Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FILSAFAT

PENGARUH PERUBAHAN KURIKULUM TERHADAP


PENGEMBANGAN KARATER ANAK BANGSA

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu
Pengetahuan

Ditulis oleh :
Mawaddatul Karimah (081211533001)

PROGRAM STUDI S1 KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS
AIRLANGGA
2013

DAFTAR ISI
A. LEMBAR JUDUL ....................................................................................... 1
B. DAFTAR ISI ................................................................................................ 2
C. BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH.............................................................. 3
1.2 RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 4
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PROGRAM ................................................... 4
D. BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 5
E. BAB III PEMBAHASAN ............................................................................. 8
F. BAB IV KESIMPULAN DAN PENUTUP .................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 13

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam segala aspek perkembangan
diri manusia. Pembentukan karakter yang baik serta wawasan yang luas menjadi
sorotan utama fungsi pendidikan. Begitu banyak macam pendidikan yang telah
ditanamkan sejak dini mulai dari bidang sosial, keagamaan dan eksakta. Dalam
mewujudkan tercapainya fungsi pendidikan tersebut, pendidikan di Indonesia dari
tingkat sekolah dasar hingga tingkat atas memiliki rancangan pendidikan yang
disebut kurikulum. Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab I pasal 1 ayat 19
berbunyi, : Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Mengingat kurikulum sebagai
rancangan pendidikan yang tak lain memiliki tempat yang strategis dalam
pewujudannya, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa
memahami konsep dasar kurikulum sehingga penyempurnaan kurikulum terus
berkembang.
Seiring dengan meluasnya intelektualitas dan tuntutan zaman, tuntutan ilmu
juga berkembang pesat dan akhirnya kurikulum mengalami sebanyak 10 kali
pergantian hingga sekarang. Hal ini membuat siswa harus beradaptasi dengan
sistem pendidikan yang baru. Dalam meninjau keberhasilan kurikulum, salah satu
cara yang diterapkan oleh Menteri Pendidikan adalah diadakannya ujian akhir
sebagai evaluasi hasil belajar yang disebut ujian nasional. Ujian nasional
dilakukan serempak oleh para siswa di seluruh pelosok negeri dan mempunyai
standar nilai minimal kelulusan. Hasil ujian akhir menjadi penentu kelulusan dan
mempunyai pengaruh besar terhadap keberlanjutan pendidikan siswa untuk
tingkat pendidikan yang lebih atas. Tuntutan ilmu yang semakin berkembang
sehingga kurikulum berubah mengikuti kebutuhan zaman dan standar kelulusan

dipertinggi serta sistem ujian akhir dengan lima macam soal berubah menjadi dua
puluh macam soal. Akibatnya, bentuk kecurangan demi memenuhi nilai lulus
ujian tidak dapat terelakkan. Tidak sedikit kasus kecurangan dalam pengerjaan
ujian nasional, hal itu dilakukan dari pihak siswa sendiri dan bahkan sekolah ikut
membantu. Oleh karena itu, hal ini membuktikan bahwa perubahan kurikulum
mempunyai andil dalam pembentukan karakter anak bangsa sehingga dalam
pengaplikasian kurikulum harus diterapkan benar-benar sehingga kurikulum tidak
hanya berfungsi sebagai rancangan namun juga sebagai pondasi yang kuat untuk
sistem pendidikan.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, kami merumuskan beberapa masalah, diantaranya :
1. Apa dasar dari pembentukan kurikulum?
2. Apa fungsi kurikulum?
3. Bagaimana peranan kurikulum dalam sistem pendidikan?
4. Apa faktor yang dapat mempengaruhi mutu pendidikan?
5. Apa pengaruh perubahan kurikulum bagi para siswa?
6. Apa dampak positif dan negatif dari perubahan kurikulum?
7. Bagaimana kurikulum dapat mempengaruhi karakter anak bangsa?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.3.1

Tujuan Khusus

: memenuhi tugas filsafat

1.3.2

Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui sistem yang mempengaruhi pembentukan dan


perubahan kurikulum
2. Untuk mengetahui pengaruh dan dampak perubahan kurikulum bagi
siswa
3. Sebagai solusi dampak negatif dari perubahan kurikulum

