Anda di halaman 1dari 4

Good Corporate Goverment

Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan) adalah suatu subjek


yang memiliki banyak aspek. Salah satu topik utama dalam tata kelola
perusahaan adalah menyangkut masalah akuntabilitas dan tanggung jawab/
mandat, khususnya implementasi pedoman dan mekanisme untuk
memastikan perilaku yang baik dan melindungi kepentingan pemegang
saham. Fokus utama lain adalah efisiensi ekonomi yang menyatakan bahwa
sistem tata kelola perusahaan harus ditujukan untuk mengoptimalisasi hasil
ekonomi, dengan penekanan kuat pada kesejahteraan para pemegang
saham. Ada pula sisi lain yang merupakan subjek dari tata kelola
perusahaan, seperti sudut pandang pemangku kepentingan, yang menunjuk
perhatian dan akuntabilitas lebih terhadap pihak-pihak lain selain pemegang
saham, misalnya karyawan atau lingkungan.
Sampai saat ini para ahli tetap menghadapi kesulitan dalam mendefinisikan
GCG yang dapat mengakomodasikan berbagai kepentingan. Tidak
terbentuknya definisi yang akomodatif bagi semua pihak yang
berkepentingan dengan GCG disebabkan karena cakupan GCG yang lintas
sektoral. Definisi CGC menurut Bank Dunia adalah aturan, standar dan
organisasi di bidang ekonomi yang mengatur perilaku pemilik perusahaan,
direktur dan manajer serta perincian dan penjabaran tugas dan wewenang
serta pertanggungjawabannya kepada investor (pemegang saham dan
kreditur). Tujuan utama dari GCG adalah untuk menciptakan sistem
pengendaliaan dan keseimbangan (check and balances) untuk mencegah
penyalahgunaan dari sumber daya perusahaan dan tetap mendorong
terjadinya pertumbuhan perusahaan.
Inti dari kebijakan tata kelola perusahaan adalah agar pihak-pihak yang
berperan dalam menjalankan perusahaan memahami dan menjalankan
fungsi dan peran sesuai wewenang dan tanggung jawab. Pihak yang
berperan meliputi pemegang saham, dewan komisaris, komite, direksi,
pimpinan unit dan karyawan.
Konsep Good Corporate Governance (GCG) adalah konsep yang sudah
saatnya diimplementasikan dalam perusahaan-perusahaan yang ada di
Indonesia, karena melalui konsep yang menyangkut struktur perseroan, yang
terdiri dari unsur-unsur RUPS, direksi dan komisaris dapat terjalin hubungan
dan mekanisme kerja, pembagian tugas, kewenangan dan tanggung jawab
yang harmonis, baik secara intern maupun ekstern dengan tujuan
meningkatkan nilai perusahaan demi kepentingan shareholders dan
stakeholders. Prinsip prinsipnya sebagai berikut :

1.

2.

3.

4.

5.

Prinsip-prinsip dalam Good Corporate Governance adalah sebagai


berikut :
Transparasi
Yaitu mengelola perusahaan secara transparan dengan semua stake holder
(orang-orang yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan
aktivitas perusahaan). Di sini para pengelola perusahaan harus berbuat
secara transparan kepada penanam saham, jujur apa adanya dalam
membuat laporan usaha, tidak manipulatif. Keterbukaan informasi dalam
proses pengambilan keputusan dan pengungkapan informasi yang dianggap
penting dan relevan.
Accountability
Yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban dalam
perusahaan, sehingga pengelolaan perusahaan dapat terlaksana secara
efektif dan efisien. Manajemen harus membuat job description yang jelas
kepada semua karyawan dan menegaskan fungsi-fungsi dasar setiap bagian.
Dari sini perusahaan akan menjadi jelas hak dan kewajibannya, fungsi dan
tanggung jawabnya serta kewenangannya dalam setiap kebijakan
perusahaan.
Responsibility
Yaitu menyadari bahwa ada bagian-bagian perusahaan yang membawa
dampak pada lingkungan dan masyarakat pada umumnya. Di sini
perusahaan harus memperhatikan amdal, keamanan lingkungan, dan
kesesuaian diri dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat setempat.
Perusahaan harus apresiatif dan proaktif terhadap setiap gejolak sosial
masyarakat dan setiap yang berkembang di masyarakat.
Independensi
Yaitu berjalan tegak dengan bergandengan bersama masyarakat.
Perusahaan
harus
memiliki
otonominya
secara
penuh
sehingga
pengambilan-pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan
otoritas yang ada secara penuh. Perusahaan harus berjalan dengan
menguntungkan supaya bisa memelihara keberlangsungan bisnisnya, namun
demikian bukan keuntungan yang tanpa melihat orang lain yang juga harus
untung. Semuanya harus untung dan tidak ada satu pun yang dirugikan.
Fairness
Yaitu semacam kesetaraan atau perlakuan yang adil di dalam memenuhi hak
dan kewajibannya terhadap stake holder yang timbul berdasarkan perjanjian
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perusahaan harus
membuat sistem yang solid untuk membuat pekerjaan semuanya seperti
yang diharapkan. Dengan pekerjaan yang fair tersebut diharapkan semua
peraturan yang ada ditaati guna melindungi semua orang yang punya
kepentingan terhadap keberlangsungan bisnis kita.
Bentuk dari Good Corporate Government untuk pemilik saham

Bahwa pemilk saham disini sangat penting untuk suatu perusahaan yang
sedang berjalan, maka GCG sendiri dibuat untuk kepentingan dari
perusahaan tersebut.

