Anda di halaman 1dari 109

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK ASUHAN KEPERAWATAN


MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN:
KETIDAKBERDAYAAN PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN PENGGUNAAN OPIAT
DI RSKO JAKARTA

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

SUSI PURWATI
0806323246

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI NERS ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
JULI 2013

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK ASUHAN KEPERAWATAN


MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN:
KETIDAKBERDAYAAN PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN PENGGUNAAN OPIAT
DI RSKO JAKARTA

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ners Keperawatan

SUSI PURWATI
0806323246

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI NERS ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
JULI 2013
ii

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

iii

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

iv

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang


telah melimpahkan berkah, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini. Penulisan tugas akhir ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ners di Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI). penulis menyadari bahwa, tanpa
bimbingan, bantuan, dan saran dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai
pada penyusunan tugas akhir ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan
tugas akhir ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
(1)

Ibu Ice Yulia Wardani, M.Kep., Sp.Kep.Jiwa selaku pembimbing akademik


selama penulis praktik Pendidikan Ners di RSKO Jakarta, yang telah
menyediakan waktu ditengah kesibukan dan jadwal yang padat. Terima
Kasih banyak Bu;

(2)

Ibu Widya Lolita, S.Kp., M.Kep selaku pembimbing dari Lahan praktik di
RSKO Jakarta yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
memberikan bimbingan selama proses praktik di RS serta mengarahkan
penulis dalam penyusunan tugas akhir ini, bertemu dengan Ibu penulis
merasa menemukan sosok ibu ditanah perantauan selama menempuh
pendidikan profesi Ners di RSKO Jakarta;

(3)

Ibu Dewi Sartika, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.Jiwa selaku pembimbing dari


Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis selama praktik di
RSKO Jakarta;

(4)

Ibu Novy Helena CD., MSc. selaku selaku pembimbing lahan praktik
Pendidikan Profesi FIK UI di RSKO Jakarta;

(5)

Seluruh dosen dan karyawan FIK UI sebagai orang tua kedua di kampus
yang banyak memberikan kemudahan dan pengarahan serta motivasi selama
pendidikan Profesi Ners;

(6)

Seluruh residen di RSKO yang telah berbagi banyak pengalaman yang sulit
penulis dapatkan ditempat lain, kalian adalah adalah orang-orang special.
v

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Terkhusus untuk seseorang yang telah membagi pengalaman hidup


bagaimana sulitnya berada dikondisi dan posisi seperti itu. Terima kasih
pula untuk pemahaman atas jawaban yang penulis coba cari selama 14
tahun;
(7)

Ayahanda tercinta Kamari dan ibunda tersayang Sariatik, kakakku


Sriwahyuni, serta adikku Widya walaupun kalian jauh, dukungan dan
semangat terus kalian alirkan untukku;

(8)

Adikku Ningsih yang selalu bersedia mendengarkan keluh dan kesah selama
praktik di RSKO Jakarta;

(9)

Untuk seseorang yang telah memberikan support tanpa kenal lelah Rudi
Susanto, S.ST. Semoga kesabaran itu benar tiada ujungnya;

(10) Sahabat-sahabatku yang berjuang bersama dalam canda, tawa, dan amarah
yang kadang tidak bisa untuk diredam, yang menyatu dalam kegilaan kita
selam praktik di RSKO, peace buat kita : Santi, Resti, Onya, Zume, Yuyun,
Yunika, Cimoe, Erny, Pak Wahyu;
(11) Pemerintah daerah Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara yang telah
memberi kesempatan penulis untuk menempuh jenjang pendidikan profesi
Ners di Universitas Indonesia melalui beasiswa daerah;
(12) Seluruh karyawan RSKO Jakarta yang banyak membantu penulis selama
praktik. Selain itu suasana praktik yang menyenangkan dan bersahabat
membuat penulis menemukan keluarga kedua.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis menerima berbagai kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Penulis berharap Allah SWT berkenan
membalas semua kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan
tugas akhir ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Depok, Juli 2013

Penulis
vi

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

vii

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

ABSTRAK

Nama
: Susi Purwati
Program Studi/Jenjang : Ners Keperawatan/ Profesi
Judul Tugas Akhir :Analisis Praktik Klinik Asuhan Keperawatan Masalah
Kesehatan Masyarakat Perkotaan: Ketidakberdayaan Pada
Klien Dengan Gangguan Penggunaan Opiat di RSKO
Jakarta

xiv + 59 halaman + 3 tabel + 4 Skema + 4 lampiran


Modernisasi dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental pada masyarakat
perkotaan. Perubahan gaya hidup modern mengarah pada perilaku kosmopolitan,
menjadi faktor predisposisi peningkatan masalah mental pada masyarakat
perkotaan, salah satunya adalah penggunaan NAPZA akibat peningkatan beban
psikologis. Heroin merupakan salah satu obat psikoaktif jenis opiat semisintetik
yang bersifat depresan, dipilih sebagai alternatif penyelesain masalah hingga
seseorang mengalami kecanduan (adiksi). Respon ketidakberdayaan dapat
menjadi efek yang timbul akibat ketergantungan zat. Karya ilmiah ini adalah
analisis dari penerapan asuhan keperawatan akibat dari respon ketidakberdayaan
yang dialami oleh klien dengan ketergantungan opiat khususnya Heroin yang
sedang menjalani program perawatan detoksifikasi. Hasil analisis menunjukkan
bahwa intervensi asuhan keperawatan generalis menggunakan tehnik dereflection
melalui metode FRAMES terbukti mampu menyelesaikan masalah
ketidakberdayaan pada klien dibuktikan dengan peningkatan kemampuan self
being dan Coping mecanism. Namun, keberhasilan untuk mempertahankan
kondisi tersebut perlu support system baik dari orang terdekat, keluarga, maupun
kelompok, termasuk kebutuhan akan terapi komunitas.

Kata kunci: Advice; Dereflection; Emphaty; Feedback; Heroin;


Ketidakberdayaan; Menu; Responsibility; dan Self-Efficacy.

viii

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name
Major
Title

: Susi Purwati
: Nursing Science
: Analysis of Clinical Practice Problems of Urban Public Health
Nursing: Powerlessness In Clients With Addiction of Opiates at
Drug Adicttion Hospital Jakarta.

xii + 56 pages + 3 tabel + 4 skema + 4 attachments


Modernization can be negative impact for mental health urban community. There
are changes of modern lifestyle leads to cosmopolitan behavior, its can be
predisposition factor to increase mental health problems in urban communities,
one of which is drugs abuse cause increased psychological burden. Heroin is a
semisynthetic opiate psychoactive drugs that are depressants, chosen as an
alternative finishly of problems to a person experiencing become addiction.
Response powerlessness can be caused by the effects addiction of substance. This
scientific paper is the application of analysis nursing intervention to the response
of powerlessness by clients with addiction of opiate especially Heroin in
hospitalisation detox program. The analysis showed that generalist nursing
interventions using techniques dereflection through FRAMES method proved
capable of resolving the problem of powerlessness to client, its look an increase
in the ability of self-being and coping mecanism. However, the success of these
conditions need to maintain a good support system like from people nearby,
families, and groups, and including need for community teraphy.
Keywords: Advice; Dereflection; Emphaty; Feedback; Heroin; Powerlessness;
Menu; Responsibility, and Self-Efficacy.

ix

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS.............................................................
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...................................
ABSTRAK..................................................................................................................
ABSTRACT...............................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
DAFTAR TABEL.......................................................................................................
DAFTAR SKEMA.....................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................

ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
x
xii
xiii
xiv

1. PENDAHULUAN..................................................................................................
1.1 Latar Belakang...................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................

1
1
5
6
7

2. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................
2.1 Opiat.............................................................................................................
2.1.1 Dampak Penyalahgunaan Opiat.............................................................
2.1.2 Terapi Subtitusi Opiat............................................................................
2.2 Rentang Respon Penggunaan Zat................................................................
2.3 Ketidakberdayaan...........................................................................
2.3.1 Pengertian Ketidakberdayaan................................................................
2.3.2 Penyebab Ketidakberdayaan..................................................................
2.3.3 Batasan Karakteristik Klien Dengan Ketidakberdayaan.......................
2.3.4 Proses Terjadinya Masalah.....................................................................
2.3.5 Intervensi Keperawatan Diagnosa Ketidakberdayaan...........................

8
9
10
13
14
15
15
15
16
16
25

3. ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................
3.1 Gambaran Kasus.............................................................................................
3.2 Analisa Data...................................................................................................
3.3 Proses Terjadinya Masalah Ketidakberdayaan Pada Klien............................
3.4 Pohon Masalah...............................................................................................
3.5 Prioritas Diagnosa Keperawatan....................................................................
3.6 Inplementasi Asuhan Keperawatan................................................................
3.7 Evaluasi Hasil Asuhan Keperawatan..............................................................

28
29
31
34
34
34
34
38

4. PEMBAHASAN...................................................................................................
4.1 Profil Lahan Praktik........................................................................................
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait Keperawatan

40
40

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) & Konsep Kasus Terkait............


4.3 Analisis Intervensi Keperawatan & Penelitian...............................................
4.4 Analisis Penyelesaian Masalah.......................................................................

41
45
51

5. PENUTUP............................................................................................................
5.1 Kesimpulan....................................................................................................
5.2 Saran..............................................................................................................

54
54
55

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
LAMPIRAN

58

xi

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1

Analisa data: Koping individu tidak efektif...............................

31

Tabel

3.2

Analisa data: Ketidakberdayaan.................................................

32

Tabel

3.3

Analisa data: Gangguan Pola tidur, Nyeri, & Kurang


Pengetahuan................................................................................

xii

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

33

Universitas Indonesia

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1

Riwayat Awal Penggunaan NAPZA.......................................... 29

Skema 3.2

Pohon Masalah..........................................................................

34

Skema 3.3

Discharge Planning Intervensi Klien........................................

38

Skema 3.4

Skema Perkembangan Hasil Asuhan Keperawatan...................

39

xiii

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Pengkajian

Lampiran 2

Proses Terjadinya Masalah Ketidakberdayaan Pada Klien

Lampiran 3

Catatan Perkembangan Asuhan Keperawatan

Lampiran 4

Curiculum Vitae Penulis

xiv

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kondisi kehidupan di era modern semakin kompleks. Proses modernisasi sampai
saat ini masih tampak dimonopoli oleh masyarakat perkotaan (urban community),
terutama di kota-kota negara yang sedang berkembang, seperti halnya di
Indonesia. Modernisasi sebagai proses perubahan sosial tidak dapat dihindari oleh
masyarakat manapun, khususnya masyarakat perkotaan. Modernisasi memiliki
dampak positif dan negatif. Dampak positifnya, masyarakat memiliki teknologi
modern sehingga dapat mensejahterakan kehidupan manusia. Sementara dampak
negatif dari modernisasi antara lain, dikarenakan perubahan yang cepat, maka
tidak setiap orang dapat mengikuti perubahan sosial tersebut. Akibatnya
meningkatkan beban psikologis, sosiologis, maupun beban ekonomi (Soeroso,
2008).
Peningkatan beban psikologis yang menjadi salah satu prevelensi peningkatan
masalah kesehatan mental pada masyarakat urban akibat modernisasi. Data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan rata-rata nasional
gangguan mental emosional yang dimulai dengan perasaan cemas dan depresi
adalah 11.6% atau sekitar 19 juta penduduk dan itu terjadi pada penduduk mulai
usia 15 tahun. Gangguan kesehatan mental dapat mengarahkan seseorang untuk
untuk beralih pada perilaku menyimpang seperti merokok, alkohol, tawuran, seks
bebas bahkan penyalahgunaan NAPZA (Widianti, 2007). Remaja menjadi bagian
dari kelompok usia yang rentan untuk mengalami gangguan kesehatan mental.
Tren perilaku individu juga mengarah pada pola perilaku yang menuntut tingginya
mobilitas, sehingga meningkatkan risiko peningkatan beban hidup, yang juga
akan berpengaruh terhadap kesehatan mental individu akibat stres. Stres terhadap
berbagai tuntutan baik itu dari diri sendiri maupun lingkungan. Peningkatan beban
hidup yang meningkatkan stres, menjadi lebih labil dan mudah untuk beralih pada
1

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

perilaku menyimpang. Perilaku pengggunaan narkoba atau obat psikoaktif lainnya


merupakan gejala yang merebak di daerah perkotaan. Hal tersebut sesuai dengan
hasil riset Badan Narkotika Nasional (BNN, 2012) tentang tingginya kebutuhan
pelayanan kesehatan dibidang NAPZA di wilayah urban. Meluasnya penggunaan
narkoba dapat disebabkan oleh modernisasi akibat perubahan gaya hidup modern,
ketidakmampuan untuk mengahadapi kenyataan hidup, atau dicetuskan oleh
kurangnya kontrol keluarga terhadap anggota keluarga. NAPZA dianggap sebagai
suatu media yang mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan yang dihadapi
(Kemenkes, 2010).

Data dari United Nations Office on Drugs and Crime

(UNODC) tahun 2011 diperoleh bahwa 31 persen remaja yang minum alkohol
mengaku stres dan memiliki Attention-Deficit Disorder (ADD) karena jarang
diperhatikan oleh orang tua, akibat kesibukan orang tua.
Stresor kehidupan semakin meningkat. Individu diharuskan untuk menghadapi
stresor tersebut dengan kemampuan koping yang dimiliki. Ketika terjadi
ketidakadekuatan koping yang adaptif, maka dapat mengarah pada perilaku yang
menyimpang (Widianti, 2007). Keperawatan merupakan ilmu yang memberikan
fokus perhatian utama terhadap kondisi homeostasis individu dalam kondisi
seimbang. Hal tersebut diperkuat oleh tokoh keperawatan sepanjang waktu
Florence Nigtingale yang menyatakan tujuan keperawatan adalah untuk dapat
menempatkan klien dalam kondisi yang paling baik (Smeltzer & Bare, 2005).
Tujuan tersebut sesuai dengan pedoman keperawatan sebagai ilmu yang berfokus
pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia, sebagai upaya untuk mempertahankan
homeostasis tubuh. Individu yang merupakan bagian dari sasaran integrasi
pelayanan keperawatan,

menjadi rentan untuk mengalami ketidakseimbangan

homeostasis akibat stres, baik itu berasal dari pekerjaan maupun berasal dari
kehidupan pribadi.
Stres merupakan salah satu reaksi atau respon psikologis manusia saat dihadapkan
pada hal-hal yang dirasa telah

melampaui batas atau dianggap sulit untuk

dihadapi. Seseorang yang mengalami stres dapat berdampak positif atau negatif
(Agolla & Ongori, 2009). Beban stres yang dirasa terlalu berat dapat memicu
gangguan memori, konsentrasi, penurunan kemampuan penyelesaian masalah
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

(Goff. A.M., 2011). Tuntutan internal maupun eksternal dari kehidupan seseorang
dapat memberi tekanan yang melampaui batas. Ketika hal tersebut terjadi, maka
overload tersebut akan mengakibatkan terjadinya distres, dalam bentuk kelelahan
fisik atau mental, daya tahan tubuh menurun, dan emosi yang mudah meledakledak. Beban stres yang dirasa berat dapat memicu seseorang merespon dengan
mekanisme koping yang tidak adaptif, yang mengarah pada perilaku negatif,
seperti merokok, alkohol, tawuran, seks bebas bahkan penyalahgunaan NAPZA
(Widianti, 2007).
Koping individu tidak efektif didefinisikan sebagai kerusakan perilaku adaptif dan
kemampuan menyelesaikan masalah seseorang dalam menghadapi tuntutan peran
dalam kehidupan (Townsend, 2010). Koping yang tidak efektif dapat
mengarahkan kepada suatu kondisi ketidakberdayaan. Ketika individu terus
mencoba menggunakan berbagai sumber koping yang dimiliki dan dapat ia
digunakan, Tetapi tidak menghasilkan suatu hasil yang mengarah kepada tujuan
penggunaan koping. Maka, dapat berakibat pada kelelahan menggunakan sumber
adaptasi, sehingga menempatkan individu dalam kondisi ketidakberdayaan. Pada
ketidakberdayaan, klien mungkin mengetahui solusi terhadap masalahnya, tetapi
percaya bahwa hal tersebut di luar kendalinya untuk mencapai solusi tersebut. Jika
ketidakberdayaan

berlangsung

lama,

dapat

mengarah

ke

keputusasaan.

Pendekatan klien dengan kondisi ketidakberdayaan memerlukan intervesi


psikososial dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan pasien menghadapi
setiap masalah (Coping mecanism) (Kemenkes RI, 2010).
Pada klien gangguan penggunaan NAPZA, Intervensi psikososial dapat diberikan
pada setiap tahapan terapi baik dalam keadaan intoksifikasi maupun saat fase
rehabilitasi yang disesuaikan dengan kondisi pasien khususnya pasien dengan
kesadaran penuh. Klien dengan gangguan penggunaan NAPZA yang sedang
berada dalam terapi intoksifikasi maupun rehabilitasi yang sudah sering bolakbalik

ke

pelayanan

akibat

relapse

berisiko

tinggi

untuk

mengalami

ketidakberdayaan dan dapat berakhir pada keputusasaan. Atau bahkan mereka


masuk

kedalam

program

intoksifikasi

maupun

rehabilitasi

akibat

ketidakberdayaan dalam melawan keinginan ataupun kondisi penuh tekanan untuk


Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

kembali menggunakan NAPZA. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk kembali


ke kondisi yang bebas dari NAPZA dengan program terapi yang membingungkan
dan membutuhkan waktu yang lama.
Hasil wawancara dengan salah satu klien yang mampu bebas dari NAPZA selama
2 tahun, kemudian kembali relapse mengatakan bahwa dirinya ingin berhenti dan
kembali hidup normal. Namun, tidak bisa menjamin bahwa Ia mampu melawan
keinginan untuk kembali menggunakan NAPZA ketika kembali ke masyarakat.
Walaupun Ia tahu bahwa untuk dapat hidup kembali normal Ia harus berhenti
menjadi seorang pecandu. Klien mengatakan ia tahu apa yang harus dilakukan
supaya tetap bebas dari NAPZA, namun tidak berdaya melawan tekanan atau
keinginan untuk kembali menggunakan NAPZA.
Penulis tertarik untuk melakukan intervensi keperawatan pada klien dengan
gangguan penggunaan NAPZA, khususnya jenis opiat yaitu heroin dengan
diagnosis keperawatan ketidakberdayaan di Rumah Sakit Ketergangungan Obat
(RSKO) Jakarta. RSKO Jakarta adalah rumah sakit dengan pelayanan utama
dibidang NAPZA yang memiliki visi sebagai pusat layanan dan kajian nasional
maupun regional dalam bidang gangguan yang berhubungan dengan zat. Visi
tersebut dicapai dengan cara melaksanakan upaya preventif, promotif, kuratif dan
rehabilitatif bagi masyarakat umum dalam bidang gangguan yang berhubungan
dengan zat dan penyakit terkait serta memberikan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat umum; Melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga profesi
serta masyarakat umum serta penelitian dan pengembangan dalam bidang
gangguan yang berhubungan dengan zat.
RSKO dilengkapi dengan Instalasi rawat inap yang terdiri dari 3 unit yaitu High
Care Unit (HCU), Ruang Komplikasi

Medik (detoksifikasi), & Ruang

Rehabilitasi. High Care Unit (HCU) diberi nama ruangan Bidadari, untuk rawat
inap bagi pasien yang mengalami gangguan/masalah fisik yang bersifat akut dan
kronis. Sedangkan ruang detoksifikasi diberi nama ruangan Medic Psikiatrik
Evaluation (MPE) diperuntukkan bagi pasien yang mengalami gejala putus zat
akut atau sedang dalam masa withdrawal NAPZA. Sedangkan ruang Rehabilitasi

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

di peruntukkan bagi pasien yang sedang dalam masa pemulihan setelah selesai
dari rawat inap di ruang MPE, untuk proses recovery klien.
Penulis melakukan asuhan keperawatan terhadap salah satu klien yang sedang
menjalani program intoksifikasi di Ruang Medik Psikiatri Evaluatin (MPE)
RSKO Jakarta. Asuhan keperawatan yang dilakukan penulis dilaksanakan dari
tanggal 13 Mei 2013 sampai 20 Juni 2013. Adapun judul yang penulis angkat
adalah Analisis Praktik Klinik Asuhan Keperawatan Masalah Kesehatan
Masyarakat Perkotaan: Ketidakberdayaan Pada Klien Dengan Gangguan
Penggunaan Opiat di RSKO Jakarta. Penulis mencoba melakukan pendekatan
psikososial dengan memandang individu secara utuh dan unik. Pendekatan
intervensi keperawatan berfokus pada pemberian asuhan keperawatan secara bio,
psiko, sosio, dan spiritual untuk meningkatkan self being dari individu
berdasarkan evidence base dan lebih diarahkan kepada peningkatan kemampuan
Coping mecanism.

1.2 Rumusan Masalah


Kondisi kehidupan di era modern semakin kompleks, arus modernisasi tidak
hanya memberikan dampak positif, tetapi juga dampak negatif terhadap kesehatan
mental pada masyarakat perkotaan. Sifat individualisme yang semakin tinggi,
perubahan gaya hidup mengarah pada perilaku kosmopolitan, menjadi faktor
predisposisi yang mengarahkan masyarakat perkotaan rentan untuk mengalami
masalah perilaku menyimpang salah satunya adalah penggunaan NAPZA.
Peningkatan masalah perilaku menyimpang cenderung tinggi di wilayah
perkotaan khususnya gangguan perilaku berupa penggunaan NAPZA.
Penggunaan NAPZA disebut sebagai gangguan perilaku karena penggunaan zat
tidak akan menyelesaikan masalah, sehingga termasuk dalam penggunaan koping
maladaptif. Ketika individu mulai menyadari bahwa penggunaan NAPZA lebih
berdampak buruk terhadap kondisi kehidupannya, Seseorang mungkin atau
bahkan dapat dipastikan memiliki keinginan untuk berhenti menggunakan.
Namun, komorbiditas ke organ otak, yang mempengaruhi kondisi perilaku secara
psikologis tidak mampu untuk dihilangkan. Akibatnya individu riwayat pengguna
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

NAPZA khususnya jenis opiat berada dalam kondisi tidak berdaya. Oleh karena
itu timbul beberapa pertanyaan dari penulis, antara lain sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana riwayat penggunaan NAPZA pada klien yang merupakan
bagian dari

individu

di dalam masyarakat

perkotaan,

sehingga

mengakibatkan klien mengalami kecanduan?


1.2.2 Bagaimana pengaruh dan pengetahuan klien tentang akibat penggunaan
NAPZA tersebut khususnya terhadap konsep diri klien?
1.2.3 Bagaimana penerapan asuhan keperawatan (pengkajian sampai dengan
evaluasi) yang tepat untuk klien yang mengalami ketidakberdayaan dalam
melawan adiksinya tersebut?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dalam pemberian asuhan keperawatan pada
pasien

dengan

gangguan

penggunaan

opiat

yang

mengalami

ketidakberdayaan secara komprehensif melalui pendekatan bio, psiko,


sosio, dan spiritual berdasarkan evidence base. Sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan penulis dalam memberikan
asuhan

keperawatan

klien

dengan

diagnosis

keperawatan

ketidakberdayaan khususnya pada klien dengan gangguan penggunaan


opiat.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan karya ilmiah ini adalah agar:
1.3.2.1 Memperoleh gambaran tentang pengkajian pada klien dengan
gangguan penggunaan NAPZA
1.3.2.2 Dapat menyusun analisa data dan mampu menetapkan diagnosa
keperawatan pada klien dengan gangguan penggunaan opiat
1.3.2.3 Dapat menyusun rencana tindakan pada klien dengan gangguan
penggunaan opiat khususnya yang mengalami ketidakberdayaan

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

1.3.2.4 Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien yang


mengalami ketidakberdayaan dengan gangguan penggunaan opiat
berdasarkan evidence base.
1.3.2.5 Dapat mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada pasien
dengan gangguan penggunaan opiat berdasarkan evidence base.
1.3.2.6 Mampu mengidentifikasi adanya kesenjangan antara teori dan
kasus dengan justifikasi yang rasional dan ilmiah.
1.3.2.7 Mampu mengidentifikasi masalah penunjang dan penghambat serta
alternatif penyelesaian dalam memberikan asuhan keperawatan
pada setiap langkah proses keperawatan baik individu atau
keluarga.

