Oleh:
Rizky Saraswati I. G99141129
Rizky Masah
Daniel Satyo N.
G99142131
G99142132
G99141130
Muh. Alfian
G99141131
Hanni Wardhani
Muh. Faizal
G99142129
Pembimbing :
dr. Raharjo Kuntoyo, Sp.M
STATUS PENDERITA
I.
IDENTITAS
Nama
: Ny. M
Umur
: 75 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Suku
: Jawa
Kewarganegaraan
: Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pedagang
Alamat
: Pracimantoro - Wonogiri
Tgl pemeriksaan
: 7 November2015
No. CM
: 01319625
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama
Riwayat hipertensi
: disangkal
2.
: disangkal
3.
4.
: disangkal
5.
Riwayat kacamata
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
2.
: disangkal
3.
: disangkal
D. Kesimpulan Anamnesis
OD
OS
Proses
Degenerasi
Lokalisasi
Lensa
Sebab
Penuaan
Perjalanan
Kronis
Komplikasi
Belum ditemukan
RR : 20 x/menit
T : 36.70C
C. Pemeriksaan subyektif
OD
OS
6/20
1/~
a. pinhole
Tidak maju
Tidak maju
b. koreksi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
c. refraksi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
1. Konfrontasi tes
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
2. Proyeksi sinar
Tidak dilakukan
Baik
3. Persepsi warna
Tidak dilakukan
Baik
A. Visus Sentralis
B. Visus Perifer
D. Pemeriksaan Obyektif
1. Sekitar mata
OD
OS
a. tanda radang
Tidak ada
Tidak ada
b. luka
Tidak ada
Tidak ada
c. parut
Tidak ada
Tidak ada
d. kelainan warna
Tidak ada
Tidak ada
e. kelainan bentuk
Tidak ada
Tidak ada
a. warna
Hitam
Hitam
b. tumbuhnya
Normal
Normal
Sawo matang
Sawo matang
a. heteroforia
Tidak ada
Tidak ada
b. strabismus
Tidak ada
Tidak ada
c. pseudostrabismus
Tidak ada
Tidak ada
d. exophtalmus
Tidak ada
Tidak ada
e. enophtalmus
Tidak ada
Tidak ada
a. mikroftalmus
Tidak ada
Tidak ada
b. makroftalmus
Tidak ada
Tidak ada
c. ptisis bulbi
Tidak ada
Tidak ada
d. atrofi bulbi
Tidak ada
Tidak ada
a. temporal
Tidak terhambat
Tidak terhambat
b. temporal superior
Tidak terhambat
Tidak terhambat
c. temporal inferior
Tidak terhambat
Tidak terhambat
d. nasal
Tidak terhambat
Tidak terhambat
e. nasal superior
Tidak terhambat
Tidak terhambat
f. nasal inferior
Tidak terhambat
Tidak terhambat
2. Supercilia
c. kulit
d. gerakan
3. Pasangan bola mata dalam
orbita
6. Kelopak mata
a. pasangannya
1.) edema
Tidak ada
Tidak ada
2.) hiperemi
Tidak ada
Tidak ada
3.) blefaroptosis
Tidak ada
Tidak ada
4.) blefarospasme
Tidak ada
Tidak ada
1.) membuka
Tidak tertinggal
Tidak tertinggal
2.) menutup
Tidak tertinggal
Tidak tertinggal
10 mm
10 mm
2.) ankiloblefaron
Tidak ada
Tidak ada
3.) blefarofimosis
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Sawo matang
Sawo matang
3.) epiblepharon
Tidak ada
Tidak ada
4.) blepharochalasis
Tidak ada
Tidak ada
1.) enteropion
Tidak ada
Tidak ada
2.) ekteropion
Tidak ada
Tidak ada
3.) koloboma
Tidak ada
Tidak ada
a. tanda radang
Tidak ada
Tidak ada
b. benjolan
Tidak ada
Tidak ada
b. gerakannya
c. rima
1.) lebar
d. kulit
1.) tanda radang
2.) warna
a. tanda radang
Tidak ada
Tidak ada
b. benjolan
Tidak ada
Tidak ada
Kesan normal
Kesan normal
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
1.) edema
Tidak ada
Tidak ada
2.) hiperemi
Tidak ada
