PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Ruang Lingkup
C. Batasan Operasional
D. Landasan Hukum
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi sumber daya manusia
B. Distribusi ketenagaan
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah ruang
B. Standar fasilitas
BAB IV
BAB V
LOGISTIK
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
B. Tujuan
C. Tata laksana keselamatan pasien
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah kasus Gagal Ginjal Kronik (GGK) saat ini bertambah dengan cepat,
terutama di negara berkembang. Pada tahapan tertentu progresivitas penyakit GGK
cepat berubah menjadi GGK tahap akhir. Penyakit GGK tahap akhir ini menjadi
masalah kesehatan yang utama karena akan memperburuk kondisi kesehatan
seseorang dan meningkatkan biaya perawatan.
Ada beberapa alternatif terapi pengganti ginjal salah satunya Hemodialisa
selain CAPD ( Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis) dan Transplantasi Ginjal.
Hemodialisa dilakukan 10-12 jam seminggu atau 2 kali seminggu selama 4-5 jam
.Hemodialisa merupakan terapi pengganti ginjal yang banyak dipilih .
Berdasarkan estimasi WHO secara global lebih dari 5 juta orang
mengalami penyakit GGK,sekitar 1,5 juta orang harus bergantung hidupnya pada
hemodialisa.Jumlah pasien GGK tahap akhir yang belum melakukan hemodialisa
dari tahun 2002 sampai dengan 2006 adalah 2077,2039,2594,3556 dan 4344
pasien. Sedangkan jumlah pasien yang sudah menjalani hemodialisa antara tahun
2002 sampai dengan 2006 adalah 1425,1656,1908,2525 dan 3079 pasien. Dari data
tersebut tampak jelas peningkatan jumlah penderita GGK tahap akhir dari tahun ke
tahun.
Di Indonesia , berdasarkan Pusat Data & Informasi Perhimpunan Rumah
Sakit Indonesia, jumlah pasien GGK diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta
penduduk, 60% nya adalah usia dewasa dan usia lanjut.Menurut Depkes RI tahun
2009,terdapat sekitar 70 ribu pasien GGK yang memerlukan penanganan
hemodialisa.
pendidikan.
C. Batasan Operasional
a. Kriteria pasien yang ditangani:
1. Pasien yang mengalami gagal ginjal kronik yaitu pasien yang
sudah mengalami penurunan fungsi ginjal selama lebih dari 3
bulan
2. Pasien yang mengalami gagal ginjal akut yaitu pasien yang
mengalami penurunan fungsi ginjal akut dimana sebelumnya
fungsi ginjal diketahui masih baik dalam kurun waktu kurang
dari 3 bulan terakhir
3. Pasien dengan indikasi segera yaitu pasien GGK atau GGA
yang disertai kondisi berikut :
Hipercalsemia
Hipertensi emergensi
D. Landasan Hukum
Dalam pelayanan Hemodialisa di RSUD Pasar Minggu memiliki landasan hukum
sebagai berikut :
1. UU no. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. UU no. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah
3. UU no. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
4. UU no. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan Propinsi
5. UU no. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
6. UU no. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
7. PP no. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
8. Kepmenkes
Kesehatan
.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
NO
NAMA JABATAN
PENDIDIKAN
1.
Supervisor unit
HD
Konsultan Ginjal
Hipertensi
2.
Penanggung
Jawab unit HD
S2 Kedokteran
dokter spesialis
penyakit dalam
3.
4.
Dokter pelaksana
unit HD
Kepala Ruangan
HD
S1 Kedokterandokter umum
D3-keperawatan
5a.
Perawat
pelaksana HD
D3-keperawatan
5b.
Perawat
pelaksana HD
D3-keperawatan
6.
