Anda di halaman 1dari 19

I.

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Proses awal suatu pertumbuhan tanaman dimulai dengan adanya
perkecambahan. Benih merupakan bagian organ generatif tanaman yang
digunakan untuk perkembangbiakan pembudidayaan.

Dalam usaha budidaya

tanaman diperlukan benih yang memiliki daya kecambah dan tumbuh yang baik
agar menghasilkan tanaman yang baik.
Perkecambahan

merupukan

suatu

proses

pemunculan

dan

perkembangbiakan tanaman dari embrio menjadi plumula (calon batang) dan


radikula (calon akar) yang menunjukkan akan berkembang menjadi tanaman yang
normal pada kondisi lingkungan yang memungkinkan untuk tumbuh.
Tipe perkecambahan ada dua jenis yaitu perkecambahan epigeal dan
hpogeal. Perkecambahan epigeal terjadi apabila kotiledonnya ikut terbawa keatas
permukaan tanah, sedangkan perkecambahan hipogeal apabila kotiledonnya tetap
tinggal dibawah permukaan tanah. Oleh karena itu untuk membuktikan teori
tersebut maka dalam praktikum ini dilakukan pengujian tipe perkecambahan pada
benih jagung dan kedelai.

B. Tujuan
Mengetahui tipe-tipe perkecambahan dan daya vigor tanaman.

92

II. TINJAUAN PUSTAKA

Perkecambahan pada dasarnya adalah pertumbuhan embrio atau bibit


tanaman, sebelum berkecambah benih relatif kecil dan dorman. Perkecambahan
ditandai dengan munculnya radicle dan plumule. Biasanya radicle keluar dari
kulit benih, terus ke bawah dan membentuk sistem akar. Plumule muncul ke atas
dan membentuk sistem tajuk. Pada tahap ini proses respirasi mulai terjadi.
Cadangan makanan yang tidak dapat dilarutkan diubah agar dapat dilarutkan,
hormon auxin terbentuk pada endosperm dan kotiledon. Hormon tersebut
dipindah ke jaringanmeristem dan digunakan untuk pembentukan sel baru dan
membebaskan energi kinetik (Edmondet al., 1975).
Tipe perkecambahan benih ada dua macam yaitu hipogeal dan epigeal. Pada
tipe kecambah hipogeal, kotiledon tetap tinggal di tanah, sedangkan pada tipe
kecambah epigeal kotiledon terangkat keatas (Kartasapoetra, 1989). Biji legum
termasuk tipe kecambah epigeal dimana kotiledonnya ikut terangkat ke
permukaan tanah. Hal itu disebabkan karena pertumbuhan dan perpanjangan
hipokotil kearah bawah tertambat ke tanah dengan akar-akar lateral. Hipokotil
membengkok, bergeser dan muncul ke permukaan tanah (Sutopo, 1988).
Proses perkecambahan benih meliputi lima tahapan. Tahap pertama
perkecambahan benih dimulai dari proses penyerapan air oleh benih, melunaknya
kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua yaitu kegiatan sel-sel dan
naiknya tingkat respirasi benih. Tahap ketiga adalah penguraian bahan-bahan
seperti protein, karbohidrat dan lemak menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan

93

ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahanbahan yang telah diuraikan didaerah meristemmatik yang menghasilkan energi
untuk kegiatan pembentukkan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap
kelima pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan
pembagian sel-sel pada titik tumbuh (Sutopo, 1988).
Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi
untuk berkembang menjadi kecambah normal. Kecambah di bawah ini
digolongkan ke dalam kecambah abnormal adalah kecambah rusak (kecambah
yang struktur pentingnya hilang atau rusak berat. Plumula atau radikula patah atau
tidak tumbuh). Kecambah cacat atau tidak seimbang adalah kecambah dengan
pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak
proporsional. Plumula atau radikula tumbuh tidak semestinya yaitu plumula
tumbuh membengkok atau tumbuh kebawah, sedangkan radikula tumbuh
sebaliknya. Kecambah lambat adalah kecambah yang pada akhir pengujian belum
mencapai ukuran normal. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah
benih normal kecambah pada benih abnormal ukurannya lebih kecil (Rejesus,
2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan, antara lain:
1. Air. Air merupakan salah satu faktor yang mutlak diperlukan dan tidak dapat
digantikan oleh faktor lain, seperti pemberian rangsangan atau perlakuan untuk
memacu agar benih dapat berkecambah.

