Digital - 20351545-PR-Susi Purwati PDF
Digital - 20351545-PR-Susi Purwati PDF
SUSI PURWATI
0806323246
UNIVERSITAS INDONESIA
SUSI PURWATI
0806323246
iii
iv
KATA PENGANTAR
(2)
Ibu Widya Lolita, S.Kp., M.Kep selaku pembimbing dari Lahan praktik di
RSKO Jakarta yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
memberikan bimbingan selama proses praktik di RS serta mengarahkan
penulis dalam penyusunan tugas akhir ini, bertemu dengan Ibu penulis
merasa menemukan sosok ibu ditanah perantauan selama menempuh
pendidikan profesi Ners di RSKO Jakarta;
(3)
(4)
Ibu Novy Helena CD., MSc. selaku selaku pembimbing lahan praktik
Pendidikan Profesi FIK UI di RSKO Jakarta;
(5)
Seluruh dosen dan karyawan FIK UI sebagai orang tua kedua di kampus
yang banyak memberikan kemudahan dan pengarahan serta motivasi selama
pendidikan Profesi Ners;
(6)
Seluruh residen di RSKO yang telah berbagi banyak pengalaman yang sulit
penulis dapatkan ditempat lain, kalian adalah adalah orang-orang special.
v
(8)
Adikku Ningsih yang selalu bersedia mendengarkan keluh dan kesah selama
praktik di RSKO Jakarta;
(9)
Untuk seseorang yang telah memberikan support tanpa kenal lelah Rudi
Susanto, S.ST. Semoga kesabaran itu benar tiada ujungnya;
(10) Sahabat-sahabatku yang berjuang bersama dalam canda, tawa, dan amarah
yang kadang tidak bisa untuk diredam, yang menyatu dalam kegilaan kita
selam praktik di RSKO, peace buat kita : Santi, Resti, Onya, Zume, Yuyun,
Yunika, Cimoe, Erny, Pak Wahyu;
(11) Pemerintah daerah Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara yang telah
memberi kesempatan penulis untuk menempuh jenjang pendidikan profesi
Ners di Universitas Indonesia melalui beasiswa daerah;
(12) Seluruh karyawan RSKO Jakarta yang banyak membantu penulis selama
praktik. Selain itu suasana praktik yang menyenangkan dan bersahabat
membuat penulis menemukan keluarga kedua.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis menerima berbagai kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Penulis berharap Allah SWT berkenan
membalas semua kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan
tugas akhir ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
vi
vii
ABSTRAK
Nama
: Susi Purwati
Program Studi/Jenjang : Ners Keperawatan/ Profesi
Judul Tugas Akhir :Analisis Praktik Klinik Asuhan Keperawatan Masalah
Kesehatan Masyarakat Perkotaan: Ketidakberdayaan Pada
Klien Dengan Gangguan Penggunaan Opiat di RSKO
Jakarta
viii
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name
Major
Title
: Susi Purwati
: Nursing Science
: Analysis of Clinical Practice Problems of Urban Public Health
Nursing: Powerlessness In Clients With Addiction of Opiates at
Drug Adicttion Hospital Jakarta.
ix
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS.............................................................
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...................................
ABSTRAK..................................................................................................................
ABSTRACT...............................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
DAFTAR TABEL.......................................................................................................
DAFTAR SKEMA.....................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................
ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
x
xii
xiii
xiv
1. PENDAHULUAN..................................................................................................
1.1 Latar Belakang...................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................
1
1
5
6
7
2. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................
2.1 Opiat.............................................................................................................
2.1.1 Dampak Penyalahgunaan Opiat.............................................................
2.1.2 Terapi Subtitusi Opiat............................................................................
2.2 Rentang Respon Penggunaan Zat................................................................
2.3 Ketidakberdayaan...........................................................................
2.3.1 Pengertian Ketidakberdayaan................................................................
2.3.2 Penyebab Ketidakberdayaan..................................................................
2.3.3 Batasan Karakteristik Klien Dengan Ketidakberdayaan.......................
2.3.4 Proses Terjadinya Masalah.....................................................................
2.3.5 Intervensi Keperawatan Diagnosa Ketidakberdayaan...........................
8
9
10
13
14
15
15
15
16
16
25
3. ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................
3.1 Gambaran Kasus.............................................................................................
3.2 Analisa Data...................................................................................................
3.3 Proses Terjadinya Masalah Ketidakberdayaan Pada Klien............................
3.4 Pohon Masalah...............................................................................................
3.5 Prioritas Diagnosa Keperawatan....................................................................
3.6 Inplementasi Asuhan Keperawatan................................................................
3.7 Evaluasi Hasil Asuhan Keperawatan..............................................................
28
29
31
34
34
34
34
38
4. PEMBAHASAN...................................................................................................
4.1 Profil Lahan Praktik........................................................................................
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait Keperawatan
40
40
Universitas Indonesia
41
45
51
5. PENUTUP............................................................................................................
5.1 Kesimpulan....................................................................................................
5.2 Saran..............................................................................................................
54
54
55
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
LAMPIRAN
58
xi
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1
31
Tabel
3.2
32
Tabel
3.3
xii
33
Universitas Indonesia
DAFTAR SKEMA
Skema 3.1
Skema 3.2
Pohon Masalah..........................................................................
34
Skema 3.3
38
Skema 3.4
39
xiii
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Pengkajian
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
xiv
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
(UNODC) tahun 2011 diperoleh bahwa 31 persen remaja yang minum alkohol
mengaku stres dan memiliki Attention-Deficit Disorder (ADD) karena jarang
diperhatikan oleh orang tua, akibat kesibukan orang tua.
Stresor kehidupan semakin meningkat. Individu diharuskan untuk menghadapi
stresor tersebut dengan kemampuan koping yang dimiliki. Ketika terjadi
ketidakadekuatan koping yang adaptif, maka dapat mengarah pada perilaku yang
menyimpang (Widianti, 2007). Keperawatan merupakan ilmu yang memberikan
fokus perhatian utama terhadap kondisi homeostasis individu dalam kondisi
seimbang. Hal tersebut diperkuat oleh tokoh keperawatan sepanjang waktu
Florence Nigtingale yang menyatakan tujuan keperawatan adalah untuk dapat
menempatkan klien dalam kondisi yang paling baik (Smeltzer & Bare, 2005).
Tujuan tersebut sesuai dengan pedoman keperawatan sebagai ilmu yang berfokus
pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia, sebagai upaya untuk mempertahankan
homeostasis tubuh. Individu yang merupakan bagian dari sasaran integrasi
pelayanan keperawatan,
homeostasis akibat stres, baik itu berasal dari pekerjaan maupun berasal dari
kehidupan pribadi.
Stres merupakan salah satu reaksi atau respon psikologis manusia saat dihadapkan
pada hal-hal yang dirasa telah
dihadapi. Seseorang yang mengalami stres dapat berdampak positif atau negatif
(Agolla & Ongori, 2009). Beban stres yang dirasa terlalu berat dapat memicu
gangguan memori, konsentrasi, penurunan kemampuan penyelesaian masalah
Universitas Indonesia
(Goff. A.M., 2011). Tuntutan internal maupun eksternal dari kehidupan seseorang
dapat memberi tekanan yang melampaui batas. Ketika hal tersebut terjadi, maka
overload tersebut akan mengakibatkan terjadinya distres, dalam bentuk kelelahan
fisik atau mental, daya tahan tubuh menurun, dan emosi yang mudah meledakledak. Beban stres yang dirasa berat dapat memicu seseorang merespon dengan
mekanisme koping yang tidak adaptif, yang mengarah pada perilaku negatif,
seperti merokok, alkohol, tawuran, seks bebas bahkan penyalahgunaan NAPZA
(Widianti, 2007).