1.4 Manfaat Penulisan


Karya Ilmiah ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi institusi
pendidikan maupun praktisi di bidang pelayanan kesehatan mengenai
pengelolaan terhadap klien NAPZA yang mengalami ketidakberdayaan.
Namun, yang penting untuk diperhatikan adalah walaupun klien memiliki
diagnosa yang sama, tetapi klien dengan riwayat penggunaan NAPZA
adalah unik. Tidak satu jenis terapi yang dapat berlaku untuk semua dan
sama efektifnya terhadap semua klien. Oleh karena telaah lanjutan untuk
menentukan standar tetap pola asuhan keperawatan pada klien NAPZA
perlu untuk ditindak lanjuti. Kemampuan modifikasi dalam melakukan
asuhan keperawatan menjadi penting untuk dilakukan, karena tidak semua
jenis terapi sama efektifnya.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

BAB 2
STUDI KEPUSTAKAAN

Berbagai kondisi psikososial yang menjadi indikator rendahnya tingkat kesehatan


jiwa masyarakat, Khususnya yang berkaitan dengan karakteristik kehidupan di
perkotaan (urban mental health) telah mengalami peningkatan yang cukup masif
beberapa waktu belakangan ini. Kondisi kehidupan di era modern semakin
kompleks. Modernisasi sebagai proses perubahan sosial tidak dapat dihindari oleh
masyarakat manapun, khususnya masyarakat perkotaan. Modernisasi memiliki
dampak positif dan negatif. Dampak positifnya, masyarakat memiliki teknologi
modern sehingga dapat mensejahterkan kehidupan manusia. Manusia dapat
menikmati kemudahan dari teknologi yang berkembang. Sementara dampak
negatif dari modernisasi adalah dikarenakan perubahan yang cepat, Maka tidak
setiap orang dapat mengikuti perubahan tersebut. Akibatnya meningkatkan beban
psikologis, sosiologis, maupun beban ekonomi (Soeroso, 2008).
Peningkatan beban psikologis yang menjadi salah satu prevelensi peningkatan
masalah kesehatan mental pada masyarakat urban akibat peningkatan beban
hidup. Peningkatan beban hidup meningkatkan kejadian stres yang berakibat pada
kesehatan fisik dan mental individu. Setiap orang pasti pernah mengalami stres.
Stres menjadi hal yang tak terpisahkan sepanjang kehidupan. Kondisi stres dapat
mempengaruhi seluruh dimensi manusia secara utuh, namun juga spesifik dan
berbeda dari setiap individu. Kemampuan untuk berespon terhadap stresor disebut
sebagai koping.
Kemampuan koping sangat menentukan apakah koping yang digunakan adaptif
atau tidak. Ketika koping yang digunakan secara terus-menerus mengalami
kegagalan untuk menyelesaikan masalah atau stresor yang dihadapi dapat
mengarahkan individu pada kondisi ketidakberdayaan.

Ketidakberdayaan

merupakan suatu kondisi dimana seorang individu secara kognitif mengetahui apa
yang harus dilakukan untuk menyelesaikan atau mengahadapi stresor kehidupan
yang dihadapi. Namun, seseorang yang mengalami ketidakberdayaan tidak yakin
8

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

bahwa apa yang dilakukan dapat atau mampu mempengaruhi tujuan yang akan
dicapai.
2.1 Opiat
Opiat merupakan salah satu psikotropika yang bersifat depresan. Opiat sendiri
terbagi menjadi tiga golongan yaitu: Opiat alamiah terdiri dari: Morfin,
Cpium, dan Kodein. Sedangkan golongan semisintetik terdiri dari: Heroin dan
Hidromorfin. Golongan sintetik terdiri dari: Meridin, Propoksipen, dan
Metadon. Heroin yang merupakan golongan opioda semisintetik dibuat dari
getah buah Poppy yang memiliki kekuatan 400 kali lebih kuat dari Morfin
(Kemenkes, 2010) yang dijual dalam bentuk bubuk putih atau coklat. Heroin
lebih dikenal dengan nama Putaw, Ptw, Etep, Pete, H, Junk, dan Skag.
Beberapa jenis opiat digunakan sebagai bagian dari terapi medik seperti
Kodein dan Metadon. Kodein digunakan sebagai bagian dari terapi untuk
klien yang sedang dalam masa withdrawal yang sedang menjalani perawatan
intoksifikasi. Sedangkan Metadon digunakan sebagai terapi subtitusi opiat
penggunaan jangka panjang.
Heroin digunakan dengan 2 cara yaitu: disuntik dan dihisap. Efek yang
diinginkan adalah sebagai: anagelsia, euforia, sedasi, dan mengantuk. Namun,
Karena sifatnya depresan sehingga lebih dominan digunakan dengan tujuan
untuk mendapatkan efek penenang. Efek samping yang ditimbulkan jika tidak
sesuai dengan dosis dan toleransi tubuh dapat mengakibatkan depresi
pernafasan. Oleh karena itu, Pengaturan dosis yang tepat menjadi penting
dalam penggunaannya di bidang kesehatan.
Penggunaan heroin secara terus-menerus berkesinambungan mendorong
terjadinya toleransi dan ketergantungan. Dosis yang terus meningkat membuat
penggunanya masuk dalam overdosis, Meskipun overdosis juga merupakan
dorongan dari keinginan bunuh diri (Kemenkes, 2010). Jika pengguna dengan
ketergantungan

mengurangi

atau

menghentikan

penggunaannya

akan

mengalami gejala putus zat yakni gelisah, rasa nyeri otot dan tulang, diare,
muntah, dan merinding (Kemenkes, 2010).
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

10

2.1.1 Dampak Penyalahgunaan Opiat


Dampak penyalahgunaan NAPZA sangat luas, tidak saja terhadap
kesehatan fisik dan mental. Akan tetapi juga berdampak terhadap
ketenangan kehidupan dalam keluarga, meresahkan masyarakat, dan
terjadinya pelanggaran hukum. Namun dalam tulisan karya ilmiah ini akan
dihabas secara spesifik dampak jenis opiat khususnya Heroin terhadap
kesehatan fisik, mental, dan sosial.
Heroin atau putaw bersifat depresan, Sehingga menimbulkan efek
kesadaran menurun dan timbul kantuk. Sel otak terdiri dari berbagai
macam zat kimia yang disebut neurotransmitter. Zat kimia ini bekerja pada
sambungan sel saraf yang satu dengan sel saraf lainnya (sinaps). Beberapa
di antara neurotransmitter itu memiliki efek yang hampir sama dengan
narkotika

jika di ekskresikan. Semua zat

psikoaktif (narkotika,

psikotropika dan bahan adiktif lain) dapat mengubah perilaku, perasaan


dan pikiran seseorang melalui pengaruhnya terhadap salah satu atau
beberapa neurotransmitter. Neurotransmitter yang paling berperan dalam
terjadinya ketergantungan adalah dopamin dan serotonin.
Bagian otak yang bertanggung jawab atas kehidupan perasaan adalah
sistem limbus (Ellen, 2004). Hipotalamus adalah bagian dari sistem
limbus, sebagai pusat kenikmatan. Jika zat masuk ke dalam tubuh, dengan
cara ditelan, dihirup, atau disuntikkan, maka zat tersebut mengubah
susunan biokimiawi neurotransmitter pada sistem limbus. Karena ada
asupan zat dari luar, produksi dalam tubuh terhenti atau terganggu,
sehingga ia akan selalu membutuhkan zat dari luar. Otak akan
merekamnya sebagai sesuatu yang harus dicari sebagai prioritas sebab
menyenangkan. Akibatnya otak membuat program salah seolah-olah orang
itu

memerlukannya

sebagai

kebutuhan

pokok,

Sehingga

terjadi

ketergantungan. Hal tersebut menjadi faktor predisposisi timbulnya


perilaku obsesif kompulsif (Obsesive Convulsif Disorder).
Perilaku obsesif kompulsif (Obsesive Convulsif Disorder) merupakan
bentuk manifestasi dari kecemasan yang berulang-ulang (Ellen, 2004).
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

11

Obsesif mungkin merupakan bagian dari perilaku yang berpotensial


membahayakan individu yang terserang dan merupakan bagian dari
penyakit psikobiologis yang dapat disebabkan oleh penggunaan jangka
panjang dari Heroin. Penyakit psikobilogis adalah suatu kondisi dimana
terjadi ketidaknormalan pada otak yang berhubungan dengan perubahan
terhadap fungsi kognitif, persepsi, emosi, perilaku, dan sosialisasi (Ellen,
2004). Dimana pada klien dengan perilaku obsesif komvulsif terjadi
perubahan pada neurotransmitter norepineprine di sistem limbus.
Mekanisme biokimia lainnya yang turut berkontribusi terhadap perilaku
obsesif kompulsif adalah kerusakan pada sistem regulasi dari asam
gamma-aminobutyric (GABA). Karena jenis neurotransmiter tersebut
tidak dapat bekerja tanpa di buffer terlebih dahulu oleh norepineprine
(Ellen, 2004). Kemungkinan lainnya berhubungan dengan terjadinya
penurunan jumlah serotonin yang dapat dieksresikan oleh tubuh secara
normal tanpa bantuan penggunaan zat (heroin) kembali. Hal tersebut
menjadi penyebab seseorang yang telah menggunakan Heroin dalam
jangka panjang akan sangat sulit untuk melepas keinginannya untuk
menggunakan kembali akibat kekacauan pada sistem neurotransmitter di
otak. Sehingga menimbulkan perilaku obsesif kompulsif yang sulit
dihentikan. Hal tersebut dapat menjelaskan mengapa beberapa klien yang
mengalami perilaku obsesif komvulsif dapat berkembang menjadi
kecemasan yang sangat berat dan berakhir dengan depresi. Sehingga
membutuhkan farmakoterapi berupa obat-obatan antidepresi dalam proses
perawatan ataupun rehabilitasi termasuk kebutuhan terapi kognitif dan
psikologis (Ellen, 2004).
Akibat

penyalahgunaan Heroin yang berkepanjangan

juga dapat

mengakibatkan perubahan pada pola tidur bahkan jatuh pada kondisi


insomnia berat (Kemenkes RI, 2011). Namun, ketika seseorang kembali
menggunakan Heroin, Karena sifatnya depresan maka akan mudah
menimbulkan kantuk yang sangat dalam, Sehingga seseorang menjadi
lebih tenang dan jatuh tertidur. Ketika seseorang

yang sudah

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

12

ketergantungan dan berhenti menggunakan jenis opiat contohnya


Putaw/Heroin, maka akan menimbulkan gejala putus zat berupa nyeri pada
anggota tubuh, insomnia berat, dan gelisah. Pada kondisi demikian
seseorang akan merasakan craving untuk menggunakan kembali. Kondisi
insomnia berat dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya perubahan
emosi, yang akan mempengaruhi perubahan pola perilaku individu.
Individu menjadi sulit berkonsentrasi, emosi menjadi labil, dan berisiko
melakukan tindakan perilaku kekerasan. Hal tersebut berkontribusi
terhadap timbulnya masalah-masalah sosial.
Komplikasi medik akibat penyalahgunaan opiat sangat bergantung pada
jumlah yang dipakai, cara memakai, lama memakai dan zat pencampur
yang digunakan (Depkes RI, 2006). Pada jenis Heroin sering dilakukan
pencampuran dengan menggunakan bahan-bahan seperti: tepung, gula,
kina, bahkan tawas. Heroin sendiri digunakan dengan cara disuntikkan
melalui pembuluh darah vena dan dapat pula dengan cara di hisap dengan
cara dibakar terlebih dahulu dengan menggunakan kertas timah atau alat
bong. Komplikasi tersering akibat penggunaan Heroin dapat berasal dari
zat yaitu akibat adanya campuran zat yang tidak larut dalam air, apabila
masuk ke dalam aliran pembuluh darah dapat mengakibatkan terbentuknya
emboli, yang dapat berakibat lanjut berupa henti jantung akibat sumbatan
di arteri koroner secara tiba-tiba.
Komplikasi medik akibat penggunaan Heroin dengan cara disuntikkan
dapat menyebabkan Hepatitis B atau C, Infeksi HIV/AIDS, Endokarditis
(Infeksi jantung), dan Infeksi darah (Septimia) (Depkes RI, 2006).
Penggunaa jarum suntik yang tidak steril maupun bergantian menjadi
resiko tinggi penyebab komplikasi ke arah penyakit tersebut (Kemenkes
RI, 2011). Komplikasi tersebut memberikan kontribusi yang cukup tinggi
terhadap tingginya angka kematian pada penyalahgunaan Heroin.
Efek samping lainnya akibat putus zat Heroin juga berpengaruh terhadap
sistem gastrointestinal, Endokrin, dan Sistem integumen (Kemenkes,
2010). Pada sistem gastrointestinal menimbulkan efek berupa: mual dan
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

13

muntah, sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Penurunan motilis usus


yang berakibat pada konstipasi, sehingga perlu dipikirkan kebutuhan terapi
peningkatan aktivitas atau farmakoterapi. Sistem endokrin pada laki-laki
menstimulasi penurunan kadar testosteron, sehingga terjadi penurunan
libido. Sedangkan pada hormon anti diuretik (ADH) cenderung mengalami
peningkatan, sehingga resiko untuk terjadi hipotensi menjadi potensial
akibat peningkatan pengeluaran cairan dari dalam tubuh yang berakibat
pada penurunan preload, dan berakhir dengan penurunan jumlah volume
sekuncup pada jantung. Peningkatan hormon ADH juga berpengaruh
terhadap integritas kulit yang menurun, Jika kebutuhan peningkatan cairan
tubuh tidak terpenuhi, timbul gejala berupa: kekeringan pada area mulut,
mata, dan kulit. Pemantauan tanda-tanda vital menjadi penting dan
perhatian utama khususnya pada klien dalam masa intoksifikasi.
2.1.2 Terapi Subtitusi Opiat
Upaya penanggulangan penyalahgunaan NAPZA melalui 3 pilar yaitu
reduksi suplai, reduksi permintaan dan pengurangan dampak buruk (harm
reduction) (Kemenkes, 2010). Salah satu komponen dari pengurangan
dampak buruk adalah program terapi substitusi yang diantaranya adalah
Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) dan Program terapi rumatan
Suboxone. Tujuannya adalah untuk mengurangi risiko terkait penyakit
infeksi (HIV/AIDS dan Hepatitis) memperbaiki kesehatan fisik dan
psikologis, mengurangi perilaku kriminal, serta memperbaiki fungsi sosial
pasien.
Terapi subtitusi dijalankan apabila kebutuhan terapi rehabilitasi, setelah
proses intoksifikasi pada klien dianggap tidak cukup membantu atau tidak
mungkin diterapkan untuk klien. Sehingga, klien diarahkan untuk
menggunakan terapi rumatan atau subtitusi. Karena sifatnya yang dapat
dibawa pulang (take home use) seperti obat-obat lainnya untuk kondisi
medis tertentu.
Metadon dipilih sebagai terapi utama substitusi karena memiliki efek
menyerupai morfin dan kokain dengan masa kerja yang lebih panjang
sehingga dapat diberikan satu kali sehari dan penggunaannya dengan cara
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

14

diminum. Efek yang ditimbulkan metadon mirip dengan yang ditimbulkan


heroin, sifat ketergantungannya tidak seburuk heroin dan gejala putus
obatnya tidak seberat heroin (Bani, 2008). Jadi, Metadon merupakan jenis
full opioid agonist, karena efek yang ditimbulkan sama dengan heroin.
Suboxone adalah terapi subtitusi jenis opiat yang memiliki komposisi
dasarnya adalah Buprenorphine. Karena Buprenorphine adalah partial
opioid agonist, mengurangi dampak yang dihasilkan oleh full opioid
agonist, seperti Heroin. Suboxone juga mengandung Naloxone sejenis
opioid antagonist, Sehingga mengurangi resiko penggunaan melalui
pembuluh darah dengan cara penyuntikkan. Karena sifat Suboxone yang
tidak larut dalam air. Suboxone digunakan dengan cara diletakkan
dibawah lidah (Sublingual). Suboxone digunakan dengan dosis yang tepat
berguna untuk mengurangi rasa sakit dari pemakain opiat dan membantu
pasien tetap diperawatan/kepatuhan. Dengan cara menekan gejala putus
zat dari opiat dan mengurangi rasa sugesti ke opiat.
2.2 Rentang Respon Penggunaan Zat
Rentang respon gangguan penggunaan zat ini berfluktuasi dari kondisi yang
ringan sampai berat. Indikator ini berdasarkan perilaku yang ditunjukkan oleh
pengguna zat (Yosep, 2007 dalam Kemenkes, 2010). Ketergantungan (adiksi)
adalah suatu pola maladaptif dari penggunaan zat, menimbulkan hendaya atau
kesukaran yang berarti secara klinis, seperti timbulnya toleransi gejala putus
zat, sulit untuk menghentikan penggunaan, hambatan pada dunia pekerjaan
atau akademik (Kemenkes, 2011).

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

15

2.3 Ketidakberdayaan
Gangguan penggunaan NAPZA merupakan masalah bio-psiko-sosio-kultural
yang kompleks, ditandai dengan penggunaan yang intensif, disertai pula
dengan perasaan nagih yang kuat yang seringkali sulit dikontrol dan
menggiring penggunannya semaksimal mungkin untuk memperolehnya
kembali, tidak peduli apapun risiko yang harus dihadapinya yang
menempatkan individu tersebut pada kondisi ketidakberdyaan. Berikut akan
dibahas mengenai respon ketidakberdayaan terhadap suatu kondisi atau situasi
termasuk pada gangguan perilaku berupa penggunaan NAPZA.

2.3.1 Pengertian Ketidakberdayaan


Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa perilaku
atau tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan membawa hasil yang
diharapkan atau tidak akan membawa perubahan hasil seperti yang
diharapkan, sehingga klien sulit mengendalikan situasi yang terjadi atau
mengendalikan situasi yang akan terjadi (NANDA, 2011). Menurut
Wilkinson (2007) ketidakberdayaan merupakan persepsi seseorang bahwa
tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna, kurang
penggendalian yang dirasakan terhadap situasi terakhir atau yang baru saja
terjadi. Sedangkan menurut Carpenito-Moyet (2007) ketidakberdayaan
merupakan keadaan ketika seseorang individu atau kelompok merasa
kurang kontrol terhadap kejadian atau situasi tertentu.

2.3.2 Penyebab Ketidakberdayaan


Ketidakberdayaan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, ketidak
adekuatan koping sebelumnya (seperti : depresi), serta kurangnya
kesempatan untuk membuat keputusan (Carpenito, 2009). Faktor terkait
ketidakberdayaan menurut Doenges, Townsend, M, (2008) yaitu: 1)
Kesehatan lingkungan: hilangnya privasi, milik pribadi dan kontrol
terhadap terapi. 2) Hubungan interpersonal: penyalahgunaan kekuasaan,
hubungan yang kasar. 3) Penyakit yang berhubungan dengan rejimen:

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

16

penyakit kronis atau yang melemahkan kondisi. 4) Gaya hidup


ketidakberdayaan: mengulangi kegagalan dan ketergantungan.

2.3.3 Batasan Karakteristik Klien Dengan Ketidakberdayaan


Menurut NANDA (2011) dan Wilkinson (2007) ketidakberdayaan yang
dialami klien dapat terdiri dari tiga tingkatan antara lain:
2.3.3.1 Rendah
Klien mengungkapakan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat
energi dan bersikap pasif.
2.3.3.2 Sedang
Klien mengalami ketergantungan pada orang lain yang dapat
mengakibatkan ititabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah.
Klien tidak melakukan praktik perawatan diri ketika ditantang.
Klien

tidak

ikut

memantau

kemajuan

pengobatan.

Klien

menunjukkan ekspresi ketidakpuasan terhadap ketidakmampuan


melakukan aktivitas atau tugas sebelumnya. Klien menujukkan
ekspresi keraguan tentang performa peran.
2.3.3.3 Berat
Klien menunjukkan sikap apatis, depresi terhadap perburukan fisik
yang terjadi dengan mengabaikan kepatuhan pasien terhadap
program pengobatan dan menyatakan tidak memiliki kendali
(terhadap perawatan diri, situasi, dan hasil). Pada klien NAPZA
biasanya klien cenderung jatuh pada kondisi ketidakberdayaan
berat

karena

tidak

memepngaruhinya

memiliki
untuk

kendali

atas

menggunakan

situasi

yang

NAPZA

atau

ketidakmampuan mempertahankan situasi bebas NAPZA.

2.3.4 Proses Terjadinya Masalah


Kebanyakan

individu

secara

subyektif

mengalami

perasaan

ketidakberdayaan dalam berbagai tingkat dalam bermacam-macam situasi.


Individu sering menunjukkan respon apatis, marah atau depresi terhadap
kehilangan kontrol (Carpenito-Moyet, 2007). Pada ketidakberdayaan,
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

17

klien mungkin mengetahui solusi terhadap masalahnya, tetapi percaya


bahwa hal tersebut di luar kendalinya untuk mencapai solusi tersebut. Jika
ketidakberdayaan berlangsung lama, dapat mengarah ke keputusasaan.
Perawat harus hati-hati untuk mendiagnosis ketidakberdayaan yang
berasal dari perspektif pasien bukan dari asumsi. Perbedaan budaya dan
individu terlihat pada kebutuhan pribadi, untuk merasa mempunyai
kendali terhadap situasi (misalnya untuk diberitahukan bahwa orang
tersebut mempunyai penyakit yang fatal (Wilkinson, 2007).
2.3.4.1 Faktor predisposisi
a. Biologis

1) Tidak ada riwayat keturunan (salah satu atau kedua orang tua
menderita gangguan jiwa)
2) Gaya hidup (tidak merokok, alkhohol, obat dan zat adiktif)
dan Pengalaman penggunaan zat terlarang
3) Menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general chek
up, tanggal terakhir periksa)
4) Ada riwayat menderita penjakit jantung, paru-paru, yang
mengganggu pelaksana aktivitas harian pasien
5) Adanya riwayat sakit panas lama saat perkembangan balita
sampai kejang-kejang atau pernah mengalami riwayat trauma
kepala yang menimbulkan lesi pada lobus frontal, temporal
dan limbic.
6) Riwayat

menderita

penyakit

yang

secara

progresif

menimbulkan ketidakmampuan, misalnya: sklerosis multipel,


kanker terminal atau AIDS
b. Psikologis

1) Pengalaman perubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat


tinggal
2) Ketidaknmampuan mengambil keputusan dan mempunyai
kemampuan komunikasi verbal yang kurang atau kurang
dapat mengekspresikan perasaan terkait dengan penyakitnya
atau kondisi dirinya
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

18

3) Ketidakmampuan menjalankan peran akibat penyakit yang


secara progresif menimbulkan ketidakmampuan, misalnya:
sklerosis multipel, kanker terminal atau AIDS
4) Kurang puas dengan kehidupannya (tujuan hidup yang sudah
dicapai)
5) Merasa

frustasi

dengan

kondisi

kesehatannya

dan

kehidupannya yang sekarang


6) Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja yang
terlalu otoriter atau terlalu melindungi/menyayangi
7) Motivasi: penerimaan umpan balik negatif yang konsisten
selama tahap perkembangan balita hingga remaja, kurang
minat dalam mengembangkan hobi dan aktivitas sehari-hari
8) Pengalaman aniaya fisik, baik sebagai pelaku, korban
maupun sebagai saksi
9) Self kontrol: tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi,
mudah cemas, rasa takut akan tidak diakui, gaya hidup tidak
berdaya
10) Kepribadian: mudah marah, pasif dan cenderung tertutup.
c. Sosial budaya

1) Usia 30-meninggal berpotensi mengalami ketidakberdayaan


2) Jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan mempunyai
kecenderungan

yang

sama

untuk

mengalami

ketidakberdayaan tergantung dari peran yang dijalankan


dalam kehidupannya
3) Pendidikan rendah
4) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses
penuaan (misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik,
status finansial atau orang terdekat yang berlangsung lebih
dari 6 bulan)
5) Adanya norma individu atau masyarakat yang menghargai
kontrol (misalnya kontrol lokus internal)

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

19

6) Dalam kehidupan sosial, cenderung ketergantungan dengan


orang lain, tidak mampu berpartisipasi dalam sosial
kemasyarakatan secara aktif, enggan bergaul dan kadang
menghindar dari orang lain
7) Pengalaman

sosial,

kurang

aktif

dalam

kegiatan

di

masyarakat
8) Kurang terlibat dalam kegiatan politik baik secara aktif
maupun secara pasif.