94

2. Komposisi Gas. Benih yang telah berimbibisi akan meningkatkan laju respirasi
karena kenaikan aktivitas enzim pernapasan akan mengakibatkan kebusukan O2
juga meningkat.
3. Suhu. Suhu merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses
perkecambahan benih karena suhu berkaitan erat dengan laju pernapasan dan
aktivitas enzim-enzim yang terdapat didalam benih tersebut. Suhu juga
mempengaruhi sintesis dan kepekaan benih terhadap cahaya.
4. Cahaya. Selama proses perkecambahan ada dua benih yang membutuhkan
cahaya terutama benih yang memiliki pigment pada kulit benihnya, karena
pigmen akan berfungsi sebagai fotosel yang dapat mengubah cahaya matahari
menjadi energi yang dapat membantu meningkatkan laju respirasi dan sebagai
energi untuk reaksi kimiawi yang bersifat endodermis (Kuswanto, 1996).

95

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan tempat


Waktu pada saat praktikum acara ini adalah Rabu, 3 Juni 2015, pukul 14.00
WIB. Tempat yang digunakan untuk praktikum ini adalah Screen House Fakultas
Pertanian Universitas Jenderal Soedirman.

B. Alat dan bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah benih jagung
(20 benih) dan kedelai (20 benih), polibag dan pasir.

C. Prosedur Kerja
1. Sampel benih jagung dan kedelai diambil, dikecambahkan masing-masing
sebanyak 20 biji, dengan pasir.
2. Diamati setiap hari ke 1, 3, 5, 7, 9 dengan cara benih yang ditanam dicabut.
3. Diamati/diidentifikasi bentuknya, digambar (dideskripsikan bagian-bagiannya)
dan dibandingkan perkecambahan antar kedua benih.

96

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 9. Pengamatan tipe perkecambahan jagung dan kedelai
No

Hari,
tanggal
pengamatan
Kamis, 4
Juni 2015

Kegiatan

Hasil

Pengamatan
hari ke 1
(pengamatan
pertama)

Sabtu, 6
Juni 2015

Pengamatan
hari ke 3
(pengamatan
kedua)

Senin, 7
Juni 2015

Pengamatan
hari ke 5
(pengamatan
ketiga)

97

Foto

Rabu, 10
Juni 2015

Pengamatan
hari ke 7
(pengamatan
keempat)

Jumat, 12
Juni 2015

Pengamatan
hari ke 9
(pengamatan
kelima)

98

B. Pembahasan

Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari


perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Tahap pertama suatu
perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih,
melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Tahap ke dua di mulai
dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi
benih. Tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian-penguraian
seperti karbohidrat lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan
ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Tahap ke empat adalah asimilasi dari
bahan-bahan yang telah diuraikan tadi. Tahap ke lima adalah pertumbuhan dari
kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada
titik-titik tumbuh (Sutopo, 2002).
Menurut (Sutopo, 2002), faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan
benih antara lain:
1. Faktor Dalam
a. Tingkat Kemasakan Benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai
tidak mempunyai viabilitas tinggi. Bahkan pada beberapa jenis tanaman, benih
yang demikian tidak akan dapat berkecambah. Diduga pada tingkatan tersebut

99

benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan juga pembentukkan
embrio sebelum sempurna.
b. Ukuran benih
Di dalam jaringan penyimpanannya, benih memiliki karbohidrat protein,
lemak dan mineral. Dimana bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan
energi bagi embrio pada

saat perkecambahan. Diduga bahwa benih yang

berukuran besar dan berat mngandung cadangan makanan lebih banyak


dibandingkan dengan benih yang kecil, mungkin pula embrionya lebih besar.
Worker & Ruckman (1968) mengemukakan bahwa ukuran benih menunjukan
korelasipositif terhadap kandungan protein pda benih sorghum (Shorghum
fulgare), makin besar/ berat ukuran benih makan kandungan proteinnya makin
meningkat pula.
c. Dormansi
Suatu benih dikatakan dorman apabila benih itu sebenarnya viabel (hidup)
tetapi tidak mau berkecambah walaupun diletakan pada keadaan lingkungan yang
memenuhi syarat bagi perkecambahannya. Periode dormansi ini dapat
berlangsung musiman atau daapat juga selama beberapa tahun, tergantung pada
jenis benih dan tipe dormansinya.
d. Zat Penghambat Perkecambahan
Penghambat perkecambahan banyak zat-zat yang diketahui dapat menghabat
perkecambahan benih, yang dikenal antara lain larutan dengan tingkat osmotik
tinggi (larutan mannitol, larutan NaCl), bahan-bahan yang mengganggu lintasan
motabolisme, umumnya menghambat respirasi sianida dinitrofenol, azide,