Koping individu tidak efektif didefinisikan sebagai kerusakan perilaku adaptif dan
kemampuan menyelesaikan masalah seseorang dalam menghadapi tuntutan peran
dalam kehidupan (Townsend, 2010). Koping yang tidak efektif dapat
mengarahkan kepada suatu kondisi ketidakberdayaan. Ketika individu terus
mencoba menggunakan berbagai sumber koping yang dimiliki dan dapat ia
digunakan, Tetapi tidak menghasilkan suatu hasil yang mengarah kepada tujuan
penggunaan koping. Maka, dapat berakibat pada kelelahan menggunakan sumber
adaptasi, sehingga menempatkan individu dalam kondisi ketidakberdayaan. Pada
ketidakberdayaan, klien mungkin mengetahui solusi terhadap masalahnya, tetapi
percaya bahwa hal tersebut di luar kendalinya untuk mencapai solusi tersebut. Jika
ketidakberdayaan
berlangsung
lama,
dapat
mengarah
ke
keputusasaan.
ke
pelayanan
akibat
relapse
berisiko
tinggi
untuk
mengalami
kedalam
program
intoksifikasi
maupun
rehabilitasi
akibat
Rehabilitasi. High Care Unit (HCU) diberi nama ruangan Bidadari, untuk rawat
inap bagi pasien yang mengalami gangguan/masalah fisik yang bersifat akut dan
kronis. Sedangkan ruang detoksifikasi diberi nama ruangan Medic Psikiatrik
Evaluation (MPE) diperuntukkan bagi pasien yang mengalami gejala putus zat
akut atau sedang dalam masa withdrawal NAPZA. Sedangkan ruang Rehabilitasi
Universitas Indonesia
di peruntukkan bagi pasien yang sedang dalam masa pemulihan setelah selesai
dari rawat inap di ruang MPE, untuk proses recovery klien.
Penulis melakukan asuhan keperawatan terhadap salah satu klien yang sedang
menjalani program intoksifikasi di Ruang Medik Psikiatri Evaluatin (MPE)
RSKO Jakarta. Asuhan keperawatan yang dilakukan penulis dilaksanakan dari
tanggal 13 Mei 2013 sampai 20 Juni 2013. Adapun judul yang penulis angkat
adalah Analisis Praktik Klinik Asuhan Keperawatan Masalah Kesehatan
Masyarakat Perkotaan: Ketidakberdayaan Pada Klien Dengan Gangguan
Penggunaan Opiat di RSKO Jakarta. Penulis mencoba melakukan pendekatan
psikososial dengan memandang individu secara utuh dan unik. Pendekatan
intervensi keperawatan berfokus pada pemberian asuhan keperawatan secara bio,
psiko, sosio, dan spiritual untuk meningkatkan self being dari individu
berdasarkan evidence base dan lebih diarahkan kepada peningkatan kemampuan
Coping mecanism.
NAPZA khususnya jenis opiat berada dalam kondisi tidak berdaya. Oleh karena
itu timbul beberapa pertanyaan dari penulis, antara lain sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana riwayat penggunaan NAPZA pada klien yang merupakan
bagian dari
individu
di dalam masyarakat
perkotaan,
sehingga
dengan
gangguan
penggunaan
opiat
yang
mengalami
keperawatan
klien
dengan
diagnosis
keperawatan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 2
STUDI KEPUSTAKAAN
Ketidakberdayaan
merupakan suatu kondisi dimana seorang individu secara kognitif mengetahui apa
yang harus dilakukan untuk menyelesaikan atau mengahadapi stresor kehidupan
yang dihadapi. Namun, seseorang yang mengalami ketidakberdayaan tidak yakin
8
Universitas Indonesia
bahwa apa yang dilakukan dapat atau mampu mempengaruhi tujuan yang akan
dicapai.
2.1 Opiat
Opiat merupakan salah satu psikotropika yang bersifat depresan. Opiat sendiri
terbagi menjadi tiga golongan yaitu: Opiat alamiah terdiri dari: Morfin,
Cpium, dan Kodein. Sedangkan golongan semisintetik terdiri dari: Heroin dan
Hidromorfin. Golongan sintetik terdiri dari: Meridin, Propoksipen, dan
Metadon. Heroin yang merupakan golongan opioda semisintetik dibuat dari
getah buah Poppy yang memiliki kekuatan 400 kali lebih kuat dari Morfin
(Kemenkes, 2010) yang dijual dalam bentuk bubuk putih atau coklat. Heroin
lebih dikenal dengan nama Putaw, Ptw, Etep, Pete, H, Junk, dan Skag.
Beberapa jenis opiat digunakan sebagai bagian dari terapi medik seperti
Kodein dan Metadon. Kodein digunakan sebagai bagian dari terapi untuk
klien yang sedang dalam masa withdrawal yang sedang menjalani perawatan
intoksifikasi. Sedangkan Metadon digunakan sebagai terapi subtitusi opiat
penggunaan jangka panjang.
Heroin digunakan dengan 2 cara yaitu: disuntik dan dihisap. Efek yang
diinginkan adalah sebagai: anagelsia, euforia, sedasi, dan mengantuk. Namun,
Karena sifatnya depresan sehingga lebih dominan digunakan dengan tujuan
untuk mendapatkan efek penenang. Efek samping yang ditimbulkan jika tidak
sesuai dengan dosis dan toleransi tubuh dapat mengakibatkan depresi
pernafasan. Oleh karena itu, Pengaturan dosis yang tepat menjadi penting
dalam penggunaannya di bidang kesehatan.
Penggunaan heroin secara terus-menerus berkesinambungan mendorong
terjadinya toleransi dan ketergantungan. Dosis yang terus meningkat membuat
penggunanya masuk dalam overdosis, Meskipun overdosis juga merupakan
dorongan dari keinginan bunuh diri (Kemenkes, 2010). Jika pengguna dengan
ketergantungan
mengurangi
atau
menghentikan
penggunaannya
akan
mengalami gejala putus zat yakni gelisah, rasa nyeri otot dan tulang, diare,
muntah, dan merinding (Kemenkes, 2010).
Universitas Indonesia
10
psikoaktif (narkotika,
memerlukannya
sebagai
kebutuhan
pokok,
Sehingga
terjadi
11
juga dapat
yang sudah
Universitas Indonesia
12
13
14
Universitas Indonesia
15
2.3 Ketidakberdayaan
Gangguan penggunaan NAPZA merupakan masalah bio-psiko-sosio-kultural
yang kompleks, ditandai dengan penggunaan yang intensif, disertai pula
dengan perasaan nagih yang kuat yang seringkali sulit dikontrol dan
menggiring penggunannya semaksimal mungkin untuk memperolehnya
kembali, tidak peduli apapun risiko yang harus dihadapinya yang
menempatkan individu tersebut pada kondisi ketidakberdyaan. Berikut akan
dibahas mengenai respon ketidakberdayaan terhadap suatu kondisi atau situasi
termasuk pada gangguan perilaku berupa penggunaan NAPZA.
Universitas Indonesia
16
tidak
ikut
memantau
kemajuan
pengobatan.
Klien
karena
tidak
memepngaruhinya
memiliki
untuk
kendali
atas
menggunakan
situasi
yang
NAPZA
atau
individu
secara
subyektif
mengalami
perasaan
17
1) Tidak ada riwayat keturunan (salah satu atau kedua orang tua
menderita gangguan jiwa)
2) Gaya hidup (tidak merokok, alkhohol, obat dan zat adiktif)
dan Pengalaman penggunaan zat terlarang
3) Menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general chek
up, tanggal terakhir periksa)
4) Ada riwayat menderita penjakit jantung, paru-paru, yang
mengganggu pelaksana aktivitas harian pasien
5) Adanya riwayat sakit panas lama saat perkembangan balita
sampai kejang-kejang atau pernah mengalami riwayat trauma
kepala yang menimbulkan lesi pada lobus frontal, temporal
dan limbic.
6) Riwayat
menderita
penyakit
yang
secara
progresif
18
frustasi
dengan
kondisi
kesehatannya
dan
yang
sama
untuk
mengalami
Universitas Indonesia
19
sosial,
kurang
aktif
dalam
kegiatan
di
masyarakat
8) Kurang terlibat dalam kegiatan politik baik secara aktif
maupun secara pasif.
Program
pengobatan
yang
terkait
dengan
Universitas Indonesia
20
perubahan
gaya
berjalan,
koordinasi
dan
keseimbangan
b. Psikologis
1) Perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis
2) Tidak dapat menjalankan pekerjaan, hobi, kesenangan dan
aktivitas sosial yang berdampak pada keputusasaan.
3) Perasaan malu dan rendah diri karena ketidakmampuan
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari akibat tremor,
nyeri, kehilangan pekerjaan.
