Anda di halaman 1dari 3

IMA: Enam Regulasi Hambat Industri Pertambangan

Regulasi-regulasi tersebut menjadi persoalan sehingga menyebabkan kemacetan dalam usaha


pertambangan.
Yoz
Dibaca: 1626 Tanggapan: 0

Kementerian ESDM himbau para pemegang KP segera menyesuaikan izin menjadi IUP paling
lambat bulan April. Foto: Sgp
BERITA TERKAIT

Dua PP Minerba Terbit

Banjir Permen dalam PP Minerba

BUMN Kawal Penyusunan PP Pelaksana UU Minerba

Selamat Tinggal Rezim Kontrak

Menteri ESDM: Pemerintah Adalah Pengatur Bukan Pemain

Sejatinya, Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
(Minerba) yang disahkan DPR setahun lalu, disusul terbitnya dua Peraturan Pemerintah (PP)
Minerba pada 1 Februari 2010, dapat memberikan kepastian hukum kepada pelaku usaha
pertambangan. Namun, Executive Director Indonesian Mining Association (IMA), Priyo
Pribadi Soemarno mengatakan, setidaknya masih ada enam hambatan regulasi di industri
pertambangan.

Hambatan regulasi yang dimaksud Priyo adalah; Pertama, UU No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, di mana dalam Pasal 37 izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah dibatalkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Kedua, UU

No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, berpotensi
menghambat pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan. Ketiga, UU No. 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan terkait larangan terhadap kegiatan pertambangan terbuka di hutan
lindung.

Keempat, UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang
memasukkan alat-alat berat dan alat-alat besar yang masih menjadi obyek pajak. Kelima,
UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, di mana
setiap orang secara langsung atau tidak langsung dilarang menambang pasir, minyak dan
gas, dan mineral apabila menimbulkan kerusakan lingkungan dan/atau pencemaran
lingkungan dan/atau merugikan masyarakat sekitar wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Keenam, dalam UU Minerba sendiri, di mana penerbitan izin usaha pertambangan bisa
terhambat lantaran pemerintah masih menunggu kejelasan RUU Tata Ruang.

Sebenarnya masih banyak regulasi-regulasi lain yang saat ini menjadi persoalan sehingga
menyebabkan kemacetan dalam usaha pertambangan, katanya dalam acara seminar yang
berjudul

Satu

Tahun

UU

Minerba

dan

Implementasi

PP

Minerba

2010,

yang

diselenggarakan hukumonline, di Jakarta.

Atas dasar itu, IMA meminta agar pemerintah dan DPR membuat peta permasalahan yang
ada untuk dicari solusinya. Kemudian diperlukan adanya kebijakan pertambangan nasional
agar persoalan pertambangan dapat diatasi dengan melihat prioritasnya bagi pembangunan.

Selain itu, perlu dibuat rencana umum jangka panjang tentang pertambangan nasional,
master

plan

produksi

pertamabangan

berjangka

lima

tahun.

Kami

dari

industri

pertambangan menyatakan siap berkontribusi pada pembangunan dan pertumbuhan


ekonomi, tambahnya.

Menurut Priyo, secara otomatis PP Minerba yang ada hanya akan berkecimpung pada
masalah peralihan Kontrak Karya (KK), Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu
bara (PKP2B) atau Kuasa Pertambangan (KP) menjadi Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan
Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).

Di acara yang sama, Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral dan Batubara Kementerian
ESDM,

Bambang

Gatot

Ariyono

menghimbau

agar

para

memegang

KP

segera

menyelesaikan perubahan izin menjadi IUP paling lambat pada bulan April.

Bambang menegaskan, jika KP belum beralih menjadi IUP hingga waktu yang ditentukan,
maka KP tersebut tidak akan masuk dalam Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) yang
akan diterbitkan oleh pemerintah. Menurutnya, pemberian tenggat waktu tersebut telah
diatur dalam Pasal 112 ayat (4) a di PP No 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Di PP itu disebutkan, KP harus disesuaikan
menjadi IUP dalam waktu paling lambat tiga bulan sejak berlakunya PP. Berarti April sudah
harus selesai, ujarnya.

Dikatakan Bambang, meskipun penerbitan IUP tersebut merupakan wewenang pemerintah


daerah setempat, namun Pemda tetap harus melakukan koordinasi dengan pemerintah
pusat, dalam hal ini Kementerian ESDM. Bambang memastikan proses peralihan menjadi
IUP tidak butuh waktu lama bila setiap perusahaan bisa melengkapi persyaratan IUP, antara
lain menyangkut peta wilayah dan koordinat pertambangan.

Sumber :
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4ba2c5f810d9e/ima-enam-regulasihambat-industri-pertambangan

Anda mungkin juga menyukai