Tidak ada
3.) sekret
Tidak ada
Tidak ada
4.) sikatrik
Tidak ada
Tidak ada
1.) edema
Tidak ada
Tidak ada
2.) hiperemi
Tidak ada
Tidak ada
3.) sekret
Tidak ada
Tidak ada
4.) sikatrik
Tidak ada
Tidak ada
1.) edema
Tidak ada
Tidak ada
2.) hiperemi
Tidak ada
Tidak ada
3.) sekret
Tidak ada
Tidak ada
4.) benjolan
Tidak ada
Tidak ada
1.) edema
Tidak ada
Tidak ada
2.) hiperemis
Tidak ada
Tidak ada
9. Tekanan intraocular
a. palpasi
b. tonometri schiotz
10. Konjungtiva
a. konjungtiva palpebra superior
c. konjungtiva fornix
d. konjungtiva bulbi
3.) sekret
Tidak ada
Tidak ada
4.)injeksi konjungtiva
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
1.) edema
Tidak ada
Tidak ada
2.) hiperemis
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Putih
Putih
b. tanda radang
Tidak ada
Tidak ada
c. penonjolan
Tidak ada
Tidak ada
a. ukuran
12 mm
12 mm
b. limbus
Jernih
Jernih
c. permukaan
Rata, mengkilap
Rata, mengkilap
d. sensibilitas
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
e. keratoskop ( placido )
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
f. fluorecsin tes
Tidak dilakukan
Belum dilakukan
g. arcus senilis
Tidak ada
Tidak ada
a. kejernihan
Jernih
Jernih
b. kedalaman
Dalam
Dalam
a. warna
Cokelat
Cokelat
b. bentuk
Tampak lempengan
Tampak lempengan
3.) sikatrik
11. Sclera
a. warna
12. Kornea
14. Iris
c. sinekia anterior
Tidak tampak
Tidak tampak
Tidak tampak
Tidak tampak
a. ukuran
3 mm
3 mm
b. bentuk
Bulat
Bulat
c. letak
Sentral
Sentral
Positif
Positif
Ada
Ada
b. kejernihan
Jernih
Keruh
c. letak
Sentral
Sentral
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
d. sinekia posterior
15. Pupil
e. tepi pupil
16. Lensa
a. ada/tidak
e. shadow test
17. Corpus vitreum
a. Kejernihan
b. Reflek fundus
OS
6/20
1/~
Konfrontasi tes
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Proyeksi sinar
Tidak dilakukan
Baik
Persepsi warna
Tidak dilakukan
Baik
A.
B.
Visus perifer
C.
Sekitar mata
D.
Supercilium
E.
dalam orbita
F.
Ukuran bola mata
G.
H.
Kelopak mata
I.
Sekitar saccus
lakrimalis
Tekanan
intarokular
L.
Konjungtiva
palpebra
M.
Konjungtiva bulbi
N.
Konjungtiva fornix
O.
Sklera
P.
Kornea
Q.
Camera okuli
Kesan normal
lakrimalis
J.
Sekitar glandula
K.
anterior
R.
Iris
S.
Pupil
sentral
T.
Lensa
U.
Corpus vitreum
Kesan normal
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
V. DIAGNOSIS BANDING
OS Katarak senilis imatur
OS Katarak senilis matur
OS Kekeruhan badan kaca
VI. DIAGNOSIS
OS Katarak senilis imatur
VII. PLANNING
1.
2.
3.
4.
implementasi
5. Cek lab darah rutin dan kimia darah
6. Pro keratometri
7. Pro biometri
VIII. PROGNOSIS
OD
OS
1. Ad vitam
Bonam
Bonam
2. Ad fungsionam
Bonam
Bonam
3. Ad sanam
Bonam
Bonam
4. Ad kosmetikum
Bonam
Bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Katarak termasuk golongan kebutaan yang tidak dapat dicegah dan
dapat disembuhkan. Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan
yang terjadi pada lensa mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam
mata. Katarak terjadi karena faktor usia, namun juga dapat terjadi pada
anak - anak yang baru lahir. Katarak juga dapat terjadi setelah trauma,
inflamasi atau penyakit lainnya.