2.3.4.2 Faktor Presipitasi


Faktor ppresipitasi dapat menstimulasi klien jatuh pada kondisi
ketidakberdyaan dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal.
Kondisi internal dimana pasien kurang dapat menerima perubahan
fisik dan psikologis yang terjadi. Kondisi eksternal biasanya
keluarga dan masyarakat kurang mendukung atau mengakui
keberadaannya yang sekarang terkait dengan perubahan fisik dan
perannya. Sedangkan durasi stressor terjadi kurang lebih 6 bulan
terakhir, dan waktu terjadinya dapat bersamaan, silih berganti atau
hampir bersamaan, dengan jumlah stressor lebih dari satu dan
mempunyai kualitas yang berat. Hal tersebut dapat menstimulasi
ketidakberdayaan bahkan memperberat kondisi ketidakberdayaan
yang dialami oleh klien.

Faktor-faktor lain yang berhubungan

dengan faktor presiptasi timbulnya ketidakberdayaan adalah


sebagai berikut:
a. Biologis
1) Menderita suatu penyakit dan harus dilakukan terapi
tertentu,

Program

pengobatan

yang

terkait

dengan

penyakitnya (misalnya jangka panjang, sulit dan kompeks)


(proses intoksifikasi dan rehabilitasi).
2) Kambuh dari penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

20

3) Dalam enam bulan terakhir mengalami infeksi otak yang


menimbulkan kejang atau trauma kepala yang menimbulkan
lesi pada lobus frontal, temporal dan limbic
4) Terdapat gangguan sistem endokrin
5) Penggunaan alkhohol, obat-obatan, kafein, dan tembakau
6) Mengalami gangguan tidur atau istirahat
7) Kurang mampu menyesuaikan diri terhadap budaya, ras,
etnik dan gender
8) Adanya

perubahan

gaya

berjalan,

koordinasi

dan

keseimbangan
b. Psikologis
1) Perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis
2) Tidak dapat menjalankan pekerjaan, hobi, kesenangan dan
aktivitas sosial yang berdampak pada keputusasaan.
3) Perasaan malu dan rendah diri karena ketidakmampuan
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari akibat tremor,
nyeri, kehilangan pekerjaan.
4) Konsep

diri:

gangguan

pelaksanaan

peran

karena

ketidakmampuan melakukan tanggungjawab peran.


5) Kehilangan kemandirian atau perasaan ketergantungan
dengan orang lain.
c. Sosial budaya
1) Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi
kesehatan atau kehidupannya yang sekarang.
2) Tinggal di pelayanan kesehatan dan pisah dengan keluarga
(berada dalam lingkungan perawatan kesehatan).
3) Hambatan interaksi interpersonal akibat penyakitnya
maupun penyebab yang lain
4) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses
penuaan (misalnya: pensiun, defisit memori, defisit
motorik, status finansial atau orang terdekat yang
berlangsung dalam 6 bulan terakhir)
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

21

5) Adanya perubahan dari status kuratif menjadi status


paliatif.
6) Kurang

dapat

menjalankan

kegiatan

agama

dan

keyakinannya dan ketidakmampuan berpartisipasi dalam


kegiatan sosial di masyarakat.

2.3.4.3 Faktor penilaian terhadap stressor (Wilkinson, 2007)


a. Kognitif

1) Mengungkapkan ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat


energi.
2) Mengungkapkan
kemampuan

ketidakpuasan

untuk

melakukan

dan

frustrasi

tugas

atau

terhadap
aktivitas

sebelumnya.
3) Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran.
4) Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai
kendali atau pengaruh terhadap situasi, perawatan diri atau
hasil.
5) Mengungkapkan

ketidakpuasan

karena

ketergantungan

dengan orang lain.


6) Kurang dapat berkonsentrasi.
b. Afektif

1) Merasa tertekan atau depresi terhadap penurunan fisik yang


terjadi dengan mengabaikan kepatuhan klien terhadap
program pengobatan
2) Marah
3) Iritabilitas, ketidaksukaan
4) Perasaan bersalah
5) Takut terhadap pengasingan oleh pemberian perawatan
6) Perasaan cemas atau ansietas
c. Fisiologis
1)

Perubahan tekanan darah

2)

Perubahan denyut jantung dan frekuensi pernapasan


Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

22
3)

Muka tegang

4)

Dada berdebar-debar dan keluar keringat dingin

5)

Gangguan tidur, terutama kalau disertai dengan ansietas

d. Perilaku

1) Ketergantungan

terhadap

orang

lain

yang

dapat

mengakibatkan iritabilitas
2) Tidak ada pertahanan pada praktik perawatan diri ketika
ditantang
3) Tidak memantau kemajuan pengobatan
4) Tidak berpartisipasi dalam perawatan atau mengambil
keputusan pada saat diberikan kesempatan
5) Kepasifan hingga apatis
6) Perilaku menyerang
7) Menarik diri
8) Perilaku mencari perhatian
9) Gelisah atau tidak bisa tenang
e. Sosial

1) Enggan untuk mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya


2) Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan
3) Tidak mampu bersosialisasi dengan orang lain

2.3.4.4 Faktor sumber koping


a. Personal ability
1) Keterampilan pemecahan masalah: kemampuan mencari
sumber informasi, kemampuan mengidentifikasi masalah
yang berhubungan ketidakberdayaan, kekuatan dan factor
pendukung

serta

keberhasilan

yang

pernah

dicapai.

Kemampuan mempertimbangkan alternative aktivitas yang


realistik. Kemampuan melaksanakan rencana kegiatan dan
memantau kemajuan dari kondisi pengobatannya
2) Kesehatan secara umum: mempunyai keterbatasan mobilitas
yang dapat dikendalikan oleh pasien
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

23

3) Keterampilan sosial: kemampuan dalam berkomunikasi


secara efektif terutama dalam pencarian sumber informasi
untuk mengatasi ketidakberdayaannya
4) Pengetahuan : Kemampuan memahami perubahan fisik dan
peran atau kondisi kesehatan dan kehidupannya
5) Integritas ego: pasien mempunyai pedoman hidup yang
realistis, mengerti arah dan tujuan hidup yang diinginkan
secara matang.
b. Sosial support
1) Kualitas hubungan antara pasien dengan keluarga dan
anggota masyarakat di sekitarnya
2) Kualitas dukungan social yang diberikan keluarga, anggota
masyarakat tentang keberadaan pasien saat ini
3) Komitmen masyarakat dan keluarga dalam menjalankan
kegiatan atau perkumpulan di masyarakat
4) Tinggal di lingkungan keluarga dan masyarakat yang
mempunyai norma tidak bertentangan dengan nilai budaya
yang ada.
c. Material Asset
1) Pasien atau keluarga mempunyai penghasilan yang cukup dan
stabil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
2) Pasien mempunyai fasilitas ansuransi kesehatan, jamkesmas,
SKTM atau askes
3) Mempunyai asset keluarga: tabungan, tanah, rumah untuk
mengantisipasi kebutuhan hidup
4) Terdapat pelayanan kesehatan, dan mampu mengakses
pelayanan kesehatan yang ada.
d.

Positive belief
1) Keyakinan dan nilai: Pasien mempunyai keyakinan bahwa
penyakitnya akan dapat disembuhkan dan menyadari adanya
perubahan fisik akibatnya penyakitnya akan berdampak pada
kehidupannya
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

24

2) Motivasi: dengan perubahan gaya hidup yang terjadi klien


dapat menjalani hidup dengan semangat
3) Orientasi terhadap pencegahan: pasien berfikir bahwa lebih
baik mencegah daripada mengobati.

2.3.4.5 Faktor mekanisme koping


a. Konstruktif
1) Menilai pencapaian hidup yang realistis
2) Mempunyai penilaian yang yang nyaman dengan perubahan
fisik dan peran yang dialami akibat penyakitnya
3) Dapat menjalankan tugas perkembangannya sesuai dengan
keterbatasan yang terjadi akibat perubahan status kesehatannya
4) Kreatif: pasien secara kreaktif mencari informasi terkait
perubahan status kesehatannya sehingga dapat beradaptasi
secara normal
5) Di tengah keterbatasan akibat perubahan status kesehatan dan
peran dalam kehidupan sehari-hari, pasien amsih tetap produktif
menghasilkan sesuatu
6) Mampu mengembangkan minat dan hobi baru sesuai dengan
perubahan status kesehatan dan peran yang telah dialami
7) Peduli terhadap orang lain disekitarnya walaupun mengalami
perubahan kondisi kesehatan
b. Destruktif
1) Tidak kreatif/kurang memiliki keinginan dan minat melakukan
aktivitas harian (pasif)
2) Perasaan menolak kondisi perubahan fisik dan status kesehatan
yang dialami dan marah-marah dengan situasi tersebut
3) Tidak mampu mengekspresikan perasaan terkait dengan
perubahan kondisi kesehatannya dan menjadi merasa tertekan
atau depresi

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

25

4) Kurang atau tidak mempunyai hubungan akrab dengan orang


lain, kurang minat dalam interaksi sosial sehingga mengalami
menarik diri dan isolasi sosial
5) Tidak mampu mencari informasi kesehatan dan kurang mampu
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang dapat
berakhir pada penyerangan terhadap orang lain
6) Ketergantungan terhadap orang lain (regresi)
7) Enggan

mengungkapkan

perasaan

yang

sebenarnya

(represi/supresi).

2.3.5 Intervensi Keperawatan Diagnosa Ketidakberdayaan


2.3.5.1 Tujuan Intervensi Keperawatan
a. Tujuan Umum: Klien Menunjukkan kepercayaan kesehatan
dengan criteria: merasa mampu melakukan, merasa dapat
mengendalikan dan merasakan ada sumber-sumber
b. Tujuan Khusus: Klien menunjukkan pratisipasi: keputusan
perawatan kesehatan ditandai dengan
1) Mengungkapkan dengan kata-kata tentang segala perasaan
ketidakberdayaan
2) Mengidentifikasi tindakan yang berada dalam kendalinya
3) menghubungkan tidak adanya penghalang untuk bertindak
4) Mengungkapkan

dengan

kata-kata

kemampuan

untuk

melakukan tindakan yang diperlukan


5) Melaporkan dukungan yang adekuat dari oramg terdekat,
termasuk teman dan tetangga
6) Melaporkan waktu, keuangan pribadi dan ansuransi kesehatan
yang memadai
7) Melaporkan

ketersediaan

alat,

bahan,

pelayanan

dan

transportasi

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

26

2.3.5.2 Rencana Intervensi keperawatan


a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi factor-faktor yang dapat
berpengaruh pada ketidakberdayaan (misalnya: pekerjaan,
aktivitas hiburan, tanggung jawab peran, hubungan antar
pribadi).
Rasional: mengidentifikasi situasi/hal-hal yang berpotensi
dapat dikendalikan dan dapat digunakan sebagai sumber
kekuatan/power bagi klien.
b. Diskusikan dengan pasien pilihan yang realistis dalam
perawatan, berikan penjelasan untuk pilihan tersebut.
Rasional: Memberikan kesempatan pada klien untuk
berperan dalam proses perawatan, termasuk untuk
meningkatkan pemikiran positif klien, dan meningkatkan
tanggung jawab klien.
c. Libatkan pasien dalam pembuatan keputusan tentang rutinitas
perawatan/rencana terapi
Rasional: Pelibatan klien dalam proses pembuatan keputusan,
mampu meningkatkan rasa percaya diri.
d. Jelaskan alasan setiap perubahan perencanaan perawatan
kepada pasien (jelaskan semua prosedur, peraturan dan
pilihan untuk pasien, berikan waktu untuk menjawab
pertanyaan dan minta individu untuk menuliskan pertanyaan
sehingga tidak terlupakan)
Rasional: Meningkatkan kemampuan berpikir positif
terhadap proses perawatan yang sedang dijalani oleh klien,
pelibatan klien dalam setiap pengambilan keputusan menjadi
hal penting.
e. Bantu pasien mengidentifikasi situasi kehidupannya yang
dapat dikendalikan (perasaan cemas, gelisah, ketakutan).
Rasional: Kondisi emosi pasien mengganggu kemampuannya
untuk memecahkan masalah. Bantuan diperlukan agar dapat
menyadari secara akurat keuntungan dan konsekuensi dari
alternative yang ada.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

27

f. Bantu klien mengidentifikasi situasi kehidupan yang tidak


dapat ia kendalikan (adiksi), Disukusikan dan ajarkan cara
melakukan manipulasi menghadapi kondisi-kondisi yang
sulit dikendalikan, misalnya afirmasi.
Rasional: Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan
yang berhubungan dengan ketidakmampuan sebagai upaya
mengatasi masalah yang tidak terselesaikan dan menerima
hal-hal yang tidak dapat diubah.
g. Bantu pasien mengidentifikasi faktor pendukung, kekuatankekuatan diri (misalnya kekuatan baik itu berasal dari diri
sendiri, keluarga, orang terdekat, atau teman).
Rasional: Pada pasien dengan ketidakberdayaan dibutuhkan
faktor pendukung yang mampu mensupport pasien, dari
dalam sendiri dapat berupa penguatan nilai-nilai spiritual,
Jika dalam proses perawatan kekuatan lain tidak adekuat.
h. Sampaikan kepercayaan diri terhadap kemampuan pasien
untuk menangani keadaan dan sampaikan perubahan positif
dan kemajuan yang dialami pasien setiap hari.
Rasional: Meningkatkan rasa percaya diri terhadap
kemampuan atas upaya dan usaha yang sudah dilakukan oleh
klien.
i. Biarkan pasien mengemban tanggung jawab sebanyak
mungkin atas praktik perawatan dirinya. Dorong kemandirian
pasien, tetapi bantu pasien jika tidak dapat melakukannya.
Rasional: memberikan pilihan kepada pasien akan
meningkatkan perasaannya dalam mengendalikan hidupnya.
j. Berikan umpan balik positif untuk keputusan yang telah
dibuatnya.
2.3.5.3 Intervensi Spesialis
a. Terapi Individu dapat dilakukan : Terapi kognitif
b. Terapi Keluarga : Terapi komunikasi, family psikoedukasi
c. Terapi Kelompok : Supportif terapi
d. Terapi Komunitas : Multisistemik terapi
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Gambaran Kasus


Klien (34 Tahun) masuk ke ruang perawatan MPE RSKO Jakarta pada April
2013. Klien mengatakan Ia diantar oleh kakak pertamanya, klien mengungkapkan
ingin berhenti menggunakan Putaw (Heroin). Namun, klien tidak yakin dengan
dirinya sendiri, jika Ia dapat berhenti total dan tidak menggunakan kembali jika
sudah keluar dari Rumah Sakit. Klien mengatakan alasan Ia mau masuk
perawatan adalah karena saran dari kakaknya yang mengatakan takut jika adiknya
ketangkap dan tersangkut kasus hukum karena menggunakan Heroin, Sehingga
urusannya akan panjang.
Klien mengatakan bahwa dirinya menggunakan NAPZA pertama kali adalah jenis
alkohol dan ganja tahun 1992, Ketika itu klien masih duduk dibangku SMP
karena ikut-ikutan dengan teman-temannya. Kemudian terus berlanjut dan
berganti-ganti ke jenis NAPZA lainnya, sampai klien mengatakan bahwa Ia
menemukan yang paling cocok untuk dirinya adalah jenis Putaw (Heroin).
Penggunaan Heroin tersebut terus berlanjut sampai menjadi addict. Tahun 2001
Klien menyadari banyak hal yang menjadi kacau dalam hidupnya yaitu: kuliah
berantakan, kehidupan menjadi kacau, pekerjaan sampingan klien juga
berantakan. Klien memutuskan untuk mengikuti program perawatan lengkap
(detoksifikasi dan Rehabilitasi) di Rumah Sakit. SB di kota Sukabumi atas
permintaan Alhm.Ibu klien saat itu. Klien mengikuti program detoksifikasi selama
2 bulan, dilanjutkan perawatan rehabilitasi selama 11 bulan. Klien mengatakan
keluar dan menyelesaikan program perawatan pada bulan November 2002.
Klien mengatakan bahwa Ia benar-benar bersih (abstinence) dari NAPZA selama
2 tahun. Namun, Pada tahun 2005 klien mengalami kondisi slip dan kembali
relapse. Klien mengatakan background pekerjaannya sebagai manajer F&B di
perusahaan minuman impor, mempermudah Ia untuk kembali mengakses
Putaw/Heroin. Selain itu, besarnya tekanan dari pekerjaan berupa target-target
28

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

29

perusahaan yang harus dicapai yang harus dihadapi juga turut berpengaruh. Klien
mengatakan pekerjaannya masuk jam 10.00 s/d tidak tentu. Klien mengatakan jam
10.00 s/d siang hari aktivitasnya berupa paper work. Kemudian setelah makan
siang Klien mengatakan baru melakukan pekerjaan yang sifatnya aktif. Ia harus
melakukan lobby ke club-club atau tempat hiburan malam. Area cakupannya
adalah wilayah J. Itulah awal mulanya klien kembali menggunakan Putaw/heorin.
Klien mengatakan karena bertemu dengan teman lamanya dan berbagi cerita
dengan teman-temannya tersebut. Kemudian klien mulai mencoba kembali
memakai Putaw/Heroin. Klien mengatakan sejak itu terus berlanjut menggunakan
Heroin sampai terakhir masuk RSKO April 2013. Namun, Klien mengatakan di
tahun 2007 Ia pernah menjalani program spiritual di wilayah S selama 2 bulan.
Klien kembali ke pekerjaannya, dan kembali menggunakan Heroin. Berikut
gambaran skema penggunaan NAPZA klien disertai dengan keterangan usia awal
klien menggunakan NAPZA.
Skema 3.1 Riwayat Awal Penggunaan NAPZA

Dari hasil pengkajian diperoleh data bahwa saat ini klien tinggal dengan kakak
pertamanya. Klien merupakan anak terakhir dari 4 bersaudara, 2 orang kakak
perempuan, 1 orang kakak laki-laki. Sedangkan ayah klien sudah meninggal
karena sakit jantung sejak klien berusia 7 tahun, dan Ibu klien meninggal pada
tahun 2007. Klien mengatakan bahwa dirinya adalah anak kesayangan ibunya,
apapun yang dimintanya sejak ayahnya tidak ada, Ibunya selalu memberikan apa
yang diminta oleh klien, sampai kakaknya memanggilnya dengan sebutan Si
belahan jiwa mama. Klien mengatakan hal yang paling menyedihkan dalam
hidupnya adalah saat kehilangan Ibunya. Ia mengatakan Kalo aja mama hidup 1
hari lagi aja, saat itu pasti gue akan lakukan apa aja buat ngebahagiain dia, hari ini
ulang tahun mama .
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

30

Klien mengatakan orang terdekat dengannya selain Alhm. Ibunya adalah Kakak
perempuannya No.2. Namun, semenjak kakaknya menikah tahun 2007 tidak lama
sebelum ibunya meninggal. Kakaknya dibawa oleh suaminya ke Inggris karena
suaminya kebangsaan Inggris. Klien mengatakan kadang bingung tidak ada
tempat untuk mengadu, kecuali dengan kakak pertamanya saat ini. Sedangkan
Kakak pertamanya saat ini suaminya juga sudah meninggal, sehingga sibuk
mengurus anak dan harus bekerja juga. Klien mengatakan tidak ada teman untuk
membagi cerita suka dan duka kecuali teman-teman di tempat pakau (pakai
putaw/Heorin).
Ketika ditanya tentang aktivitas diluar pekerjaan, Klien mengatakan biasanya
memanfaatkan waktu luang sewaktu bersih dari NAPZA dengan memancing.
Tetapi, klien mengatakan saat ini sudah malas karena membosankan. Klien juga
mengatakan sering jalan-jalan untuk mencari tempat baru dengan teman-temannya
di akhir pekan untuk pakau (Pakai Putaw/Heroin). Klien mengatakan saat Ia
memakai Putaw/Heorin tujuannya supaya dapat kembali merasa tenang dan
mempercepat berjalannya waktu. Setelah itu klien mengatakan dirinya akan lebih
tenang dan esoknya bisa kerja. Ketika ditanya tentang aktivitas selama di RS,
Klien mengatakan bosan, malas ngapa-ngapain karena nggak ada kegiatan. Mandi
juga jadi malas, 1 kali saja sehari.
Klien mengatakan susah tidur dan harus minum obat tidur tiap malam. Tampak
lingkaran hitam di area sekitar mata, tampak lesu, dan tidak bersemangat. Klien
mengatakan biasa mulai tidur jam 3-an malam sampai jam 8 pagi. Klien juga
mengatakan badannya nyeri karena baru saja putus codein dan gelisah terus. Klien
mengatakan tidak bisa jamin dan yakin bisa berhenti tidak pakai lagi. Klien
mengatakan mungkin tidak ada yang berani jamin orang tidak pakai lagi. Karena
kita punya pergaulan di luar yang tidak bisa kita bentengi.
Ketika ditanya tentang kebiasaanya dalam memakai putaw/heroin dengan cara
apa, klien mengatakan dengan menyuntikkan ke pembuluh darah. Namun, Klien
mengatakan tidak pernah bertukar jarum suntik dengan teman pengguna lainnya,
hanya saja satu jarum dapat digunakan sampai 4 hari dengan frekuensi suntik 3-4
kali dalam satu hari. Ketika ditanya tentang pengetahuan klien akibat penggunaan
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

31

jarum suntik klien mengatakan resiko hepatitis C. Klien mengatakan dirinya saat
ini positif Hepatitis C. Tetapi klien mengatakan sudah pernah mengikuti terapi
pengobatan interferon pada tahun 2009. Klien juga mengatakan dirinya pernah
memiliki riwayat sakit asam lambung yang parah. Bahkan sampai dilakukan
endoscopy, pada bulan Maret 2013 akibat tukak lambung yang parah menurut
klien. Pengetahuan klien tentang HIV cukup, klien mampu menyebutkan apa itu
HIV, Penyebab, dan cara menghindari terkena HIV. Klien pernah melakukan tes
anti HIV tahun 2007 dan hasilnya negatif dengan nilai CD4 600. Namun, Klien
bertanya apa ada hubungannya penggunaan putaw dengan sakit tukak lambung.
Ketika ditanya apakah klien, masih memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol,
klien mengatakan masih aktif mengkonsumsi alkohol khususnya jenis wine
terakhir sebelum masuk RSKO Jakarta.
3.2 Analisa Data
Tabel 3.1 Analisa data: Koping individu tidak efektif
No
1

Data
Data Subjektif:
a. Klien mengatakan Ia menggunakan
Putaw/Heroin karena besarnya pressure dari
pekerjaan
b. Klien mengatakan saat Ia memakai
Putaw/Heorin tujuannya supaya dapat kembali
merasa tenang dan mempercepat berjalannya
waktu
c. Klien mengatakan tidak ada teman dekat yang
bisa diajak berbagai cerita suka dan duka.

Masalah Keperawatan
Koping individu tidak
efektif

Data Objektif: -

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

32

Tabel 3.2 Analisa data: Ketidakberdayaan


No
Data
2 Data Subjektif:
a. Klien mengatakan Ia tidak bisa jamin dirinya
tidak akan menggunakan lagi setelah keluar dari
rumah sakit.
b. Klien mengatakan dampak dari
ketergantungannya sudah mengakibatkan kondisi
rumah tangganya berantakan dan berakhir dengan
perceraian.
c. Klien mengatakan Siapa sih junki yang nggak
pengen berhenti, semua gue yakin pengen
berhenti. Tapi sulit, sulit banget, lu nggak pernah
diposisi gue, susahnya setengah mati
d. Klien mengatakan dirinya sengaja menyuntikkan
Vit.C ke pembuluh darah setiap hari untuk
sekedar menghilangkan suggest, Feel nya beda
waktu nyuntikkin insul itu ke urat
e. Klien mengatakan bahwa Ia tahu resiko akibat
penggunaannya tersebut Keuangan gue kacau,
rumah tangga berantakan, fisik gue ancur, tapi
gimana?, susah buat gue, susah banget, gue tahu
sekarang gue udah positif Hep.C, Tapi yaudahlah
gue udah nggak mau tahu. Bikin gue pusing
f. Klien mengatakan mungkin gue belum ketemu
jalan buat gue kembali ke yang bener-bener, tapi
gue coba lagi-coba lagi. Nggak tau deh kapan itu,
kadang capek juga, karena ya itu ujung-ujungnya
gue jatuh lagi.
Data Objektif:
a. Hasil kuisioner dengan DASS : Klien
teridentifikasi mengalami cemas berat dan
depresi sedang.

