Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KIMIA ANALISIS

LINGKUNGAN LAUT

DISSOLVED OXYGEN (DO), BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND (BOD),


and CHEMYCAL OXYGEN DEMAND (COD)

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5

1.
2.
3.
4.
5.
6.

RAHMAYANTI (H311 12 278)


SITTI MASITA (H311 12 252)
GISELLA TAMARA (H311 12
SANTRI MARDIAH NINGSIH (H311 13 328)
ANDI EKA KARTIKA (H311 13 305)
PRAMUDIA RIDWAN (H311 12 280)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR

Sebagai Negara Maritim Indonesia cukup terkenal dengan kekayaan lautnya, seperti
organismenya, terumbu karang yang sangat beragam sehingga mengundang perhatian para
ilmuan untuk melakukan research. Banyak cabang ilmu yang membahas tentang laut
misalnya kimia oceanografi dan kimia analisis lingkungan laut. Kimia analisis lingkungan
laut ini, merupakan aplikasi dari mata kuliah metode pemisahan dan pengukuran. Pada mata
kuliah metode pemisahan dan pengukuran membahas prinsip-prinsip dasar tentang analisis
tetapi, materi tersebut dipandang masih kurang. Oleh karena itu dikimia analisis lingkungan
laut ini yang akan dipelajari oleh mahasiswa adalah aplikasinya.
Kimia analisis lingkungan laut merupakan prinsip dasar dari berbagai metode baik
sederhana maupun spektroskopik dan elektrometrik, yang digunakan untuk menguji
parameter kualitas air, misalnya mengukur kadar oksigen terlarut dalam air laut. Makalah ini
dibuat khusus untuk membahas tentang dissolved oxygen (DO), biological oxygen demand
(BOD), dan chemical oxygen demand (COD).
Makalah ini dibuat tidak terlepas dari campur tangan berbagai pihak, oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
membantu sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya.

21 September 2015

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pencemaran lingkungan berhubungan erat dengan limbah. Permasalahan


limbah timbul karena tidak seimbangnya produksi limbah dengan pengolahannya dan
semakin menurunnya daya dukung alam sebagai tempat pembuangan limbah.
Menurut penelitian yang dilakukan JICA (Japan International Cooperation Agency)
bekerjasama dengan Pemerintah Kota Surabaya tahun 1993 dan 2005, kegiatan yang
dilakukan rumah tangga (domestik) dan pasar menghasilkan limbah organik
sebanyak 79,19%. Sekitar 90% air limbah tersebut langsung dibuang ke badan air
(sungai) Pengaruh utama limbah organik yang masuk kedalam air adalah
menurunkan kandungan oksigen terlarut dan meningkatkan Biochemical Oxygen
Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), yang merupakan parameter
utama pencemaran air.
Air merupakan sumber daya alam yang mempunyai peranan penting bagi
kehidupan manusia, sehingga perlu dilindungi agar dapat tetap bermanfaat bagi
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Semakin meningkatnya jumlah
penduduk dengan segala aktifitasnya, maka keberadaan air dewasa ini sudah banyak
mengalami pencemaran, baik dari limbah rumah tangga maupun industri.
Berdasarkan uraian tersebut, sangatlah penting untuk mengetahui kadar
oksigen terlarut atau lebih dikenal dengan DO, BOD, dan COD melalui eksperimen
sebagai parameter untuk mengetahui tingkat pencemaran suatu perairan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan oksigen terlarut (DO), BOD, dan COD?
2. Bagaimana metode penentuan DO, BOD, dan COD?

