LINGKUNGAN LAUT
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5
1.
2.
3.
4.
5.
6.
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR
Sebagai Negara Maritim Indonesia cukup terkenal dengan kekayaan lautnya, seperti
organismenya, terumbu karang yang sangat beragam sehingga mengundang perhatian para
ilmuan untuk melakukan research. Banyak cabang ilmu yang membahas tentang laut
misalnya kimia oceanografi dan kimia analisis lingkungan laut. Kimia analisis lingkungan
laut ini, merupakan aplikasi dari mata kuliah metode pemisahan dan pengukuran. Pada mata
kuliah metode pemisahan dan pengukuran membahas prinsip-prinsip dasar tentang analisis
tetapi, materi tersebut dipandang masih kurang. Oleh karena itu dikimia analisis lingkungan
laut ini yang akan dipelajari oleh mahasiswa adalah aplikasinya.
Kimia analisis lingkungan laut merupakan prinsip dasar dari berbagai metode baik
sederhana maupun spektroskopik dan elektrometrik, yang digunakan untuk menguji
parameter kualitas air, misalnya mengukur kadar oksigen terlarut dalam air laut. Makalah ini
dibuat khusus untuk membahas tentang dissolved oxygen (DO), biological oxygen demand
(BOD), dan chemical oxygen demand (COD).
Makalah ini dibuat tidak terlepas dari campur tangan berbagai pihak, oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
membantu sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya.
21 September 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB II
ISI
Gambar 1. Lokasi stasiun pengambilan sampel air dan Cruise Track di perairan
Karimunjawa; anak panah ! menunjukkan Cruise Track
Pada penelitian ini, sampel air untuk analisis oksigen terlarut diberikan
larutan MnCl2 dan NaOH-KI sebelum dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan
metode titrasi Winkler (Ulqodry, 2010).
Menurut Journal of Innovative Biology
Pengambilan sampel diambil dalam botol kaca yang bersih dari kedalaman 1
kaki di bawah permukaan sungai. Botol dibilas sebelumpengambilan sample dan
tertutup rapat setelah pengumpulan. Sampel air disimpan dalam kotak es untuk
menghambat kegiatan biokimia.
Sampel air diukur dengan metode Winkler. 1 ml MnSO4 dan KI ditambahkan
ke sampel air. Endapan yang terbentuk kemudian dilarutkan dengan menggunakan
H2SO4. Larutan dititrasi dengan Na2S2O3 menggunakan pati sebagai indikator
(Rani,2014).
Menurut Prosiding Seminar Nasional Limnologi V
Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2009 di lima muara sungai yang
bermuara di pantai timur Sumatera, survey lapangan ditentukan dengan metode
purposive sampling
Gambar 1. Peta lokasi pengambilan contoh di muara sungai pantai timur Sumatera tahun 2009
Karimunjawa,
sehingga
memerlukan
banyak
oksigen
untuk
oksigen ke udara. Secara umum tidak ada perbedaan nyata antara kandungan oksigen
terlarut di lapisan permukaan dengan dasar (Ulqodry dkk., 2010).
Meskipun tidak ada perbedaan nyata antara kandungan oksigen di permukaan
dengan dasar, tetapi distribusinya menunjukkan lapisan di dasar cenderung memiliki
kandungan oksigen yang lebih rendah dibandingkan dengan di permukaan. Hal ini
diduga karena lebih tingginya proses dekomposisi bahan organik di lapisan dasar
yang membutuhkan oksigen. Oksigen berfungsi sebagai senyawa pengoksidasi dalam
dekomposisi material organik (regenerasi) yang menghasilkan zat hara. Hal ini juga
menjadi dugaan rendahnya kandungan oksigen permukaan di stasiun-stasiun yang
berada dekat dengan daratan (stasiun 11 dan 12) (Ulqodry dkk., 2010).
Menurut Prosiding Seminar Nasional Limnologi V
Pada keenam sungai yang bermuara ke pantai timur Sumatera, diketahui
merupakan lokasi kegiatan perikanan. Oksigen terlarut merupakan bagian yang
diperlukan untuk proses metabolisme sehingga rantai makanan dapat berjalan dengan
baik. Kadar oksigen terlarut pada muara sungai tersebut diketahui masih cukup baik
untuk perikanan khususnya, kecuali pada Sungai Siak sudah cukup rendah, hal ini
menunjukkan tekanan lingkungan di Sungai Siak cukup memprihatinkan.