Pembantu
Perawat
SLTA-sederajat
KUALIFIKASI
SERTIFIKASI
PENGALAMAN KERJA
KEBUTUHAN
>5 tahun
sebagai dr.sp
PD KGH
>5 tahun sbg
penganggung
Pelatihan HD
jawab unit
HD
ACLS,Pelatihan >5tahun sbg
HD
pelaksana HD
BLS, Pelatihan >5 tahun sbg kepala
HD
ruangan HD
>5 tahun sbg
BLS, Pelatihan
perawat pelaksana
HD
HD
>1 tahun sbg
BLS
perawat pelaksana
HD
>2 tahun sbg
pembantu perawat
di ruang HD
1
1
1
6
7
3
B. Distribusi Ketenagaan
Dengan perbandingan 1 perawat mahir untuk 4 pasien Hemodialisa dan saat ini
mesin Hemodialisa yang beroperasi berjumlah 32 unit maka berikut ini diuraikan
standar ketenagaan serta distribusi ketenagaan dimaksud
a. Kebutuhan
No
1
2
Jabatan
Supervisor HD
Penanggung jawab HD
Kualifikasi
Pendidikan
Pelatihan
Nefrolog
Dr sp PD
HD
Kebutuhan
1
1
Dokter pelaksana HD
Dokter Umum
ACLS/HD
PPGD / BLS /
D3 Keperawatan
BTLS /
BCLS/HD
PPGD / BLS /
5
D3 Keperawatan
BTLS /
13
BCLS/HD
PPGD / BLS /
6
Kepala Ruangan HD
S1-Keperawatan
BTLS /
BCLS/HD
7
Pembantu Perawat
SLTA sederajat
Kualifikasi
Pendidikan
Pelatihan
Nefrolog
Dr sp PD
HD
Dokter Umum
ACLS/HD
PPGD / BLS /
Jabatan
1
2
3
Supervisor HD
Penanggung jawab HD
Dokter pelaksana HD
D3 Keperawatan
BTLS /
BCLS/HD
BLS/HD
6
7
D3 Keperawatan
BLS/belum
Kepala Ruangan HD
Pembantu Perawat
S1-Keperawatan
SLTA sederajat
palatihan HD
BLS/HD
Kebutuhan
1
1
1
0
6
7
1
5
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
B. STANDAR FASILITAS
Unit Hemodialisa adalah fasilitas tempat pasien gagal ginjal baik akut
maupun kronik untuk .melakukan cuci darah. Di RSUD Pasar Minggu
medis
seperti
stestoskop,tensimeter,termometer
dan
dengan hasil
Nama
Fungsi Ruangan
Luas
Ruangan
1.
2.
Kebutuhan fasilitas
Ruangan
R.
Untuk
Administr
asi
registrasi,
&
Menyelenggarakan
pendataan
3-5
Meja,kursi,lemari,a
m2/petugas
rsip,
dan
telepon/intercom,k
Rekam
omputer/printer
Medis
pasien
R.Tungg
3.
4.
R.Cuci
Min 7,2 m2
Tempat
Darah
per tempat
pasien,mesin HD
R.Isolasi
darah
Ruangan
pasien
tidur
Min 9 m2
Tempat
Cuci
isolasi
hasil
per tempat
pasien,mesin
Darah
HbsAG
tidur
khusus untuk R.
dimana
yaitu
(+)
dengan
mendapatkan
tidur
tidur
HD
isolasi, tensimeter
dan
khusus
stetoskop
untuk
5.
R.Nurse
Ruang
untuk
melakukan
Station
perencanaan,pengorganisasi
Sesuai
R.Isolasi
Meja,kursi,lemari
kebutuhan
arsip,lemari
obat,
telepon/intercom,
keperawatan,pengaturan
komputer,
jadwal,dokumentasi
emergency
sampai
troley
(defibrilator,alat
resusitasi,obat2
penyelamatan
hidup),tensimeter,
termometer
6.
R.
Ruang
untuk
Konsulta
konsultasi
si
spesialis
melakukan
oleh
dokter
penyakit
Sesuai
,stetoskop dll
Meja,kursi,sofa,
kebutuhan
telepon/intercom,A
dalam/
TK lainnya
7.