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada
usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun.3
B. Anatomi Lensa
Lensa berbentuk bikonveks dan transparan. Lensa menyumbang
kekuatan refraksi sebanyak 15-20 dioptri dalam penglihatan. Kutub
anterior dan posterior lensa dihubungkan oleh garis khayal yang disebut
axis, sedangkan equator merupakan garis khayal yang mengelilingi lensa.
Lensa merupakan struktur yang tidak memiliki pembuluh darah dan tidak
memiliki pembuluh limfe. Di dalam mata, lensa terfiksir pada serat zonula
yang berasal dari badan silier. Serat zonula tersebut menempel dan
menyatu dengan lensa pada bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa.
Kapsul ini merupakan membran dasar yang melindungi nukleus, korteks
dan epitel lensa.
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan
transparan tersusun dari kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel
lensa. Kapsul ini mengandung isi lensa serta mempertahankan bentuk
lensa pada saat akomodasi. Bagian paling tebal kapsul berada di bagian
anterior dan posterior zona pre-equator dan bagian paling tipis berada di
bagian tengah kutub posterior.
Lensa terfiksir oleh serat zonula yang berasal dari lamina basal
pars plana dan pars plikata badan silier. Serat-serat zonula ini menyatu
dengan lensa pada bagian anterior dan posterior kapsul lensa.
ini
dapat
menyebabkan
depresi
metabolisme
glukosa,
toksoplasmosis,
inklusi
sitomegalik,
dan
terdapat
riwayat
kejang,
tetani,
ikterus,
atau
bertambah
cembung.
Pencembungan
lensa
akan
d. Stadium hipermatur.
Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga
masa lensa ini dapat keluar melalui kapsul. Akibat pencairan
korteks ini maka nukleus "tenggelam" kearah bawah jam 6 (katarak
morgagni). Lensa akan mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar
kedalam bilik mata depan maka dapat timbul penyulit berupa
uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik3
4. Katarak Intumesen.
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa
degeneratif yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa
disertai pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan
mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan
keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan
penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak
yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopi lentikularis. Pada
keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan mencembung dan
daya biasnya akan bertambah, yang meberikan miopisasi. Pada
pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan
jarak lamel serat lensa.3
5. Katarak Brunesen.
Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra)
terutama pada lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes
militus dan miopia tinggi. Sering tajam penglihatan lebih baik dari
dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada orang berusia lebih
dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak kortikal
posterior.5
Tabel 1.1 Perbedaan karakteristik Katarak6
Insipien
Imatur
Matur
Hipermatur
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Masif
Cairan Lensa
Normal
Bertambah
Normal
Berkurang
Iris
Normal
Terdorong
Normal
Tremulans
Normal
Dangkal
Normal
Dalam
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Shadow test
(-)
(+)
(-)
+/-
Visus
(+)
<
<<
<<<
Penyulit
(-)
Glaukoma
(-)
Uveitis+glaukoma
2. Katarak Kortikal
Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan
kekeruhan putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga
mengganggu penglihatan. Banyak pada penderita DM
3. Katarak Subkapsular.
Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada
lajur jalan sinar masuk. DM, renitis pigmentosa dan pemakaian
kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dapat mencetuskan
kelainan ini. Biasanya dapat terlihat pada kedua mata.
E. Etiologi
Katarak memiliki banyak etiologi. Umumnya adalah karena faktor
usia. Berdasar waktu terjadinya, katarak dibedakan menjadi katarak
didapat (99% kasus, terdiri dari 90% kasus katarak senilis dan 9% katarak
lainnya) dan kongenital (kurang dari 1% kasus). Katarak kongenital
disebabkan karena kelainan genetik, gangguan perkembangan, dan infeksi
virus (terutama rubella) pada masa pertumbuhan janin. Katarak juga dapat
disebabkan karena kelainan sistemik atau metabolik (contohnya DM) dan
terapi kortikosteroid sistemik dalam jangka waktu yang lama. Rokok dan
konsumsi alkohol meningkatkan faktor risiko katarak.7
F. Patofisiologi
Katarak memiliki banyak patofisiologi tergantung dari jenis
katarak itu sendiri. Biasanya terjadi bilateral, tapi tiap mata memiliki
kecepatan perkembangan katarak yang berbeda.