Konsentrasi oksigen yang sangat rendah di muara Sungai Siak khususnya pada
salinitas nol ini dipengaruhi oleh pH yang sangat rendah yaitu sebesar 4,78
(Kaban dkk., 2010).
Pada beberapa sungai, khususnya untuk Sungai Kampar dan Sungai Rokan
pengukuran oksigen tidak pada salinitas 0 %, hal ini disebabkan karena kondisi
lapangan tidak memungkinkan untuk melakukan pengambilan contoh. Pengaruh
massa air laut atau tekanan air laut cukup tinggi di muara Sungai Siak sehingga
perairan sungai ini hingga Desa Blading masih dipengaruhi oleh massa air laut. Dari
beberapa muara sungai yang diamati, yang memiliki salinitas terendah adalah muara
Sungai Musi yaitu sebesar 1,8 0/0. Sementara konsentrasi oksigen terlarut di Sungai
Musi masih dikategorikan baik, dengan konsentrasi masih relatif tinggi
(Kaban dkk., 2010).
Menurut Journal of Innovative Biology
Oksigen terlarut memainkan peran penting dalam mendukung kehidupan
air dan untuk mengevaluasi tingkat kesegaran sungai. Hal ini juga membantu dalam
menentukan kualitas dan polusi organik di sungai. Variasi DO yang ditemukan 3,94,4. Ditemukan pada kisaran batas yang diizinkan WHO yang membuatnya cocok
untuk minum. (Rani,2014).
2.2 Biological Oxygen Demand (BOD)/ Kebutuhan Oksigen Biologis
a. Pengertian Biological Oxygen Demand (BOD)/ Kebutuhan Oksigen
Biologis
Air adalah sumber daya yang paling penting bagi makhluk hidup karena tanpa
air tidak akan ada kegiatan maupun kehidupan. Air sangat penting untuk
pembangunan sosial ekonomi manusia. Ada banyak air di permukaan bumi. Namun
jumlahnya cukup terbatas dan sebagian besar dari air tersebut dalam keadaan
tercemar. Hanya 2,7% dari total air di dunia, atau sekitar 1,4 miliar km kubik yang
segar dan cocok untuk ekosistem perairan (Kumar dan Verma, 2015).
Air dikatakan tercemar apabila air tersebut tidak dapat digunakan sesuai
dengan peruntukannya. Polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat air akibat
terkontaminasi oleh material atau partikel, dan bukan dari proses pemurnian. Air
sungai dikatakan tercemar apabila badan air tersebut tidak sesuai lagi peruntukannya
dan tidak dapat lagi mendukung kehidupan biota yang ada di dalamnya (Riezka dkk.,
2014).
Sungai seringkali dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan akhir dari
limbah hasil kegiatan manusia, yang dapat menambah beban pencemaran. Masukan
bahan-bahan dari luar baik yang berguna bagi peningkatan kondisi perairan juga
memberi dampak pada penurunan kualitas perairan bila badan sungai dimasuki oleh
bahan-bahan tersebut dalam konsentrasi yang berlebih (Riezka, 2014).
Kebutuhan oksigen biologis (BOD) merupakan salah satu metode yang
diterapkan untuk mengukur konsumsi oksigen pada air berdasarkan pembusukan
bahan organik (berupa karbon BOD, atau CBOD) dan amonia nitrifikasi (BOD
nitrogen, atau NBOD) (Sullivan dkk., 2010).
b. Metodologi Penentuan BOD
Penentuan lokasi pengambilan sampel (data primer) dengan cara melakukan
observasi di sekitar aliran Sungai Klampisan yang bertujuan untuk mencari lokasi
sebagai obyek pengambilan sampel parameter kualitas air. Pengambilan sampel pada
Sungai Klampisan dilakukan pada tiga stasiun pengamatan. Stasiun pertama berada
pada bagian upper stream sungai yang alirannya terletak sebelum sumber pencemar
(kawasan industri). Stasiun kedua berada pada bagian mid stream sungai yang
alirannya terletak dekat dengan sumber pencemar. Stasiun ketiga berada pada bagian
lower stream sungai yang alirannya terletak setelah sumber tercemar. Pengambilan
air sampel dlakukan pada dua titik yang memiliki jarak yang sama pada lebar
penampang sungai di setiap stasiun dengan dua kali pengulangan. Hasil pemeriksaan
contoh gabungan tempat menunjukkan keadaan rata-rata dari suatu daerah atau
tempat pemeriksaan. Metode pengambilan contoh gabungan tempat ini umumnya
tidak dilakukan untuk pemeriksaan kualitas air danau atau waduk, sebab pada
umumnya kualitas air danau/waduk menunjukkan gejala yang berbeda kualitasnya
karena kedalaman atau lebarnya (Riezka dkk., 2014).
