyelenggarakan pendidikan dokter keluarga, yang lulusan angkatan pertamanya
dilantik tahun 1975.
4. Singapura
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Singapura telah dimulai
sejak tahun 1971, dan sejak tahun 1972 aktif menyelenggarakan program pendidikan.
Sayang sekali sampai saat ini program tersebut belum mendapat pengakuan resmi dari
pemerintah.
5. Indonesia
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Indonesia telah dimulai
sejak tahun 1981, yakni dengan didirikannya Kelompok Studi Dokter Keluarga. Pada
tahun 1990, melalui kongresnya yang kedua di Bogor, nama organisasi diubah menjadi
Kolese Dokter Keluarga Indonesia. Sekalipun organisasi ini sejak tahun 1988 telah
menjadi anggota IDI, tetapi pelayanan dokter keluarga di Indonesia belum secara resmi
mendapat pengakuan, baik dari profesi kedokteran dan ataupun dari pemerintah.
Untuk lebih meningkatkan program kerja, terutama pada tingkat internasional, maka
didirikanlah organisasi internasional dokter keluarga pada tahun 1972, yang dikenal dengan
nama World Organization of National College, Academic and Academic Assiciation of
General Practitioners / Family Physician (WONCA). Indonesia adalah anggota WONCA
yang diwakili oleh Kolese Dokter Keluarga Indonesia.
II. Prinsip dan Standar Pelayanan Dokter Keluarga
II.1.Prinsip Pelayanan Dokter Keluarga
Prinsip kedokteran keluarga:
1) Continuity of Care (Pelayanan yang Berkesinambungan)
2) Comprehensive of Care (Pelayanan yang Menyeluruh)
3) Coordination of Care (Pelayanan yang Terkoordinasi)
4) Community (Masyarakat)
5) Prevention (Pencegahan)
6) Family (Keluarga)
Prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti anjuran WHO dan
WONCA yang mencantumkan prinsip-prinsip ini dalam banyak terbitannya. Prinsip prinsip
ini juga merupakan simpulan untuk dapat meningkatkan kualitas layanan dokter primer
dalam melaksanakan pelayanan kedokteran. Prinsip-prinsip pelayanan/pendekatan
kedokteran keluarga adalah memberikan / mewujudkan :
1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif
2. Pelayanan yang kontinu
6 | SKENARIO 1 - Dokter Keluarga R.A. Wita Ferani K. 1102009229
3.
4.
5.
6.
termasuk kegawatdaruratan medik, dan bila perlu akan dikonsultasikan dan / atau
dirujuk ke pusat pelayanan kesehatan dengan strata yang lebih tinggi.
6) Rehabilitasi medik dan sosial
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menerapkan segala kesempatan
rehabilitasi pada pasien dan/atau keluarganya setelah mengalami masalah
kesehatan atau kematian baik dari segi fisik, jiwa maupun sosial.
7) Kemampuan sosial keluarga
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan kondisi sosial
pasien dan keluarganya.
8) Etik medikolegal
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim yang sesuai dengan mediko legal dan
etik kedokteran.
b. Standar Pelayanan Medis (standard of medical care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan medis yang
melaksanakan pelayanan kedokteran secara lege artis.
1) Anamnesis
Pelayanan dokter keluarga melaksanakan anamnesis dengan pendekatan pasien
(patient-centered approach) dalam rangka memperoleh keluhan utama pasien,
kekhawatiran dan harapan pasien mengenai keluhannya tersebut, serta
memperoleh keterangan untuk dapat menegakkan diagnosis
2) Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Dalam rangka memperoleh tanda-tanda kelainan yang menunjang diagnosis atau
menyingkirkan diagnosis banding, dokter keluarga melakukan pemeriksaan fisik
secara holistik; dan bila perlu menganjurkan pemeriksaan penunjang secara
rasional, efektif dan efisien demi kepentingan pasien semata.