R.
Ruang
Reverse
tempat
meletakkan
1 mesin RO
Mesin
punya
lampu UV
Osmosis
dimensi
(RO) dan
1,5mx
sterilisasi
8.
RO
dan
0,6
UV
R,Tangki
Ruang
Air
Harian
tempat
meletakkan
Tergantung
Tangki
kapasitas
pompa
tangki air
air
dan
atau
mesin
R.Reuse
pembersih dialiser.
Ruang tempat pembersihan
Dialiser
dialiser
agar
Min 4-6 m2
dapat
dipergunakan kembali.
Reuse
dialiser
(pembersih
filter),alat
dekontaminasi
10.
Gudang
Sesuai
dialiser reuse
Lemari atau rak
11.
Ruang
Hemodialisa
Ruang tempat kepala ruang
kebutuhan
Sesuai
Kursi,meja
Kepala
kebutuhan
komputer,printer
Unit HD
melakukan
kegiatan
12.
13.
R.Utilitas
Kotor dan
kotoran
bekas
tempat
pasien
khususnya
cuci
berupa
Pantry
4-6 m2
pelayanan
Kloset
leher
angsa,keran
yang
air
bersih
cairan,Spoolhoek
(Zinc),keterangan:
80-100
Sebagai
tempat
menyiapkan
untuk
makanan
dan
cm
dari
Sesuai
permukaan lantai
Perlengkapan
kebutuhan
dapur,
kursi,
meja,Zinc
Toilet
Pria/wanita
Kloset,wastafel,
Petugas/
masing2,
bak air
pasien
luas 2-3m2
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
A. ALUR PELAYANAN
1.Pasien Baru
(a) Masuk dari IGD:
Pasien mendaftar di registrasi IGD untuk mendapatkan nomor
rekam medis,setelah diperiksa dan ditangani oleh dokter jaga IGD
serta
dikonsulkan
ke
internist
diputuskan
untuk
dilakukan
2. Pasien Lama
(a) Rutin:
Pasien menunjukkan KartuBerobat Pasien ke petugas registrasi
rawat Lantai 5,petugas menghubungi perawat HD dan
menginformasikan bahwa pasien bisa HD setelah diverifikasi oleh
petugas kasir lantai 5
.
(b) Masuk dari IGD:
Setelah mendaftar dan dikonsultasikan ke dr.spesialis penyakit dalam
Hemodialisa dan perlu rawat inap,petugas ruangan rawat inap yang
menghubungi petugas HD untuk melaporkan pasien rutin itu dirawat di
ruangan tersebut dan bila tidak sesuai jadwal maka akan dijadwalkan
ulang
Informed
consent
komunikasi
adalah
suatu
proses
yang
menunjukkan
bertemunya pikiran tentang apa yang akan dan apa yang tidak
akan dilakukan tehadap pasien. Definisi operasionalnya adalah
suatu
pernyataan
sepihak
dari
orang
yang
berhak(
yaitu
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Pengelolaan sistem Keselamatan Kerja di Unit Hemodialisa RSUD Pasar
Minggu mengacu pada buku Pedoman Umum Keselamatan Kerja, Kebakaran, dan
Kewaspadaan Bencana yang disusun oleh K3 (Keselamatan Kerja Karyawan)
RSUD Pasar Minggu sedangkan uraian hal dimaksud adalah sebagai berikut :
PEDOMAN PELAKSANAAN KESELAMATAN KERJA
Di dalam Pedoman Pelaksanaan Keselamatan Kerja ini dicakup pedoman
pelaksanaan tentang Keselamatan Kerja itu sendiri, Keselamatan Kerja dan
Keselamatan Rumah Sakit.
A. Keselamatan Kerja
terdiri dari faktor fisik, faktor kimia, faktor biologi, faktor psikologi dan faktor
ergonomik. Faktor-faktor lingkungan kerja yang nilainya melampaui Nilai Ambang
Batas (NAB), maka kemungkinan dapat mengakibatkan gangguan kenyamanan
kerja, gangguan kesehatan bahkan dapat mengakibatkan penyakit akibat kerja.
a. Faktor Fisik di lingkungan Rumah Sakit
Faktor-faktor fisik yang biasanya terjadi di lingkungan kerja rumah sakit adalah ;
1) Iklim kerja
Iklim Kerja, adalah keadaan lingkungan kerja yang merupakan perpaduan
antara parameter-parameter suhu udara, kelembaban udara, suhu radiasi,
kecepatan gerakan udara dan panas metabolisme sebagai hasil aktivitas dari
seseorang. Bila
(2)
(3)
Memperbesar E req dengan menaikan metabolisme melalui pemberian makanan tambahan dan dalam hal-hal tertentu meningkatkan
aktivitas
2) Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang dapat menimbulkan
bising mengganggu (annoyance noise), yaitu kebisingan yang tidak menghilangkan daya dengar, tetapi mengganggu konsentrasi/ketenangan. Biasanya
tingkat kebisingan rendah dan suaranya tidak keras. Sedangkan bising yang
menyebabkan kehilangan daya dengar, yaitu kebisingan yang menyebabkan
ketulian pada tingkat kebisingan yang tinggi. Nilai Ambang Batas Kebisingan
(NAB) telah diatur dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP51/MEN/1999 dan Keputusan Dirjen PPM & PLP No.HK.00.06.64.44.
Kebisingan dapat menyebabkan berbagai pengaruh terhadap tenaga kerja
seperti :
a)
Gangguan Fisiologis
b)
Gangguan Tidur
c)
Gangguan Komunikasi
d)
Gangguan Psikologis
e)
Gangguan Pendengaran
Mengurangi kebisingan pada sumbernya, misalnya memasang peredam pada tempat-tempat sumber bising
(2)
(3)
Fondasi mesin harus baik, dijaga agar baut dan sambungan tidak ada
yang goyang
(2)
Pemeriksaan berkala
5) Gelombang Radiasi
Radiasi dapat ditimbulkan oleh peralatan-peralatan dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat sekarang ini. Radiasi gelombang elektromagnetik terdiri
dari radiasi yang mengion dan radiasi yang tidak mengion, seperti gelom-banggelombang mikro, sinar laser, sinar tampak (termasuk sinar dari layar monitor),
sinar infra red, sinar ultra violet.
Nilai Ambang Batas (NAB) telah diatur menurut Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Nomor KEP-51/MEN/1999 tanggal 16 April 1999 dan . Pengaruh dari pada
radiasi adalah:
a) Menyebabkan kemandulan
b) Menyebabkan mutasi gen
c) Menyebabkan berbagai penyakit mata
d) Menyebabkan iritasi kulit
cukup
d) Menggunakan alat pelindung diri
1) Mengetahui Material Safety Data Sheets (MSDS) dari setiap material atau bahan.
2) Tempat penyimpanan bahan-bahan kimia harus dikelompokan dan disimpan
dengan baik. Ruang penyimpanan sebaiknya terbuat dari bahan tahan api,
mempunyai ventilasi yang cukup baik untuk mencegah terjadinya akumulasi gas-
gas yang berbahaya. Suhu ruang penyimpanan juga harus disesuaikan, setiap
kali harus diamati apakah kondisi ruang penyimpanan selalu bersih, tidak ada
bocoran atau tumpahan zat kimia.
3) Material Handling yang baik yaitu membawa atau memindahkan bahan kimia dari
suatu tempat ke tempat lain harus dilakukan dengan hati-hati, karena dapat
menimbulkan bahaya bila sampai terjatuh atau tumpah.
4) Ruang tempat kerja harus mempunyai sistem ventilasi yang cukup dimana aliran
udara masuk dan keluar cukup bersih. Penerangan dan suhu ruang kerja juga
harus diperhatikan.
5) Pemantauan secara berkala konsentrasi gas di ruangan yang dapat memapar
pekerja
6) Sebelum bekerja dengan bahan-bahan kimia, terlebih dahulu para pekerja harus
diberikan pelatihan yang memadai agar dapat bekerja sesuai dengan Standart
Operating Prosedur (SOP) yang berlaku.
7) Penggunaan alat pelindung diri
8) Pemeriksaan pra kerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus terhadap
pekerja
c. Faktor-faktor Biologis di lingkungan Rumah sakit
Dalam lingkungan rumah sakit terdapat berbagai macam penyakit yang di
sebabkan oleh agent biologi atau Mikro organisme.
Secara garis besar agent - agent biologi dapat digolongkan sebagai berikut :
1) Kelompok Bakteri , misalnya: Streptococcus, Salmonella, Staphylococcus
2) Kelompok Virus, misalnya: HIV, HBV
3) Kelompok Jamur, misalnya: Blastomycetes, Actinomycetes
4) Kelompok Parasit, misalnya: Ancylostoma, Ascaris
5) Kelompok Ricketsia dan Chlamydia, misalnya: LGV, Psittacosis
Cara penularan penyakit dari seseorang kepada orang lain dapat terjadi
dengan berbagai cara, misalnya:
1) Melalui saluran pernapasan
Hal-hal tersebut di atas sangat bermanfaat dalam mengatasi masalah ergonomi sesuai situasi yang ada di lingkungan kerja setempat.
sistem
pencahayaan
yang
memadai
untuk
pekerjaan
yang
selalu
jendela-jendela
dan
rawat
selalu
sumber-sumber
penerangan
penggunaaan
sistem
ventilasi
alami
untuk
meningkatkan
e. Fasilitas Umum
1) Sediakan dan lakukan perawatan yang baik, termasuk mengganti dan
mencuci berbagai fasilitas sanitasi yang ada, agar kerapian maupun
kebersihan dan kesehatan terjaga
2) Sediakan fasilitas air minum, ruang makan, dan ruang istirahat dengan
kondisi yang baik dan nyaman untuk para pengguna
3) Tingkatkan fasilitas kesejahteraan dan pelayanan, sejalan dengan usaha
peningkatan kinerja para pekerja
4) Sediakan tempat/ruangan khusus bagi para pekerja untuk mengadakan rapat,
pertemuan, dan program pelatihan
5) Beri tanda-tanda yang jelas pada ruang/area di mana di tempat tersebut
diharuskan menggunakan alat pelindung diri
6) Sediakan alat pelindung diri yang memadai dan mampu melindungi para
karyawan sesuai dengan peruntukannya
7) Jika bahaya di ruang kerja tidak dapat dihilangkan dengan cara lain, maka
gunakan dan pilih alat pelindung diri yang cocok dan mudah perawatannya
bagi pekerja yang menggunakannya
8) Pastikan bahwa pekerja yang perlu menggunakan alat pelindung diri secara
teratur, harus mengikuti petunjuk penggunaaan yang tepat, proses adaptasi
serta pelatihan pemakaian
9) Pastikan bahwa semua orang dapat menggunakan alat pelindung diri bila
diperlukan
10) Pastikan bahwa alat pelindung diri dapat diterima oleh semua pekerja
11) Sediakan bahan-bahan pembersih dan fasilitas perawatan alat pelindung diri,
serta lakukan program perawatan secara teratur
12) Sediakan tempat yang memadai untuk menyimpan alat-alat pelindung diri
13) Berikan tugas dan tanggung jawab kepada petugas untuk melaksanakan
perawatan dan kebersihan secara rutin
3. Keamanan Pasien
Untuk menjamin keamanan pasien selama menjalani pengobatan di Rumah
Sakit Umum Daerah Cengkareng, perlu dilengkapi dengan adanya perlengkapan
keamanan bagi pasien, antara lain:
a. Pegangan sepanjang tangga dan dinding
Perlunya pegangan sepanjang tangga dan dinding dimaksudkan agar pasien,
termasuk keluarga dan karyawan dapat berpegangan saat menaiki atau
menuruni tangga, dan bagi pasien yang dalam kondisi lemah, apabila tidak
menggunakan kursi roda, dapat berjalan dengan berpegangan pada dinding.
b. Toilet dilengkapi pegangan dan bel
Pegangan di toilet pasien untuk membantu pasien yang kondisinya lemah
agar tidak terjatuh saat berada dalam toilet. Bel di toiet ditujukan untuk
memudah-kan pasien meminta pertolongan apabila terjadi sesuatu hal yang
tidak diinginkan saat berada dalam toilet.
Sebagai usaha terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja, APD haruslah
enak dipakai, tidak mengganggu kerja dan memberikan perlindungan yang efektif
terhadap bahaya.
Kelemahan penggunaan APD
Kemampuan perlindungan yang tidak sempurna karena:
(1) Memakai APD yang tak tepat;
(2) Cara pemakaian APD yang salah;
(3) APD tidak memenuhi persyaratan yang diperlukan;
Sering APD tak dipakai karena tidak enak/kurang nyaman, karena itu adalah
penting dalam pemeliharaan dan kontrol terhadap APD, sehingga fungsi APD tetap
baik, misalnya ;
(1) APD yang sangat sensitif terhadap perubahan tertentu;
(2) APD yang mempunyai masa kerja tertentu seperti kanister, filter dan cartridge;
(3) APD dapat menularkan penyakit, bila digunakan bergantian;
c. Pencatatan dan Pelaporan Kecelakaan Kerja di lingkungan Rumah Sakit
Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit memuat komitmen
dan tekad dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja, dengan
kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan secara menyeluruh yang
bersifat umum dan operasional. Kebijakan tersebut dibuat, disosialisasikan kepada
semua pekerja agar prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja dilaksanakan
secara efektif dan menjadi bagian dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
Keterkaitan dalam upaya pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja rumah
sakit
selain
pengendalian
teknis
juga
perlu
memperhatikan
pengendalian
administratif, dimana salah satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah sistem
pencatatan dan pelaporan kecelakaan kerja, yaitu:Pencatatan peristiwa kecelakaan
kerja
Diklat, dll.
Penggolongan tersebut di atas bertujuan:
(1) Memudahkan bagi penghasil untuk pembuangan sampah (sesuai jenis warna
kantong)
(2) Mencegah terkontaminasinya limbah padat non medis dari limbah padat medis
(3) Memudahkan
pengelola
sampah
dalam
mengenali
sampah
didalamnya
tidak
bisa
digunakan
sangat
disarankan
karena
akan
4) Limbah citotoksik
Limbah citotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan
terapi citotoksik.
Untuk menghapus tumpahan yang tidak disengaja, perlu disediakan absorben
yang tepat. Bahan pembersih hendaknya selalu tersedia dalam ruang peracikan
terapi citotoksik, bahan yang cocok untuk itu, antara lain: sawdust, granula
absorpsi, atau pembersih lainnya.
Limbah golongan ini ditempatkan dalam kantong kuning dan pada proses akhir
dimusnahkan dengan incenerator.
Sedangkan limbah dengan kandungan obat citotoksik rendah, seperti ; tinja ,
urine dan muntahan, dapat dibuang secara aman ke dalam saluran air kotor.
Namun harus hati-hati dalam menangani limbah tersebut dan harus diencerkan dengan benar.
5) Limbah farmasi
Limbah farmasi berasal dari ;
a) Obat-obatan kadaluarsa
b) Obat-obatan yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi
atau kemasan yang terkontaminasi
c) Obat-obatan yang dikembalikan oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat
d) Obat-obatan yang tidak diperlukan oleh institusi yang bersangkutan
e) Limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan
Metode pembuangan tergantung pada komposisi kimia limbah. Namun, prinsip
prinsip berikut hendaknya dapat dijadikan pertimbangan.
d) Limbah farmasi hendaknya diwadahi dengan kontainer non reaktif
e) Bilamana memungkinkan, cairan yang tidak mudah terbakar (larutan antibiotik) hendaknya dierap dengan sawdust dikemas dengan kantong plastik
dan dibakar dengan incenerator
f) Bila
proses penguapan
dilakukan
untuk
membuang
limbah
farmasi
hendaknya dilakukan di tempat terbuka jauh dari api, motor elektrik, atau
intake conditioner. Proses penguapan dapat menimbulkan pencemaran udara
karena itu metode ini hendaknya hanya digunakan untuk limbah farmasi
dengan sifat racun rendah. Bahan ditempatkan dalam wadah non reaktif yang
mempunyai bidang permukaan luas.
g) Umumnya limbah farmasi harus dibuang melalui incenerator. Secara umum,
tidak disarankan untuk membuangnya ke dalam saluran air kotor.
6) Limbah bahan kimia
Limbah dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Pembuangan limbah kimia ke
dalam saluran air kotor dapat menimbulkan korosi atau berupa ledakan.
Reklamasi dan daur ulang bahan kimia berbahaya dan beracun (B3) dapat
diupayakan bila secar teknis dan ekonomis memungkinkan. Disarankan untuk
berkonsultasi dengan instansi berwenang untuk mendapat petunjuk lebih lanjut.
Mercuri banyak digunakan dalam penyerapan restorasi amalgam. Limbah
mercuri amalgam tidak boleh dibakar dengan incenerator karena akan
menghasilkan emisi yang beracun. Terlepas dari produksi limbah kimia, prosedur
pengamanan adalah yang terpenting (good housekeeping). Disarankan untuk
berkonsultasi dengan instansi berwenang untuk mendapat petunjuk lebih lanjut.
7) Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang
berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida. Limbah ini dapat berasal
dari antara lain; tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay & bac-teriologis
(baik cair, padat maupun gas).
Hal-hal yang harus dipenuhi secara umum dalam penanganan dan pembuangan
limbah golongan ini adalah personil harus sesedikit mungkin memperoleh
paparan radiasi. Kepala Pengamanan Radiasi harus bertanggung jawab untuk
penanganan yang aman, penyimpanan dan pembuangan limbah radioaktif.
Pejabat ini harus bertanggung jawab untuk semua urusan pengamanan radioaktif
dan mencari petunjuk, bila diperlukan unit yang menghasilkan limbah radioaktif
hendaknya menetapkan area khusus untuk penyimpanan limbah radioaktif , yang
yang dilaluinya, misalnya: Ir192, I131, Tc99, Sa153, sinar X, sinar alfa, sinar beta, sinar
gamma, dll
b. Mudah meledak
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat tanpa disertai pengimbangan kehilangan panas, sehingga kecepatan reaksi, peningkatan suhu dan
tekanan meningkat pesat dan dapat menimbulkan peledakan. Bahan mudah
meledak apabila terkena panas, gesekan atau bantingan dapat menimbulkan
ledakan.
c. Mudah menyala atau terbakar
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat disertai dengan pengimbangan
kehilangan
panas,
sehingga
tercapai
kecepatan
reaksi
yang
menimbulkan nyala. Bahan mudah menyala atau terbakar mempunyai titik nyala
(flash ponit) rendah (210C)
d. Oksidator
Bahan yang mempunyai sifat aktif mengoksidasikan sehingga terjadi reaksi
oksidasi, mengakibatkan reaksi eksothermis (keluar panas)
e. Racun
Bahan yang bersifat beracun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui
pernapasan kulit atau mulut.
f. Korosif
Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit, menyebabkan proses
pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi lebih besar dari
6,35 mm/tahun dengan temperatur uji 55 0C, mempunyai pH sama atau kurang
dari 2 (asam), dan sama atau lebih dari 12,5 (basa)
g. Karsinogenik
Sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel luar yang dapat merusak jaringan
tubuh.
h. Iritasi
Bahan yang dapat mengakibatkan peradangan pada kulit dan selaput lendir.
i. Teratogenik
Sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan embrio.
j. Mutagenik
Sifat bahan yang dapat mengakibatkan perubahan kromosom yang berarti dapat
merubah genetika.
k. Arus listrik
Faktor yang mendukung timbulnya situasi berbahaya/tingkat bahaya dipengaruhi
oleh:
a. Daya racun dinyatakan dengan satuan LD 50 atau LC50, dimana makin kecil nilai
LD50 atau LC50 B3 menunjukkan makin tinggi daya racunnya
b. Cara B3 masuk ke dalam tubuh yaitu melalui saluran pernapasan, saluran
pencernaan dan penyerapan melalui kulit. Diantaranya yang sangat berbahaya
adalah yang melalui saluran pernapasan karena tanpa disadari B3 akan masuk
ke dalam tubuh bersama udara yang dihirup yang diperkirakan sekitar 8,3 M 2
selama 8 jam kerja dan sulit dikeluarkan kembali dari dalam tubuh.
c. Konsentrasi dan lama paparan
d. Efek kombinasi bahan kimia, yaitu paparan bermacam-macam B3 dengan sifat
dan daya racun yang berbeda, menyulitkan tindakan-tindakan pertolongan atau
pengobatan
e. Kerentanan
calon
korban
paparan
B3,
karena
masing-masing
individu
MSDS,
pembuatan
prosedur
kerja,
pengaturan
tata
ruang,
5) Upayakan agar tenaga kerja tidak mengalami paparan yang terlalu lama
dengan mengurangi waktu kerja atau sistem shift kerja serta mengikuti
prosedur kerja yang aman.
6) Upayakan agar tenaga kerja memakai alat pelindung diri yang sesuai atau
tepat melalui pengujian, pelatihan dan pengawasan.
7) Upayakan agar penyimpanan bahan-bahan berbahaya sesuai prosedur dan
petunjuk teknis yang ada dan memberikan tanda-tanda peringatan yang
sesuai dan jelas.
8) Upayakan agar sistem izin kerja diterapkan dalam penanganan bahan-bahan
berbahaya
9) Tempat penyimpanan bahan-bahan berbahaya harus dalam keadaan aman,
bersih, dan terpelihara dengan baik
10)Upayakan agar limbah yang dihasilkan sekecil mungkin dengan cara
memelihara instalasi menggunakan teknologi yang tepat dan upaya
pemanfaatan kembali atau daur ulang.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan,
maka fungsi pelayanan kesehatan termasuk pelayanan dalam rumah sakit secara
bertahap perlu terus ditingkatkan agar menjadi efektif dan efisien serta memberi
kepuasan terhadap pasien, keluarga maupun masyarakat. Dengan latar belakang
diatas, maka program pengendalian / peningkatan mutu pelayanan merupakan
prioritas utama di semua rumah sakit.
Morning Report
Case Presentation
Rapat Bulanan
D.
BAB IX
PENUTUP
Buku Pedoman Pelayanan Unit Hemodialisa ini disusun dalam rangka
memberikan acuan bagi tenaga kesehatan yang bekerja di unit pelayanan
Hemodialisa RSUD Pasar Minggu agar dapat menyelenggarakan pelayanan
Hemodialisa yang bermutu, aman, efektif dan efisien dengan mengutamakan
keselamatan pasien. Apabila di kemudian hari diperlukan adanya perubahan,
maka Buku Pedoman Pelayanan Unit Hemodialisa ini akan disempurnakan.