Pengambilan air sampel untuk parameter COD dan BOD menggunakan botol
DO yang dilakukan di bawah permukaan air. Pada saat pengambilan air sampel ini
harus dilakukan secara cermat agar tidak terdapat gelembung udara pada botol DO
tersebut, setelah itu dilakukan analisa sampel dengan metode titrasi. Selama proses
inkubasi pada penentuan BOD, sama sekali tidak ada pasokan oksigen, baik dari
proses difusi maupun dari fotosintesis (Riezka dkk., 2014).
c. Hasil dan Pembahasan
Lokasi penelitian terletak pada aliran Sungai Klampisan yang merupakan
wilayah Kampung Klampisan, Desa Purwoyoso, Kecamatan Ngaliyan yang terletak
di sebelah barat Kota Semarang.
yang memiliki perbedaan yang cukup jauh dibandingkan dengan nilai pada bulan
Januari yaitu sebesar 5,5 mg/l. Nilai rataan COD yang dihasilkan pada bulan Januari
selalu lebih tinggi dibandingkan nilai pada bulan Februari. Nilai COD tertinggi pada
bulan Januari ialah pada stasiun 1 sebesar 73,5 mg/l yang memiliki perbedaan yang
cukup jauh dibandingkan dengan nilai pada bulan Februari yaitu sebesar 32,49 mg/l.
Nilai COD paling rendah ialah pada stasiun 3 dimana pada bulan Januari sebesar 23
mg/l dan Februari sebesar 9,2 mg/l (Riezka dkk., 2014).
Hasil pengukuran kandungan Biochemichal Oxygen Demand (BOD) atau
kebutuhan oksigen biokimiawi di Sungai Klampisan pada setiap stasiunnya pada
bulan Januari dan Februari memiliki hasil diatas Baku Mutu Air (BMA) kelas II
berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun 2001 yaitu angka batas
maksimum disyaratkan 3 mg/l. Kisaran BOD pada bulan Januari ialah 3,7 6,87
mg/l sedangkan pada bulan Februari ialah 6,4 20,69 mg/l. Nilai kisaran BOD pada
bulan Januari lebih rendah dibandingkan pada bulan Februari. Hal ini dikarenakan
pada saat pengambilan sampel di bulan Februari pabrik di kawasan industri candi
tepatnya pabrik baja yang terdapat di dekat stasiun satu sedang beroperasi. Hal ini
pula yang menyebabkan kandungan BOD tertinggi terdapat pada stasiun satu.
Menurut paraahli, semakin besar nilai BOD menunjukkan bahwa derajat pengotoran
air limbah semakin besar. Nilai BOD menunjukan banyaknya pencemar organik yang
ada didalam perairan sungai (Riezka dkk., 2014).
2.3 Chemical Oxygen Demand (COD)/ Kebutuhan Oksigen Kimiawi
a. Pengertian Chemical Oxygen Demand (COD)/ Kebutuhan Oksigen
Kimiawi
Kebutuhan oksigen kimia (COD) atau kebutuhan oksigen kimiawi adalah
jumlah oksigen dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik yang terdapat dalam
Amonia yang sedang terbentuk bereaksi dengan oksigen kemudian membentuk nitrat
(nitrifikasi). Metode ini adalah metode yang sangat efektif karena dapat
Bahan:
Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalium dikromat, perak
nitrat, asam sulfat, merkuri sulfat, asam sulfat, ferroin indikator dan besi amonium
sulfat (FAS).
3. Prosedur Percobaan
Persiapan Larutan Standar kalium dikromat 0.00833M:
2.450g dari K2Cr2O7 ditimbang dan dikeringkan dalam oven selama dua jam
pada suhu 103C. Kemudian dipindahkan ke Labu ukur 1000ml yang
mengandung akuades. Akuades kemudian ditambahkan perlahan-lahan di sekitar
leher labu; sehingga memastikan semua reagen yang masih ada pada leher turun
ke bawah .Ini dilanjutkan sampai larutan mencapai tanda batas pada labu.