4) Konsep
diri:
gangguan
pelaksanaan
peran
karena
21
dapat
menjalankan
kegiatan
agama
dan
ketidakpuasan
untuk
melakukan
dan
frustrasi
tugas
atau
terhadap
aktivitas
sebelumnya.
3) Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran.
4) Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai
kendali atau pengaruh terhadap situasi, perawatan diri atau
hasil.
5) Mengungkapkan
ketidakpuasan
karena
ketergantungan
2)
22
3)
Muka tegang
4)
5)
d. Perilaku
1) Ketergantungan
terhadap
orang
lain
yang
dapat
mengakibatkan iritabilitas
2) Tidak ada pertahanan pada praktik perawatan diri ketika
ditantang
3) Tidak memantau kemajuan pengobatan
4) Tidak berpartisipasi dalam perawatan atau mengambil
keputusan pada saat diberikan kesempatan
5) Kepasifan hingga apatis
6) Perilaku menyerang
7) Menarik diri
8) Perilaku mencari perhatian
9) Gelisah atau tidak bisa tenang
e. Sosial
serta
keberhasilan
yang
pernah
dicapai.
23
Positive belief
1) Keyakinan dan nilai: Pasien mempunyai keyakinan bahwa
penyakitnya akan dapat disembuhkan dan menyadari adanya
perubahan fisik akibatnya penyakitnya akan berdampak pada
kehidupannya
Universitas Indonesia
24
Universitas Indonesia
25
mengungkapkan
perasaan
yang
sebenarnya
(represi/supresi).
dengan
kata-kata
kemampuan
untuk
ketersediaan
alat,
bahan,
pelayanan
dan
transportasi
Universitas Indonesia
26
Universitas Indonesia
27
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Universitas Indonesia
29
perusahaan yang harus dicapai yang harus dihadapi juga turut berpengaruh. Klien
mengatakan pekerjaannya masuk jam 10.00 s/d tidak tentu. Klien mengatakan jam
10.00 s/d siang hari aktivitasnya berupa paper work. Kemudian setelah makan
siang Klien mengatakan baru melakukan pekerjaan yang sifatnya aktif. Ia harus
melakukan lobby ke club-club atau tempat hiburan malam. Area cakupannya
adalah wilayah J. Itulah awal mulanya klien kembali menggunakan Putaw/heorin.
Klien mengatakan karena bertemu dengan teman lamanya dan berbagi cerita
dengan teman-temannya tersebut. Kemudian klien mulai mencoba kembali
memakai Putaw/Heroin. Klien mengatakan sejak itu terus berlanjut menggunakan
Heroin sampai terakhir masuk RSKO April 2013. Namun, Klien mengatakan di
tahun 2007 Ia pernah menjalani program spiritual di wilayah S selama 2 bulan.
Klien kembali ke pekerjaannya, dan kembali menggunakan Heroin. Berikut
gambaran skema penggunaan NAPZA klien disertai dengan keterangan usia awal
klien menggunakan NAPZA.
Skema 3.1 Riwayat Awal Penggunaan NAPZA
Dari hasil pengkajian diperoleh data bahwa saat ini klien tinggal dengan kakak
pertamanya. Klien merupakan anak terakhir dari 4 bersaudara, 2 orang kakak
perempuan, 1 orang kakak laki-laki. Sedangkan ayah klien sudah meninggal
karena sakit jantung sejak klien berusia 7 tahun, dan Ibu klien meninggal pada
tahun 2007. Klien mengatakan bahwa dirinya adalah anak kesayangan ibunya,
apapun yang dimintanya sejak ayahnya tidak ada, Ibunya selalu memberikan apa
yang diminta oleh klien, sampai kakaknya memanggilnya dengan sebutan Si
belahan jiwa mama. Klien mengatakan hal yang paling menyedihkan dalam
hidupnya adalah saat kehilangan Ibunya. Ia mengatakan Kalo aja mama hidup 1
hari lagi aja, saat itu pasti gue akan lakukan apa aja buat ngebahagiain dia, hari ini
ulang tahun mama .
Universitas Indonesia
30
Klien mengatakan orang terdekat dengannya selain Alhm. Ibunya adalah Kakak
perempuannya No.2. Namun, semenjak kakaknya menikah tahun 2007 tidak lama
sebelum ibunya meninggal. Kakaknya dibawa oleh suaminya ke Inggris karena
suaminya kebangsaan Inggris. Klien mengatakan kadang bingung tidak ada
tempat untuk mengadu, kecuali dengan kakak pertamanya saat ini. Sedangkan
Kakak pertamanya saat ini suaminya juga sudah meninggal, sehingga sibuk
mengurus anak dan harus bekerja juga. Klien mengatakan tidak ada teman untuk
membagi cerita suka dan duka kecuali teman-teman di tempat pakau (pakai
putaw/Heorin).
Ketika ditanya tentang aktivitas diluar pekerjaan, Klien mengatakan biasanya
memanfaatkan waktu luang sewaktu bersih dari NAPZA dengan memancing.
Tetapi, klien mengatakan saat ini sudah malas karena membosankan. Klien juga
mengatakan sering jalan-jalan untuk mencari tempat baru dengan teman-temannya
di akhir pekan untuk pakau (Pakai Putaw/Heroin). Klien mengatakan saat Ia
memakai Putaw/Heorin tujuannya supaya dapat kembali merasa tenang dan
mempercepat berjalannya waktu. Setelah itu klien mengatakan dirinya akan lebih
tenang dan esoknya bisa kerja. Ketika ditanya tentang aktivitas selama di RS,
Klien mengatakan bosan, malas ngapa-ngapain karena nggak ada kegiatan. Mandi
juga jadi malas, 1 kali saja sehari.
Klien mengatakan susah tidur dan harus minum obat tidur tiap malam. Tampak
lingkaran hitam di area sekitar mata, tampak lesu, dan tidak bersemangat. Klien
mengatakan biasa mulai tidur jam 3-an malam sampai jam 8 pagi. Klien juga
mengatakan badannya nyeri karena baru saja putus codein dan gelisah terus. Klien
mengatakan tidak bisa jamin dan yakin bisa berhenti tidak pakai lagi. Klien
mengatakan mungkin tidak ada yang berani jamin orang tidak pakai lagi. Karena
kita punya pergaulan di luar yang tidak bisa kita bentengi.
Ketika ditanya tentang kebiasaanya dalam memakai putaw/heroin dengan cara
apa, klien mengatakan dengan menyuntikkan ke pembuluh darah. Namun, Klien
mengatakan tidak pernah bertukar jarum suntik dengan teman pengguna lainnya,
hanya saja satu jarum dapat digunakan sampai 4 hari dengan frekuensi suntik 3-4
kali dalam satu hari. Ketika ditanya tentang pengetahuan klien akibat penggunaan
Universitas Indonesia
31
jarum suntik klien mengatakan resiko hepatitis C. Klien mengatakan dirinya saat
ini positif Hepatitis C. Tetapi klien mengatakan sudah pernah mengikuti terapi
pengobatan interferon pada tahun 2009. Klien juga mengatakan dirinya pernah
memiliki riwayat sakit asam lambung yang parah. Bahkan sampai dilakukan
endoscopy, pada bulan Maret 2013 akibat tukak lambung yang parah menurut
klien. Pengetahuan klien tentang HIV cukup, klien mampu menyebutkan apa itu
HIV, Penyebab, dan cara menghindari terkena HIV. Klien pernah melakukan tes
anti HIV tahun 2007 dan hasilnya negatif dengan nilai CD4 600. Namun, Klien
bertanya apa ada hubungannya penggunaan putaw dengan sakit tukak lambung.
Ketika ditanya apakah klien, masih memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol,
klien mengatakan masih aktif mengkonsumsi alkohol khususnya jenis wine
terakhir sebelum masuk RSKO Jakarta.
3.2 Analisa Data
Tabel 3.1 Analisa data: Koping individu tidak efektif
No
1
Data
Data Subjektif:
a. Klien mengatakan Ia menggunakan
Putaw/Heroin karena besarnya pressure dari
pekerjaan
b. Klien mengatakan saat Ia memakai
Putaw/Heorin tujuannya supaya dapat kembali
merasa tenang dan mempercepat berjalannya
waktu
c. Klien mengatakan tidak ada teman dekat yang
bisa diajak berbagai cerita suka dan duka.