Masalah Keperawatan
Ketidakberdayaan

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

33

Tabel 3.3 Analisa data: Gangguan Pola tidur, Nyeri, & Kurang Pengetahuan
No
Data
Masalah Keperawatan
3
Data Subjektif:
Gangguan Pola tidur
a. Klien mengatakan baru mulai bisa tidur
jam 1 malam, kadang jam 3 malam dan
bangun jam 8 pagi.
b. Klien mengatakan tidurnya tidak
nyenyak, sering terbangun
c. Klien mengatakan Sedih banget loh,
rasanya udah pengen banget buat nutup
mata gitu, tapi nggak bisa, Gelisah terus
Data Objektif:
a. Tampak lingkaran hitam di area sekitar
mata
b. Tampak klien lesu
c. Tampak klien kurang bersemangat
4
Data Subjektif:
Gangguan rasa nyaman: Nyeri
a. Klien mengatakan badannya sakit karena
obat tidak nutup
b. Klien mengatakan baru saja putus codein
c. Klien mengatakan malas mandi, karena
badannya akan tambah sakit jika mandi.
Jadi klien mandi 1 kali sehari.
d. Klien mengatakan skala nyerinya jika
dihitung 1-10, adalah 5. Timbul terusterusan, jadi susah mikir juga.
Data Objektif:
a. Ekspresi wajah gelisah
5 Data Subjektif:
Kurang pengetahuan
a. Klien bertanya apa ada hubungannya
penggunaan Putaw dengan sakit tukak
lambung.
b. Klien mengatakan terakhir SMRS masih
memiliki kebiasaan mengkonsumsi
alkohol khususnya jenis wine.
c. Klien bertanya tentang efek jangka
panjang akibat penggunaan terapi
subtitusi dari putaw yaitu Suboxone.
Data Objektif:
a. Klien mendapat terapi Polysilane,
Ranitidine, dan Ondancetrone.
b. Hasil pemeriksaan Anti Hepatitis: Klien
Positif Hepatitis C.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

34

3.3 Proses Terjadinya Masalah Ketidakberdayaan Pada Klien


(Terlampir)

3.4 Pohon Masalah


Skema 3.2 Pohon Masalah
Keputusasaan

Ketidakberdayaan

Koping individu tidak efektif

3.5 Prioritas Diagnosa Keperawatan


Prioritas diagnosa yang diangkat dari hasil perumusan masalah yang
ditemukan pada klien adalah sebagai berikut:
a. Koping individu tidak efektif
b. Ketidakberdayaan
c. Gangguan rasa nyaman: Nyeri
d. Gangguan pola tidur
e. Kurang pengetahuan

3.6 Implementasi Keperawatan


Implementasi

secara

perkembangan

klien.

keseluruhan
Implementasi

dilampirkan
asuhan

dalam

format

keperawatan

pada

catatan
klien

dilaksanakan mulai tanggal 13 Mei sampai 20 Juni 2013. Intervensi dilakukan


secara holistik dengan memandang klien secara utuh dari segi bio-psiko-sosiospiritual, Namun pembahasan implementasi keperawatan yang dilakukan
berfokus pada diagnosa keperawatan ketidakberdayaan.
Intervensi yang dilakukan oleh penulis bersifat generalis, Namun penulis
berusaha mengaplikasikan salah satu intervensi keperawatan psikoterapi
dengan menggunakan Tenik Dereflection. Tehnik Dereflection merupakan
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

35

salah satu bentuk eksistensi manusia yaitu kemampuannya untuk bangkit dari
semua kondisi dan mengatasi dirinya kemudian mencurahkan perhatian pada
hal-hal positif dan bermanfaat. Menghilangkan keinginan berlebihan
(Hiperintention) untuk melawan adiksi terhadap NAPZA. Hal yang ingin
diubah bukanlah keadaan, melainkan sikap (attitude) yang diambil dalam
menghadapi keadaan. Mengarahkan pada proses acceptence untuk menghadapi
keadaan yang tidak mungkin diubah atau dihindari. Maka sikap yang tepat
adalah menerima dengan penuh ikhlas dan tabah pada hal-hal tragis yang tidak
mungkin untuk dihindari atau diubah. Mendalami nilai-nilai bersikap pada
dasarnya memberi kesempatan kepada seseorang untuk mengambil keputusan
yang tepat atas kondisi ketidakberdayaan yang dialami.
Terapi generalis untuk diagnosa ketidakberdayaan melibatkan intervensi
berupa:
1.

Identifikasi faktor pendukung ketidakberdayaan (Pengalaman kegagalan


yang berkelanjutan untuk bertahan dan bebas dari penggunaan NAPZA)

2.

Motivasi membagi pengalaman

3.

Membantu menetapkan tujuan yang ingin dicapai

4.

Gali pengalaman perilaku

5.

Motivasi melakukan kegiatan yang positif

6.

Memberikan pujian yang realistis.

Tehnik

pelaksanaan

intervensi

keperawatan

dengan

diagnosa

ketidakberdayaan pada klien dilakukan melalui tehnik Dereflection dengan


pendekatan metode FRAMES yang dimodifikasi menjadi empat sesi yang
dilaksanakan mulai tanggal 13 Mei 2013 sampai dengan 20 Juni 2013 dan
dilakukan secara terintegrasi, yaitu:
1. Sesi 1: Membina hubungan saling percaya
Membina

hubungan

saling

percaya,

sesi

ini

bertujuan

untuk

mengembangkan hubungan yang baik dan nyaman antara klien dengan


perawat (mahasiswa). Mahasiswa mencoba mengidentifikasi masalah yang
muncul akibat respon ketidakberdayaan klien, dan menghubungkannya

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

36

dengan gangguan perilaku klien yaitu penggunaan NAPZA dan proses


adiksinya terhadap NAPZA.
2. Sesi II: Mengidentifikasi reaksi dan respon klien terhadap masalah
Mengidentifikasi reaksi dan respon klien terhadap masalah, sesi kedua ini
klien diminta untuk mengungkapkan reaksi ataupun respon emosional,
perilaku, partisipasi dalam kegiatan sehari-hari dan tanggung jawab klien
terhadap diri sendiri dan lingkungan (keluarga, pekerjaan, dan sosial).
Mahasiswa mencoba mengidentifikasi dan mendiskusikannnya dengan
klien cara yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut,
bagaimana hasilnya serta mengidentifikasi masalah yang belum teratasi.
3. Sesi III: Tehnik Dereflection dengan pendekatan metode FRAMES
Pada sesi ini, mahasiswa membantu klien untuk mendiskusikan masalah
yang belum teratasi dan membantu menyelesaikannya melalui tehnik
dereflection. Tehnik ini mengarahkan pada pembentukan pola perilaku
positif. Kapanpun seseorang dapat dihadapkan pada sesuatu yang tidak
dapat untuk ditinggalkan, situasi yang tidak terhindarkan, nasib yang tidak
dapat berubah, Seperti pada keinginan atau kerinduan untuk kembali
menggunakan NAPZA, Setelah klien dapat berhenti menggunakan dalam
jangka waktu tertentu. Pada kondisi tersebut dibutuhkan power self dan
self being untuk berfikir positif dan mengambil tindakan atau perilaku
yang positif untuk tetap bertahan. Walaupun individu akan merasakan
penderitaan yang luar biasa dalam melawan keinginanan tersebut untuk
kembali pakau (pakai putaw/heroin). Dalam kondisi tersebut sebenarnya
individu mendapatkan kesempatan untuk mengaktualisasikan nilai-nilai
tertinggi dalam hidupnya, dan mengisi makna terdalam dalam hidupnya
sekalipun dalam kondisi penderitaan. Karena pada dasarnya keinginan
untuk menggunakan putaw kembali tidak berfokus untuk mendapatkan
kesenangan, Namun lebih kepada mendapatkan suatu makna dari
hidupnya.
Intervensi melibatkan klien secara aktif untuk mengidentifikasi aspek
positif dalam dirinya yang mampu untuk digunakan oleh klien sebagai
sumber kekuatan klien. Klien dilibatkan secara aktif dalam menentukan
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

37

tujuan-tujuan hidup yang realistis dan sesuai dengan orientasi realita.


Bersama dengan klien, mahasiswa mencoba membantu klien membuat
main mapping kehidupannya dan membuat discharge planning dengan
segala kemungkinan permasalahan kehidupan yang akan dihadapi oleh
klien atau situasi-situasi yang akan dihadapi oleh klien. Dan apa yang
harus dilakukan oleh klien, ketika Ia dihadapkan oleh kondisi yang
mengarhkan Ia untuk jatuh kembali menggunakan NAPZA. Klien
diarahkan untuk berpikir secara realistis dan memikirkan segala aspek
yang dapat Ia berdayakan saat Ia membutuhkan kekuatan secara psikologis
untuk bertahan dengan kondisi bebas dari NAPZA.
Pada minggu pertama sampai ke-empat klien masih dalam kondisi denial
dalam menentukan keputusan mengenai faktor predisposisi yang berperan
untuk mengembalikan Ia ke kondisi relapse. Namun, pada intervensi
memasuki minggu kelima klien tegas menyatakan Ia bertekad dan berjanji
akan meninggalkan dunia pekerjaannya yang memiliki resiko tinggi, dan
sebagai trigger terbesar bagi dirinya untuk kembali relapse.
Secara kognitif klien sudah mampu dan mengetahui apa yang harus
dilakukan,

setelah

intervensi

selama

minggu,

klien

mampu

mengidentifikasi kekuatan dari dirinya yang perlu Ia bangun agar


keyakinannnya untuk hidup bersih dari NAPZA terbangun dan tetap
terjaga. Tujuan dari tehnik derefelection agar klien selalu berorientasi pada
aspek positif dari dirinya dan lingkungan yang dapat Ia gunakan agar
bertahan dalam kondisi bebas NAPZA, dengan pendekatan metode
FRAMES (dijelaskan pada pembahasan Bab IV). Secara psikologis,
konsep diri klien mulai terbangun dengan kemampuan kognitif yang
dimiliki. Namun, support system yang adekuat tetap dibutuhkan, klien
dalam kondisi dimana support system sangat minimal.

Intervensi

keluarga tidak dapat dilakukan oleh penulis, karena sulit berkomunikasi


dengan keluarga klien. Pola komunikasi antara keluarga dapat diobservasi
saat keluarga klien menjenguk klien.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

38

4. Sesi IV: Evaluasi


Evaluasi bertujuan untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan asuhan
keperawatan ketidakberdayaan dengan menggunakan tehnik dereflection
melalui

pendekatan

FRAMES.

Pada

minggu

ke-6,

mahasiswa

mendiskusikan rencana tindak lanjut masalah yang belum teratasi dan


rencana tindak lanjut dari main mapping hidup yang coba dibuat oleh
klien.

3.7 Evaluasi Hasil Asuhan Keperawatan


Evaluasi merupakan tahap akhir pada proses keperawatan yang dapat dinilai
dari keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan berdasarkan pada
kriteria hasil masing-masing masalah yang akan dilakukan tindakan
keperawatan. Penulis melakukan evaluasi hasil yang pelaksanaannya adalah
dengan melakukan diskusi dengan klien dan observasi langsung untuk melihat
sejauh mana masalah dapat teratasi dan melihat kemajuan kesehatan klien
setelah diberikan asuhan keperawatan. Berikut skema discharge planning
intervensi keperawatan yang menunjukkan intervensi yang komprehensif
terhadap klien untuk memaksimalkan hasil asuhan keperawatan.
Skema 3.3 Discharge Planning Intervensi Klien

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

39

Diagnosa ketidakberdayaan membutuhkan intervensi yang cukup panjang,


karena berkaitan dengan pembentukan ideal diri didalamnya. Penentuan
tentang diagnosa tersebut dapat diselesaikan atau tidak menjadi ambigu,
karena tidak ada standar baku yang menentukan apakah diagnosa telah teratasi
atau tidak. Walaupun kriteria sudah dicantumkan dalam rencana asuhan
keperawatan. Pengukuran hasil asuhan keperawatan dengan diagnosa
ketidakberdayaan pada klien bersifat subjektif, karena masalah-masalah yang
coba untuk diselesaikan masih membutuhkan kontrol berupa observasi
langsung untuk dapat dianalisa apakah intervensi berhasil atau tidak, setelah
klien kembali ke kehidupan bermasyarakat (keluar dari rumah sakit dan
kembali beraktivitas).
Keputusan klien untuk mengikuti program terapi rumatan melalui terapi
subtitusi membutuhkan kontrol yang kuat dari diri klien dan orang terdekat,
termasuk tim pelayanan kesehatan. Program terapi subtitusi harusnya
didukung dengan psikoterapi atau terapi sosial yang mendukung keberhasilan
klien mempertahankan kondisi bebas NAPZA. Dalam hal ini, penulis belum
mampu melakukan intervensi keperawatan di tingkat keluarga sebagai bagian
dari support system klien. Penulis juga tidak mampu memfasilitasi klien untuk
mendapatkan akses untuk mendapatkan program psikoterapi lanjutan, setelah
klien keluar dari ruang perawatan di RS.

Berikut skema gambaran

perkembangan hasil intervensi keperawatan individu yang dapat dilakukan


oleh penulis selama intervensi enam minggu.
3.4 Skema Perkembangan Hasil Asuhan Keperawatan

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

BAB 4
PEMBAHASAN
Pada Bab ini penulis akan menguraikan kesenjangan antara teori dengan asuhan
keperawatan secara nyata,

yang ditemukan selama

melakukan asuhan

keperawatan pada Klien dengan diagnosa keperawatan yang diangkat adalah


Ketidakberdayaan dengan diagnosa medis Withdrawal Opiat di ruang Medic
Psikiatric Evaluation (MPE) Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta.
Ruang lingkup yang diuraikan sesuai dengan proses keperawatan yang meliputi
analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait Keperawatan Kesehatan
Masalah Perkotaan (KKMP) & Konsep kasus terkait, dan Analisis intervensi
keperawatan berdasarkan evidance base. Serta akan dibahas pula faktor-faktor
penghambat, pendukung, dan solusinya.
4.1 Profil Lahan Praktek
Rumah Sakit Ketergangungan Obat (RSKO) Jakarta adalah rumah sakit
dengan pelayanan utama dibidang NAPZA. RSKO Jakarta memiliki visi
sebagai pusat layanan dan kajian nasional maupun regional dalam bidang
gangguan yang berhubungan dengan zat. Visi tersebut dicapai dengan cara
melaksanakan upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif bagi
masyarakat umum dalam bidang gangguan yang berhubungan dengan zat dan
penyakit terkait serta memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
umum; Melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga profesi serta
masyarakat umum serta penelitian dan pengembangan dalam bidang gangguan
yang berhubungan dengan zat.
RSKO dilengkapi dengan Instalasi rawat inap yang terdiri dari 3 unit yaitu
High Care Unit (HCU), Ruang Komplikasi Medik (detoksifikasi), & Ruang
Rehabilitasi. High Care Unit (HCU) diberi nama ruangan Bidadari, untuk
rawat inap bagi pasien yang mengalami gangguan/masalah fisik yang bersifat
akut dan kronis. Sedangkan ruang detoksifikasi diberi nama ruangan Medic
Psikiatrik Evaluation (MPE) diperuntukkan bagi pasien yang mengalami
40

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

41

gejala putus zat akut atau sedang dalam masa withdrawal NAPZA. Sedangkan
ruang Rehabilitasi di peruntukkan bagi pasien yang sedang dalam masa
pemulihan setelah selesai dari rawat inap di ruang MPE, untuk proses
recovery klien.
Ruang MPE merupakan ruangan untuk melaksanakan detoksifikasi secara
konvensional. Disebut juga sebagai ruangan untuk perawatan pasien akut
dengan gangguan perilaku akibat penggunaan NAPZA. Dimana kasus pasien
di ruang MPE umumnya adalah putus zat (Withdrawal). Sehingga, memiliki
karakteristik pasien yang akut dan belum stabil. Lama waktu perawatan pasien
di ruang MPE antara 2 minggu sampai 3 bulan.

4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait Keperawatan


Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) & Konsep Kasus Terkait
Kondisi kehidupan di era modern semakin kompleks. Stresor kehidupan juga
semakin meningkat. Individu diharuskan untuk menghadapi stresor tersebut
dengan kemampuan koping yang dimiliki. Ketika terjadi ketidakadekuatan
koping yang adaptif, maka dapat mengarah pada perilaku yang menyimpang
yang mengarah pada perilaku negatif seperti merokok, alkohol, tawuran, seks
bebas bahkan penyalahgunaan NAPZA (Widianti, 2007).
Koping individu tidak efektif didefinisikan sebagai kerusakan perilaku adaptif
dan kemampuan menyelesaikan masalah seseorang dalam menghadapi
tuntutan peran dalam kehidupan (Townsend, 2010). Koping yang tidak efektif
dapat mengarahkan kepada suatu kondisi ketidakberdayaan. Ketika individu
terus mencoba menggunakan berbagai sumber koping yang dimiliki dan dapat
ia digunakan, Tetapi tidak menghasilkan suatu hasil yang mengarah kepada
tujuan penggunaan koping.

Maka,

dapat

berakibat

pada

kelelahan

menggunakan sumber adaptasi, sehingga menempatkan individu dalam


kondisi tidak berdaya terhadap keadaannya. Pada ketidakberdayaan, klien
mungkin mengetahui solusi terhadap masalahnya, tetapi percaya bahwa hal
tersebut di luar kendalinya untuk mencapai solusi tersebut.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

42

Pada klien dengan gangguan perilaku berupa penggunaan NAPZA dapat


disebabkan oleh pengunaan koping yang tidak efektif. Sehingga pada saat
dihadapkan pada suatu kondisi atau situasi yang dirasa mengancam, Maka
individu berespon dengan cara penggunaan zat. Tujuan penggunaan zat pada
awalnya mungkin hanya bersifat situasional, kemudian berlanjut ke
rekreasinoal. Karena individu merasa nyaman ketika menggunakan, maka
dapat berakibat pada kondisi ketergantungan. Pada kondisi ketergantungan
seseorang akan mengalami kondisi kerinduan yang sangat kuat untuk kembali
menggunakan NAPZA (craving) ketika tidak menggunakan zat tersebut,
sehingga keinginan untuk menggunakan akan timbul secara terus menerus
(Kemenkes RI, 2011).
Pada kondisi tertentu individu yang menyadari akan dampak negatif
penggunaan zat terhadap kehidupannya, menginginkan untuk lepas dari
ketergantungan. Program terapi yang diterapkan untuk klien yang baru saja
mengalami putus zat adalah melalui proses intoksifikasi. Klien dengan
gangguan perilaku berupa penggunaan NAPZA biasanya tidak cukup sekali
untuk menyelesaikan program perawatan. Karena pada saat pulang dari
menyelesaikan program perawatan NAPZA, klien akan mengalami craving.
Sehingga, resiko untuk kembali menggunakan sangat tinggi karena
dihadapkan pada kondisi penuh tekanan sehingga kembali menggunakan
NAPZA (slip). Klien sebenarnya secara kognitif mengetahui apa yang harus
dilakukan supaya tidak kembali menggunakan NAPZA, Namun tidak mampu
untuk melepas rasa craving nya tersebut. Pada kondisi tersebut klien dapat
dikatakan mengalami ketidakberdaayaan. Atau pada kondisi-kondisi dimana
klien sebenarnya mengetahui apa yang harus dilakukan untuk lepas dan bebas
dari NAPZA, namun tidak yakin bahwa apapun usaha yang dilakukan akan
membawa hasil positif. Hal tersebut dapat terjadi akibat kegagalan koping
yang digunakan secara terus-menerus, Namun tidak mampu untuk mencapai
tujuan penggunaan koping.
Klien merupakan individu yang lahir dan dibesarkan di dalam kondisi
lingkungan masyarakat perkotaan. Klien memiliki riwayat penggunaan
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

43

NAPZA sejak ia berusia remaja, alasan penggunaan awal, klien mengatakan


lebih kepada life style. Perubahan gaya hidup kearah perilaku kosmopolitan.
Keinginan untuk diterima oleh kelompok teman sebaya sebagai salah satu
pemicunya. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa remaja
cenderung mengikuti pola perilaku kelompok, sehingga konsep diri dapat
terbentuk didalam proses penerimaan kelompok tersebut.
Latar belakang support system yang minim juga turut berpengaruh. Support
system pertama adalah keluarga sebagai kontrol perilaku utama bagi individu.
Karena ayah klien sudah meninggal sejak klien berusia 7 tahun dan klien
adalah anak terakhir. Maka, peningkatan potensi untuk melakukan perilaku
menyimpang berupa penggunaan NAPZA semakin meningkat dapat
disebabkan oleh kontrol keluarga yang kurang

(Soeroso, 2008). Pada

masyarakat urban, peningkatan beban hidup menuntut para orang tua bekerja
keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, sehingga kontrol terhadap perilaku
anggota keluarga juga dapat berkurang, akibat mobilitas yang tinggi. Klien
mengatakan bahwa dirinya adalah anak kesayangan ibunya, sejak kecil apapun
yang diminta oleh klien, Ibunya selalu menyediakannya. Namun, faktor
pemberian kasih sayang yang berlebihan atau sikap permisif juga turut
berpengaruh terhadap gangguan perilaku, termasuk penggunaan NAPZA
(Kemenkes, 2010), Klien memiliki riwayat pemberian kasih sayang yang
berlebihan dari ibu, dengan alasan untuk memenuhi ketimpangan pemenuhan
kebutuhan kasih sayang, karena ayah klien sudah meninggal sejak klien
berusia 7 tahun. Klien merupakan salah satu gambaran individu yang
mengalami masalah kesehatan perkotaan, khususnya masalah mental akibat
perilaku menyimpang.
Perilaku yang dibentuk pada masa remaja terus diadaptasi dan menjadi habbit
bagi klien. Klien terbiasa hidup dengan gaya hidup kosmopolitan. Klien
menganggap free sex adalah hal yang wajar dan biasa. Mengkonsumsi alkohol
juga menjadi kebiasaan sehari-hari klien. Dengan pola kehidupan demikian,
klien berada pada lingkungan yang memiliki resiko tinggi untuk menggunakan
NAPZA. Klien menggunakan NAPZA On-Off sampai tahun 2013 atau sampai
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

44

saat ini klien berusia 34 tahun. Walaupun terdapat keinginan klien untuk
berhenti menggunakan NAPZA, Namun klien berada pada lingkungan yang
berisiko dan minimnya support system keluarga. Sedangkan, Saat ini Ibu klien
juga sudah meninggal. Klien berada pada kondisi ketidakberdayaan antara
keinginannya

untuk

berhenti

menggunakan

kembali

NAPZA

dan

keinginannya tetap berada pada gaya hidup yang masyarakat perkotaan


tersebut.
Klien menyadari akibat dari perilaku menyimpangnya tersebut. Tetapi, klien
tidak mengakui bahwa hal tersebut merupakan bagian dari perilaku
menyimpang,

Klien menganggap

bahwa

hal tersebut

lebih kepada

entertainment dan gaya hidup. Sehingga, menjadi bagian dari kebutuhan dasar
hidup yang harus dipenuhi oleh klien. Klien memahami salah satu
komorbiditas dari konsumsi NAPZA dan gaya hidup free sex terhadap
kesehatan fisiknya yaitu Hepatitis C dan HIV. Klien mengerti resiko tersebut,
Namun terdapat proses penyangkalan. Klien merasa memang itu bagian dari
resiko dari gaya hidup yang Ia jalani saat ini. Klien masih memiliki impian
terhadap hidupnya, Untuk dapat bebas dari heroin. Namun tidak berdaya saat
keinginannya atau craving timbul. Klien mengatakan tidak mampu melawan
suggest. Hal tersebut yang membuat Ia akhirnya jatuh lagi dan kembali
relapse. Ditambah dengan kondisi support system klien yang minim.
Dukungan dari keluarga saat ini ada, namun tidak secara psikologis. Keluarga
memberikan bentuk dukungan dalam bentuk finansial. Sedangkan menurut
Nies (2001) salah satu faktor yang dapat menurunkan resiko terjadinya
gangguan kesehatan mental, dalam hal ini penyalahgunaan NAPZA adalah
dengan

adanya dukungan dari komunitas termasuk keluarga atau orang

terdekat dengan klien. Selain itu, untuk menurunkan kemungkinan terjadinya


relapse juga didukung oleh kemudahan untuk mengakses terapi penyembuhan
dukungan yang berkelanjutan dari medis dan tenaga pelayan kesehatan mental
(Mary. A Nies, 2001).