100

fluorida, hydroxilamine), herbisida, coumarin, auxin, bahan-bahan yang


terkandung didalam buah.
2. Faktor Luar
a. Air
Air merupakan salah

satu faktor

penting

yang

diperlukan bagi

berlangsungnya proses perkecambahan benih. Banyaknya air yang diperlukan


untuk masing-masing benih untuk dapat berkecambah bervariasi, tergantung
kepada jenis benih. Umumnya keperluan air untuk berkecambah tidak melampaui
dua atau tiga kali berat keringnya atau kadar akhir setelah mengalami imbibisi
mencapai 50-60%. Air yang diberikan pada perkecambahan benih berfungsi
sebagai berikut :
a) Air yang diserap oleh benih berguna untuk melunakkan kulit benih dan
menyebabkan berkembangnya embrio dan endosperm.
b) Air berguna mengaktifkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan proses
pencernaan, pernafasan, asimilasi dan tumbuh.
c) Air sebagai alat transportasi larutan makanan dari endososperma atau
kotiledon ke titik tumbuh pada embrio.
b. Temperatur
Setiap jenis benih untuk dapat berkecambah dengan baik membutuhkan
temperatur yang berbeda. Umumnya benih dalam perkecambahan berada pada
temperatur optimum pada kisaran antara 26,535 OC. Pada temperatur ini sistem
enzym dapat berfungsi dengan baik dan stabil untuk waktu lama,sehingga

101

berkecambahnya benih dapat terpacu dengan baik. Pada temperatur minimum


antara

05 OC kebanyakan

benih mengalami chilling hingga menghambat

aktifitas kerja enzim sehingga benih menjadi rusak dan bahkan mati tidak
berkecambah. Untuk jenis benih tanaman musim dingin temperatur minimumnya
4,5 OC. dan untuk benih tanaman musim panas temperatur minimumnya 10 15
O

C. Adapun temperatur tertinggi kebanyakan benih masih dapat berkecambah

adalah antara 30 40 OC, namun pada temperatur maximum antara 45 OC, 48 OC,
benih tidak dapat berkecambah akibat suhu tinggi.
c. Oksigen
Proses respirasi dapat diringkas sebagai berikut:
Gula

+ Oksigen +

C6H12O6

O2

> Karbondioksida +
6

CO2

H2O

air

energi

673 kkal

Proses respirasi ini akan berlangsung selama benih masih hidup. Pada saat
perkecambahan berlangsung, proses respirasi akan meningkat disertai pula dengan
meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbondioksida, air dan energi
yang berupa panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan mengakibatkan
terhambatnya proses perkecambahan benih.
d. Cahaya
Cahaya yang dibutuhkan untuk setiap benih dalam perkecambahan berbeda,
tergantung pada jenis benih. Cahaya mempengaruhi respon perkecambahan
terhadap phytochrome. Phytochrome memiliki dua bentuk yang sifatnya bolakbalik, yaitu phytokrom merah yang mengabsorpsi sinar merah dan phytochrome
infra merah. Bila pada benih yang kadang berimbibisi diberikan cahaya merah