Masalah Keperawatan
Koping individu tidak
efektif
Data Objektif: -
Universitas Indonesia
32
Masalah Keperawatan
Ketidakberdayaan
Universitas Indonesia
33
Tabel 3.3 Analisa data: Gangguan Pola tidur, Nyeri, & Kurang Pengetahuan
No
Data
Masalah Keperawatan
3
Data Subjektif:
Gangguan Pola tidur
a. Klien mengatakan baru mulai bisa tidur
jam 1 malam, kadang jam 3 malam dan
bangun jam 8 pagi.
b. Klien mengatakan tidurnya tidak
nyenyak, sering terbangun
c. Klien mengatakan Sedih banget loh,
rasanya udah pengen banget buat nutup
mata gitu, tapi nggak bisa, Gelisah terus
Data Objektif:
a. Tampak lingkaran hitam di area sekitar
mata
b. Tampak klien lesu
c. Tampak klien kurang bersemangat
4
Data Subjektif:
Gangguan rasa nyaman: Nyeri
a. Klien mengatakan badannya sakit karena
obat tidak nutup
b. Klien mengatakan baru saja putus codein
c. Klien mengatakan malas mandi, karena
badannya akan tambah sakit jika mandi.
Jadi klien mandi 1 kali sehari.
d. Klien mengatakan skala nyerinya jika
dihitung 1-10, adalah 5. Timbul terusterusan, jadi susah mikir juga.
Data Objektif:
a. Ekspresi wajah gelisah
5 Data Subjektif:
Kurang pengetahuan
a. Klien bertanya apa ada hubungannya
penggunaan Putaw dengan sakit tukak
lambung.
b. Klien mengatakan terakhir SMRS masih
memiliki kebiasaan mengkonsumsi
alkohol khususnya jenis wine.
c. Klien bertanya tentang efek jangka
panjang akibat penggunaan terapi
subtitusi dari putaw yaitu Suboxone.
Data Objektif:
a. Klien mendapat terapi Polysilane,
Ranitidine, dan Ondancetrone.
b. Hasil pemeriksaan Anti Hepatitis: Klien
Positif Hepatitis C.
Universitas Indonesia
34
Ketidakberdayaan
secara
perkembangan
klien.
keseluruhan
Implementasi
dilampirkan
asuhan
dalam
format
keperawatan
pada
catatan
klien
35
salah satu bentuk eksistensi manusia yaitu kemampuannya untuk bangkit dari
semua kondisi dan mengatasi dirinya kemudian mencurahkan perhatian pada
hal-hal positif dan bermanfaat. Menghilangkan keinginan berlebihan
(Hiperintention) untuk melawan adiksi terhadap NAPZA. Hal yang ingin
diubah bukanlah keadaan, melainkan sikap (attitude) yang diambil dalam
menghadapi keadaan. Mengarahkan pada proses acceptence untuk menghadapi
keadaan yang tidak mungkin diubah atau dihindari. Maka sikap yang tepat
adalah menerima dengan penuh ikhlas dan tabah pada hal-hal tragis yang tidak
mungkin untuk dihindari atau diubah. Mendalami nilai-nilai bersikap pada
dasarnya memberi kesempatan kepada seseorang untuk mengambil keputusan
yang tepat atas kondisi ketidakberdayaan yang dialami.
Terapi generalis untuk diagnosa ketidakberdayaan melibatkan intervensi
berupa:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tehnik
pelaksanaan
intervensi
keperawatan
dengan
diagnosa
hubungan
saling
percaya,
sesi
ini
bertujuan
untuk
Universitas Indonesia
36
37
setelah
intervensi
selama
minggu,
klien
mampu
Intervensi
Universitas Indonesia
38
pendekatan
FRAMES.
Pada
minggu
ke-6,
mahasiswa
Universitas Indonesia
39
Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada Bab ini penulis akan menguraikan kesenjangan antara teori dengan asuhan
keperawatan secara nyata,
melakukan asuhan
Universitas Indonesia
41
gejala putus zat akut atau sedang dalam masa withdrawal NAPZA. Sedangkan
ruang Rehabilitasi di peruntukkan bagi pasien yang sedang dalam masa
pemulihan setelah selesai dari rawat inap di ruang MPE, untuk proses
recovery klien.
Ruang MPE merupakan ruangan untuk melaksanakan detoksifikasi secara
konvensional. Disebut juga sebagai ruangan untuk perawatan pasien akut
dengan gangguan perilaku akibat penggunaan NAPZA. Dimana kasus pasien
di ruang MPE umumnya adalah putus zat (Withdrawal). Sehingga, memiliki
karakteristik pasien yang akut dan belum stabil. Lama waktu perawatan pasien
di ruang MPE antara 2 minggu sampai 3 bulan.
Maka,
dapat
berakibat
pada
kelelahan
Universitas Indonesia
42
43
masyarakat urban, peningkatan beban hidup menuntut para orang tua bekerja
keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, sehingga kontrol terhadap perilaku
anggota keluarga juga dapat berkurang, akibat mobilitas yang tinggi. Klien
mengatakan bahwa dirinya adalah anak kesayangan ibunya, sejak kecil apapun
yang diminta oleh klien, Ibunya selalu menyediakannya. Namun, faktor
pemberian kasih sayang yang berlebihan atau sikap permisif juga turut
berpengaruh terhadap gangguan perilaku, termasuk penggunaan NAPZA
(Kemenkes, 2010), Klien memiliki riwayat pemberian kasih sayang yang
berlebihan dari ibu, dengan alasan untuk memenuhi ketimpangan pemenuhan
kebutuhan kasih sayang, karena ayah klien sudah meninggal sejak klien
berusia 7 tahun. Klien merupakan salah satu gambaran individu yang
mengalami masalah kesehatan perkotaan, khususnya masalah mental akibat
perilaku menyimpang.
Perilaku yang dibentuk pada masa remaja terus diadaptasi dan menjadi habbit
bagi klien. Klien terbiasa hidup dengan gaya hidup kosmopolitan. Klien
menganggap free sex adalah hal yang wajar dan biasa. Mengkonsumsi alkohol
juga menjadi kebiasaan sehari-hari klien. Dengan pola kehidupan demikian,
klien berada pada lingkungan yang memiliki resiko tinggi untuk menggunakan
NAPZA. Klien menggunakan NAPZA On-Off sampai tahun 2013 atau sampai
Universitas Indonesia
44
saat ini klien berusia 34 tahun. Walaupun terdapat keinginan klien untuk
berhenti menggunakan NAPZA, Namun klien berada pada lingkungan yang
berisiko dan minimnya support system keluarga. Sedangkan, Saat ini Ibu klien
juga sudah meninggal. Klien berada pada kondisi ketidakberdayaan antara
keinginannya
untuk
berhenti
menggunakan
kembali
NAPZA
dan
Klien menganggap
bahwa
hal tersebut
lebih kepada
entertainment dan gaya hidup. Sehingga, menjadi bagian dari kebutuhan dasar
hidup yang harus dipenuhi oleh klien. Klien memahami salah satu
komorbiditas dari konsumsi NAPZA dan gaya hidup free sex terhadap
kesehatan fisiknya yaitu Hepatitis C dan HIV. Klien mengerti resiko tersebut,
Namun terdapat proses penyangkalan. Klien merasa memang itu bagian dari
resiko dari gaya hidup yang Ia jalani saat ini. Klien masih memiliki impian
terhadap hidupnya, Untuk dapat bebas dari heroin. Namun tidak berdaya saat
keinginannya atau craving timbul. Klien mengatakan tidak mampu melawan
suggest. Hal tersebut yang membuat Ia akhirnya jatuh lagi dan kembali
relapse. Ditambah dengan kondisi support system klien yang minim.
Dukungan dari keluarga saat ini ada, namun tidak secara psikologis. Keluarga
memberikan bentuk dukungan dalam bentuk finansial. Sedangkan menurut
Nies (2001) salah satu faktor yang dapat menurunkan resiko terjadinya
gangguan kesehatan mental, dalam hal ini penyalahgunaan NAPZA adalah
dengan
Universitas Indonesia
45
46
keadaan.