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

45

4.3 Analisis Intervensi Keperawatan & Penelitian


Pendekatan pada klien NAPZA sangat unik dan membutuhkan kemampuan
yang berbeda dengan konsep klien di perawatan umum. Klien dengan
gangguan perilaku NAPZA, memiliki latar belakang alasan penggunaan
NAPZA yang berbeda-beda, Namun banyak yang memulai pada masa usia
remaja. Penting untuk mengetahui riwayat penggunaan NAPZA klien, pola
penggunaan, termasuk pengetahuan klien akibat penggunaan tersebut.
Ketetapatan dalam menentukan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan
klien, akan memberikan pengaruh atau dampak yang berbeda terhadap
perubahan pola pikir dan perilaku klien.

Tindakan keperawatan dikembangkan berdasarkan proses pengkajian yang


komprehensif pada sumber data baik primer maupun sekunder, yang dimiliki
klien meliputi: kekuatan fisik, energi, harapan, motivasi, pengetahuan, konsep
diri positif, dukungan psikologis, dan dukungan sosial. Sedangkan menurut
White dan Roberts (1993, dalam Lukbin & Larsen, 2006), mengidentifikasi
aspek psikologis, kognitif, lingkungan dan keputusan klien sebagai sumber
kekuatan dalam mendesain intervensi ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan
secara nyata berkaitan dengan hilangnya power, Kapasitas dan auditorius yang
dimiliki oleh klien penyakit kronis dalam mempersepsikan tindakan yang
diharapkan.
Asuhan keperawatan pada klien dengan ketidakberdayaan membutuhkan
intervensi keperawatan yang mampu mengarahkan klien untuk berpikir positif
terhadap segala aspek kehidupannya. Klien diarahkan untuk mengidentifikasi
aspek kehidupan yang dapat dirubah dan tidak dapat dirubah, konsep ini
terdapat dalam 12 step NA. Hagerty dan Patusky (2003, dalam Ackley &
Ledwig, 2010), menekankan bahwa perlu modifikasi terhadap perilaku dan
distorsi kognitif pada intervensi generalis dengan masalah ketidakberdayaan.
Karena menurut Kanine (2011), modifikasi perilaku dan distorsi kognitif
dilakukan sebagai solusi dalam memecahkan masalah ketidakberdayaan
terkait sikap dan keyakinan klien agar menjadi realistis dan optimis melalui
perilaku kognitif yang positif.
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

46

Penulis mencoba melakukan modifikasi pendekatan intervensi keperawatan


dengan diagnosa ketidakberdayaan dengan mengkombinasikan Tehnik
psikoterapi Dereflection dengan metode pendekatan FRAMES. Tehnik
Dereflection merupakan salah satu bentuk eksistensi manusia yaitu
kemampuannya untuk bangkit dari semua kondisi dan mengatasi dirinya
kemudian mencurahkan perhatian pada hal-hal positif dan bermanfaat.
Menghilangkan keinginan berlebihan (Hiperintention) untuk melawan adiksi
terhadap NAPZA (Bastaman 2007: dalam Kanine 2011). Hal yang ingin
diubah bukanlah keadaan, melainkan sikap (attitude) yang diambil dalam
menghadapi

keadaan.

Mengarahkan

pada

proses

acceptence

untuk

menghadapi keadaan yang tidak mungkin diubah atau dihindari maka sikap
yang tepat adalah menerima dengan penuh ikhlas dan tabah pada hal-hal tragis
yang tidak mungkin untuk dihindari atau diubah. Mendalami nilai-nilai
bersikap pada dasarnya memberi kesempatan kepada seseorang untuk
mengambil keputusan yang tepat atas kondisi ketidakberdayaan yang dialami.
Metode FRAMES sendiri didasarkan pada enam elemen terapi singkat yang
sering digunakan dan berhasil (Kemenkes, 2010) yaitu:
F

: Feedback, memberikan umpan balik berdasarkan pengkajian dan


diskusi dengan klien

: Responsibility, meyakinkan bahwa perilaku penggunaan NAPZA dan


masalah yang ditimbulkannya menjadi tanggung jawab individu.

: Advice, Memberi kejelasan, anjuran praktis dan materi self help

: Menu, memberikan beberapa opsi dan intervensi dalam

perubahan

perilaku.
E

:Emphaty, memperlihatkan sikap tidak menghakimi dan menghayati


pasien.

:Self-Efficacy, Menenkankan kepercayaan terhadap kemampuan


individu untuk berubah.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

47

Dalam melakukan intervensi penulis menerapkan metode FRAMES, setiap


kali melakukan intervensi selama 6 minggu. Terjadi perubahan pada diri klien
yang dapat diobservasi. Perubahan pola pikir, sehingga terbentuk konsep diri
yang lebih baik, ketika klien mampu melihat aspek positif yang Ia miliki, saat
itulah saat yang tepat untuk meyakinkan dirinya memliki kemampuan untuk
berubah (Self efficacy). Pada minggu ke-3 intervensi klien masih mengalami
kondisi denial terhadap beberapa opsi yang dibahas, termasuk tanggung
jawabnya dari setiap opsi pilihan perilaku yang teridentifikasi untuk dapat
dijalankan oleh klien untuk mencapai tujuan hidupnya saat ini yaitu bebas dari
NAPZA. Klien mengalami denial atas opsi pilihan hidup yang mampu Ia
identifikasi sebagai trigger terbesar klien untuk relapse, salah satunya adalah
jenis pekerjaan klien. Klien memiliki latar belakang pekerjaan di Bar (Tempat
hiburan malam), klien sering mengulang ceritanya dimana Ia memulai karir
pekerjaannya dari level yang sangat rendah yakni seorang Bar Boy sampai
menjadi seorang manajer bahkan principle Bavarage. Klien mendapat
penghargaan yang tinggi atas usahanya tersebut, klien mengatakan sangat sulit
sekali jika harus meningglkan pekerjaan di bidang tersebut.
Klien mengalami konfrontasi terhadap dirinya sendiri, terhadap opsi tersebut.
Klien tahu bahwa Ia menginginkan kehidupannya lebih baik dan bebas dari
NAPZA. Tetapi Ia juga tidak berdaya melawan keinginannya untuk kembali
ke pekerjaan yang telah di jalani klien, sejak klien masih kuliah strata satu
hingga saat ini klien berusia 35 tahun. Klien merasa mendapatkan pride yang
tinggi di bidang tersebut. Pada kondisi tersebut, penulis mencoba
menunjukkan sikap emphaty, responsibillity, dan Self-Efficacy. Tanpa
membantah apa yang disampaikan oleh klien. Klien memasuki tahap
bergaining atau tawar menawar, Klien mengulang kata-kata Jika, dan tetapi.
Pada kondisi demikian dibutuhkan sikap tegas dengan penguatan melalui
metode Self-Efficacy, klien diarahkan untuk mampu melihat aspek positif yang
dimiliki oleh dirinya. Sehingga Ia mampu acceptence terhadap opsi yang
memberikan kesempatan lebih besar untuknya untuk tetap bersih dari
NAPZA. Dan ternyata teori tersebut tidak dapat disangkal, klien menyatakan
dengan tegas pada minggu ke-5 intervensi keperawatan bahwa Ia dapat
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

48

menentukan opsi perilaku yang tepat, serta dapat membuat discharge planning
untuk lima tahun kehidupannya yang akan datang.
Intervensi kelompok coba dilakukan oleh penulis, Namun hanya melipatkan 35 orang pasien di ruang MPE. Penulis mencoba mengarahkan pada
pembentukan opsi pilihan perilaku untuk berubah dan Self Effiecy klien
didalam kelompok. Menurut Walgito (2007) keberadaan kelompok dapat
memberikan kebutuhan psikologis berupa dorongan, pengetahuan, dan
informasi. Didalam intervensi kelompok penulis mencoba mengarahkan untuk
berdiskusi mengenai pengalaman setiap pasien untuk menolong dirinya dalam
kondisi ketidakberdayaan melawan craving, suggest, dan trigger untuk
menggunakan kembali NAPZA. Didalam proses diskusi tersebut, ternyata
ditemukan proses self efficiecy, walaupun opsi yang ditawarkan dalam
kelompok tidak sesuai untuk semua klien. Namun, proses membagi
pengalaman, pengetahuan, dan informasi penting. Sehingga, secara tidak
langsung memenuhi kebutuhan penguatan secara psikologis bagi anggota
kelompok.
Metode Dereflection dan FRAMES ternyata benar efektif untuk diterapkan
pada klien dengan gangguan perilaku penggunaan NAPZA. Pilihan akan
perilaku hidup yang akan ia jalani sepenuhnya menjadi tanggung jawab klien,
tim kesehatan hanya mencoba menawarkan alternatif-alternatif pilihan yang
tepat dan sesuai untuk klien. Namun, tanggung jawab hidup dan pelaksanaan
dari tindakan atau perilaku yang dipilih tetap menjadi tanggung jawab pribadi
dari klien. Sehingga perlunya adanya kontrol untuk mengefektifkan metode
tersebut. Kontrol utama dapat berasal dari keluarga. Namun, selama proses
intervensi terhadap klien, penulis mengalami keterbaatasan dalam melakukan
intervensi terhadap keluarga klien.
Pendekatan spiritual dilakukan terhadap klien sejak minggu kedua. Klien
membutuhkan kekuatan spiritual untuk membantunya membentuk kekuatan
dari dalam dirinya. Pendekatan spiritual melalui kegiatan sholat, berdoa, dan
mengaji. Klien bersedia untuk mencoba kembali melakukan aktivitas tersebut,
Klien melaporkan bahwa terjadi perubahan perasaan. Klien merasa ada
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

49

kekosangan dalam dirinya yang dapat terpenuhi. Dari hasil observasi terjadi
peningkatan kemampuan klien dalam mengendalikan emosi. Aktivitas berdoa,
membantu klien untuk menyampaikan maslah-masalah yang tidak dapat Ia
selesaikan atau sampaikan (berbagi) dengan orang lain, Klien mengatakan hal
tersebut cukup membantunya untuk melepas kepenatan yang Ia alami.
Penulis juga mencoba mengajak klien untuk memaknai hidup, melalui
pendekatan spiritual. Kanine (2012), menjelaskan bahwa manusia pada
hakekatnya memiliki makna hidup dan nilai keyakinan terhadap harapan dan
kemampuan untuk mengambil keputusan. Klien memaknai hidupnya saat ini
tidak bahagia. Klien mengatakan Sebagai seorang pecandu hidup tidak
tenang, harus ada sesuatu yang harus ada walaupun kita tidak berdaya untuk
mendapatkannya. Klien merasa tidak mampu mengambil sikap yang tegas
untuk

berhenti

menggunakan NAPZA,

keputusannya akan mempengaruhi hasil.

karena

merasa

tidak

yakin

Hal tersebut merupakan bentuk

Meaningles.
Kehidupan

tak

bermakna

(Meaningless)

dimanifestasikan

dengan

kekecewaan, kehampaan hidup gersang, merasa tak memiliki tujuan hidup,


merasa hidupnya tidak berarti, bosan dan apatis (Frank, 1973: dalam Kanine,
2012). Individu yang mampu menghayati hidup yang bermakna menunjukkan
corak kehidupan penuh semangat dan tanggung jawab, penuh gairah hidup,
dan jauh dari perasaan hampa dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan pada
akhirnya akan menimbulkan perasaan kebahagian (happiness). Namun,
penulis mencoba mengarahkan pada aspek positif yang klien miliki. Klien
masih memiliki impian untuk dapat hidup aman ketika mencapai usia 40
tahun. Hidup aman yang dimaksud oleh klien adalah hidup dengan seorang
istri dan anak serta memiliki pekerjaan yang tidak berisiko dan sudah bebas
dari NAPZA. Dimana tujuan memaknai hidup yaitu menenkankan pada asasasas kehidupan manusia meraih hidup yang bermakna (the meaningful life)
yakni kebahagiaan sebagai motivasi utama manusia. Hidup yang bermakna
merupakan impian setiap manusia. Sehingga, intervensi spiritual juga

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

50

mengarahkan pada pembentukan motivasi meraih impian hidup. Impian hidup


akan berpengaruh terhadap bagian dari konsep diri seseorang yaitu ideal diri.
Intervensi ke arah fisik yang berhubungan dengan psikis klien berupa diskusi
tentang akibat penyalahgunaan Putau/Heroin yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan perubahan pada pola tidur bahkan jatuh pada kondisi insomnia
berat (Kemenkes RI, 2011). Namun, ketika seseorang kembali menggunakan
Putau/Heroin, karena sifatnya depresan maka akan mudah menimbulkan
kantuk yang sangat dalam, sehingga seseorang menjadi lebih tenang dan jatuh
tertidur. Ketika seseorang berhenti menggunakan jenis opioda contohnya
Putau/Heroin, maka akan menimbulkan gejala putus zat berupa nyeri pada
anggota tubuh, insomnia berat, dan gelisah. Pada kondisi demikian seseorang
akan merasakan craving untuk menggunakan kembali. Kondisi insomnia berat
dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya perubahan emosi, yang akan
mempengaruhi perubahan pola perilaku individu. Individu menjadi sulit
berkonsentrasi, emosi menjadi labil, dan berisiko melakukan tindakan perilaku
kekerasan.
Klien menunjukkan perilaku kekerasan yang berisiko mencederai dirinya
sendiri

pada

minggu

ketiga

intervensi

asuhan

keperawatan.

Klien

mengekspresikan rasa kekecewaan akibat keinginan yang tidak terpenuhi


dengan perilaku merusak dirinya. Hal tersebut menujukkan adanya perilaku
obsesif kompulsif pada klien. Ketika keinginan tidak terpenuhi, klien mencoba
mengalihkannya dengan perilaku yang merusak dirinya. Perilaku obsesif
kompulsif merupakan penyakit psikobilogis akibat penggunaan jangka
panjang heroin, yang mengakibatkan kerusakan pada sistem neurotransmitter
di otak yang menimbulkan gejala kecemasan yang berulang-ulang (Ellen,
2004). Sehingga, terjadi perubahan terhadap fungsi emosi dan perilaku. Dari
hasil pengkajian dengan menggunakan Depresion and anxiety stress scale
(DASS) menunjukkan klien mengalami cemas berat dan depresi sedang. Hal
tersebut cukup mendukung bahwa klien dengan riwayat penggunaan heroin
jangka panjang mengalami perilaku obsesif kompulsif (Obsesive Convulsif
Disorder).
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

51

Klien saat ini positif mengalami Hepatitis C. Ia menyampaikan dirinya tidak


masalah dengan statusnya sebagai orang yang mengidap Hepatitis C. Namun,
Ia mengatakan tidak menyukai perilaku keluarga yang mengetahui positif
Hepatitis C. Jika, individu diketahui positif hepatitis.C ataupun positif HIV,
Ada kemungkinan untuk mengalami ansietas akibat stigma yang beredar di
masyarakat. Adanya rasa takut untuk sulit diterima sebagai manusia normal,
ketika berada ataupun berkumpul dengan keluarga, Menjadi salah satu sumber
kecemasan bagi pengguna NAPZA. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap
konsep diri individu. Penghargaan akibat pengasingan atau mendapat
perlakuan yang berbeda dari keluarga atau masyarakat dapat menurunkan rasa
penghargaan terhadap dirinya, yang juga dapat berpengaruh terhadap
gambaran diri yang rendah. Individu dapat jatuh pada kondisi depresi, akibat
denial terhadap kondisi yang dialami dengan perlakuan dari lingkungan yang
diterima. Kontroversi dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap klien
dengan riwayat Hep.C atau HIV positif, dapat menjadi ancaman tidak hanya
bagi klien tetapi juga bagi pemberi tenaga pelayanan kesehatan.

Perlunya edukasi yang tepat mengenai pola perilaku yang benar dan
peningkatan pengetahuan terhadap klien, maupun keluarga klien menjadi
fokus pemberian edukasi. Selebihnya adalah tindakan preventif dan edukatif
di tingkat masyarakat yang lebih luas, sehingga orang dengan riwayat
Hepatitis C dan HIV mendapat perlakuan yang sewajarnya. Justru masyarakat
seharusnya dapat dibimbing untuk membantu membentuk konsep diri yang
lebih baik bagi para penderita Hepatitis C dan HIV.

4.4 Analisis Penyelesaian Masalah


Penyelesaian

masalah

diagnosa

keperawatan

ketidakberdayaan

pada

masyarakat perkotaan dengan riwayat penggunaan NAPZA membutuhkan


intervensi di tingkat komunitas yang lebih luas. Permasalahan penggunaan
NAPZA sampai dengan kondisi ketergantungan merupakan salah satu bentuk
gangguan kesehatan mental berupa gangguan perilaku. Nies (2001)
menyatakan bahwa dukungan sangat dibutuhkan untuk menurunkan resiko
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

52

gangguan mental perilaku, tidak hanya dukungan dari orang terdekat atau
keluarga, tetapi juga dukungan dari masyarakat luas termasuk pemerintah
dalam hal penyedian pelayanan yang mudah untuk dijangkau. Penulis dalam
hal ini, tidak mampu melakukan intervensi lebih luas terhadap sumber-sumber
dukungan sosial yang dapat di jangkau oleh klien seperti keluarga. Sehingga
dibutuhkan intervensi tingkat spesialis untuk menyelesaikan permasalahan di
tingkat keluarga untuk mendukung intervensi individu yang telah dilakukan.

Modifikasi pemecahan masalah klien dengan respon ketidakberdayaan


menurut Hagerty dan Patusky (2003, dalam Ackley & Ladwig, 2010) adalah
meningkatkan sikap optimis dan keyakinan yang realistis melalui perilaku
kognitif (behavior cognitive) pada situasi perspektif yang berbeda dan melalui
cara penghentian pikiran (thought stoping) untuk distorsi kognitifnya. Upaya
pemecahan masalah klien melalui perilaku kognitif dan penghentian pikiran
dengan aktivitas positif yang konstruktif merupakan jenis psikoterapi untuk
meminimalkan respon ketidakberdayaan yang negatif.

Meraih kehidupan bermakna (the meaningful life) adalah motivasi utama


manusia. Dereflection adalah salah satu tehnik dalam psikoterapi yang
diindikasikan pada klien dengan penyakit krtonis termasuk pada klien
gangguan perilaku akibat penggunaan NAPZA yang mengalami respon
ketidakberdayaan. Dereflection bertujuan untuk mengembangkan sikap yang
tepat dan positif dan merealisasikan nilai-nilai bersikap yang dianggap positif.
Nilai-nilai bersipa menurut Bastaman (2007, dalam Kanine, 2011) adalah
sikap menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran, keberanian menghadapi
bentuk penderitaan yang tidak mungkin terelakkan lagi seperti untuk melawan
kekambuhan penggunaan zat setelah semua upaya dilakukan maksimal.

Mendalami nilai-nilai bersikap pada dasarnya memberi kesempatan kepada


seseorang untuk mengambil sikap yang tepat atas kondisi tragis dan atau
kegagalan yang telah terjadi dan tidak dapat dielakkan lagi. Tehnik
pendalaman nilai bersikap dengan: 1) Merenungkan penderitaan: Mengingat
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

53

kembali suatu penderitaan yang pernah dialami pada waktu yang lalu,
bagaimanakah cara mengatasinya, bagaimanakah perasaan kita sekarang atas
pengalaman tersebut, pelajaran apa yang kita peroleh dan hikmah apa yang
ada dibalik penderitaan dan prose panjang yang telah dilewati oleh klien dari
keinginannya

bebas

dari

NAPZA.

2)

Membandingkan

penderitaan:

menghubungi kenalan yang pernah mengalami penderitaan yang sama dan


telah berhasil mengatasinya, menanyakan pelajaran dan hikamh apa yang
diperolehnya dari peristiwa itu, dan membandingkan dengan keadaan sekarang
(Kanine, 2011). Hal ini dapat diintergrasikan dalam bentuk Teraphy
Comunity, Kemudian dilanjutkan dengan identifikasi perilaku positif yang
perlu diintegrasikan dalam proses perawatan klien NAPZA sebagai bentuk
lanjutan dari tehnik dereflection. Sehingga, metode asuhan keperawatan pada
klien NAPZA dengan diagnosis ketidakberdayaan membutuhkan integrasi dan
kolaborasi yang lebih luas.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

BAB 5
PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan hasil yang diperoleh berdasarkan penjelasan dari bab
sebelumnya sampai dengan pembahasan. Sehingga, dapat ditarik simpulan dan
saran dari intervensi dan telaah pustaka, serta observasi yang telah dilakukan.
Saran yang diberikan berupa masukan bersifat operasional dimana terkait dengan
hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan.
5.1 Kesimpulan
Klien adalah bagian dari individu masyarakat perkotaan yang memberikan
gambaran masalah perkotaan, dalam hal kesehatan mental (Mental health
urban). Perubahan tren perilaku masyarakat perkotaan kearah perilaku
menyimpang seperti penggunaan NAPZA dapat terjadi akibat dari koping
individu tidak efektif. Penyelesaian masalah dengan menggunakan cara yang
maladaptif dengan penggunaan zat, dianggap sebagai bentuk penyelesaian
masalah atau berupa gaya hidup masyarakat perkotaan dapat menjadi
kontroversial. Apapun alasan penggunaan NAPZA tidak dibenarkan dan
merupakan bagian masalah kesehatan mental akibat

perilaku yang

menyimpang.
Ketidakberdayaan yang dialami oleh pengguna NAPZA yang mengalami
ketergantungan terhadap NAPZA, diarahkan kepada pembentukan pola
perilaku yang positif. Pendekatan metode derefelection dan tehnik enam
langkah yang disebut dengan FRAMES terbukti efektif digunakan untuk klien
NAPZA. Terjadi perubahan pola pikir kearah penguatan psikologis untuk
memperkuat keyakinan klien, bahwa klien dapat melakukan sesuatu yang
dapat mempengaruhi hasil dan tujuan untuk bebas dari NAPZA. Namun,
kekuatan diri tidak hanya dipengaruhi oleh diri sendiri. Peran kelompok,
lingkungan, dan dukungan keluarga juga memberi kontribusi yang besar
terhadap pembentukan keyakinan dalam diri invidu untuk bertahan (fight)
dalam kondisi bebas NAPZA (clean).
54

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

55

5.2 Saran
Perhatian terhadap kesehatan mental pada masyarakat perkotaan perlu
ditingkatkan. Tidak hanya masalah peningkatan kesehatan fisik pada
masyarakat urban akibat gaya hidup, Tetapi juga peningkatan masalah
kesehatan mental akibat gaya hidup. Gangguan kesehatan mental pada
masyarakat urban cenderung meningkat akibat peningkatan beban psikologis.
NAPZA dianggap bagian dari gaya hidup atau bentuk perilaku yang dianggap
dapat menyelesaikan masalah karena peningkatan beban psikologis pada
masyarakat perkotaan. Sehingga tren pelayanan kesehatan tidak hanya
berorientasi pada masalah kesehatan fisik saja, tetapi juga tehadap kesehatan
mental. Dari hasil asuhan keperawatan yang dilakukan penulis dari tanggal 13
Mei 2013 sampai 20 Juni 2013 Pada klien di RSKO Jakarta dengan mencoba
mengaplikasikan tehnik asuhan keperawatan berdasarkan pada evidence base
dan melakukan modifikasi. Penulis mencoba memberikan beberapa saran
yang bersifat aplikatif sebagai berikut:
a. Pengelola Institusi pendidikan
Saran untuk bidang keperawatan yang mengelola pengembangan bidang
pendidikan keperawatan agar mengintegrasikan konsep terkait NAPZA
dengan ilmu kesehatan khususnya kesehatan mental. Karena intervensi
fokus pada pengguna NAPZA terletak pada kesehatan mentalnya.
Sehingga mampu meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan. Perawat
memiliki peluang yang besar untuk berperan dan berkontribusi dalam
memberikan pelayanan dibidang NAPZA. Perawat memiliki kesempatan
atau bekal berupa pendekatan yang intensif untuk melakukan intervensi
terhadap klien khususnya untuk peningkatan kesehatan mental klien.
Perawat sebagai orang terdekat yang mampu mengobservasi dan
berinteraksi secara langsung dengan klien NAPZA saat menjalani proses
perawatan.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

56

b. Bagi Insitusi Pemberi Pelayanan Kesehatan Bidang NAPZA


Tulisan ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber evidence based
practice dalam ilmu keperawatan khususnya pengembangan teknik-teknik
dalam penatalaksanaan keperawatan mandiri untuk meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan dapat didukung oleh
adanya

media

yang dibutuhkan oleh klien NAPZA.