Katarak senilis patogenesisnya multifaktorial
dan
belum
1.
menyilaukan mata
g. Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )
Gejala lainya adalah :
1. Sering berganti kaca mata
2. Penglihatan sering pada salah satu mata. Kadang katarak menyebabkan
pembengkakan lensa dan peningkatan tekanan di dalam mata
(glaukoma ) yang bisa menimbulkan rasa nyeri.
H. Tatalaksana
Pemeriksaan rutin
1. Pemeriksaan visus dengan kartu snellen atau chart projector
dengan koreksi terbaik serta menggunakan pinhole
2. Pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat segmen anterior
3. Tekanan intraocular (TIO) diukur dengan tonometer non contact,
aplanasi atau schiotz
4. Jika TIO dalam batas normal (kurang dari 21 mmHg) dilakukan
dilatasi pupil. Setelah pupil cukup lebar dilakukan pemeriksaan slit
lamp untuk melihat derajat kekeruhan lensa apakah sesuai dengan
visus pasien.
a. Derajat 1 : nukleus lunak, biasanya visus masih lebih baik
dari 6/12, tampak sedikit kekeruhan dengan warna agak
putih. Reflek fundus masih mudah diperoleh. Usia
penderita biasanya kurang dari 50 tahun.
b. Derajat 2 : nukleus dengan kekerasan ringan, biasanya
visus antara 6/12-6/30, tampak nukleus
mulai sedikit
Pemeriksaan tambahan:
-
katarak
Retinometri untuk mengetahui prognosis tajam penglihatan setelah
operasi10
Terapi
Sampai sekarang tidak ada terapi konservatif untuk mencegah,
memperlambat, atau mengembalikan perkembangan katarak, kecuali
untuk katarak galaktosemik yang merupakan kasus khusus. Operasi
merupakan pilihan terapi utama dan tersering untuk menangani katarak.
Sebelumnya operasi katarak tergantung pada kematangan katarak, tapi
hal ini sudah bukan menjadi masalah pada operasi katarak modern.7
Berdasarkan INASCRS terapi katarak adalah sebagai berikut:
1. Penatalaksanaan non bedah untuk visus lebih baik atau sama
2.
3.
operasi katarak.
Tatalaksana pasien katrak dengan visus terbaik kurang dari 6/12
adalah operasi katarak berupa EKEK + IOL atau fako emulsifikasi + IOL dengan mempertimbangkan ketersediaan alat,
4.
5.
implantasi IOL
Ukuran IOL dihitung
6.
berdasarkan
data
keratometri
serta
sebaik-baiknya10
Indikasi operasi
Indikasi operasi katarak dibedakan menjadi dua, yaitu indikasi
optik dan indikasi medis.
Indikasi optik:
- Pada katarak bilateral, ketika pasien merasakan kecacatan pada
penglihatannya maka mata dengan visus paling buruk harus
segera dilakukan operasi. Bagaimanapun, batasan ini sangat
-
Indikasi medis:
-
melakukan
operasi
untuk
mencegah
phacolytic
glaucoma.
Pada keadaan penyakit retina, pengambilan katarak mungkin
dibutuhkan untuk membersihkan axis optik dalam diagnosis
dan terapi laser pada retina.7
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi, pasien didiagnosa
dengan OS Katarak senilis imatur. Adapun penatalaksanaan pasien ini adalah
dengan dilakukan operasi phaco emulsifikasi dan IOL implementasi jika
kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa
sehingga mengganggu pekerjaan atau aktivitas sehari-hari.
B. Saran
Dokter umum sebaiknya mengenali tanda tanda dari katarak sehingga
dapat memberikan penatalaksanaan awal dan rujukan yang tepat bagi pasien
sehingga mengurangi resiko kebutaan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Perdami
Katarak.
(PerhimpunanDokterSpesialis
Mata
Indonesia).
2011.
http://www.perdami.or.id/?page=news_seminat.detail&id=2
Jakarta:
BalaiPenerbit FKUI
4. AAO (American Academy of Ophthalmology). 2011. Cataract.
http://www.geteyesmart.org/eyesmart/diseases/cataracts.cfm
(diakses
Epidemiology
and
Treatment.
Hindawi