CONTOH KASUS
Contoh Kasus :
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengakui adanya dugaan
pelanggaran UU No.5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat oleh PT PLN (Persero) apabila BUMN sektor
listrik itu meneruskan kebijakan capping untuk TDL sektor industri. KPPU
akan mengkaji sesuai dengan prosedur lewat pemeriksaan selanjutnya.
Kemungkinan pasal yang akan dikaji KPPU ialah pasal 19d di dalam UndangUndang Nomor 5/1999 yang mengatur masalah diskriminasi terkait
penerapan tarif terhadap para pelaku industri.Untuk itu, KPPU akan segera
menelisik data-data PLN untuk melihat siapa saja pelanggan industri yang
menikmati capping dengan yang tidak. Sementara ini, KPPU mengakui pada
2010 memang terdapat perbedaan tarif untuk golongan-golongan industri.
Untuk golongan industri kecil atau rumah tangga yang dikenakan capping
diganjar Rp803 per KWh. Sementara yang tidak kena capping dikenakan
Rp916 per KWh. Sehingga ada disparitas harga sekitar Rp113 per KWh.
Sementara untuk golongan menengah berkapasitas tegangan menengah
berbeda Rp667 per KWh apabila dikenakan capping dan Rp731 KWh untuk
yang tidak. Perbandingan bagi industri yang memakai capping dengan yang
tidak, untuk tegangan menengah sebesar 23%. Untuk golongan tarif untuk
keperluan industri besar, mereka yang dikenakan capping harus membayar
sebesar Rp594 per KWh sementara yang tidak menjadi Rp605 per KWh
(disparitas harga Rp11 per KWh). Berdasarkan indikasi-indikasi tersebut,
KPPU akan segera melakukan pemeriksaan sesuai prosedur yang ada
berdasarkan surat yang masuk ke pihaknya pada 11 Januari silam.
KPPU juga akan panggil pihak yang selama ini diuntungkan dengan
tarif lebih rendah atau yang iri terhadap perbedaan harga karena mereka
dikenakan beban yang lebih tinggi dibanding yang lain. Selain itu, mereka
juga akan memanggil Pemerintah dan Kementerian Keuangan dan Dirjen
Listrik Kementerian ESDM untuk meminta pandangan dari mereka dan akan
membuktikan di lapangan misal cek kuitansi supaya ada fakta dan data
hukum tidak hanya data statistik.
Fungsi PT. PLN sebagai pembangkit, distribusi, dan transmisi listrik
sebenarnya sudah mulai dipecah. Swasta diizinkan berpartisipasi dalam
upaya pembangkitan tenaga listrik. Sementara untuk distribusi dan transmisi
tetap ditangani PT. PLN. Saat ini telah ada 27 Independent Power Producer di
Indonesia. Mereka termasuk Siemens, General Electric, Enron, Mitsubishi,
Californian Energy, Edison Mission Energy, Mitsui & Co, Black & Veath

Internasional, Duke Energy, Hoppwell Holding, dan masih banyak lagi. Tetapi
dalam menentukan harga listrik yang harus dibayar masyarakat tetap
ditentukan oleh PT. PLN sendiri.
Krisis listrik kemudian juga memuncak saat PT. Perusahaan Listrik
Negara (PT. PLN) memberlakukan pemadaman listrik secara bergiliran di
berbagai wilayah termasuk Jakarta dan sekitarnya, selama periode 11-25 Juli
2008. Hal ini diperparah oleh pengalihan jam operasional kerja industri ke
hari Sabtu dan Minggu, sekali sebulan. Semua industri di Jawa-Bali wajib
menaati, dan sanksi bakal dikenakan bagi industri yang membandel. Dengan
alasan klasik, PLN berdalih pemadaman dilakukan akibat defisit daya listrik
yang semakin parah karena adanya gangguan pasokan batubara
pembangkit utama di sistem kelistrikan Jawa-Bali, yaitu di pembangkit
Tanjung Jati, Paiton Unit 1 dan 2, serta Cilacap. Namun, di saat yang
bersamaan terjadi juga permasalahan serupa untuk pembangkit berbahan
bakar minyak (BBM) PLTGU Muara Tawar dan PLTGU Muara Karang.
Akibat dari PT. PLN yang memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan
listrik masyarakat sangat bergantung pada PT. PLN, tetapi mereka sendiri
tidak mampu secara merata dan adil memenuhi kebutuhan listrik
masyarakat. Banyak daerah-daerah yang kebutuhan listriknya belum
terpenuhi dan juga sering terjadi pemadaman listrik secara sepihak. Kejadian
ini menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi masyarakat, dan investor
menjadi enggan untuk berinvestasi.

Anda mungkin juga menyukai