Mengarahkan
pada
proses
acceptence
untuk
menghadapi keadaan yang tidak mungkin diubah atau dihindari maka sikap
yang tepat adalah menerima dengan penuh ikhlas dan tabah pada hal-hal tragis
yang tidak mungkin untuk dihindari atau diubah. Mendalami nilai-nilai
bersikap pada dasarnya memberi kesempatan kepada seseorang untuk
mengambil keputusan yang tepat atas kondisi ketidakberdayaan yang dialami.
Metode FRAMES sendiri didasarkan pada enam elemen terapi singkat yang
sering digunakan dan berhasil (Kemenkes, 2010) yaitu:
F
perubahan
perilaku.
E
Universitas Indonesia
47
48
menentukan opsi perilaku yang tepat, serta dapat membuat discharge planning
untuk lima tahun kehidupannya yang akan datang.
Intervensi kelompok coba dilakukan oleh penulis, Namun hanya melipatkan 35 orang pasien di ruang MPE. Penulis mencoba mengarahkan pada
pembentukan opsi pilihan perilaku untuk berubah dan Self Effiecy klien
didalam kelompok. Menurut Walgito (2007) keberadaan kelompok dapat
memberikan kebutuhan psikologis berupa dorongan, pengetahuan, dan
informasi. Didalam intervensi kelompok penulis mencoba mengarahkan untuk
berdiskusi mengenai pengalaman setiap pasien untuk menolong dirinya dalam
kondisi ketidakberdayaan melawan craving, suggest, dan trigger untuk
menggunakan kembali NAPZA. Didalam proses diskusi tersebut, ternyata
ditemukan proses self efficiecy, walaupun opsi yang ditawarkan dalam
kelompok tidak sesuai untuk semua klien. Namun, proses membagi
pengalaman, pengetahuan, dan informasi penting. Sehingga, secara tidak
langsung memenuhi kebutuhan penguatan secara psikologis bagi anggota
kelompok.
Metode Dereflection dan FRAMES ternyata benar efektif untuk diterapkan
pada klien dengan gangguan perilaku penggunaan NAPZA. Pilihan akan
perilaku hidup yang akan ia jalani sepenuhnya menjadi tanggung jawab klien,
tim kesehatan hanya mencoba menawarkan alternatif-alternatif pilihan yang
tepat dan sesuai untuk klien. Namun, tanggung jawab hidup dan pelaksanaan
dari tindakan atau perilaku yang dipilih tetap menjadi tanggung jawab pribadi
dari klien. Sehingga perlunya adanya kontrol untuk mengefektifkan metode
tersebut. Kontrol utama dapat berasal dari keluarga. Namun, selama proses
intervensi terhadap klien, penulis mengalami keterbaatasan dalam melakukan
intervensi terhadap keluarga klien.
Pendekatan spiritual dilakukan terhadap klien sejak minggu kedua. Klien
membutuhkan kekuatan spiritual untuk membantunya membentuk kekuatan
dari dalam dirinya. Pendekatan spiritual melalui kegiatan sholat, berdoa, dan
mengaji. Klien bersedia untuk mencoba kembali melakukan aktivitas tersebut,
Klien melaporkan bahwa terjadi perubahan perasaan. Klien merasa ada
Universitas Indonesia
49
kekosangan dalam dirinya yang dapat terpenuhi. Dari hasil observasi terjadi
peningkatan kemampuan klien dalam mengendalikan emosi. Aktivitas berdoa,
membantu klien untuk menyampaikan maslah-masalah yang tidak dapat Ia
selesaikan atau sampaikan (berbagi) dengan orang lain, Klien mengatakan hal
tersebut cukup membantunya untuk melepas kepenatan yang Ia alami.
Penulis juga mencoba mengajak klien untuk memaknai hidup, melalui
pendekatan spiritual. Kanine (2012), menjelaskan bahwa manusia pada
hakekatnya memiliki makna hidup dan nilai keyakinan terhadap harapan dan
kemampuan untuk mengambil keputusan. Klien memaknai hidupnya saat ini
tidak bahagia. Klien mengatakan Sebagai seorang pecandu hidup tidak
tenang, harus ada sesuatu yang harus ada walaupun kita tidak berdaya untuk
mendapatkannya. Klien merasa tidak mampu mengambil sikap yang tegas
untuk
berhenti
menggunakan NAPZA,
karena
merasa
tidak
yakin
Meaningles.
Kehidupan
tak
bermakna
(Meaningless)
dimanifestasikan
dengan
Universitas Indonesia
50
pada
minggu
ketiga
intervensi
asuhan
keperawatan.
Klien
51
Perlunya edukasi yang tepat mengenai pola perilaku yang benar dan
peningkatan pengetahuan terhadap klien, maupun keluarga klien menjadi
fokus pemberian edukasi. Selebihnya adalah tindakan preventif dan edukatif
di tingkat masyarakat yang lebih luas, sehingga orang dengan riwayat
Hepatitis C dan HIV mendapat perlakuan yang sewajarnya. Justru masyarakat
seharusnya dapat dibimbing untuk membantu membentuk konsep diri yang
lebih baik bagi para penderita Hepatitis C dan HIV.
masalah
diagnosa
keperawatan
ketidakberdayaan
pada
52
gangguan mental perilaku, tidak hanya dukungan dari orang terdekat atau
keluarga, tetapi juga dukungan dari masyarakat luas termasuk pemerintah
dalam hal penyedian pelayanan yang mudah untuk dijangkau. Penulis dalam
hal ini, tidak mampu melakukan intervensi lebih luas terhadap sumber-sumber
dukungan sosial yang dapat di jangkau oleh klien seperti keluarga. Sehingga
dibutuhkan intervensi tingkat spesialis untuk menyelesaikan permasalahan di
tingkat keluarga untuk mendukung intervensi individu yang telah dilakukan.
53
kembali suatu penderitaan yang pernah dialami pada waktu yang lalu,
bagaimanakah cara mengatasinya, bagaimanakah perasaan kita sekarang atas
pengalaman tersebut, pelajaran apa yang kita peroleh dan hikmah apa yang
ada dibalik penderitaan dan prose panjang yang telah dilewati oleh klien dari
keinginannya
bebas
dari
NAPZA.
2)
Membandingkan
penderitaan:
Universitas Indonesia
BAB 5
PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan hasil yang diperoleh berdasarkan penjelasan dari bab
sebelumnya sampai dengan pembahasan. Sehingga, dapat ditarik simpulan dan
saran dari intervensi dan telaah pustaka, serta observasi yang telah dilakukan.
Saran yang diberikan berupa masukan bersifat operasional dimana terkait dengan
hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan.
5.1 Kesimpulan
Klien adalah bagian dari individu masyarakat perkotaan yang memberikan
gambaran masalah perkotaan, dalam hal kesehatan mental (Mental health
urban). Perubahan tren perilaku masyarakat perkotaan kearah perilaku
menyimpang seperti penggunaan NAPZA dapat terjadi akibat dari koping
individu tidak efektif. Penyelesaian masalah dengan menggunakan cara yang
maladaptif dengan penggunaan zat, dianggap sebagai bentuk penyelesaian
masalah atau berupa gaya hidup masyarakat perkotaan dapat menjadi
kontroversial. Apapun alasan penggunaan NAPZA tidak dibenarkan dan
merupakan bagian masalah kesehatan mental akibat
perilaku yang
menyimpang.
Ketidakberdayaan yang dialami oleh pengguna NAPZA yang mengalami
ketergantungan terhadap NAPZA, diarahkan kepada pembentukan pola
perilaku yang positif. Pendekatan metode derefelection dan tehnik enam
langkah yang disebut dengan FRAMES terbukti efektif digunakan untuk klien
NAPZA. Terjadi perubahan pola pikir kearah penguatan psikologis untuk
memperkuat keyakinan klien, bahwa klien dapat melakukan sesuatu yang
dapat mempengaruhi hasil dan tujuan untuk bebas dari NAPZA. Namun,
kekuatan diri tidak hanya dipengaruhi oleh diri sendiri. Peran kelompok,
lingkungan, dan dukungan keluarga juga memberi kontribusi yang besar
terhadap pembentukan keyakinan dalam diri invidu untuk bertahan (fight)
dalam kondisi bebas NAPZA (clean).