Walaupun

berdasarkan standar operasional kerja yang ditetapkan oleh Kementrian


Kesehatan menyebutkan bahwa, klien dalam proses intoksifikasi akan
dibiarkan dengan aktivitas yang tidak terjadwal, Dimana tenaga kesehatan
berorientasi untuk menangani gelaja fisik akibat dari putus zat. Namun,
Klien NAPZA selama menjalani proses intoksifikasi juga membutuhkan
media yang mampu menfasilitasi mereka untuk mengekspresikan
perasaannya ketika klien sedang merasa sedih, senang, dan marah. Sebagai
contoh: Klien NAPZA memiliki resiko tinggi untuk melakukan tindakan
atau perilaku kekerasan baik terhadap diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan.
Fasilitas atau media sangat penting sebagai faktor penunjang keberhasilan
penanganan pasien NAPZA. Jika mereka disediakan suatu media untuk
memfasilitasi rasa marah mereka, maka ada kemungkinan untuk
mengekspresikan rasa marah tersebut dapat menjadi bentuk aktivitas yang
konstruktif seperti olahraga. Karena intervensi pada klien gangguan
Psikiatri murni tidak sama dengan klien NAPZA, maka saat klien NAPZA
memiliki

resiko

untuk

perilaku

kekerasan.

Aktivitas

untuk

mengekspresikan rasa marah beruapa pukul bantal, justru akan dianggap


sebagai sesuatu yang aneh dan lucu bagi mereka. Sehingga alternatifnya
dapat berupa penyediaan media lainnya yang mampu memfasilitasi,
Seperti Sabek (bantal petinju), Media lukis dan lain sebagianya.
c. Bagi Masyarakat
Kontrol utama perubahan perilaku individu adalah keluarga, sehingga
diharapkan orang tua dapat memberikan kontrol yang tepat tetapi tidak
juga berlebihan. Gaya otoriter ataupun sikap kasih sayang yang berlebihan
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

57

(permisif) juga dapat menjadi presisposisi kearah penyalahgunaan


NAPZA. Oleh karena itu, keluarga dan masyarakat luas turut berperan
dalam penciptaan perilaku kearah positif.
Seseorang dengan riwayat penggunaan NAPZA khususnya jenis opiat
semisintetik yaitu heroin memiliki risiko tinggi mengalami hepatitis C
ataupun positif HIV. Ada kemungkinan individu tersebut mengalami
ansietas, akibat stigma yang beredar di masyarakat. Adanya rasa takut
untuk sulit diterima sebagai manusia normal, ketika berada ataupun
berkumpul dengan keluarga dapat menjadi salah satu sumber kecemasan
bagi pengguna NAPZA. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap konsep
diri individu. Penghargaan akibat pengasingan atau mendapat perlakuan
yang berbeda dari keluarga atau masyarakat dapat menurunkan rasa
penghargaan terhadap dirinya, yang juga dapat berpengaruh terhadap
gambaran diri yang rendah. Individu dapat jatuh pada kondisi depresi,
akibat denial terhadap kondisi yang dialami dengan perlakuan dari
lingkungan yang diterima.
Perlunya edukasi yang tepat mengenai pola perilaku yang benar dan
peningkatan pengetahuan terhadap keluarga penderita Hepatitis C atau
HIV menjadi fokus pemberian edukasi. Selebihnya adalah tindakan
preventif dan edukatif di tingkat masyarakat yang lebih luas, sehingga
orang dengan riwayat penggunaan NAPZA yang positif Hepatitis C atau
HIV mendapat perlakuan yang sewajarnya. Masyarakat luas bahkan dapat
menjadi sumber dukungan yang potensial untuk pembentukan perilaku
individu kearah yang positif dengan bentuk penerimaan yang baik
terhadap pengguna NAZPA dengan riwayat penyakit fisik seperti Hepatitis
C atau HIV.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Ackley,B.J & Ledwig, G.B. (2010). Nursing Diagnosis Handbook: an evidence


based guide to planning care. 9 th edition. St. Louis. Missouri: Elsevier
Mosby
Agolla, J.E., & Ongori, H. (2009). An assasment of academic stress among
undergraduate students. Academic journals, Educational research and review
vol.4 (2), pp.063-067.
Anonim. (2008). Terapi Rumatan Opiat: Suboxone. Juni 15, 2013
http://banirisset.com/2008/05/suboxone.html#sthash.aoW5fCAq.dpuf
BNN.(2012). ._____. Juni 15, 2013. www.bnn.go.id.documents/data-andanalysys/wdr2012.
Carpenito, L.J dan Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10.
Jakarta : Penebit Buku Kedokteran EGC
Carpenito, L. J.C (2004). Hanndbook of nursing diagnosis ed.10. USA:
Lippincott Williams & Wilkins
Depkes RI.(2006). Pedoman Penyluhan Masalah Narkotika, Psikotropika, dan Zat
Adiktif Lainnya (NAPZA) bagi Petugas Kesehatan di sarana Pelayanan
Kesehatan. Jakarta: Dirjen Bina Pelayanan Medik
Doenges,M., Townsend, M., (2008) Nursing Diagnosis Manual ed.2. F.A Davis
Company: Philadelphia.
Goff.A.M.(2011). Stressor, academic performance, and learned resourcefulness in
baccalaureate nursing students. International Journal Of Nursing Education
Scholarship, 8,923-1548.
Kanine, Esrom. (2011). Pengaruh Terapi Generalis dan Logoterapi Terhadap
Respon Ketidakberdayaan Klien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Provinsi
Sulawesi Utara. Tesis. Universitas Indonesia : Depok
Kartikawangi, Dorien. (2007). Gaya Hidup Kosmopolitan dalam kajian Media
dan Industri Budaya. Jakarta:UI
Kemenkes RI. (2010). Pedoman Pelayanan Terapi & Rehabilitasi Komprehensif
Pada Gangguan Penggunaan NAPZA berbasis Rumah Sakit. Jakarta:
Dirbinyan Kesehatan Jiwa.
Kemenkes RI.(2011). Buku Pedoman Praktis Mengenai Penyalahgunaan NAPZA
Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Dirbinyan Kesehatan Jiwa.
Lukbin, I.M & Larse, P.O.(2006). Chronic Ilness: Impact and Intervention. Jones
and Barlett Publisher, Inc Sudbuy Messachusetts.
NANDA International. (2011). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2009-2011. Cetakan I. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC
Nies, Mary A. (2001). Comunity Health Nursing: Promoting The Health Of
Populations. W.B Saunders Company: Philadelphia.
Nursalam, (2001), Proses Dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
(RISKESDAS) Riset Kesehatan Dasar. (2007).Jakarta. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2005). Brunner & Sudarths textbook Of medicalsurgical nursing. (8th ed). (Agung Waluyo. Terjemahan). Jakarta: EGC
58

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Universitas Indonesia

59

Soeroso, Andreas. (2008). Sosiologi. Jakarta: Yudhistira.


Stuart, Gail W. (2009). Principles & Practice of Psychiatric Nursing ed.8.
Philadelphia: Elsevier Mosby
Townsend, M.C (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri rencana
Asuhan & Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penebit Buku
Kedokteran EGC
UNODC. (2011)._____. Juni 15, 2013. www.unodc.org.documents/data-andanalysys/wdr2011.
Walgito, B. (2007). Psikologi kelompok. Yogyakarta: ANDI
Widianti, Elfri.(2007). Remaja dan permasalahannya: bahaya merokok,
penyimpangan seks pada remaja, dan bahaya penyalahgunaan minuman
keras dan narkoba. Juni 15, 2013. http://prov.bkkbn.go.id
Williams, Ellen. (2004). Essencial Of Nursing. Manchester: Eddington.
Wilkinson, J.M. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran
EGC.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

PENGKAJIAN KEPERAWATAN (NAPZA)


Identitas Pribadi
1. Nama lengkap
: Tn.I
2. Nama panggilan
:D
3. Nama Penanggung Jawab
: Ny.S
4. Pekerjaan Penanggung Jawab
: Wiraswasta
5. Tempat, tanggal lahir
: Jakarta, 30 November 1978
6. Jenis kelamin
: Laki-laki
7. Kewarganegaraan
: Indonesia
8. Alamat lengkap
: Jl. Alamanda Raya Blok.B/No.9. Pendidikan terakhir
: Strata Satu (S1)
10. Agama
: Islam
11. Status perkawinan
: Bercerai
Menikah
Bercerai
Belum menikah
12. Frekuensi menikah
: 1 kali
13. Usia saat pertama kali menikah
: 25 Tahun
14. Sumber pemasukan
: Gaji dan Judi Bola
Gaji
Teman
Jadi bandar
Keluarga
Pensiunan
Lainnya, ________
15. Status tempat tinggal saat ini
: Bersama sanak Keluarga
Bersama orangtua
Tidak punya tempat tinggal
Bersama teman
Tinggal sendiri
Bersama sanak family
16. Pekerjaan sebelum masuk RS
: Manajer Baverage
17. Anggota keluarga yang juga memakai NAPZA : Tidak ada
18. Jenis zat yang pernah dipakai keluarga
: 19. Daftar anggota keluarga
:
(ayah, ibu, saudara kandung, istri/suami, anak)
No.
Nama
Hubungan
Usia
Status Kesehatan
1
Tn. N
Ayah
Meninggal
2
Ny.S
Ibu
Meninggal
3
Ny.S
Kakak
44 Tahun
Baik
4
Ny.A
Kakak
41 Tahun
Baik
5
Tn.B
Kakak
38 Tahun
Baik

Alasan Masuk RSKO


1. Cara datang ke RS
:
Diantar dokter
Diantar LSM
Sendiri
Diantar keluarga
Diantar penegak
hukum
Diantar teman
2. Motivasi mengikuti perawatan:
:
Permintaan sendiri
Mengurangi dosis
Berhenti total
Terpaksa
3. Pengobatan sebelumnya (lokasi, tahun)
: RS. SH di Kota S tahun 2002
4. Tahun pertama kali menggunakan NAPZA
: 1992
5. Zat yang pertama kali digunakan
: Alkohol

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

6.

Alasan penggunaan NAPZA


:
Tersedianya NAPZA
Ingin tahu atau coba-coba
Tekanan sebaya
Hubungan sex
Melarikan diri dari masalah
Frustasi
Lainnya: ___________
Rekreasi
Mencari kesenangan
7. Jumlah uang yang dihabiskan untuk membeli NAPZA dalam 1 bulan terakhir: Rp 15.000.000
8. Perkembangan penggunaan NAPZA
:
No
Jenis Zat
Tahun
Waktu
Cara
Frekuensi
Pemakaian
Pemakaian
Pemakaian
Pemakaian dan
Pertama
Terakhir
Jumlah Zat
1
Putaw/Heroin
1995
2013
Suntik/Hirup
0,5 gram
2
Sabu
1997
2000
Hirup
1 gram
3
Ekstasi
1995
2011
Oral
On-off
4
Ganja
1992
2000
Hisap
On-off
5
Obat-obatan
1995
2011
Oral
On-off
6
Alkohol
1992
2013
Oral
200 cc- tidak tentu
(sepuasnya)

9.

Lokasi penggunaan NAPZA (yang paling sering):


Rumah
Jalanan
Rumah teman

Pola Hidup
1. Mandi
2. Tidur siang
Ya, jam ...-...
3. Jam tidur malam
4. Jam terbangun di pagi hari
5. Aktivitas harian sebelum masuk RSKO
6. Aktivitas harian setelah masuk RSKO
7. Makan
8. Makanan selingan
9. BAB (buang air besar)
10. BAK (buang air kecil)

Tidak tentu
Lainnya ___________

: 2 kali / hari
:
Tidak
: 01.00
: 07.00
: Bekerja
: Kembali bekerja
: 2-3 kali / hari
: 1 kali/ hari
: 2 kali / hari
: 8 kali/hari

Kondisi Kesehatan
1. Penyakit yang pernah diderita sebelumnya : Gastritis, Hepatitis C, Sakit gigi.
2. Riwayat di rawat di rumah sakit
: 1 kali, karena Gastritis
3. Anda sedang menggunakan obat yang diresepkan secara teratur :
Ya, sebutkan: Obat tidur (Zolmia)
Tidak
4. Status HIV:
Tidak tahu
Tes positif
Hasil tes tidak
diketahui
Belum pernah tes
Tes negatif
5. Status HCV:
Tidak tahu
Tes positif
Hasil tes tidak
diketahui
Belum pernah tes
Tes negatif
6. Status TBC:
Tidak tahu
Rontgen negatif
Tes BTA 3x negatif
Belum periksa
Rontgen foto positif
Tes BTA 3x positif
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

7.

8.

Jika sakit, sering berkonsultasi pada


Dokter
Mengobati sendiri
Apotik/farmasis
Tidak diobati
Pengobatan alternatif
Pernah menjadi pendonor darah selama menggunakan NAPZA?
Ya, tahun____
Tidak

Kondisi Psikis
1. Apakah anda pernah mengalami masalah serius dalam berhubungan dengan :
Ibu, jelaskan : Tidak pernah
Ayah, jelaskan : Tidak pernah
Adik / kakak, jelaskan : Dilarang menggunakan NAPZA
Suami / istri, jelaskan : Dilarang menggunakan NAPZA, sampai bercerai
Keluarga lain yang berarti, jelaskan : penolakan, klien merasa dihindari
Pacar , jelaskan : hamil diluar nikah, memutuskan untuk aborsi
Teman akrab, jelaskan : Tidak ada
Tetangga, jelaskan : penolakan, klien merasa dihindari
Teman sekerja, jelaskan: Tidak ada
2. Perasaan saat ini :
Depresi serius-kesedihan
Sulit merasa relaks
Putus asa
Sulit berkonsentrasi atau mengingat
sesuatu
Kehilangan minat
Kesulitan mengontrol amarah
Kesukaran dalam melakukan kegiatan
sehari-hari
Kadang melihat / mendengar sesuatu
yang tidak ada objeknya
Ketegangan
Lainnya, sebutkan ______________
Gelisah
Kekhawatiran yang berlebihan
3. Pernah terpikir untuk bunuh diri :
Ya,___ kali, karena_______________
Tidak
Penggunaan Cara Suntik yang Beresiko
1. Pernah menggunakan NAPZA dengan cara suntik:
Ya, tahun pertama suntik 1998
Tidak
2. Pernah bertukar jarum suntik:
Ya
Tidak
3. Jenis zat yang pernah disuntik
: Putaw
4. Frekuensi menyuntik dalam 1 hari : 3-4 kali
5. Alasan menyuntik:
Ingin tahu/coba Kualitas obat kurang
coba
baik
Lebih murah
Lebih nyaman
Cepat dan lebih pas

Teman/pasangan
menyuntik
Lainnya, ________

Riwayat Perilaku Kriminal


1. Penangkapan dan penuntutan atas kasus di bawah ini:
Mencuri di toko, ______ kali
Pembakaran rumah, ______ kali
Bebas bersyarat / masa percobaan, 1
Perkosaan, ______ kali
kali, tahun 2000
Pembunuhan, ______ kali
Pemalsuan, 10 kali: Kartu kredit
Pelacuran, ______ kali
Penyerangan, ______ kali
Perampokan, ______ kali
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Pencurian / pembobolan, ______ kali


Menjual NAPZA, ______ kali
Penyerangan bersenjata, ______ kali
Lainnya, sebutkan, ______
2. Pernah menghadiri atau mendengarkan persidangan?
Ya, tahun 2000 sebagai tersangka
Tidak
3. Pernah dipenjara ?
Ya,
Lamanya: 7 Bulan
Jumlah 1kali
Lokasi: Cipinang
Alasan: tertangkap menggunakan
putaw
Tidak
Perilaku Seksual
1. Apakah Anda pernah melakukan hubungan seksual?
Ya
Tidak
2. Jika pernah, dengan siapa?
Lainnya: SPG
Pasangan
PSK
Anak
Sesama pengguna
NAPZA
Pacar
3. Pernah menderita penyakit infeksi menular seksual?
1-3 bulan lalu
Lebih dari 1 tahun lalu
3-6 bulan lalu`
Tidak tahu
Kurang dari 1 tahun lalu
4. Pernah menggunakan kondom saat berhubungan seks?
Selalu
Kadang-kadang
Tidak pernah
Sering
Jarang
Pengetahuan tentang Virus yang Ditularkan Melalui Darah
1. Menurut Anda, apakah bertukar jarum suntik dapat menularkan penyakit?
Ya
Tidak
2. Apakah yang Anda ketahui tentang HIV/AIDS?
Pengertian, penyakit menular
Cara menularkan: seks, jarum suntik
Penyebab, virus karena jarum, seks
Cara pengobatan:minum ARV, Pola
bebas, dll
hidup sehat.
3. Sumber informasi tentang HIV/AIDS
TV
Teman pengguna
Teman lain
NAPZA
Brosur
Lainnya,_________
Radio
Staf/petugas
4. Apakah yang Anda ketahui tentang Hepatitis C?
Pengertian, ____________________ _
Cara menularkan, ________________
Penyebab,_______________________
Cara pengobatan, ________________
5. Sumber informasi tentang Hepatitis C
TV
Teman pengguna
Teman lain
NAPZA
Brosur
Lainnya, _________
Radio
Staf/petugas

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Pemeriksaan Psikiatrik
1. Pemeriksaan status mental
Terorientasi
2. Penampilan keseluruhan
Rapi
Tidak rapi
3.
4.

5.

Gangguan pola pikir


Ada
Mood/alam perasaan :
Meningkat
Sangat sesuai
Menurun
Riwayat keluarga :
a. Komunikasi
Terbuka
b. Mekanisme koping keluarga
Adaptif: dukungan finansial
perawatan

Fungsi Kognitif
1. Konsentrasi:
Baik
2. Daya ingat:
Baik
3. Pikiran obsesif:
Ya, _______________
4. Halusinasi:
Ya, _______________
5. Waham:
Ya, _______________

Tidak terorientasi
Bersih
Kotor
Tidak ada
Datar
Sesuai
Tidak sesuai
Tertutup
Maladaptif: menghindari klien

Buruk, ____________________
Buruk, ____________________
Tidak
Tidak
Tidak

Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg
RR
: 18 x/menit
Nadi
: 134x/menit
Suhu
: 36,6 oCelcius
2. Pemeriksaan sistemik
a. Sistem pencernaan
: Baik,tidak ada keluhan
b. Sistem kardiovaskuler
: SI (+), S2 (+), Murmur (-), Gallop (-).
c. Sistem respiratori
: Vesikuler +/+, Ronkhi (-), Whezing (-)
d. Sistem saraf pusat
: Tidak ada keluhan, orientasi baik
e. THT dan kulit
: tidak ada keluhan, integritas kulit utuh, tidak ada lesi.
3. Diagnosis medis sementara
:
4. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan :
5. Rencana terapi
:
a. Farmakoterapi:
- Ranitidine
: 2 x 1 tab
- Omeprazol : 2 x 4 mg
- Polysilane
: 3 ml sebelum makan
- Esilgan
: 1 x 2 mg
- Heximer
: 1 x 2 mg
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

AsamMet
Luften
Tramadol
Neurobath

:
:
:
:

3 x 500 mg
1 x 50 mg
3 x 500 mg
3 x 1 tab

b. Terapi non farmakologi: Konseling


6.

Rencana kegiatan:
a. Terapi aktivitas kelompok tentang: terapi subtitusi opiat
b. Konseling tentang: gangguan perilaku akibat penggunaan NAPZA
c. Pendidikan kesehatan tentang: gaya hidup sehat

7.

Diagnosa keperawatan :
Gangguan rasa nyaman : nyeri
Gangguan pola tidur
Ansietas
Keputusasaan
Ketidak berdayaan
Risiko bunuh diri
Ideal diri tidak realistis
Gangguan identitas interpersonal
Perubahan sensori persepsi : halusinasi
Risiko perilaku kekerasan

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Koping individu tidak efektif


Koping keluarga tidak efektif
Gangguan proses keluarga
Kurang pengetahuan tentang _______
Gangguan berhubungan : manipulasi/ curiga/ ____________________

Jakarta, Mei 2013


Nama & Tanda Tangan

Susi Purwati, S.Kep

Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

PROSES TERJADINYA MASALAH KETIDAKBERDAYAAN PADA KLIEN NAPZA


PREDISPOSISI

BIOLOGIS
Pengalaman
penggunaan zat
terlarang
Kerusakan sistem organ
otak akibat penggunaan
jangka panjang opiat.

PERKEMBANGAN
Kehilangan kontrol
utama
Kehilangan harga diri
Stimulus yang tidak
menyenangkan
Tidak adanya
kedamaian diri dan
kepuasan hidup
Pengaturan kognitif (-)

STRESOR
Dihadapi

Menghindar

PRESIPITASI

Psikologis
Pola asuh ortu
permisif
Kurang minat dalam
mengembangkan hobi
Self kontrol tidak
stabil
Kepribadian: mudah
marah, pasif dan
cenderung tertutup

SUMBER KOPING

TIDAK ADA
Keterlibatan keluarga
yang luas
Hubungan dengan
makhluk lain
Penggunaan
kreativitas

Penggunaan Koping

PSIKOLOGIS
Kegagalan menemukan
makna hidup
ketegangan keluarga
yang terus-menerus
kesendirian
Keterikan dengan
pekerjaan (faktor risiko
lingkungan relapse)
Craving

PENILAIAN TERHADAP STRESOR

MEKANISME KOPING

ADA
Keterlibatan keluarga
yang luas
Hubungan dengan
maklhuk lain
Penggunaan
kreativitas

SOSIAL BUDAYA
Kehidupan
kosmopolitan
Kurang dapat
menjalankan kegiatan
keagamaan
Kurang kontrol
keluarga
Pengaruh gaya hidup
perkotaan ( teman
kelompok)

BIOLOGIS
Gangguan Sistem
endokrin
Penggunaan alkohol,
obat-obatan, cafein,
dan tembakau
Mengalami gang.
Tidur dan istirahat.

MALADAPTIF
Denial
Ketidakberdayaan
Represi
Supresi
Disosiasi

ADAPTIF
Motivasi positif dalam kehidupan

Kesadaran

Tidak terjadi gangguan


Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Diagnosa Medis
Depresi
Cemas

Diagnosa Keperawatan
KETIDAK
BERDAYAAN

Catatan Perkembangan Asuhan Keperawatan


Nama Klien
RM
Waktu

: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
13 Mei 2012 Ketidakber
Dayaan

14 Mei 2013

Gangguan pola
tidur

Diagnosa Medis: Withdrawal Opiat


Implementasi
1. BHSP
2. Membantu klien mengenali daan
mendiskusikan situasi-situasi yang
membuat atau mengarhkan klien untuk
kembali menggunakan putaw
3. Mendiskusikan dengan klien apa yang Ia
rasakan jika sudah menggunakan putau
atau alkohol
4. Mendiskusikan dgn klien apakah dengan
perilaku pengggunaan zat dapat
menyelesaikan masalah
5. Dorong klien menyimpulkan sendiri
akibat atau efek positif dan negatif akibat
penggunaan zat

1. Evaluasi kondisi kesehatan klien


2. Mendiskusikan pola tidur klien
berdasarkan keluhan klien saat ini
3. Mendiskusikan kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan klien sebelum tidur

Evaluasi
S:
-

Klien mengatakan frekuensi menggunakan putau meningkat


saat ada pressure di kerjaan supaya relaks
Klien mengatakan teman kantor tidak ada yang tahu bahwa
Ia pemakai zat
Klien mengatakan pakai putaw suapaya lebih tenag dan
esoknya bisa kerja kembali
Klien mengatakan positifnya Ia mersa lebih bisa
mengendalikan situasi, negtaifnya badan lama-lama ancur
nggak kuat

O:
-

Kooperatif, kontak mata (+), ekspresi tegang, afek sesuai,


klien tampak gelisah.
A: Masalah masih aktual
P:
- Dorong untuk diskusi tentang efek NAPZA jangka pendek
dan panjang
- Arahkan untuk diskusi evaluasi kondisi kesehatan saat ini.
S:
- Pusing banget, tadi malam nggak bisa tidur, siang juga
nggak bisa tidur, puyeng jadinya
- Kalo di rumah tidur gampang, disini kenapa susah banget,
susahnya ya ampun. Udah coba tutp mata cuman bolakbalikin badan aja, nggak merem-merem matanya.