102

maka akan menyebabkan phychrome merah berubah menjadi phytochrome infra


merah. Hal ini akan menimbulkan reaksi yang merangsang perkecambahan,
sebaliknya bila diberi cahaya infra merah akan menyebabkan perubahan dari
phytochrome infra merah menjadi phytochrome merah yang menghambat
perkecambahan.
e. Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan benih haruslah mempunyai sifat
fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyimpan air dan bebas dari
organisme penyebab penyakit terutama cendawan damping off.
Kecambah yang normal memiliki ciri-ciri antara lain:
a. Kecambah dengan pertumbuhan sempurna, ditandai dengan akar dan batang
yang berkembang baik, jumlah kotiledon sesuai (satu kotiledone bagi
monokotile dan dua kotiledon bagi dikotil), daun berkembang baik dan
berwarna hijau, dan mempunyai tunas pucuk yang baik.
b. Kecambah dengan cacat ringan pada akar, hipokotil atau epikotil, kotiledon,
daun primer, dan koleoptil.
c. Kecambah dengan infeksi sekunder tetapi bentuknya masih sempurna.
Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi
untuk berkembang menjadi kecambah normal. Ciri-ciri kecambah abnormal
diantaranya kecambah rusak tanpa kotiledon, embrio pecah, dan akar primer
pendek, bentuk kecambah cacat, perkembangan bagian-bagian penting lemah dan
kurang seimbang. Plumula terputar, hipokotil, epikotil, kotiledon membengkok,

103

akar pendek, kecambah kerdil, kecambah tidak membentuk klorofil, kecambah


lunak (Elam et al 2000).
Benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak berkecambah
sampai akhir masa pengujian, yang digolongkan menjadi:
a. Benih segar tidak tumbuh. Benih, selain benih keras, yang gagal berkecambah
namun tetap baik dan sehat dan mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi
kecambah normal. Benih dapat menyerap air, sehingga dapat terlihat benih
tampak mengembang. Namun tidak ada pemunculan struktur penting dari
perkecambahan benih. Dan jika waktu penyemaian diperpanjang benih akan
tumbuh normal.
b. Benih keras. Benih yang tetap keras sampai akhir masa pengujian. Benih
tersebut tidak mampu menyerap air terlihat dari besarnya benih tidak
mengembang, dan jika dibandingkan dengan benih segar tidak tumbuh ukuran
benih keras lebih kecil. Hal ini disebabkan karena kulit benih yang
impermeabel terhadap gas dan air (Sutopo, 2002).
Menurut (Kuswanto, 1996), tipe-tipe perkecambahan benih antara lain:
a. Perkecambahan Epigeal
Perkecambahan epigeal merupakan perkecambahan yang ditandai dengan
bagian hipokotil yang terangkat ke atas permukaan tanah. Kotiledon sebagai
cadangan energi akan melakukan proses pembelahan dengan sangat cepat untuk
membentuk daun. Proses ini dapat dilihat pada perkecambahan kacang hijau
(Phaseolus radiatus). Tipe ini terjadi, jika plumula dan kotiledon muncul di atas
permukaan tanah. Contohnya adalah perkecambahan kacang hijau (Vigna

104

radiata), cherry (prunus cerasus), kacang merah (Phaseolus vulgaris), jarak


(Ricinus cumunis), bit (Beta Fulgaris), kubis (Brassica oleraseae), kapas
(Gossypium sp), selada (Lactuca sativa), bawang merah (Allium cepa), lombok
(Capsicum annum), pinus (Pinus sp), bayam (Spinacia oleraseae).

Gambar 6. Tipe perkecambahan epigeal


b. Perkecambahan Hipogeal
Perkecambahan hipogeal merupakan perkecambahan yang ditandai dengan
terbentuknya bakal batang yang muncul ke permukaan tanah, sedangkan kotiledon
tetap berada di dalam tanah (bagian hipokotil yang tetap berada di dalam tanah).
Proses ini dapat dilihat pada perkecambahn kacang kapri (Pisum sativum). Tipe
ini terjadi, jika plumula muncul ke permukaan tanah sedangkan kotiledon tinggal
di dalam tanah. Contoh: perkecambahan kacang kapri (Pisum sativum), Jagung
(Zea mays), palem (palmae sp), dan peach (Prunus persica).
Dalam suatu tumbuhan yang mengalami perkecambahan terdapat plamula
(ujung batang yang akan menjadi sepasang daun), kulit biji (mengandung

105

cadangan makanan), epikotil (ruas yang muncul dari kotiledon yang nantinya akan
tumbuh menjadi batang dan daun), hipokotil (ruas batang di bawah daun lembaga
yang nantinya akan membentuk akar), radikula (berada pada ujung hipokotil yang
nantinya akan membentuk calon akar), koleoptil (yang membungkus calon batang
dan calon akar), endosperm (cadangan makanan yang akan menjadi bakal buah).