54
Universitas Indonesia
55
5.2 Saran
Perhatian terhadap kesehatan mental pada masyarakat perkotaan perlu
ditingkatkan. Tidak hanya masalah peningkatan kesehatan fisik pada
masyarakat urban akibat gaya hidup, Tetapi juga peningkatan masalah
kesehatan mental akibat gaya hidup. Gangguan kesehatan mental pada
masyarakat urban cenderung meningkat akibat peningkatan beban psikologis.
NAPZA dianggap bagian dari gaya hidup atau bentuk perilaku yang dianggap
dapat menyelesaikan masalah karena peningkatan beban psikologis pada
masyarakat perkotaan. Sehingga tren pelayanan kesehatan tidak hanya
berorientasi pada masalah kesehatan fisik saja, tetapi juga tehadap kesehatan
mental. Dari hasil asuhan keperawatan yang dilakukan penulis dari tanggal 13
Mei 2013 sampai 20 Juni 2013 Pada klien di RSKO Jakarta dengan mencoba
mengaplikasikan tehnik asuhan keperawatan berdasarkan pada evidence base
dan melakukan modifikasi. Penulis mencoba memberikan beberapa saran
yang bersifat aplikatif sebagai berikut:
a. Pengelola Institusi pendidikan
Saran untuk bidang keperawatan yang mengelola pengembangan bidang
pendidikan keperawatan agar mengintegrasikan konsep terkait NAPZA
dengan ilmu kesehatan khususnya kesehatan mental. Karena intervensi
fokus pada pengguna NAPZA terletak pada kesehatan mentalnya.
Sehingga mampu meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan. Perawat
memiliki peluang yang besar untuk berperan dan berkontribusi dalam
memberikan pelayanan dibidang NAPZA. Perawat memiliki kesempatan
atau bekal berupa pendekatan yang intensif untuk melakukan intervensi
terhadap klien khususnya untuk peningkatan kesehatan mental klien.
Perawat sebagai orang terdekat yang mampu mengobservasi dan
berinteraksi secara langsung dengan klien NAPZA saat menjalani proses
perawatan.
Universitas Indonesia
56
media
Walaupun
resiko
untuk
perilaku
kekerasan.
Aktivitas
untuk
57
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Indonesia
59
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013
6.
9.
Pola Hidup
1. Mandi
2. Tidur siang
Ya, jam ...-...
3. Jam tidur malam
4. Jam terbangun di pagi hari
5. Aktivitas harian sebelum masuk RSKO
6. Aktivitas harian setelah masuk RSKO
7. Makan
8. Makanan selingan
9. BAB (buang air besar)
10. BAK (buang air kecil)
Tidak tentu
Lainnya ___________
: 2 kali / hari
:
Tidak
: 01.00
: 07.00
: Bekerja
: Kembali bekerja
: 2-3 kali / hari
: 1 kali/ hari
: 2 kali / hari
: 8 kali/hari
Kondisi Kesehatan
1. Penyakit yang pernah diderita sebelumnya : Gastritis, Hepatitis C, Sakit gigi.
2. Riwayat di rawat di rumah sakit
: 1 kali, karena Gastritis
3. Anda sedang menggunakan obat yang diresepkan secara teratur :
Ya, sebutkan: Obat tidur (Zolmia)
Tidak
4. Status HIV:
Tidak tahu
Tes positif
Hasil tes tidak
diketahui
Belum pernah tes
Tes negatif
5. Status HCV:
Tidak tahu
Tes positif
Hasil tes tidak
diketahui
Belum pernah tes
Tes negatif
6. Status TBC:
Tidak tahu
Rontgen negatif
Tes BTA 3x negatif
Belum periksa
Rontgen foto positif
Tes BTA 3x positif
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013
7.
8.
Kondisi Psikis
1. Apakah anda pernah mengalami masalah serius dalam berhubungan dengan :
Ibu, jelaskan : Tidak pernah
Ayah, jelaskan : Tidak pernah
Adik / kakak, jelaskan : Dilarang menggunakan NAPZA
Suami / istri, jelaskan : Dilarang menggunakan NAPZA, sampai bercerai
Keluarga lain yang berarti, jelaskan : penolakan, klien merasa dihindari
Pacar , jelaskan : hamil diluar nikah, memutuskan untuk aborsi
Teman akrab, jelaskan : Tidak ada
Tetangga, jelaskan : penolakan, klien merasa dihindari
Teman sekerja, jelaskan: Tidak ada
2. Perasaan saat ini :
Depresi serius-kesedihan
Sulit merasa relaks
Putus asa
Sulit berkonsentrasi atau mengingat
sesuatu
Kehilangan minat
Kesulitan mengontrol amarah
Kesukaran dalam melakukan kegiatan
sehari-hari
Kadang melihat / mendengar sesuatu
yang tidak ada objeknya
Ketegangan
Lainnya, sebutkan ______________
Gelisah
Kekhawatiran yang berlebihan
3. Pernah terpikir untuk bunuh diri :
Ya,___ kali, karena_______________
Tidak
Penggunaan Cara Suntik yang Beresiko
1. Pernah menggunakan NAPZA dengan cara suntik:
Ya, tahun pertama suntik 1998
Tidak
2. Pernah bertukar jarum suntik:
Ya
Tidak
3. Jenis zat yang pernah disuntik
: Putaw
4. Frekuensi menyuntik dalam 1 hari : 3-4 kali
5. Alasan menyuntik:
Ingin tahu/coba Kualitas obat kurang
coba
baik
Lebih murah
Lebih nyaman
Cepat dan lebih pas
Teman/pasangan
menyuntik
Lainnya, ________
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013
Pemeriksaan Psikiatrik
1. Pemeriksaan status mental
Terorientasi
2. Penampilan keseluruhan
Rapi
Tidak rapi
3.
4.
5.
Fungsi Kognitif
1. Konsentrasi:
Baik
2. Daya ingat:
Baik
3. Pikiran obsesif:
Ya, _______________
4. Halusinasi:
Ya, _______________
5. Waham:
Ya, _______________
Tidak terorientasi
Bersih
Kotor
Tidak ada
Datar
Sesuai
Tidak sesuai
Tertutup
Maladaptif: menghindari klien
Buruk, ____________________
Buruk, ____________________
Tidak
Tidak
Tidak
Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg
RR
: 18 x/menit
Nadi
: 134x/menit
Suhu
: 36,6 oCelcius
2. Pemeriksaan sistemik
a. Sistem pencernaan
: Baik,tidak ada keluhan
b. Sistem kardiovaskuler
: SI (+), S2 (+), Murmur (-), Gallop (-).
c. Sistem respiratori
: Vesikuler +/+, Ronkhi (-), Whezing (-)
d. Sistem saraf pusat
: Tidak ada keluhan, orientasi baik
e. THT dan kulit
: tidak ada keluhan, integritas kulit utuh, tidak ada lesi.
3. Diagnosis medis sementara
:
4. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan :
5. Rencana terapi
:
a. Farmakoterapi:
- Ranitidine
: 2 x 1 tab
- Omeprazol : 2 x 4 mg
- Polysilane
: 3 ml sebelum makan
- Esilgan
: 1 x 2 mg
- Heximer
: 1 x 2 mg
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013
AsamMet
Luften
Tramadol
Neurobath
:
:
:
:
3 x 500 mg
1 x 50 mg
3 x 500 mg
3 x 1 tab
Rencana kegiatan:
a. Terapi aktivitas kelompok tentang: terapi subtitusi opiat
b. Konseling tentang: gangguan perilaku akibat penggunaan NAPZA
c. Pendidikan kesehatan tentang: gaya hidup sehat
7.
Diagnosa keperawatan :
Gangguan rasa nyaman : nyeri
Gangguan pola tidur
Ansietas
Keputusasaan
Ketidak berdayaan
Risiko bunuh diri
Ideal diri tidak realistis
Gangguan identitas interpersonal
Perubahan sensori persepsi : halusinasi
Risiko perilaku kekerasan
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Susi Purwati, FIK UI, 2013
BIOLOGIS
Pengalaman
penggunaan zat
terlarang
Kerusakan sistem organ
otak akibat penggunaan
jangka panjang opiat.