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Catatan Perkembangan Asuhan Keperawatan


Nama Klien
RM
Waktu

: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan

Diagnosa Medis: Withdrawal Opiat

Implementasi
4. Menggali upaya yang sudah dilakukan
oleh klien supaya lebih mudah jatuh
tertidur.
5. Mendiskusikan dengan klien faktorfaktor yang mempengaruhi pola tidur:
kecemasan/stres, termasuk efek
penggunaan opiat jangka panjang dan
alkohol
6. Mendorong klien untuk menyampaikan
hasil diskusi tentang tidurnya dan RTL
yang akan dilakukan klien untuk
memperbaiki pola tidurnya
7. Memberikan reinforcement positif.

15 Mei 2013

Ketidakber
Dayaan

1. Observasi k/u klien dan emosi klien


2. Evaluasi kondisi kesehatan klien,
menanyakan tentang bagaimana tidur
klien
3. Mendiskusikan dengan klien cara-cara
sederhana supaya lebih mudah tidur:
memanfaatkan alat untuk olahraga,
sehingga lelah pada malam hari.

Evaluasi
S:
-

Iya biasanya nge-wine dulu dikit, atau kadang pakau dulu,


pasti tidurnya jadi gampang, gampang banget
Oh gitu ya, tapi kalo baru pake malah tidur ya, jadi kalo
putus malah susah tidur. Gue sampe sekarang nggak yakin
bisa ngilangin kebiasaan gue itu. Ya minimal gue bisa tidur
pake obat tidurlah, daripada nggak tidur sama sekali.

O:
-

K/u tenang, Kooperatif, Kontak mata: mudah beralih, Fokus:


kurang, Tampak lesu.
A: Masalah belum teratasi
P:
- Mendiskusikan sederhana lainnya untuk memperbaiki pola
tidur.
S:
- Besok gue coba pake gym-gym-an dibawah deh.
- Iya, kepala masih pusing, liat aja ini muka gue kusut banget
kan, Obat tidurnya Cuma dikasih satu
- Mungkin bisa sih nge-gym, tapi kan dipake ama anak rehap
jam 4-6 sore. Kan nggak boleh
- Bisa sih push-up kali ya, tapi ya gitu susah nggak ada
dorongan, tapi dicoba dulu deh. Iya emang

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Catatan Perkembangan Asuhan Keperawatan


Nama Klien
RM
Waktu

: Tn.I
: xxxx

Diagnosa Medis: Withdrawal Opiat

Diagnosa
Keperawatan

Implementasi
-

Kamis, 16
Mei 2013

Koping
individu tidak
efektif

1.
2.
3.
4.

5.

Dapat menstimulasi mudah tidur pada


malam hari, menjelaskan hubungan
olahraga dengan pengeluaran hormon
pengurang stres secara alami melaui
olahraga. Sama dengan penggunaan
putaw. Putaw mendorong pengeluaran
hormon yang membuat rileks, namun
eksresinya dipaksakan. Sehingga,
merusak sistem di otak.
Mendiskusikan tentang pentingnya
aktivitas supaya tidak bosa dan lebh
rileks.
Memberikan reinforcement positif atas
RTL yang disampaikan klien.
Evaluasi kondisi kesehatan klien saat ini
Mendiskusikan tentang kegiatan klien
Klien meminta belajar bersama tentang
bacaan sholat dan mengaji
Mendiskusikan dengan klien apa yang
mendorong klien tiba-tiba ingin belajar
sholat dan mengaji kembali
Memberikan reinforcement positif
kepada klien

Evaluasi
-

Iya, gue coba deh. Ternyata gitu ya, pantesan gue nggak
begitu suka olahraga sih dari dulu. Tapi kalo olahraga judi
gue suka
Gue coba, pasti deh. Janji gue

O:
-

Kondisi umum: tenang, Kooperatif, Afek sesuai, Kontak


mata: mudah beralih, Tampak lesu.
A: Masalah belum teratasi
P:
- Evaluasi kondisi dan keluhan klien
- Evaluasi kegiatan yang direncanakan klien
- Motivasi klien untuk peningkatan aktivitas.

S:
-

Klien mengatakan badannya nyeri karena putus codein, tapi


tidak masalah karena nyeri dirasa dapat ditahan, tetapi jadi
gelisah
Gue pengen perbaiki diri: belajar sholat dan ngaji lagi
(ibadah), lu bisa nggak bantuin gue
Udah lupa gue kapan terakhir sholat, apalagi ngaji. Parah
banget kan gue
Gue pengen hidup lebih baik, dan bisa hidup normal lagi,
mungkin lu bisa ajarin gue.

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Catatan Perkembangan Asuhan Keperawatan


Nama Klien
RM
Waktu

: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan

Diagnosa Medis: Withdrawal Opiat

Implementasi
6. Mendorong dan mendukung keinginan
klien, mebantu klien untuk berlajar
bersama-sama dengan mahasiswa untuk
mempelajari ulang cara sholat
7. Memberikan reinforcement positif
kepada klien

17 Mei 2013

Koping
individu tidak
efektif

1. Evaluasi kondisi kesehatan klien dan


perasaan klien hari ini
2. Mendiskusikan dengan klien tenatng visi
hidup yang telah disampaikan hari
sebelumnya
3. Mendiskusikan dengan klien cara dan
upaya apa yang sudah dilakukan supaya
tujuan hidupnya saat ini dapat tercapai
4. Mendiskusikan dengan klien tentang
kegiatan positif apa yang dapat dialkukan
supaya visinya dapat tercapai
5. Memberikan reinforcement positif.

Evaluasi
O:
-

Kondisi umum tenang, Klien kooperatif, Tampak wajah


lesu, Afek sesuai, Klien fokus selama mempelahari materi
sholat. Klien dapat mebaca bacaan Al-Quran, Namun kaku
A: Masalah teratasi sebagian
P:
- Dorong dan beri penguatan keinginan klien
- Latih ulang bersama klien
- Arahkan dan diskusikan bagaimana pola dan perasaan klien
jika beribadah, eg: sholat dan mengaji (Ajak klien memaknai
hidup : Meaningfull).
S:
- Baik, gue udah coba banyak aktivitas sore, apa kek.
Lumayan agak enakan tidur gue, Ya walaupun jam 1-an baru
bisa tidur, tapi tenang
- Iya gue pengen hidup lebih baik, jadi orang normal, siapa
pecandu yang nggak pengen, jatuh lagi-jatuh lagi,
sebenernya udah cape, tapi gimana gue juga bingung apa
yang harus gue lakuin supaya gue bisa tetap bersih.
- Pertama, gue disini supaya berhenti, ke-2 keluar dari sini
gue tetap stay on the track, tetap sholat, supaya kejaga diri
gue, makanya gue butuh dukungan,

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Catatan Perkembangan Asuhan Keperawatan


Nama Klien
RM
Waktu

: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan

Diagnosa Medis: Withdrawal Opiat

Implementasi

Evaluasi
O:
-

Ko Kondisi umum: tenang, Kooperatif, Afek sesuai,


Membaca Al-Quran fokus, mereview bacaan sholat.

Masalah teratasi sebagian: Klien mampu mengidentifikasi


visi untuk mencapai visi hidupnyasaat ini

Beri penguatan klien dan motivasi terus untuk mewujudkan


misi hidupnya dengan visi yg telah diidentifikasi
Diskusikan cara-cara koping untuk menghadapi stresor jika
kembali ke lingkungan kerja dan rumah.

A:

P:

18 Mei 2013

Koping
individu tidak
efektif

1. Evaluasi kondisi kesehatandan perasaan


klien saat ini
2. Latihan bersama klien mereview materi
sholat dan mengaji serta memaknai arti
bacaan Al-Quran
3. Mendiskusikan dengan klien tentang
perasaannya setelah aktvitas mereview
4. Mendiskusikan dengan klien, kira-kira
yang dapat dilakukan supaya jika keluar
dari RS klien dapat melawan suggest
untuk pakau lagi
5. Memberikan reinforcement positif

S:
-

Gue abis mandi, badan enakan. Kan kita mau belajar lagi,
jadi mandi gue. Kabar Ya, seperti biasa aja
Seneng gue belajar, bisa lebih tenang, sedihnya keingat Ibu
gue
Itu gue belum kepikiran, balajar aja dulu gimana, next time
aja ngomongin itu gimana.

O:
Kondisi umum: tenang, Kooperatif, Afek sesuai, Membaca AlQuran fokus, mereview bacaan sholat.
A:
- Masalah teratasi sebagian: Klien mampu mengidentifikasi
visi untuk mencapai visi hidupnyasaat ini.

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Catatan Perkembangan Asuhan Keperawatan


Nama Klien
RM
Waktu

: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan

Diagnosa Medis: Withdrawal Opiat

Implementasi

Evaluasi
P:

20 Mei 2013

Koping
individu tidak
efektif

1. Observasi kondisi umum klien : perilaku


dan mood klien
2. Klien tidak dapat ditemui karena
kunjungan keluarga, Keluarga yang
datang adalah kakak pertama klien yaitu
Ny.S.
3. Observasi pola komunikasi dan perilaku
klien dengan kakaknya Ny.S

Beri penguatan positif atas pilihan klien


Gali upaya dan diskusikan dengan klien untuk melawan
suggest pakau kembali.

Kakak klien perkok aktif


Pola komunikasi dua arah, posisi saat berbicara tidak saling
kontak mata
Selama bertemu dan berkomunikasi dengan kakaknya,
tampak wajah kekecemwaan dan gelisah dari klien.

S: O:

A:
-

Klien kurang suport system dari keluarga

Gali tentang makana keluarga bagi klien dan pernan


keluarga dalam hidup klien.

Biasa aja begini, tapi lumayan badan nggak nyeri-nyeri


banget
Ketemu temen lama, suasana hati seneng, ketawa terus
dari tadi
Sholat shubuh lewat, soalnya kalo bangun gue nggak
bakalan bisa tidur lagi, itu gimana ya.

P:

22 Mei 2013

Koping
Individu tidak
efektif

1. Evaluasi kondisi kesehatan dan perasan


klien hari ini
2. Evaluasi kegiatan apa saja yang
dilakukan oleh klien
3. Memberi penguatan positif pada klien
4. Mendiskusikan tentang kondisi/situasi
yang membuat klien kembali pakau.

S:

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Catatan Perkembangan Asuhan Keperawatan


Nama Klien
RM
Waktu

: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan

Diagnosa Medis: Withdrawal Opiat

Implementasi

Evaluasi

5. Mendiskusikan dengan klien, apa yang


seharusnya Ia lakukan ketika berhadapan
dengan kondisi atau situasi tersebut,
seberapa jauh keberhasilan klien
menggunakan cara tersebut.
6. Mendiskusikan cara pengalihan

Gue susah ngomongnya, kayak lu suka backpackeran. Nah,


saat kesempatan itu ada dan lu suka banget, sama gitu, pasti
lu ambilkan, gitulah kondisinya.
Gue pengen berhenti, tapi itu proses yang panjang, gue bisa
tahan nggak pakesaat ada temen di depan gue pake, tapi
minum gue masih nggak bisa, gue pasti pake juga
Itu emang gue butuh banget, dan pernah berhasil. Gue
butuh kegiatan-kegiatan positif: hobby gue otomotif, tapi
ngabisin duit banget dan saat ini nggak mungkin bisa gue
lakuin lagi kan
Mungkin gue harus cari komunitas yang bisa kasi gue
kegiatan positif.

O:
-

Kooperatif, Koheren, Afek sesuai, Wajah tampak lebih


segar, Lingkaran hitam dimata (+), Gerakan mata mudah
beralih.

Arahkan diskusi cara menghilangkan suggest yang


konstruktif.

Gigi gue sakit ini, jadi susah makan.


Persaan gue, seperti biasanya, lumayan cuman ini aja sakit
gigi, sumpah bikin BT banget.

P:

23 Mei 2013

Koping
individu tidak
efektif

1. Observasi kondisi klien: Perilaku


2. Evaluasi kondisi kesehatan dan perasaan
klien saat ini

S:

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Catatan Perkembangan Asuhan Keperawatan


Nama Klien
RM
Waktu

: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan

Diagnosa Medis: Withdrawal Opiat

Implementasi

Evaluasi

3. Mendiskusikan dengan klien tentang cara


melawan suggest
4. Mendiskusikan dengan klien cara yang
paling efektif menurut dirinya
5. Memberikan reinforcement positif

Dulu gue udah pernah belajar mengalihkan pake afirmasi,


tapi nggak bisa gue pake itu. Gue dulu bisa bertahan
berhenti, karena ada kakak no.2 gue yang ngerasin gue. Tapi
sekarang kan dia udah jauh di Inggris Sana. Mana bisa
Makanya gue butuh ada orang yang ngerasin gue, gue
orangnya harus di kerasin baru bisa, ini kayak gini nih. Kalo
gue sedniri susah .
Iya, seharusnya gue bangun kekuatan itu terutama dari diri
gue ya bukan dari orang, bener juga lu, tapi susahnya itu
loh

O:
-

Kooperatif, Ekspresi tegang, Afek sesuai, Kontak mata:


mudah beralih

Masalah teratasi sebagian : Klien mampu mengidentifikasi


keuatan dari diri sendiri yang harus dibangun

Beri penguatan
Dorong cara-cara untuk menguatkan diri dalam menghadapi
kondisi atau situasi yang dorong untuk pakau.

A:

P:

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Catatan Perkembangan Asuhan Keperawatan


Nama Klien
RM
Waktu
24 Mei 2013

: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
Koping
individu tidak
efektif

Diagnosa Medis: Withdrawal Opiat

Implementasi
1. Evaluasi kondisi kesehatan dan perasaan
klien saat ini
2. Mendorong diskusi kelompok: stimulasi
untuk Diskusi mengenai pengalaman (+)
dan (-) penggunaan putaw
3. Mendorong diskusi untuk saling berbagi
pengalaman cara lepas dari kecanduan
Putaw
4. Memberikan reinforcement positif atas
diskusi yang dilakukan

Evaluasi
S:
-

Badan gue nyeri tapi dikit doank sih, sakit giginya ini loh
ilang-timbul, bikin bete aja bawaannya
Seneng gue, lu uda datang, ada temen buat cerita gue,
thanks banget ya, lu banyak kasih motivasi gue
Iya, kacau sebenarnya hidup gue jadinya, kerjaan
berantakan, keluarga divorce/cerai, duit gue apalagi, badan
gue ancur, untung gue belum ada anak
Iya pengen, pengen banget berhenti. Tapi ya itu balik lagi
prosesnya panjang
Hebat lu D, bisa jamin lu nggak pakaw lagi kalo udah
keluar dari RS ini

O:
-

27 Mei 2012

Ketidakberda
Yaan

1. Observasi perilaku klien


2. Menanyakan kondisi kesehatan dan
perasaan klien ahri ini.

Kooperatif, diskusi kelopok melibatkan 3 orang, mahasiswa


berushaa meleading topik pembicaraan.
A: Masalah teratasi sebagian
P:
- Diskusikan dan beri infromasi tentang efek penggunaan
NAPZA khususnya terhadap kesehatan.
S:
- Baik, tidur gue lumayan nyenyak, Perasaan gue ya beginilah
I want to back home

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Catatan Perkembangan Asuhan Keperawatan


Nama Klien
RM
Waktu

: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan

Diagnosa Medis: Withdrawal Opiat

Implementasi
3. Mendiskusikan dengan klien dan
mengidentifikasi hal-hal positif yang
klien miliki (klien mencatat 10 hal
positif)
4. Memberikan reinforcement positif
terhadap klien
5. Mendiskusikan tentang hal-hal negatif
yang dimiliki
6. Mendiskusikan dengan klien hal negatif
yang masih dapat di ubah jadi hal positif
7. Mendiskusikan tentang hal positif yang
dimiliki yang dapat digunakan untuk
melawan rasa suggest bagi klien.

Evaluasi
-

Klien mengatakan Ia orang yang berpendidikan, dan masih


sehat, gue masih punya keluarga: Kakak gue.
Harusnya gue mikir ya badan gue kacau kalo pakau
Wah, negatifnya banyak banget ya, Kacau gue
Iya gue nggak bisa banyak ngarepin kakak gue, gue harus
bangun kekuatan itu sendiri, Bantu gue, bimbing gue. Gue
pasti mau
Iya, kalo Hep.C gue sih udah nggak bisa di balikin lagi
kan, yang gue harus ubah ya, gue nggak pakau lagi

O:
-

Koheren, Afek sesuai, Kontak mata (+), Fokus (+)

Masalah teratasi sebagain

Kembangkan kemampuan berpikir positif dan arahkan ke


identifikasi pengalihan hal negatif diri ke arah kegiatan
positif.

Masih gini-gini aja, tapi for all baiklah


Iya gue harusnya mulai perbaiki diri gue, mungkin kalo
iman gue kuat, sholat lagi, bisa kali ya

A:
P:

28 Mei 2013

Ketidkaber
Dayaan

1. Evaluasi kondisi kesehatan dan perasaan


klien.

S:

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Perkembangan Asuhan Keperawatan


Nama Klien
RM
Waktu

: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan

Diagnosa Medis: Withdrawal Opiat

Implementasi

Evaluasi

2. Mendiskusikan ulang hal-hal positif yang


klien miliki yang dapat digunakan untuk
melawan sugest pakau.
3. Memberikan reinforcement positif
4. Mendiskusikan manfaat berpikir positif

Iya bener juga, kalo nggak gue sendiri, siapa lagi?. Tapi
gue tetep butuh orang yang bisa pantau gue kan. Ya,
mungkin kakak bisa lah ya
Iya gue harusnya yakin sama diri gue bisa berhenti, tapi
kalo udah diluat itu loh

O:
-

Koheren, Komunikatif, afek sesuai, kontak mata positif.

Masalah tertasi sebagian

A:
P:
1. Terus bantu klien mengembangkan kemampuan berpikir
positif.
2. Kembangkan kemampuan berpikir positif dan arahkan ke
identifikasi pengalihan hal negatif diri ke arah kegiatan
positif.
29 Mei 2013

Ketidakber
dayaan

1. Menanyakan kondisi kesehatan dan


perasaan klien hari ini
2. Evaluasi hal-hal positif yang telah
didiskusikan kemarin bersama klien
3. Memberi klien reinforcement positif

S:
-

Lebih baiklah, gue abis konsul tadi. Gue udah boleh


pulang
Senenglah, bisa aktivitas lagi. Yang penting gue kerjalah,
gue pasti cari komunitas yang bisa gue ajakin aktivitas
positif, bukan pakau ya

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Perkembangan Asuhan Keperawatan


Nama Klien
RM
Waktu

: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan

Diagnosa Medis: Withdrawal Opiat

Implementasi
4. Mendiskusikan dengan klien dukungan
seperti apa yang dibutuhkan oleh klien,
dan bersama dengan klien mencoba
mengidentifikasi kira-kira siapa yang
dapat membantunya memberi dukungan
kekuatan tersebut.
5. Memberikan reinforcement positif
kepada klien.

Evaluasi
-

Iya, Gue ingetlah gue harus mulai dari diri gue yang
pastinya supaya gue nggak rilapse lagi. Mulai, yakin kok
gue, tapi buat kerjaan, gue belom bisa ninggalin
Gue inget nih, gue punya temen dari SD, temen yang klop
banget ama gue, dia bersih nggak pernah pakau. Mungkin
dia bisa jadi sosial support gue ya

O:
-

Kondisi umum tenang, Cemas : berkurang


Koheren, afek sesuai, kontak mata (+), Fokus (+).

Masalah teratasi sebagian

A:
P:
1. Kembangkan terus kemampuan klien berpikir positif dan
menggunakan sumber-sumber
2. Latih cara afirmasi dengan kegiatan positif
30 Mei 2013

Ketidakber
dayaan

1. Observasi kondisi klien : Perilaku dan


mood
2. Mengkaji perasaan klien hari ini
3. Mendiskusikan cara yang biasa
digunakan klien untuk mengatasi rasa
marah
4. nya

S:
-

Sebel banget hari ini, gue harusnya udah bisa pulang hari
ini, Apalah, Inilah, Alasan banget. Sebel banget gue
Kalo gini gue diem aja, tapi gitu pikiran gue kacau banget.
Biasanya ya gitu gue tendangin apa aja, atau apalah gue
pengen nonjok, lu liat kan tadi.
Gimana nggak bisa nahan gue, gue tendang aja, nggak
nyadar juga sih.

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Perkembangan Asuhan Keperawatan


Nama Klien
RM
Waktu

: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan

Diagnosa Medis: Withdrawal Opiat

Implementasi

Evaluasi
O:
-

Klien terlihat gelisah, mood klien kacau, Klien menendang


pintu besi 3 kali.

Timbul masalah baru yaitu: Perilaku kekerasan yang


berisiko mencederai diri sendiri.

Latih cara adaptif untuk mengatasi rasa marah.

Tampak klien wajah murung, senyum (-)


Tampak nafsu makan turun, klien tidak makan snack, klien
makan porsi
Tampak klien menendang pintu besi dan menonjok tempat
sampah
Tampak klien lebih banyak diam

A:

P:
31 Mei 2013

Koping
individu tidak
efektif

1. Observasi kondisi umum dan perilaku


klien
2. Observasi cara komunikasi klien dengan
teman sesama residence.

S:O:

A:
-

Masalah tidak teratasi, koping individu tidak efektif


mengarah ke perilaku mencederai diri sendiri.

Latih cara adaptif dan asertif atasi rasa marah

P:

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Perkembangan Asuhan Keperawatan


Nama Klien
RM
Waktu
1 Juni 2013

: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
Ketidakber
Dayaan

Diagnosa Medis: Withdrawal Opiat

Implementasi
1. Observasi Kondisi umum klien dan
perilaku klien
2. Menanyakan perasaan klien hari ini
3. Mendiskusikan impian apa yang ingin
dicapai dan dihadiahkan oleh klien untuk
Ibunya (Ibu klien sudah meninggal, hari
ini ulta Ibunya)

Evaluasi
S:
-

Lebih baik dari kemaren, Maaf kemarin sempet marahmarah. Emosi gue, tapi sumpah gue nggak marah sama
kamu, beneran. Maaf ya
Iya sekarang tanggal 1 Juni ya, Nyokap ulta hari ini 1 Juni
1937
Impian nyokap dulu, pokoknya nyelesain nyekolahin
anaknya sampe kuliah semua, abis itu terserah gue kerja
dimana
Mungkin kalo masih ada, pasti nangis liat gue gini lagi.
Mama itu pengen banget gue bersih.

O:
-

Klien gelisah, mood: sedih, afek sesuai


Tampak wajah klien sedih, tidak semangat

Masalah masih terjadi belum teratasi

A:
P:
1. Diskusikan cara mengontrol marah
2. Arahkan klien untuk mwujudkan impean yang realistis.
3 Juni 2013

Ketidakber
Dayaan

1. Observasi kondisi umum dan perilaku


klien
2. Menanyakan perasaan klien hari ini.
3. Mengkaji kondisi gigi klien

S:
-

Kepala berasa berat banget ini, malah gigi gue sakit lagi,
susah makan. Obat tidur gue tadi malam nggak dapet, Itu lu
tau rasanya gimana pengen tidur, tapi nggak bisa, ampun.