3) Penegakkan diagnosis dan diagnosis banding
Pada setiap pertemuan, dokter keluarga menegakkan diagnosis kerja dan beberapa
diagnosis banding yang mungkin dengan pendekatan diagnosis holistik.
4) Prognosis
Pada setiap penegakkan diagnosis, dokter keluarga menyimpulkan prognosis
pasien berdasarkan jenis diagnosis, derajat keparahan, serta tanda bukti terkini
(evidence based).
5) Konseling
Untuk membantu pasien (dan keluarga) menentukan pilihan terbaik
penatalaksanaan untuk dirinya, dokter keluarga melaksanakan konseling dengan
kepedulian terhadap perasaan dan persepsi pasien (dan keluarga) pada keadaan di
saat itu.
6) Konsultasi
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan konsultasi ke dokter lain
yang dianggap lebih piawai dan / atau berpengalaman. Konsultasi dapat dilakukan
kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, atau
dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
7) Rujukan
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan rujukan ke dokter lain
yang dianggap lebih piawai dan/atau berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan
kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, rumah
sakit atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
8) Tindak lanjut
Dokter keluarga melaksanakan praktik dengan bantuan satu atau beberapa tenaga
kesehatan dan tenaga lainnya berdasarkan atas hubungan kerja yang profesional
dalam suasana kekeluargaan.
2) Bekerja dalam tim
Pada saat menyelenggarakan penatalaksanaan dalam peningkatan derajat
kesehatan pasien dan keluarga, pelayanan dokter keluarga merupakan sebuah tim.
3) Pemimpin klinik
Pelayanan dokter keluarga dipimpin oleh seorang dokter keluarga atau bila terdiri
dari beberapa dokter keluarga dapat dibagi untuk memimpin bidang manajemen
yang berbeda di bawah tanggung jawab pimpinan.
c. Standar perilaku dengan sejawat (Standard of working with colleagues)
Pelayanan dokter keluarga menghormati dan menghargai pengetahuan, ketrampilan
dan kontribusi kolega lain dalam pelayanan kesehatan dan menjaga hubungan baik
secara profesional.
1) Hubungan profesional antar profesi
Pelayananan dokter keluarga melaksanakan praktik dengan mempunyai hubungan
profesional dengan profesi medik lainnya untuk kepentingan pasien.
2) Hubungan baik sesama dokter
Pelayanan dokter keluarga menghormati keputusan medik yang diambil oleh
dokter lain dan memperbaiki penatalaksanaan pasien atas kepentingan pasien
tanpa merugikan nama dokter lain.
3) Perkumpulan profesi
Dokter keluarga dalam pelayanan dokter keluarga adalah anggota perkumpulan
profesi yang sekaligus menjadi anggota Ikatan Dokter Indonesia dan berpartisipasi
pada kegiatan-kegiatan yang ada.
d. Standar pengembangan ilmu dan ketrampilan praktik (Standard of knowledge
and skill development)
Pelayanan dokter keluarga selalu berusaha mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah guna
memelihara dan menambah ketrampilan praktik serta meluaskan wawasan
pengetahuan kedokteran sepanjang hayatnya.
1) Mengikuti kegiatan ilmiah
Pelayanan dokter keluarga memungkinkan dokter yang berpraktik untuk secara
teratur dalam lima tahun praktiknya mengikuti kegiatan - kegiatan ilmiah seperti
pelatihan, seminar, lokakarya dan pendidikan kedokteran berkelanjutan lainnya.
2) Program jaga mutu
Pelayanan dokter keluarga melakukan program jaga mutu secara mandiri dan /
atau bersama - sama dengan dokter keluarga lainnya, secara teratur ditempat
praktiknya.
3) Partisipasi dalam kegiatan pendidikan
Pelayanan dokter keluarga mempunyai itikad baik dalam pendidikan dokter
keluarga, dan berusaha untuk berpartisipasi pada pelatihan mahasiswa kedokteran
atau pelatihan dokter.