PERKEMBANGAN
Kehilangan kontrol
utama
Kehilangan harga diri
Stimulus yang tidak
menyenangkan
Tidak adanya
kedamaian diri dan
kepuasan hidup
Pengaturan kognitif (-)
STRESOR
Dihadapi
Menghindar
PRESIPITASI
Psikologis
Pola asuh ortu
permisif
Kurang minat dalam
mengembangkan hobi
Self kontrol tidak
stabil
Kepribadian: mudah
marah, pasif dan
cenderung tertutup
SUMBER KOPING
TIDAK ADA
Keterlibatan keluarga
yang luas
Hubungan dengan
makhluk lain
Penggunaan
kreativitas
Penggunaan Koping
PSIKOLOGIS
Kegagalan menemukan
makna hidup
ketegangan keluarga
yang terus-menerus
kesendirian
Keterikan dengan
pekerjaan (faktor risiko
lingkungan relapse)
Craving
MEKANISME KOPING
ADA
Keterlibatan keluarga
yang luas
Hubungan dengan
maklhuk lain
Penggunaan
kreativitas
SOSIAL BUDAYA
Kehidupan
kosmopolitan
Kurang dapat
menjalankan kegiatan
keagamaan
Kurang kontrol
keluarga
Pengaruh gaya hidup
perkotaan ( teman
kelompok)
BIOLOGIS
Gangguan Sistem
endokrin
Penggunaan alkohol,
obat-obatan, cafein,
dan tembakau
Mengalami gang.
Tidur dan istirahat.
MALADAPTIF
Denial
Ketidakberdayaan
Represi
Supresi
Disosiasi
ADAPTIF
Motivasi positif dalam kehidupan
Kesadaran
Diagnosa Medis
Depresi
Cemas
Diagnosa Keperawatan
KETIDAK
BERDAYAAN
: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
13 Mei 2012 Ketidakber
Dayaan
14 Mei 2013
Gangguan pola
tidur
Evaluasi
S:
-
O:
-
: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
4. Menggali upaya yang sudah dilakukan
oleh klien supaya lebih mudah jatuh
tertidur.
5. Mendiskusikan dengan klien faktorfaktor yang mempengaruhi pola tidur:
kecemasan/stres, termasuk efek
penggunaan opiat jangka panjang dan
alkohol
6. Mendorong klien untuk menyampaikan
hasil diskusi tentang tidurnya dan RTL
yang akan dilakukan klien untuk
memperbaiki pola tidurnya
7. Memberikan reinforcement positif.
15 Mei 2013
Ketidakber
Dayaan
Evaluasi
S:
-
O:
-
: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
-
Kamis, 16
Mei 2013
Koping
individu tidak
efektif
1.
2.
3.
4.
5.
Evaluasi
-
Iya, gue coba deh. Ternyata gitu ya, pantesan gue nggak
begitu suka olahraga sih dari dulu. Tapi kalo olahraga judi
gue suka
Gue coba, pasti deh. Janji gue
O:
-
S:
-
: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
6. Mendorong dan mendukung keinginan
klien, mebantu klien untuk berlajar
bersama-sama dengan mahasiswa untuk
mempelajari ulang cara sholat
7. Memberikan reinforcement positif
kepada klien
17 Mei 2013
Koping
individu tidak
efektif
Evaluasi
O:
-
: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
O:
-
A:
P:
18 Mei 2013
Koping
individu tidak
efektif
S:
-
Gue abis mandi, badan enakan. Kan kita mau belajar lagi,
jadi mandi gue. Kabar Ya, seperti biasa aja
Seneng gue belajar, bisa lebih tenang, sedihnya keingat Ibu
gue
Itu gue belum kepikiran, balajar aja dulu gimana, next time
aja ngomongin itu gimana.
O:
Kondisi umum: tenang, Kooperatif, Afek sesuai, Membaca AlQuran fokus, mereview bacaan sholat.
A:
- Masalah teratasi sebagian: Klien mampu mengidentifikasi
visi untuk mencapai visi hidupnyasaat ini.
: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
P:
20 Mei 2013
Koping
individu tidak
efektif
S: O:
A:
-
P:
22 Mei 2013
Koping
Individu tidak
efektif
S:
: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
O:
-
P:
23 Mei 2013
Koping
individu tidak
efektif
S:
: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
O:
-
Beri penguatan
Dorong cara-cara untuk menguatkan diri dalam menghadapi
kondisi atau situasi yang dorong untuk pakau.
A:
P:
: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
Koping
individu tidak
efektif
Implementasi
1. Evaluasi kondisi kesehatan dan perasaan
klien saat ini
2. Mendorong diskusi kelompok: stimulasi
untuk Diskusi mengenai pengalaman (+)
dan (-) penggunaan putaw
3. Mendorong diskusi untuk saling berbagi
pengalaman cara lepas dari kecanduan
Putaw
4. Memberikan reinforcement positif atas
diskusi yang dilakukan
Evaluasi
S:
-
Badan gue nyeri tapi dikit doank sih, sakit giginya ini loh
ilang-timbul, bikin bete aja bawaannya
Seneng gue, lu uda datang, ada temen buat cerita gue,
thanks banget ya, lu banyak kasih motivasi gue
Iya, kacau sebenarnya hidup gue jadinya, kerjaan
berantakan, keluarga divorce/cerai, duit gue apalagi, badan
gue ancur, untung gue belum ada anak
Iya pengen, pengen banget berhenti. Tapi ya itu balik lagi
prosesnya panjang
Hebat lu D, bisa jamin lu nggak pakaw lagi kalo udah
keluar dari RS ini
O:
-
27 Mei 2012
Ketidakberda
Yaan
: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
3. Mendiskusikan dengan klien dan
mengidentifikasi hal-hal positif yang
klien miliki (klien mencatat 10 hal
positif)
4. Memberikan reinforcement positif
terhadap klien
5. Mendiskusikan tentang hal-hal negatif
yang dimiliki
6. Mendiskusikan dengan klien hal negatif
yang masih dapat di ubah jadi hal positif
7. Mendiskusikan tentang hal positif yang
dimiliki yang dapat digunakan untuk
melawan rasa suggest bagi klien.
Evaluasi
-
O:
-
A:
P:
28 Mei 2013
Ketidkaber
Dayaan
S:
: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
Iya bener juga, kalo nggak gue sendiri, siapa lagi?. Tapi
gue tetep butuh orang yang bisa pantau gue kan. Ya,
mungkin kakak bisa lah ya
Iya gue harusnya yakin sama diri gue bisa berhenti, tapi
kalo udah diluat itu loh
O:
-
A:
P:
1. Terus bantu klien mengembangkan kemampuan berpikir
positif.
2. Kembangkan kemampuan berpikir positif dan arahkan ke
identifikasi pengalihan hal negatif diri ke arah kegiatan
positif.
29 Mei 2013
Ketidakber
dayaan
S:
-
: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
4. Mendiskusikan dengan klien dukungan
seperti apa yang dibutuhkan oleh klien,
dan bersama dengan klien mencoba
mengidentifikasi kira-kira siapa yang
dapat membantunya memberi dukungan
kekuatan tersebut.
5. Memberikan reinforcement positif
kepada klien.
Evaluasi
-
Iya, Gue ingetlah gue harus mulai dari diri gue yang
pastinya supaya gue nggak rilapse lagi. Mulai, yakin kok
gue, tapi buat kerjaan, gue belom bisa ninggalin
Gue inget nih, gue punya temen dari SD, temen yang klop
banget ama gue, dia bersih nggak pernah pakau. Mungkin
dia bisa jadi sosial support gue ya
O:
-
A:
P:
1. Kembangkan terus kemampuan klien berpikir positif dan
menggunakan sumber-sumber
2. Latih cara afirmasi dengan kegiatan positif
30 Mei 2013
Ketidakber
dayaan
S:
-
Sebel banget hari ini, gue harusnya udah bisa pulang hari
ini, Apalah, Inilah, Alasan banget. Sebel banget gue
Kalo gini gue diem aja, tapi gitu pikiran gue kacau banget.
Biasanya ya gitu gue tendangin apa aja, atau apalah gue
pengen nonjok, lu liat kan tadi.
Gimana nggak bisa nahan gue, gue tendang aja, nggak
nyadar juga sih.