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Perkembangan Asuhan Keperawatan


Nama Klien
RM
Waktu

: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan

Diagnosa Medis: Withdrawal Opiat

Implementasi
4. Menganjurkan klien untuk berkumur
dengan obat kumur yang sudha
disediakan untuk mengurangi nyeri
5. Diskusikan dengan klien penyebab Ia
sering marah-marah dan bagaimna
perasaannya setelah marah,
6. Mendiskusikan dengan klien apakah
dengan marah dapat menyelesaikan
masalah.
7. Memberikan reinforcement positif

4 Juni 2013

Ketidakber
Dayaan

1. Observasi kondisi umum, mood dan


perilaku klien
2. Menanyakan perasaan klien
3. Klien mengajak diskusi tentang masalah
tidurnya dan terapi medik yang sesuai
untuk dirinya
4. Mengarahkan dan memberi penjelasan
kepada klien bahwa dosis obat memang

Evaluasi
-

Lu liat gigi gue, gusinya bengkak kan


Gimana gue nggak marah, Iya sih nggak nyelesain masalah
juga. Tapi gue uda ngomong nggak di dengerin juga, yaudah
lah
Gue coba ya, kalo di liatin malah ketawa ntar gue, gue coba
kalo gue marah (nafas dalam)

O:
-

Ekspresi tegang saat berbicara dengan mahasiswa


Afek sesuai, Fokus menyempit, Tangan mengepal saat
bercerita.
A: Masalah masih terjadi
P:
1. Gali kemampuan klien mengendalikan emosi
2. Latih cara marah lain yang asertif dan tidka mencederai diri
sendiri.
S:
- Feelling bad, rasanya pengen mati aja ya, bunuh diri aja
kali ya
- Kenapa sih, dosis obat gue harus diturunin. Padahal dosis
lama aja gue tidurnya jam 1-an malem
- Iya badan gue belum bisa, gimana donk
- Nggak yakin gue bisa pake relaksasi, masalahnya mood
gue juga kacau banget.

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Perkembangan Asuhan Keperawatan


Nama Klien
RM
Waktu

: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan

Diagnosa Medis: Withdrawal Opiat

Implementasi
Akan diturunkan sedikit demi sedikit
sesuai aturan dan toleransi klien. Namun
juga tidak diberikan terus-terusan karena
obat E atau L juga dapat menibulkan
efek ketergantungan
5. Mengajak klien kembali menggunakan
kurangi cemas, gelisah dengan banyak
relaksasi dna aktivitas pengalihan.

5 Juni 2013

Ketidakber
Dayaan

1. Observasi kondisi umum dan mood klien


2. Mendiskusikan tentang impian terbesar
klien yang harus dilakukan supaya
impiannya tercapai
3. Mendiskusikan apa yang akan dilakukan
jika impiannya tersebut tercapai dan
craving/suggest datang.
4. Memotivasi klien jika ingin mewujudkan
impiannya tersebut, Latih terus cara
supaya tidak jatuh lagi
5. Memberi reinforcement positif.

Evaluasi
O:
-

Ekspresi tegang, malas, tidak semangat, afek tidak sesuai,


tangan mengepal 2 kali saat bercerita dan 2 kali memukul
bangku.
- Klien gelisah
A: Masalah masih terjadi dan akut
P:
1. Gali kemampuan lain untuk mengendalikan emosi
2. Latih cara marah yang asertif.
S:
- Impian terbesar gue dalam hal pekerjaan gue belum mampu
untuk jadi GM, Impian yang sudahhilang kesempatannya
ngebahagiain Ibu gue. Padahal gue anak belahan jiwa
mama.
- Iya impian buat mama udah nggak bisa, iya sih bisa tapi
kepuasannya bedalah
- GM bisa, gue yakin bisa. Tapi gue butuh suport. Iya gue
ngerti obat nggak bikin gue bertahan. Gue tau resiko besar,
itu bisa buat gue jatuh lai. Bammm....
- Iya, thanks banget lu udah mau jadi pendengar yang baik
buat gue, banyak ngasi gue motivasi. Mudah-mudahan gue
bisa ya.

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Perkembangan Asuhan Keperawatan


Nama Klien
RM
Waktu

: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan

Diagnosa Medis: Withdrawal Opiat

Implementasi

Evaluasi
O:
-

Kondisi umum: klien bersin-bersin, hidung tidak paten -/Koheren, Afek sesuai, Mood baik

Masalah masih terjadi: Mampu mengidentifikasi impian


hidupnya.

Motivasi dan beri penguatan atas kemampuannya


identifikasi impian
Ajak dan arahkan berpikir logis antar impian dan
kemampuannya mengendalikan situasi.

A:

P:

6 Juni 2013

Ketidakber
Dayaan

1. Observasi kondisi umum dan mood klien


2. Mendskusikan dengan klien tentang
perasaannya hari ini
3. Mendiskusikan tentang impiannya untuk
mempunyai anak dan berperan menjadi
orang tua
4. Memberikan reinfrocement positif
5. Mendiskusikan kondisi kesehatan klien
saat ini
6. Mendiskusikan tentang pengetahuan
klien tentang pengetahuan klien tentang
Hepatitis C.

S:
-

Bad feel , Kenapa coba nggak datang kakak gue, kan hari
libur, anaknya juga nggak sekolah
Iya ya, mungkin juga bener juga ya, dia juga butuh waktu
untuk anknya ya
Iya, sekarang gue udah siap kalo punya anak, gila umur gue
udah 34, gue belum ada anak. Nah, gue naik tangga udah
kayak gini nih, SGOT SGPT gue naik ini kayaknya
Tapi udahlah, gue nggak mau tahu, sakit apalah ya udah,
bodo amat. Kalo mau mati, ya mati aja .

O:
-

Kondisi umum: gelisah, klien flu bersin-bersin

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Perkembangan Asuhan Keperawatan


Nama Klien
RM
Waktu

: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan

Diagnosa Medis: Withdrawal Opiat

Implementasi
7. Klien mengeluh masih pilek: Anjurkan
klien untuk banyak minum air putih.

7 Juni 2013

Ketidakber
Dayaan

1. Observasi Kondisi umum klien


2. Menanyakan kabar klien dan perasan
klien hari ini
3. Mendiskusikan tentang pernyataan klien
mengenai sakit Hepatitis C
4. Mendiskusikan kebiasaan klien konsumsi
alkohol dan akibatnya terhadap organ
hati klien
5. Mendiskusikan dengan klien tentang
aspek positif dari dirinya yang pernah
didiskusikan supaya tidak putus asa
6. Memberikan reinforcement positif

Evaluasi
A: Masalah teratasi sebagian
P:
- Motivasi untuk banyak minum air putih
- Ajak klien berpikir logis untuk capai impiannya terkait
kondisi kesehatan (upaya jaga kesehatan)
S:
- Baik, lebih baik dari kemaren, Kemaren kan jadi gampang
marah, bersin-bersin terus lagi
- Oh, jadi ntar jangka panjangnya liver rusak bisa kemanamana sakitnya gitu
- Oh, jadi alkohol yang bikin lambung gue ancur, termasuk
liver juga. Tapi kalo buat berhenti itu susah loh, Its legal
kan
- Iya juga berhenti buat badan gue juga, gue minum buat
pikiran gue aja ya. Bener juga lu ya
- Gue coba, kalo gue keluar gue tahan nggak, mudahamudahan bisa ya, belom bisa janji tapi
- Iya lu bener gue usia masih bisa produktif, masih banyak
yang bisa gue lakuin
A:
- Masalah tertasi sebagaian: Klien mampu identifikasi aspek
positif

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Perkembangan Asuhan Keperawatan


Nama Klien
RM
Waktu

: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan

Diagnosa Medis: Withdrawal Opiat

Implementasi

Evaluasi
P:

8 Juni 2013

Ketidakber
Dayaan

1. Observasi kondisi umum


2. Observasi perilaku dan mood klien
3. Menanyakan kabar klien dan perasaan
klien hari ini
4. Mendiskusikan tentang rencana klien jika
keluar dari RS
5. Memberikan reinforcement positif
6. Mendisksuikan dengan klien resiko dari
pekerjaannya terhadap diri klien.
7. Mendiskusikan dgn klien efek putaw
hanya sesaat dan kekuatan yang
diberikan oleh putaw akan hilang dan
memperparah kondisi jika tidka
menggunakan lagi
8. Mendiskusikan dengan klien bahwa
dirinya pernah dan mampu abstinence 2
tahun apa yang dirasakan dan bagaimana
ia bisa bertahan.
9. Memberikan reinforcement positif

Lanjutkan diskusi aspek positif


Ajak berpikir positif.

Bad mood, pokoknya ini harus malam minggu terakhir gue


disini, harus
Gue rencana liburan dulu ke pulau B terus fokus perbaiki
diri dari sini, No drugs samapi lebaran
Gue pengen puasa, sholat, itu pernah dlu dan emang kerasa
beda, beda banget feelnya pas lebaran itu ya
Abis lebaran, mulai apply kerja, Sebenernya udah ada 2
tawaran tapi udah lewatlah, gue disini. Tapi yang pasti gue
pengen tetep dibidang yang sama F & B
Iya, Hight risk gue tau, tapi gue skillnya disitu. Gila kalo
gue ganti bidang kerja. Sayang banget experiences gue dan
gue harus belajar knowledge baru lagi kan, sayang banget
kan
Gila gue udah dibidang itu dari posisi bawah banget sampai
terakhir di posisi manajer pemasaran
Iya, gue tau dimanapun pasti ada pressure, tapi gimana. Itu
gue pake supaya bisa speak up dan killing time
Oke, gue bukan nggak pengen berhenti. Pengen, pengen
banget, tapi lu masih inget nggak gue butuh dukungan

S:

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Perkembangan Asuhan Keperawatan


Nama Klien
RM
Waktu
10 Juni 2013

: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
Kurang
pengetahuan

Diagnosa Medis: Withdrawal Opiat

Implementasi
1. Observasi kondisi umum klien
2. Menanyakan kabar dan perasaan klien
hari ini
3. Mendiskusikan tentang perilaku seksual
klien
4. Mendiskusikan tentang pengetahuan
klien tentang akibat perilaku tersebut
5. Memberikan informasi yang dibutuhkan
oleh klien.

Evaluasi
S:
-

Baik, doain gue donk biar cepat pulang


Gue emang pernah, tapi nggak maniak, kalo putaw gitu.
Nggak begitu maniak sama seks, paling sebulan sekali
belum tentu kok, dan gue safety using kondom
Iya gue taulah, bisa kena raja singa kalo nggak pake
kondom, lu tau di dompet gue selalu ada tu kondom. Dan
gue itu lebih seneng sama orang yang gue suka: pacar
daripada sama yang laen
Ok, yang penting save dan gue juga udah mau tobatlah.
Ngapain gitu. Kalo gue bisa dapetin cewek baik yang mau
dampingin gue

O:
-

Koheren, kontak mata (+), afek sesuai.

Masalah masih terjadi

Diskusi efek terapi subtitusi putaw atau jenis opiat:


suboxone dan methadone.

Bete, BT banget, jangan ganggu gue dulu ya, gue males


ngomong apa-apa ini
Gue nggak ngerti deh, Oh jadi pihak sini nggak kan pernah

A:
P:

11 Juni 2012

Ketidakber
Dayaan

1. Observasi kondisi umum klien


2. Observasi perilaku klien
3. Mendiskusikan dengan klien tentang cara
menenangkan diri yang positif.

S:

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Perkembangan Asuhan Keperawatan


Nama Klien
RM
Waktu

: Tn.I
: xxxx

Diagnosa Medis: Withdrawal Opiat

Diagnosa
Keperawatan

Implementasi

Evaluasi

4. Memberikan infromasi yang akurat


sesuai dengan kondisi dan keputusan
rencana klien pulang
5. Memberikan motivasi untuk klien kelola
emosi dan mencoba rileks.

Maksa untuk rehab jadi terserah semua keputusan ada di


keluarga
Oke, Good news deh buat gue. Thanks banget ya
Gue coba apa yang lu bilang, thanks banget udah jadi
pendengar yang baik buat gue

O:

12 Juni 2013

Ketidakber
Dayaan

1.
2.

3.
4.

- Kondisi umum: tampak gelisah, koheren, emosi: labil


A: Masalah tertasi sebagian
P:
- Diskusi ulang pentingnya kegiatan positif untuk dirinya dan
cari sumber-sumber dukungan positif termasuk dalam hal
pekerjaan.
Observasi kondisi umum klien
S:
Diskusikan dengan klien tentang
- Gue udah berkali-kali bilang, kalo gue susah nemu
kekuatan dari dalam dirinya sendiri saat
kekuatan itu, gue nggak ngerti susah banget buat gue. Tapi
ini utuk atasi segala permasalahan yang
kali ini gue akan coba bertahan bersih, gue bisa, Iwant do
dimilki
the best
Mendiskusikan tentang jenis pekerjaan
- Gimana gue dapat pride dari kerjaan tu, knowledge gue
yang minimal Hight risk untuk pakau lagi
disitu, sayang banget kalo gue ninggalin itu
Memberikan reinforcement positif.
- Kasi gue solusi kerjaan apa yang bisa buat gue survive and
clean
- Iya, gue tau emang basic-nya manajemen sama, tapi
knowledge gue nggak punya karena bakalan beda
Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Perkembangan Asuhan Keperawatan


Nama Klien
RM
Waktu

: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan

Diagnosa Medis: Withdrawal Opiat

Implementasi

Evaluasi
-

Iya, gue coba kayak lu bilang. Kayak rokok ini, lu tau gue
nggak suka. Tapi karena nggak ada yang lain, gue tetap pake
akhirnya gue nikmati juga. Gitu ya. Tapi ini beda Sus.

Kondisi umum: tenang, koheren, afek sesuai, kontak mata


(+), emosi: stabil.

Masalah teratasi sebagian

Diskusi discharge planning klien dengan pilihan terapinya.

Baik, Good news hari ini walaupun nggak jadi pulang gue
dapat terapi yang tepat untuk gue, gue bakal uji suboxone 3
hari. Kalo cocok, gue lanjut suboxone terus pulang deh
Nggak, gue udah buat perjanjian itam diatas putih bahwa
gue nggak kan kerja di Bar atau Club lagi
Gue akan coba, bidang lain. Tapi biar nggak jauh gue tetap
di bidang manajemen Baverage-lah ya, di OT atau
dimanalah, Gue coba

O:

A:
P:
13 Juni 2013

Ketidakber
Dayaan

1. Observasi kondisi umum klien


2. Menanyakan kondisi kesehatan dan
perasaan klien
3. Evaluasi validasi diskusi tentang topik
pekerjaan klien
4. Mendiskusikan keputusan klien terhadap
keputusannya untuk tidak akan kembali
ke pekerjaan lama klien
5. Memberikan reinforcement positif
kepada klien
6. Mendiskusikan tentang terapi subtitusi
yang menurut klien lebih menolongnya.

S:

O:
-

Koheren, kooperatif, semangat, emosi:stabil

Masalah teratsi sebagian.

A:

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Perkembangan Asuhan Keperawatan


Nama Klien
RM
Waktu

: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan

Diagnosa Medis: Withdrawal Opiat

Implementasi

Evaluasi
P:
-

17 Juni 2013

Ketidakber
Dayaan

1. Observasi kondisi umum klien


2. Menanyakan kondisi dan perasaan klien
3. Mendiskusikan dengan klien bagaimana
perubahan yang Ia rasa dengan terapi
suboxone-nya saat ini 4 ml.
4. Mendiskusikan dengan klien tentang
terapi subtitusi dan tujuan penggunaan,
termasuk efeknya.
5. Memberikan reinforcement positif
6. Mendiskusikan dengan klien tentang
aspek positif yang dimilikinya saat ini
dan kesempatan klien utnuk meraih
kehidupan yang bermakna dan lebih baik

Diskusikian jefek penggunaan soboxone dan tujuan terapi,


dosis dan peraturan
Beri penguatan atas keputusan klien.

S:
-

Baik gue, lu gimana nggak ngerti sekarang gue lebih tenang


aja bawaannya
Mungkin efek suboxone gue ya, gue dapat 4 ml. Sekarang
gue rasa cukup dosisnya. Tapi kalo di luar gue nggak tau
deh.
Oh, iya gue kalo methadone pernah juga, tapi nggak cocok.
Jadi intinya subtancenya hampir sama dengan putaw cuman
efeknya berkurang karena nggak pake insul ya
Oke, gue inget deh, penyesuaian dosis penting, bisa over
dosis juga klo gue kelebihan, Oh jadi bisa depresi nafas juga
ya, Oke gue ingetlah kata-kata lu
Iya, udahlah nggak papalah kalo gue emang harus pake
seumur idup, daripada pakaw lagi, Udah capek gue. Umur
juga nambah terus

O:
-

Kondisi umum: tenang, klien tenang, lebih fokus.


Klien tampak dapat bermain catur 2 x putaran, biasanya
putaran.

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Perkembangan Asuhan Keperawatan


Nama Klien
RM
Waktu

18 Juni 2013

: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan

Ketidakber
Dayaan

Diagnosa Medis: Withdrawal Opiat

Implementasi

1. Observasi kondisi klien


2. Menanyakan kabar dan perasan klien
3. Evaluasi diskusi dengan klien tentang
topik diskusi sebelumnya
4. Diskusi tentang pentingnya berpikir
positif untuk klien
5. Memberikan reinforcement positif
6. Mendikusikan mood klien saat ini

Evaluasi
A: Masalah teratasi sebagian
P:
- Diskusi lanjutkan tentang cara meraih hidup yang lebih baik
dengan memaknai hidup dengan memanfaatkan aspek positif
dan sumber-sumber yang dapat klien gunakan.
S:
- Baik, nggak ngerti gue sejak senin kemaren gue ngerasa
lebih baik aja, badan juga enak aja bawaannya, Thanks God
deh
- Thanks juga Sus, Lu tiap hari dengerin keluh kesah gue, lu
banyak ngasi gue motivasi buat gue. Lu juga bisa jadi
pendengar yang baik buat gue
- Gue sekarang bisa janji ke lu, Gue akan berusaha keras
diluar. Gue yakin gue bisa, Thanks God give me chance to
meet you
- Gue mulai PD lagi buat ngomong gue bisa clean, pasti gue
bisa
- Thanks lu percaya sma gue, kalo Tuhan kasi kesempatan
gue ketemu lagi sma lu. Gue janji lu saat itu akan ketemu
gue yang sukses, Bantu doa ya
O:
- Kondisi umum: stabil, tenang, Koheren, kontak mata (+),
emosi tasbil, dan Fokus (+).

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Perkembangan Asuhan Keperawatan


Nama Klien
RM
Waktu

: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan

Diagnosa Medis: Withdrawal Opiat

Implementasi

Evaluasi
P:

19 Juni 2013

Kurang
Pengetahuan

1. Observasi kondisi umum klien


2. Validasi kondisi kesehatan klien dan
perasaan klien hari ini
3. Evaluasi pengetahuan klien tenang
penyakit Hepatitis C dan HIV, dan
hubungan sakit asam lambung dengan
konsumsi alkohol.
4. Memberikan reinforcement positif
5. Menjelaskan dengan klien
kesalahan/perbedaan persepsi dengan
klien
6. Evaluasi validasi informasi yang sudah
disampaikan.

Diskusi tentang pengetahuan klien tentang efek suboxone


jangka panjang dan terapi lain yang mendukung
keberhasilan klien mempertahankan kondisi bebas NAPZA

Baik banget, gue udah tenang aja bawaannya


Hepatitis C karena virus ya bisa dari jarum termasuk seks
bebas. HIV juga sama. Gue tau gue Hep.C positif, gue udah
pernah terapi interferon. Gila itu efeknya gila-gilaan Sus,
gue demam, muntah-muntah terus. Yaudahlah itu gue udah
jalani
Gue tau gue resiko HIV besar, Tapi kalo dari seks bebas
nggak, gue kan pernah cerita sama lu, Safety gue using
kondom. Lagian gue jarang banet sama PSK, Bisa di itung
kali, Gue lebih seneng sama pacar, safety kan
Iya gue tau lebih baik hindarin kalo nggak mampu cegah
ya, makanya gue juga pengen belajar relationship yang
bener juga
Ok, cek HIV penting. Next time gue cek ya

S:

O:
-

Kondisi umum: tenang, Emosi:stabil, koheren dan klien


fokus.

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Perkembangan Asuhan Keperawatan


Nama Klien
RM
Waktu

: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan

Diagnosa Medis: Withdrawal Opiat

Implementasi

Evaluasi
A:
-

Analisa klien sesuai, klie mampu menghubungkan antara


perilaku beriko drinya dengan akibatnya terhadap kesehatan
fisik.

Evaluasi validasi ulang hal dan perencanaan yang telah


didiskusikan dan dibuat klien
Terminasi.

P:

20 Juni 2013

Ketidakber
Dayaan

1. Evaluasi validasi perasaan dan kondisi


fisik klien
2. Mendiskusikan dan mengingatkan klien
tentang pentingnya kepatuhan menjalani
terapi subtitusi: Suboxone dan terapi
penunjang
3. Memberikan reinforcement positif
4. Mengevaluasi discharge planning yang
telah dibuat klien setelah keluar dari RS
5. Memberikan kesempatan klien untuk
menentukan pilihan yang tepat untuk
dirinya
6. Evaluasi sikap mahasiswa selama
interkais dengan klien
7. Terminasi

S:
-

Ini hari yang kemarin-kemarin bikin gue gelisah terus, tapi


sekarang gue malah bingung. Bingung mau ngapain pulang
Iya, tentang suboxone gue udah percaya. Lu percaya gue,
gue nggak akan nyalahin peraturan kok
Iya, kayak yang lu bilang sifatnya kan hampir sama dengan
putaw depresan juga, gue sekarang kalo mikir itu atau kalo
nginget sesuatu pasti ada gap-nya. Tapi yaudahlah, ini udah
the best choise buat gue saat ini.
Oke coba gue baca lagi maping hidup gue, yang kemaren
gue buat bareng lu
Pokoknya hidup normal dan aman dari drugs, udah itu aja
ya
Thanks, gue nggak ngerti mau ngomong apalagi ke lu.
Gue pasti akan kehilangan lu. Kehilangan sosok lu. Thanks.

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Perkembangan Asuhan Keperawatan


Nama Klien
RM
Waktu

: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan

Diagnosa Medis: Withdrawal Opiat

Implementasi

Evaluasi
O:
-

Kondisi umum: tenang, Emosi:stabil


Pembicaraan: koheren, afek sesuai, kontak mata (+).

Masalah teratasi

Klien pulang

A:
P:

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Lampiran 6
CURRICULUM VITAE
I.

Identitas Diri
Nama

: Susi Purwati

TTL

: Riau, 2 April 1990

Agama

: Islam

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: RT 03 / RW 01, Desa Pelita


Kab. Rokan Hilir, Prov. Riau 28992

Kebangsaan

: Indonesia

Handphone

: +628 387 169 7136 / +628 527 083 2359

E-Mail

: susi.purwati65@yahoo.com

II. Riwayat Pendidikan


2012-2013

: Universitas Indonesia
Pendidikan Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan

2008 2012

: Universitas Indonesia
Program Strata Satu Fakultas Ilmu Keperawatan

2005 2008

: SMA Kemala Bhayangkari-2 Rantau Prapat,


Sumatera Utara

III.

2002 2005

: SMP Negeri 2 Bagan Sinembah, Rokan Hilir, Riau

1996 2002

: SD Negeri 05 Bagan Sinembah, Rokan Hilir, Riau

Pengalaman Penulisan
Penulisan karya ilmiah tentang asuhan keperawatan pada klien ketergantuangan
NAPZA khususnya jenis Opiat merupakan pengalaman penulisan pertama bagi
penulis.

Mengenal dan

mencoba

melakukan pendekatan dengan klien

ketergantungan NAPZA memberikan banyak pengalaman yang berharga, yang


tidak pernah klien dapatkan selama praktik pendidikan profesi Ners di tempat lain.
Mengenal orang-orang spesial dan mencoba membagi cerita, merupakan hal yang
menyenangkan sekaligus miris rasanya. Mengajarkan saya banyak hal tentang arti
sebuah syukur kepada kekuatan yang telah Allah beri untuk saya selama hidup
saya. Saya menjadi orang yang merasa beruntung yang bisa menjalani kehidupan
On the track, tapi juga sedih ternyata begitu banyak hal dari kehidupan yang
saya belum tahu, belum kenal. Jika ingin bahagaia, Maka bahagialah sekarang,
Jangan menunggu hari esok untuk bahagia.

Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai