Jika memang mau dipisahkan antara PMDN dan PMA, tentu saja harus ada
koordinasi agar tidak terjadi tumpang tindih. Para pembuat kebijakan
tentunya menyasari kebijakan pertambangan untuk dalam jangka panjang
mengingat karakteristik bisnis pertambangan.
Rezim boleh berganti dan undang-undang juga direvisi, tetapi kuncinya tetap
pada jaminan kepastian hukum.
Agar ada kepastian hukum, saat ini
Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral (DESDM) masih menggodok
Keppres yang mengatur pelimpahan kewenangan kegiatan pertambangan
pola KK dan PKP2B ke daerah.
Pelimpahan itu dilakukan secara bertahap mulai 1 Januari 2001 hingga
daerah benar-benar dapat memahami dann melaksanakan sesuai dengan
praktek internasional. Selain itu untuk mendukung pelaksanaan otonomi
daerah, DESDM juga telah melakukan penyusunan bahan masukan untuk
RPP UU No.22/1999 dan menerbitkan pedoman teknis melalui keputusan
menteri.
DESDM juga mengadakan penyuluhan di 14 titik wilayah di seluruh
Indonesia. Penyuluhan ini menyangkut prospek pertambangan Indonesia
dan kebijakan pendukungnya. Jangan sampai ada investor yang merasa
dirugikan atau malah hengkang dari Indonesia karena tidak mendapatkan
penjelasan mengenai kebijakan yang baru. Dalam sosialisasi ini, ada forum
komunikasi antar stakeholders (pemerintah, pemerintah daerah, industri,
dan masyarakat). Dengan sosialisasi ini, diharapkan ada saling pengertian
dan tidak terjadi kesenjangan informasi antara pusat, daerah, dan para
pelaku usaha pertambangan.
Indonesia memang memiliki prospek bisnis pertambangan yang cukup
menarik. Namun, perkembangan bisnis pertambangan Indonesia di masa
depan nampaknya akan banyak ditentukan oleh kebijakan di industri
pertambangan. Kebijakan pertambangan hendaknya dirumuskan secara utuh
dengan berbagai peraturan pendukungnya yang mengakomodasikan
berbagai aspek pengusahaan pertambangan. Dengan demikian, bisa
memberikan manfaat bagi negara dan rakyat serta menghindari perlakuan
diskriminatif terhadap pelaku usaha pertambangan.
Sumber :
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol4183/kebijakan-pertambangan-dari-sentralisasi-kedesentralisasi