: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
O:
-
A:
P:
31 Mei 2013
Koping
individu tidak
efektif
S:O:
A:
-
P:
: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
Ketidakber
Dayaan
Implementasi
1. Observasi Kondisi umum klien dan
perilaku klien
2. Menanyakan perasaan klien hari ini
3. Mendiskusikan impian apa yang ingin
dicapai dan dihadiahkan oleh klien untuk
Ibunya (Ibu klien sudah meninggal, hari
ini ulta Ibunya)
Evaluasi
S:
-
Lebih baik dari kemaren, Maaf kemarin sempet marahmarah. Emosi gue, tapi sumpah gue nggak marah sama
kamu, beneran. Maaf ya
Iya sekarang tanggal 1 Juni ya, Nyokap ulta hari ini 1 Juni
1937
Impian nyokap dulu, pokoknya nyelesain nyekolahin
anaknya sampe kuliah semua, abis itu terserah gue kerja
dimana
Mungkin kalo masih ada, pasti nangis liat gue gini lagi.
Mama itu pengen banget gue bersih.
O:
-
A:
P:
1. Diskusikan cara mengontrol marah
2. Arahkan klien untuk mwujudkan impean yang realistis.
3 Juni 2013
Ketidakber
Dayaan
S:
-
Kepala berasa berat banget ini, malah gigi gue sakit lagi,
susah makan. Obat tidur gue tadi malam nggak dapet, Itu lu
tau rasanya gimana pengen tidur, tapi nggak bisa, ampun.
: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
4. Menganjurkan klien untuk berkumur
dengan obat kumur yang sudha
disediakan untuk mengurangi nyeri
5. Diskusikan dengan klien penyebab Ia
sering marah-marah dan bagaimna
perasaannya setelah marah,
6. Mendiskusikan dengan klien apakah
dengan marah dapat menyelesaikan
masalah.
7. Memberikan reinforcement positif
4 Juni 2013
Ketidakber
Dayaan
Evaluasi
-
O:
-
: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
Akan diturunkan sedikit demi sedikit
sesuai aturan dan toleransi klien. Namun
juga tidak diberikan terus-terusan karena
obat E atau L juga dapat menibulkan
efek ketergantungan
5. Mengajak klien kembali menggunakan
kurangi cemas, gelisah dengan banyak
relaksasi dna aktivitas pengalihan.
5 Juni 2013
Ketidakber
Dayaan
Evaluasi
O:
-
: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
O:
-
Kondisi umum: klien bersin-bersin, hidung tidak paten -/Koheren, Afek sesuai, Mood baik
A:
P:
6 Juni 2013
Ketidakber
Dayaan
S:
-
Bad feel , Kenapa coba nggak datang kakak gue, kan hari
libur, anaknya juga nggak sekolah
Iya ya, mungkin juga bener juga ya, dia juga butuh waktu
untuk anknya ya
Iya, sekarang gue udah siap kalo punya anak, gila umur gue
udah 34, gue belum ada anak. Nah, gue naik tangga udah
kayak gini nih, SGOT SGPT gue naik ini kayaknya
Tapi udahlah, gue nggak mau tahu, sakit apalah ya udah,
bodo amat. Kalo mau mati, ya mati aja .
O:
-
: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
7. Klien mengeluh masih pilek: Anjurkan
klien untuk banyak minum air putih.
7 Juni 2013
Ketidakber
Dayaan
Evaluasi
A: Masalah teratasi sebagian
P:
- Motivasi untuk banyak minum air putih
- Ajak klien berpikir logis untuk capai impiannya terkait
kondisi kesehatan (upaya jaga kesehatan)
S:
- Baik, lebih baik dari kemaren, Kemaren kan jadi gampang
marah, bersin-bersin terus lagi
- Oh, jadi ntar jangka panjangnya liver rusak bisa kemanamana sakitnya gitu
- Oh, jadi alkohol yang bikin lambung gue ancur, termasuk
liver juga. Tapi kalo buat berhenti itu susah loh, Its legal
kan
- Iya juga berhenti buat badan gue juga, gue minum buat
pikiran gue aja ya. Bener juga lu ya
- Gue coba, kalo gue keluar gue tahan nggak, mudahamudahan bisa ya, belom bisa janji tapi
- Iya lu bener gue usia masih bisa produktif, masih banyak
yang bisa gue lakuin
A:
- Masalah tertasi sebagaian: Klien mampu identifikasi aspek
positif
: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
P:
8 Juni 2013
Ketidakber
Dayaan
S:
: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
Kurang
pengetahuan
Implementasi
1. Observasi kondisi umum klien
2. Menanyakan kabar dan perasaan klien
hari ini
3. Mendiskusikan tentang perilaku seksual
klien
4. Mendiskusikan tentang pengetahuan
klien tentang akibat perilaku tersebut
5. Memberikan informasi yang dibutuhkan
oleh klien.
Evaluasi
S:
-
O:
-
A:
P:
11 Juni 2012
Ketidakber
Dayaan
S:
: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
O:
12 Juni 2013
Ketidakber
Dayaan
1.
2.
3.
4.
: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
-
Iya, gue coba kayak lu bilang. Kayak rokok ini, lu tau gue
nggak suka. Tapi karena nggak ada yang lain, gue tetap pake
akhirnya gue nikmati juga. Gitu ya. Tapi ini beda Sus.
Baik, Good news hari ini walaupun nggak jadi pulang gue
dapat terapi yang tepat untuk gue, gue bakal uji suboxone 3
hari. Kalo cocok, gue lanjut suboxone terus pulang deh
Nggak, gue udah buat perjanjian itam diatas putih bahwa
gue nggak kan kerja di Bar atau Club lagi
Gue akan coba, bidang lain. Tapi biar nggak jauh gue tetap
di bidang manajemen Baverage-lah ya, di OT atau
dimanalah, Gue coba
O:
A:
P:
13 Juni 2013
Ketidakber
Dayaan
S:
O:
-
A:
: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
P:
-
17 Juni 2013
Ketidakber
Dayaan
S:
-
O:
-
18 Juni 2013
: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
Ketidakber
Dayaan
Implementasi
Evaluasi
A: Masalah teratasi sebagian
P:
- Diskusi lanjutkan tentang cara meraih hidup yang lebih baik
dengan memaknai hidup dengan memanfaatkan aspek positif
dan sumber-sumber yang dapat klien gunakan.
S:
- Baik, nggak ngerti gue sejak senin kemaren gue ngerasa
lebih baik aja, badan juga enak aja bawaannya, Thanks God
deh
- Thanks juga Sus, Lu tiap hari dengerin keluh kesah gue, lu
banyak ngasi gue motivasi buat gue. Lu juga bisa jadi
pendengar yang baik buat gue
- Gue sekarang bisa janji ke lu, Gue akan berusaha keras
diluar. Gue yakin gue bisa, Thanks God give me chance to
meet you
- Gue mulai PD lagi buat ngomong gue bisa clean, pasti gue
bisa
- Thanks lu percaya sma gue, kalo Tuhan kasi kesempatan
gue ketemu lagi sma lu. Gue janji lu saat itu akan ketemu
gue yang sukses, Bantu doa ya
O:
- Kondisi umum: stabil, tenang, Koheren, kontak mata (+),
emosi tasbil, dan Fokus (+).
: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
P:
19 Juni 2013
Kurang
Pengetahuan
S:
O:
-
: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
A:
-
P:
20 Juni 2013
Ketidakber
Dayaan
S:
-
: Tn.I
: xxxx
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
O:
-
Masalah teratasi
Klien pulang
A:
P:
Lampiran 6
CURRICULUM VITAE
I.
Identitas Diri
Nama
: Susi Purwati
TTL
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Kebangsaan
: Indonesia
Handphone
: susi.purwati65@yahoo.com
: Universitas Indonesia
Pendidikan Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan
2008 2012
: Universitas Indonesia
Program Strata Satu Fakultas Ilmu Keperawatan
2005 2008
III.
2002 2005
1996 2002
Pengalaman Penulisan
Penulisan karya ilmiah tentang asuhan keperawatan pada klien ketergantuangan
NAPZA khususnya jenis Opiat merupakan pengalaman penulisan pertama bagi
penulis.
Mengenal dan
mencoba