AgNO3-H2SO4
10
perak
nitrat
ditimbang
dan
dipindahkan
ke
500
ml
asam sulfat pekat dalam labu standar. Larutan dibiarkan semalam agar semuanya
perak nitrat larut.
Larutan Standar FAS0,05 M
19.60 g dari FeSO4(NH4)2SO4.6H2O ditimbang dalam gelas piala dan
ditambahkan 2.5 ml asam sulfat pekat. Kemudian didinginkan dan dimasukkan
ke labu ukur 1000 ml dan disuling ditambahkan setelahnya sampai tanda batas.
Larutan ini adalah larutan standar sekunder dan dengan demikian memerlukan
FAS menjadi merah titik akhir coklat. Prosedur diulang dua kali lebih banyak
untuk setiap sampel (Fajri dan Adnan, 2013).
Prosedur di atas dilakukan untuk sampel blanko dengan menambahkan semua reagen
untuk 50 ml akuades bukan sampel. Reaksi kalium dikromat dengan senyawa
organik:
Dimana:
B= volume FAS untuk sampel blanko (mL)
A= volume FAS untuk sampel air
M= Normalitas larutan FAS
serta
Kabupaten
Bengkalis.Perairan
Sungai
Siak
PenentuanLokasi Sampling
Penentuan lokasi lokasi pengambilan sampel dibagi menjadi empat stasiun
sebagai berikut (dari muara Sungai Siak ke arah hulu Sungai Siak) (Fajri dan Adnan,
2013):
a.
b.
c.
d.
II
III
IV
Belading
Teluk Masjid
Mempura
6,74
6,45
5,11
5,00
3,11
4,69
10,52
4,44
Sungai
Apit
pH
Oksigen
mg/l
Terlarut
CO2
COD
NO3
PO4
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
4,06
42,96
0,44
0,25
4,53
35,69
0,34
0,31
5,59
40,27
0,73
0,28
6,68
28,47
0,55
0,28
Nilai COD di perairan Muara Sungai Siak berkisar 28,47 42,96 mg/l. Boesc
et al. (dalam Rambe, 1999) menyatakan tinggi rendahnya nilai COD menunjukkan
wilayah tersebut banyak terdapat zat zat organik yang terdiri dari komponen
hidrokarbon ditambah sejumlah kecil oksigen, nitrogen, sulfur dan fosfor. Nilai COD
perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/l, sedangkan pada perairan
yang tercemar lebih dari 200 mg/l dan pada limbah industri dapat mencapai600.000
mg/l. Jika dibandingkan dengan Baku Mutu Kep. No. 51 Tahun 2004, nilai COD di
perairan Muara Sungai Siak tidak disyaratkan, namun dalam PP No.82 Tahun 2001
nilai COD tidak boleh lebih dari 50 mg/l. Hal ini mengidikasikan bahwa perairan
Muara Sungai Siak masih mampu mendukung kehidupan organisme perairan (Fajri
dan Adnan, 2013).
2. Modeling Parameters of Oxygen Demand in the Aquatic Environment of Lake
Chad for Depletion Estimation
Penelitian ini dilakukan di Kwatan Dawashebagian dari wilayah Danau Chad.
Umumnya, DanauChad diposisikan di perbatasan selatan Saharagurun, hamparan timur
Sahel, 12: 20-14: 20N, 13: 0015: 20E;dengan aktivitas pertambangandi perbatasan dan emas
pertambangan di daerah Tandjildan Mayo Kebi.
Sebuah ilustrasi komparatif BOD, COD dan TOC hasil disajikan pada
Gambar 2. Hal ini menunjukkan bahwa variasi konsentrasi BOD secara konsisten
lebih tinggi dari COD untuk periode yang diteliti. Rata-rata tahunan BOD dan COD
bervariasi
sekitar
32%
masing-masing
dan
secara
statistik
signifikan..
BOD tertinggi pada bulan Mei (4.40.09 mg / L) dan terendah pada bulan Juni
(3.50.4 mg / L), sedangkan COD adalah penginapan tertinggi Januari (4.10.01
mg / L) dan terendah pada bulan Desember (1.50.3 mg / L). Kedua BOD dan COD
menunjukkan transisi tajam yang luar biasa antara puncak dan nilai-nilaidasar di
bulan
berturut-turut.