4) Penelitian dalam praktik
Pelayanan dokter keluarga mempunyai itikad baik dalam penelitian dan berusaha
untuk menyelenggarakan penelitian yang sesuai dengan etika penelitian
kedokteran, demi kepentingan kemajuan pengetahuan kedokteran.
5) Penulisan ilmiah
Dokter keluarga pada pelayanan dokter keluarga berpartisipasi secara aktif dan /
atau pasif pada jurnal ilmiah kedokteran.
11 | SKENARIO 1 - Dokter Keluarga R.A. Wita Ferani K. 1102009229
2) Program pelatihan
Untuk personil yang baru mulai bekerja di klinik diadakan pelatihan kerja (job
training) terlebih dahulu.
3) Program kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
Seluruh personil yang bekerja di klinik mengikuti prosedur K3 (kesehatan dan
keselamatan kerja) untuk pusat pelayanan kesehatan.
4) Pembahasan administrasi klinik
Pimpinan dan staf klinik secara teratur membahas pelaksanaan administrasi klinik
4. Standar Sarana dan Prasarana (Standards of Facilities)
a. Standar fasilitas praktik (standard of practice facilities)
Pelayanan dokter keluarga memiliki fasilitas pelayanan kesehatan strata pertama yang
lengkap serta beberapa fasilitas pelayanan tambahan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat sekitarnya.
1) Fasilitas untuk praktik
Fasilitas pelayanan dokter keluarga sesuai untuk kesehatan dan keamanan pasien,
pegawai dan dokter yang berpraktik.
2) Kerahasiaan dan privasi
Konsultasi dilaksanakan dengan memperhitungkan kerahasiaan dan privasi pasien.
3) Bangunan dan interior
Bangunan untuk pelayanan dokter keluarga merupakan bangunan permanen atau
semi permanen serta dirancang sesuai dengan kebutuhan pelayanan medis strata
pertama yang aman dan terjangkau oleh berbagai kondisi pasien.
4) Alat komunikasi
Klinik memiliki alat komunikasi yang biasa digunakan masyarakat sekitarnya.
5) Papan nama
Tempat pelayanan dokter keluarga memasang papan nama yang telah diatur oleh
organisasi profesi.
b. Standar peralatan klinik (standard of practice equipments)
Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan klinik yang sesuai dengan fasilitas
pelayanannya, yaitu pelayanan kedokteran di strata pertama (tingkat primer).
1) Peralatan medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan medis yang minimal harus
dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia layanan strata
pertama.
2) Peralatan penunjang medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan penunjang medis yang
minimal harus dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia
pelayanan strata pertama.
3) Peralatan non medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan non medis yang minimal harus
dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia pelayanan
strata pertama.
c. Standar proses-proses penunjang praktik (Standard of clinical supports process)
Pelayanan dokter keluarga memiliki panduan proses-proses yang menunjang kegiatan
pelayanan dokter keluarga.
1) Pengelolaan rekam medik
Pelayanan dokter keluarga menyiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi rekam
medik dengan dasar rekam medik berorientasikan pada masalah (problem oriented
medical record).
2) Pengelolaan rantai dingin
13 | SKENARIO 1 - Dokter Keluarga R.A. Wita Ferani K. 1102009229
3)
4)
5)
6)
Pelayanan dokter keluarga peduli terhadap pengelolaan rantai beku (cold chain
management) yang berpengaruh kepada kualitas vaksin atau obat lainnya.
Pengelolaan pencegahan infeksi
Pelayanan dokter keluarga memperhatikan universal precaution management yang
mengutamakan pencegahan infeksi pada pelayanannya.
Pengelolaan limbah
Pelayanan dokter keluarga memperhatikan sistim pembuangan air kotor dan
limbah, baik limbah medis maupun limbah nonmedis agar ramah lingkungan dan
aman bagi masyarakat sekitar klinik.
Pengelolaan air bersih
Pelayanan dokter keluarga mengkonsumsi air bersih atau air yang telah diolah
sehingga aman digunakan.
Pengelolaan obat
Pelayanan dokter keluarga melaksanakan sistim pengelolaan obat sesuai prosedur
yang berlaku termasuk mencegah penggunaan obat yang kadaluwarsa.
III. Kompetensi dan Peranan Dokter Keluarga pada Pelayanan Kesehatan Primer
III.1. Kompetensi Dokter Keluarga
Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang lulusan
fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi khusus inilah yang perlu dilatihkan melalui
program perlatihan ini. Yang dicantumkan disini hanyalah kompetensi yang harus dimiliki
oleh setiap Dokter Keluarga secara garis besar. Rincian memgenai kompetensi ini, yang
dijabarkan dalam bentuk tujuan pelatihan,
1. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga,
2. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam pelayanan
kedokteran keluarga,
3. Menguasai ketrampilan berkomunikasi, menyelenggarakan hubungan profesional dokterpasien untuk :
a. Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan
perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga,
b. Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana menyelesaikan
masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit,
serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluarga,
c. Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada
penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.
Perbedaan garis kompetensi yang tegas antara Dokter Keluarga dengan Dokter yang
melaksanakan pelayanan dengan pendekatan kedokteran keluarga, memang sangat sulit
dilakukan. kepentingan pasien, dokter yang bekerja di pelayanan primer diharapkan memiliki
kemampuan untuk melaksanakan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga.
Dengan melihat pada prinsip pelayanan yang harus dilaksanakan, maka disusun kompetensi
yang harus dimiliki oleh seorang dokter untuk dapat disebut menjadi dokter keluarga.
Kompetensi dokter keluarga seperti yang tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter
Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia tahun 2006 adalah :
1. Kompetensi Dasar
a. Ketrampilan Komunikasi Efektif
b. Ketrampilan Klinik Dasar
c. Ketrampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku, dan
epidemiologi dalam praktek kedokteran keluarga
14 | SKENARIO 1 - Dokter Keluarga R.A. Wita Ferani K. 1102009229
1) Penilaian keluarga
2) Menyelenggarakan pertemuan keluarga (pasien)
3) Pembinaan dan konseling keluarga
b. Dengan masyarakat
1) Penilaian kesehatan masyarakat dan epidemiologi
2) Pemeriksaan / penilaian masyarakat
3) Mengenali dan memanfaatkan sumber daya masyarakat
4) Program pencegahan dan pendidikan bagi masyarakat
5) Advokasi / pembelaan kepentingan kesehatan masyarakat
4. Menangani masalah-masalah kesehatan yang menonjol
a. Kelainan alergik
b. Anestesia dan penanganan nyeri
c. Kelainan yang mengancam jiwa dan kegawatdaruratan
d. Kelainan kardiovaskular
e. Kelainan kulit
f. Kelainan mata dan telinga
g. Kelainan saluran cerna
h. Kelainan perkemihan dan kelamin
i. Kelainan obstetrik dan ginekologi
j. Penyakit infeksi
k. Kelainan muskuloskeletal
l. Kelainan neoplastik
m. Kelainan neurologi
n. Psikiatri
5. Melaksanakan profesi dalam tim penyedia kesehatan
a. Menyusun dan menggerakkan tim
b. Kepemimpinan
c. Ketrampilan manajemen praktik
d. Pemecahan masalah konflik
e. Peningkatan kualitas
(Ikatan Dokter Indonesia, Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia, Kolegium Ilmu
Kedokteran Keluarga Indonesia, 2007).
kalangan yang terakhir ini disebutkan bahwa dokter keluarga harus memiliki pengetahuan
dan keterampilan yang luas, yang mencakup pengetahuan dan keterampilan beberapa dokter
spesialis, dan karenanya tidak mungkin jika diselenggarakan oleh satu dokter spesialis saja.
Dari uraian tentang orientasi serta ruang lingkup masalah kesepakatan yang ditangani pada
praktek dokter keluarga diatas, jelaslah bahwa pelayanan kedokteran yang diselenggarakan
pada praktek dokter keluarga memang agak berbeda dengan pelayanan kedokteran yang
diselenggarakan oleh dokter umum dan atau dokter spesialis. Pelayanan kedokteran yang
diselenggarakan pada praktek dokter keluarga pada umumnya:
1. Lebih aktif dan bertanggung jawab
Karena pelayanan kedokteran yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga
mengenal pelayanan kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah,bertanggung jawab
mengatur pelayanan rujukan dan konsultasi, dan bahkan,apabila memungkinkan, turut
menangani pasien yang memerlukan pelayananrawat inap di rumah sakit, maka pelayanan
kedokteran yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga umunya lebih aktif dan
bertanggung jawab daripada dokter umum.
2. Lebih lengkap dan bervariasi
Karena praktek dokter keluarga menangani semua masalah kesehatan yang ditemukan
pada semua anggota keluarga, maka pelayanan dokter keluarga pada umumnya lebih
lengkap dan bervariasi dari pada dokter umum. Tidakmengherankan jika dengan
pelayanan yang seperti ini, seperti yang ditemukan diAmerika Serikat misalnya, praktek
dokter keluarga dapat menyelesaikan tidak kurang dari 95 % masalah kesehatan yang
ditemukan pada pasien yang datangberobat.
3. Menangani penyakit pada stadium awal
Sekalipun praktek dokter keluarga dapat menangani pasien yang telah membutuhkan
pelayanan rawat inap, bukan selalu berarti praktek dokter keluarga sama dengan dokter
spesialis. Praktek dokter keluarga hanya sesuai untuk penyakit -penyakit pada stadium
awal saja. Sedangkan untuk kasus yang telah lanjut atau yang telah terlalu spesialistik,
karena memang telah berada di luar wewenang dan tanggung jawab dokter keluarga, tetap
dan harus dikonsultasikan dan atau dirujuk kedokter spesialis. Seperti yang dikatakan
oleh Malerich (1970), praktek dokter keluarga memang sesuai untuk penyakit-penyakit
yang masih dalam stadium dini atau yang bersifat umum saja. The family doctor cannot
be expected to treat all problems as best possible, but he can be expected to treat
allcommon diseases as best possible.
Tugas Dokter Keluarga
1. Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna
penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan
2. Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat,
3. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit
4. Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya
5. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan,
pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi
6. Menangani penyakit akut dan kronik
7. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS
8. Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di
RS
9. Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan
10. Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya
11. Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien
12. Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar
18 | SKENARIO 1 - Dokter Keluarga R.A. Wita Ferani K. 1102009229
13. Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu
kedokteran keluarga secara khusus.
Wewenang Dokter Keluarga
1. Menyelenggarakan Rekam Medis yang memenuhi standar
2. Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat
3. Melaksanakan tindak pencegahan penyakit
4. Memgobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer
5. Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal
6. Melakukan tindak prabedah, beda minor, rawat pascabedah di unit pelayanan primer
7. Melakukan perawatan sementara
8. Menerbitkan surat keterangan medis
9. Memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap
10. Memberikan perawatan dirumah untuk keadaan khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Prasetyawati AE. Kedokteran Keluarga dan Wawasannya.. Diakses melalui:
http://fk.uns.ac.id/static/resensibuku/BUKU_KEDOKTERAN_KELUARGA_.pdf pada
13 Desember 2012
Azwar A. 1995. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta: IDI
Azwar A, Gan GL, Wonodirekso S. 2004. A Primer On Family Medicine Practice. Singapore:
Singapore International Foundation
Qomariah. 2000. Sekilas Kedokteran Keluarga. Jakarta: FK YARSI
Olesen F, Dickinson J dan Hjortdahl P. 2000. General Practice Time for A New
Definition, BMJ; 320:3547.
Ikatan Dokter Indonesia, Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia, Kolegium Ilmu
Kedokteran Keluarga Indonesia, 2007