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian

kurikulum

secara

etimologis,

Websters

Third

New

International Dictionery menyebutkan kurikulum berasal dari kata curere dalam


bahasa latin currerre yang berarti berlari cepat, tergesa-gesa, menjalani.1 George
A. Beauchamp (1986) mengemukakan bahwa : A Curriculum is a written
document which may contain many ingredients, but basically it is a plan for the
education of pupils during their enrollment in given school. Dalam pandangan
modern, pengertian kurikulum lebih dianggap sebagai suatu pengalaman atau
sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan. Dipertegas lagi oleh
pemikiran Ronald, C. Doll (1974) yang mengatakan bahwa : the curriculum
has changed from content of courses study and list of subject and courses to all
experiences which are offered to learners under the auspices or direction of
school.
Landasan pembentukan kurikulum berdasarkan Pancasila dan undangundang dasar Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab I pasal 1 ayat 19, sedangkan landasanlandasan yang mendukung lainnya seperti filosofi, psikologi dan sosial budaya.
Peranan kurikulum sangat penting dalam sistem pendidikan di Indonesia yaitu
peranan konservatif, kreatif dan evaluatif.
Kurikulum sebagai landasan utama sistem pendidikan di Indonesia telah
mengalami perubahan sebanyak 10 kali. Perubahan kurikulum ini didasarkan atas
perkembangan ilmu pengetahuan guna memenuhi kebutuhan zaman. Dalam
pergantiannya, kurikulum memiliki terobosan baru tersendiri. Kurikulum pertama
kali dicetuskan pada tahun 1947 dikenal dengan nama Leer Plan (Rencana
Pelajaran) yang masih kental dengan nuansa politik Belanda. Penyusunan
kurikulum 1947 merupakan rancangan pendidikan sederhana karena dalam
penyusunannya tidak begitu spesifik hingga kurikulum 1952 yang disebut dengan
Rencana Pelajaran Terurai, didalamnya lebih merinci silabus setiap mata
1

Rusyani, Endang. Kurikulum.


http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195705101985031ENDANG_RUSYANI/Pengertian,_Fungsi_dan_Peran.pdf. Diakses, 19:28 WIB. 09/12/2013

pelajaran. Di tahun 1964, kurikulum ketiga disebut dengan Rantjana Pendidikan


yang menitikberatkan pada pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik
dan jasmani atau Pancawardhana (Hamalik, 2004). Kemudian, terobosan baru
kurikulum pada tahun 1968 yaitu kurikulum terintegrasi pertama di Indonesia
yang meliputi bidang sosial dan sains secara rinci dan merupakan pengembangan
dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa Pancasila. Selanjutnya kurikulum
mengalami pengembangan pada tahun 1975 dengan nama Kurikulum 1975 yang
lebih efisien dan efektif dengan konsep manajemen atau disebut MBO
(Management by Objective) dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional
(PPSI). Di perubahan ke enam terjadi tahun 1984 disebut Kurikulum 1984 yang
lebih mengusung skill approach (pendekatan keahlian) dengan metode yang
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL).
Perubahan kurikulum ke tujuh yaitu pada tahun 1994 yang disebut Kurikulum
1994 dan tahun 1999 dengan nama Suplemen 1999. Kurikulum ini dipadukan
dengan kurikulum sebelumnya dan memuat materi muatan lokal sesuai dengan
daerah masing-masing. Kritik pada kurikulum pendidikan pada tahun 1975, 1984,
dan 1994/1999 yaitu membebani belajar siswa karena materi kurikulum yang
terlalu padat. Sehingga siswa tidak bisa mengembangkan dirinya sesuai
kemampuan siswa masing-masing, maka peranan kurikulum pada tahun tersebut
dirasa kurang berhasil dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Oleh
karena itu pemerintah mengambil sikap untuk membenahi kurikulum pada tahun
tersebut, akhirnya lahirlah kurikulum pada tahun 2004 yang berbasis sistem
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pada kurikulum ini, setiap pelajaran
diurai berdasarkan kompetensi yang harus dicapai siswa namun hasil yang didapat
kurang memuaskan sehingga pada tahun 2006 mengalami perubahan kembali
menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang focus pada isi dan
proses pencapaian target kompetensi siswa melalui Kerangka Dasar (KD), Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
(SKKD). Kurikulum ini bertahan cukup lama hingga tahun 2013 mengalami
perkembangan menjadi Kurikulum 2013 dalam rangka menyongsong dan
menyiapkan lahirnya generasi emas Indonesia. Dalam kurikulum 2013 ini, mata

pelajaran berkontribusi pada semua ranah kompetensi dan keseragaman antara


materi proses dan hasil.
Perubahan kurikulum ini sedikit banyak memberi pengaruh terhadap siswa
karena kurang siapnya siswa untuk beradaptasi dengan kurikulum yang baru,
sehingga tidak menutup kemungkinan dapat menurunkan prestasi.
Tujuan pemerintah mengganti kurikulum dalam pendidikan tidak lain karena ingin
memperbaiki mutu pendidikan agar lebih berkembang dan mengikuti zaman,
namun dalam penerapannya masih banyak kendala sehingga siswa tidak dapat
menyesuaikan diri dengan sistem pembelajaran yang baru. Sehingga dalam
pelaksanaan evaluasi atau ujian nasional siswa menggunakan segala cara untuk
mendapatkan standar nilai kelulusan. Tidak hanya itu, bahkan beberapa sekolah
memberikan bantuan kepada siswanya dengan cara sembunyi-sembunyi. Hal ini
semakin memperburuk mental anak bangsa sebagai kader penerus di masa depan.

BAB III
PEMBAHASAN
Pendidikan tidak jauh dari kata kurikulum karena kurikulum adalah sebuah
sistem dari sebuah pendidikan. Rancangan/ kerangka pendidikan yang diwujudkan
dalam bentuk silabus dan point-point materi seperti sosial, budaya dan eksakta.
Kurikulum mempunyai peranan penting yaitu sebagai pedoman atau acuan. Bagi
guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses
pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum sebagai fungsi
pedoman dalam melaksanakan supervise atau pengawasan. Bagi orang tua,
kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar di
rumah. Bagi masyarakat, kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk
memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah.
Sedangkan bagi siswa, kurikulum merupakan sarana belajar dengan target-target
tertentu.
Selain itu fungsi kurikulum identik dengan pengertian kurikulum itu
sendiri yang berorientasi pada pengertian kurikulum dalam arti luas, maka fungsi
kurikulum memiliki arti sebagai berikut :
a. Fungsi Penyesuaian
Fungsi penyesuaian mempunyai makna kurikulum sebagai sistem
pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well
adjusted yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
b. Fungsi Integrasi
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa
pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral masyarakat.ke
jenjang yang lebih tinggi.
c. Fungsi Diferensiasi
Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu memberikan layanan terhadap perbedaan individusiswa.
Setiap siswa memiliki perbedaan baik dari aspek fisik maupun psikis.

d. Fungsi persiapan
Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu memprsiapkan siswa melanjutkan studi ke jenjang pendidikan
yang lebih.
e. fungsi pemilihan
fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai
alat pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa
untuk memilih program-program belajar yang sesuai dengan kemampuan
dan minatnya. Fungsi pemilihan ini sangat erat kaitannya dengan fungsi
diferensiasi karena pengakuan atas adanya perbedaan individual siswa
berarti pula diberinya kesempatan bagi siswa tersebut untuk memilih apa
yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.
f. Fungsi diagnostik
fungsi diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum sebagai
alat pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk
dapat memahami dan menerima potensi dan kelemahan-kelemahan yang
ada pada dirinya. Maka diharapkan siswa dapat mengembangkan sendiri
potensi yang dimilikinya aau memperbaiki kelemahan-kelemahannya.
Kurikulum dalam pendidikan memiliki peranan yang sangat strategis dan
menentukan pencapaian tujuan pendiidikan. Terdapat tiga peranan yang dinilai
sangat penting yaitu:
a. Peranan konservatif
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum dapat dijadikan sebagai
sarana utuk mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya yang dianggap
masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda, dalam hal ini para
siswa.
b. Peranan kreatif
Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu
mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang

terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan


masa mendatang.
c. Peranan kritis dan evaluatif
Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilainilai dan budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami
perubahan, sehingga pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada
siswa perlu disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada masa sekarang.
Kurikulum mengalami 10 kali perubahan sejak tahun 1947 hingga 2013
sekarang. Karena perubahan inilah kurikulum juga memberi pengaruh terhadap
mutu

pendidikan.

Semakin

berkembangnya

mutu

pendidikan

sehingga

memperluas ilmu seiring dengan kebutuhan tuntutan zaman. Namun di sisi lain,
perubahan kurikulum mempunyai dampak negatif untuk para siswa karena siswa
dituntut untuk beradaptasi dengan sistem pendidikan yang baru sehingga terjadi
penurunan terhadap prestasi dan terancamnya pada ujian nasional. Ujian nasional
merupakan bentuk evaluasi terhadap kurikulum dengan patokan standar nilai
minimal. Akibatnya, para siswa melakukan segala cara agar dapat mencapai nilai
tersebut dan di titik inilah mental anak bangsa merosot. Dengan tuntutan nilai,
para siswa lebih menjunjung nilai daripada kejujuran dalam pembentukan karakter
ke depannya. Selain itu, factor yang mempengaruhi mutu pendidikan yaitu latar
sosio-ekonomi, latar belakang kemampuan kognitif, lingkungan belajar di rumah,
sikap belajar pada pendidikan dan guru yang berperan dalam proses belajar
mengajar.
Untuk menyiapkan peserta didik agar mampu menghadapi abad ke-21 dan
bisa beradaptasi dengan perubahan kurikulum adalah tantangan utama dalam
pelaksanaan sistem pendidikan nasional sebagai implementasi UU No. 2 tahun
1989.2 Dalam kaitan dengan masalah penyusunan strategi pengembangan dan
pelaksanaan pendidikan nasional, kiranya perlu diperhatikan salah satu prinsip,
yaitu pada dasarnya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
keluarga, masyarakat dan pemerintah. Ketiganya mempunyai peran yang sama
2

UU No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta Penjelasannya. Jakarta :
Balai Pustaka

10

dalam pembentukan karakter serta pendidikan. Inilah tiga pusat pendidikan yang
telah dikenal dan sementara ini dipandang sama ampuhnya satu sama lain. Jika
kita menganut pandangan ini, maka turunnya mutu pendidikan adalah tanggung
jawab bersama ketiga sentra pendidikan tersebut.3

Soedijarto. 1993. Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Rasindo. Hlm. 41

11

BAB IV
KESIMPULAN DAN PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari Bab sebelumnya, penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pembentukan kurikulum berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia dan perubahan kurikulum merupakan bentuk
pengembangan dari kurikulum itu sendiri sesuai dengan kebutuhan zaman.
2. Pengaruh dan dampak dari perubahan kurikulum adalah semakin
meluasnya ilmu diiringi dengan rancangan pendidikan, sehingga para
siswa cenderung tidak siap untuk beradaptasi dengan sistem yang baru
akibatnya terjadi penurunan nilai dan merosotnya mental anak bangsa.
3. Hal yang mempengaruhi mutu pendidikan tidak hanya kurikulum, namun
yang lain diantaranya, latar belakang sosio-ekonomi, latar belakang
kemampuan kognitif dan kuantitatif, sikap belajar terhadap pendidikan,
tingkat partisipasi siswa terhadap belajar, dan peran guru dalam proses
belajar mengajar
4. Dampak negatif dari perubahan kurikulum dapat dicegah dengan ikut
berperannya keluarga, masyarakat dan pemerintah dalam rangka
penyiapan kader anak bangsa di masa mendatang.
b. Penutup
Demikian makalah ini saya akhiri, semoga dapat bermanfaat dalam
pengembangan pengetahuan khususnya di bidang pendidikan.
Mohon maaf atas segala kekurangan. Atas perhatiannya, kami sampaikan terima
kasih.

12

DAFTAR PUSTAKA
Nasution, S. 2008. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Rusyani, Endang. Kurikulum.


http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19570510
1985031-ENDANG_RUSYANI/Pengertian,_Fungsi_dan_Peran.pdf.
Diakses, 19:28 WIB. 09/12/2013
Subandijah, 1993. Pengembangan Dan Inovasi Kurikulum. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Sudjana, Nana. 2005. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Jakarta :
Sinar Baru Algensindo.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Soedijarto. 1993. Memantapkan Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Rasindo.


Hlm. 41
UU No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta
Penjelasannya. Jakarta : Balai Pustaka

13

Anda mungkin juga menyukai