Hasil TOC disajikan dalam persentase (%), pada sumbu sekunder Gambar 2,
menunjukkan multimonths nilai tinggi serta nilai-nilai yang rendah. TOC
dipertahankannilai-nilai
yang
tinggi
dari
Januari
sampai
Mei,
tetapi
tingkat puncak dipertahankan (2,3%) pada bulan Januari, April dan Mei tingkat TOC.
Terendah (1,1%) yang diamati pada bulan Oktober dan November. variabilitas
bulanan adalah sekitar 27%,dan signifikan.
Pedoman untuk COD adalah 200mg / L (WHO) dan TOC telah diatur di
2mg / L [4]. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa parameter ini berada dalam
pedoman.
Penyelidikan COD digunakan sebagai ukuran dari kedua agen organik dan
anorganik bersaing untuk DO di Danau Air. Agen ini rentan terhadap oksidasi oleh
oksidan kimia yang kuat, berbeda dengan oksidasi biologis dalam tes BOD. Nilai
yang lebih tinggi dari COD mengindikasikan pencemaran karena materi teroksidasi
organik, yang dalam penelitian sebelumnya sekitar wilayah Danau Chad mungkin
karena pembuangan air limbah domestik dari pemukiman terdekat, air permukaan
dan air tanah yang membawa bahan kimia langsung dari lapangan pertanian ke
Danau
kimia kualitas air dianalisis duri ng Kanwar mela 2013 mengungkapkan bahwa
karena kegiatan seperti dumping dan throwi ng sampah itu, sampah kota, mencuci
pakaian dll memburuk kualitas air. Meskipun jumlah terendah COD adalah di bawah
batas yang diperbolehkan seperti yang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar nilai-nilai yang diteliti dalam batas WHO untuk air minum dan,
karena itu, mungkin cocok untuk keperluan rumah tangga. Oleh karena itu ada
kebutuhan untuk benar mengelola limbah di kota dan mengontrol dan memantau
aktivitas manusia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) adalah oksigen terlarut yang digunakan
untuk mengukur kualitas kebersihan air. Semakin besar nilai kandungan DO
menunjukan bahwa kualitas air tersebut semakin bagus. Chemical Oxygen Demand
atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (MgO) yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi zat zat organis yang ada dalam satu liter air sampel. Sedangkan
Biochemical Oxygen Demand atau kebutuhan oksigen biologis adalah jumlah
oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme untuk mengoksidasi bahan-bahan
buangan dalam air.
Oksigen terlarut, kebutuhan oksigen kimiawi, dan kebuuhan oksigen biologis
dapat ditentukan melalui titrasi. Untuk penentuan oksigen terlarut dan kebutuhan
oksigen biologis menggunakan metode winkler, sedangkan untuk kebutuhan oksigen
kimiawi menguunakan titrasi dengan Ferro amonium sulfat.
DAFTAR PUSTAKA
Fajri, N.E., dan Adnan, K., 2013, Kualitas Muara Perairan Sungai Siak Ditinjau
dari sifat fisik kimia dan Makrozoobentos, Berkala Perikanan Tumbuk, Riau
Kaban, S., Prianto, E., dan Solekha, 2010, Telaah Salinitas dan Oksigen terlarut di
muara sungai Pantai Timur Sumatera, Prosiding Seminar Nasional Limnologi
V, Palembang
Kumar, A.D., dan Verma, R.K., 2015, Evaluation of some hydro-biological
parameters in river Asan in Murena district, Journal of Advanced Laboratory
Research in Biology, New Delhi
Rani, P., dan Tiwari, A., 2014, Studies in determination of some parameters of
Ganga river water, Kanwar Mela 2013, Haridwar, Journal Of Innovative
Biology, New Delhi
Riezka, D.A., Haeruddin, Suryanto, A., 2014, Kandungan Total Padatan
Tersuspensi, BOD, dan COD serta Indeks Pencemaran Sungai Klampisan di
Kawasan Industri Candi, Semarang, Diponegoro Journal Of Marquase,
Semarang
Sullivan, A.B., Snyder, D.M., Rounds, S.A., 2010, Controls on biochemical oxygen
demand in the upper Klamath River, Oregon, Chemical Geology, Oregon
Ulqodry, T.Z., Yulisman, Syahdan, M., dan Santoso, 2010, Karakterisitik dan
Sebaran Nitrat, Fosfat, dan Oksigen Terlarut di Perairan Karimunjawa Jawa
Tengah, Jurnal Penelitian Sains, Palembang