Gambar 7. Tipe perkecambahan hipogeal


Hasil praktikum yang telah dilakukan pada pengamatan hari pertama benih
jagung dan kedelai belum ada yang berkecambah. Pengamatan hari ketiga benih
jagung sudah mulai berkecambah, muncul kotiledon dan pada benih kedelai
belum berkecambah. Pengamatan hari kelima perkecambahan benih jagung dan
kedelai sudah tumbuh dengan baik dengan bagian pada tanaman jagung terdapat
akar, kotiledon, koleoptil dan daun, sedangkan pada tanaman kedelai dari akar,
hipokotil, kotiledon, epikotil dan daun. Pengamatan hari ketujuh perkecambahan
benih jagung yang tumbuh dengan baik sebanyak 10 dan benih kedelai yang
tumbuh juga 10. Pengamatan hari terakhir (hari kesembilan), jagung dan kedelai
tumbuh dengan baik, bagian dari tanaman jagung yaitu daun, batang, kotiledon

106

dan akar, sedangkan bagian dari tanaman kedelai yaitu daun, epikotil, kotiledon,
hipokotil dan akar. Hasil praktikum yang telah dilakukan benih kedelai memiliki
tipe perkecambahan epigeal dan

benih jagung memiliki tipe perkecambahan

hipogeal. Hal tersebut sesuai dengan pendapat (Kuswanto, 1996), bahwa


perkecambahan epigeal adalah perkecambahan yang ditandai dengan bagian
hipokotil yang terangkat ke atas permukaan tanah. Perkecambahan hipogeal
merupakan perkecambahan yang ditandai dengan terbentuknya bakal batang yang
muncul ke permukaan tanah, sedangkan kotiledon tetap berada di dalam tanah.

107

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
benih kedelai memiliki tipe perkecambahan epigeal. Perkecambahan epigeal
adalah perkecambahan yang ditandai dengan bagian hipokotil yang terangkat ke
atas permukaan tanah. Benih jagung memiliki tipe perkecambahan hipogeal.
Perkecambahan hipogeal merupakan perkecambahan yang ditandai dengan
terbentuknya bakal batang yang muncul ke permukaan tanah, sedangkan kotiledon
tetap berada di dalam tanah.

B. Saran
Pada saat pengamatan hendaknya asisten mendampingi dan memberi
pengarahan kepada praktikan, jangan hanya menunggu di Laboratorium.

108

DAFTAR PUSTAKA

Elam M, Land S 2000. Tree Seed Technology Training Course: Instructors


Manual. New Orleans: United State Departmen of Agriculture.
Kartasapoetra. 1989. Teknik Benih, Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum.
PT Bina Aksara. Jakarta.
Kuswanto, H. 1997. Dasar-dasar Teknologi, Produksi, dan Sertifikasi Benih.
Penerbit Andi. Yogyakarta.
Rejesus, B.M. 2008. Stored Product Pest Problems and Research Needs in the
Philippines. Proceeding of Biotrop Symposium on Pest of Stored Product,
Bogor.
Sutopo, A. 1988. Teknologi Benih. CV Rajawali, Jakarta.
Sutopo, L 2002. Teknologi Benih. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Malang.

109

LAMPIRAN

110

Anda mungkin juga menyukai

  • Acara 1
    Acara 1
    Dokumen11 halaman
    Acara 1
    Kustiya Ramadhan
    Belum ada peringkat
  • Acara 3
    Acara 3
    Dokumen10 halaman
    Acara 3
    Kustiya Ramadhan
    Belum ada peringkat
  • T. Acara 8
    T. Acara 8
    Dokumen9 halaman
    T. Acara 8
    Kustiya Ramadhan
    Belum ada peringkat
  • T. Acara 7
    T. Acara 7
    Dokumen24 halaman
    T. Acara 7
    Kustiya Ramadhan
    Belum ada peringkat
  • Gentum Acara 1
    Gentum Acara 1
    Dokumen17 halaman
    Gentum Acara 1
    Kustiya Ramadhan
    Belum ada peringkat
  • Gentum Acara 1
    Gentum Acara 1
    Dokumen17 halaman
    Gentum Acara 1
    Kustiya Ramadhan
    Belum ada peringkat