BAB II
ISI

2.1 Dissolved Oxygen (DO) / Oksigen Terlarut


a. Pengertian Dissolved Oxygen (DO) / Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) adalah oksigen terlarut yang digunakan
untuk mengukur kualitas kebersihan air. Semakin besar nilai kandungan DO
menunjukan bahwa kualitas air tersebut semakin bagus (Prahutama, 2013).
Sumber oksigen dalam perairan dapat diperoleh dari hasil proses fotosintesis
fitoplankton atau tumbuhan hijau dan proses difusi dari udara, serta hasil proses
kimiawi dari reaksi-reaksi oksidasi. Keberadaan oksigen diperairan biasanya diukur
dalam jumlah oksigen terlarut (dissolved oxygen) yaitu jumlah miligram gas oksigen
yang terlarut dalam satu liter air. Pada ekosistem perairan, keberadaan oksigen sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain distribusi temperatur, keberadaan
produser autotrop yang mampu melakukan fotosintesis, serta proses difusi oksigen
dari udara. Di perairan umumnya oksigen memiliki distribusi yang tidak merata
secara vertikal. Distribusi ini berkaitan dengan kelarutan oksigen yang dipengaruhi
oleh temperatur perairan. Kelarutan oksigen bertambah seiring dengan penurunan
temperatur perairan, walaupun hubungan ini tidak selamanya berjalan secara linier
(Kaban dkk., 2010).
b. Metodologi Penentuan DO
Menurut Jurnal Penelitian Sains
Penelitian ini dilakukan di perairan Kepulauan Karimunjawa dengan
menggunakan Kapal Riset Baruna Jaya VIII, meliputi 13 stasiun pengamatan
(Gambar 1) pada bulan April 2009. Pengambilan sampel air dengan menggunakan
Rosette sampler yang dilengkapi dengan botol Niskin pada dua lapisan kedalaman
yaitu kedalaman 0 m (permukaan) dan dekat lapisan dasar.

Gambar 1. Lokasi stasiun pengambilan sampel air dan Cruise Track di perairan
Karimunjawa; anak panah ! menunjukkan Cruise Track
Pada penelitian ini, sampel air untuk analisis oksigen terlarut diberikan
larutan MnCl2 dan NaOH-KI sebelum dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan
metode titrasi Winkler (Ulqodry, 2010).
Menurut Journal of Innovative Biology
Pengambilan sampel diambil dalam botol kaca yang bersih dari kedalaman 1
kaki di bawah permukaan sungai. Botol dibilas sebelumpengambilan sample dan
tertutup rapat setelah pengumpulan. Sampel air disimpan dalam kotak es untuk
menghambat kegiatan biokimia.
Sampel air diukur dengan metode Winkler. 1 ml MnSO4 dan KI ditambahkan
ke sampel air. Endapan yang terbentuk kemudian dilarutkan dengan menggunakan
H2SO4. Larutan dititrasi dengan Na2S2O3 menggunakan pati sebagai indikator
(Rani,2014).
Menurut Prosiding Seminar Nasional Limnologi V
Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2009 di lima muara sungai yang
bermuara di pantai timur Sumatera, survey lapangan ditentukan dengan metode
purposive sampling

Gambar 1. Peta lokasi pengambilan contoh di muara sungai pantai timur Sumatera tahun 2009

Pengambilan contoh air digunakan menggunakan alat Kemmerer water


sampler pada kolom air 1 meter dari permukaan. Oksigen terlarut dianalisa secara insitu dengan meggunakan titrasi metode winkler.
Hasil dan Pembahasan
Menurut Jurnal Penelitian Sains
Kandungan oksigen terlarut di lapisan permukaan perairan Karimunjawa
berkisar antara 3,35 mg/l- 4,04 mg/l dengan rata-rata 3,70 mg/l, dan untuk lapisan
dasar berkisar antara 2,81 mg/l - 4,15 mg/l dengan rata-rata 3,57 mg/l. Secara umum
kandungan oksigen terlarut di Perairan karimunjawa relatif rendah bila dibandingkan
dengan kandungan oksigen terlarut yang umum dijumpai di perairan laut. Kandungan
oksigen di perairan laut umumnya berkisar antara 5,7- 8,5 mg/l. Rendahnya
kandungan oksigen ini diduga karena masuknya bahan-bahan organik yang masuk ke
perairan

Karimunjawa,

sehingga

memerlukan

banyak

oksigen

untuk

menguraikannya. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan berkurangnya oksigen


dalam air, antara lain: respirasi biota, dekomposisi bahan organik dan pelepasan

oksigen ke udara. Secara umum tidak ada perbedaan nyata antara kandungan oksigen
terlarut di lapisan permukaan dengan dasar (Ulqodry dkk., 2010).
Meskipun tidak ada perbedaan nyata antara kandungan oksigen di permukaan
dengan dasar, tetapi distribusinya menunjukkan lapisan di dasar cenderung memiliki
kandungan oksigen yang lebih rendah dibandingkan dengan di permukaan. Hal ini
diduga karena lebih tingginya proses dekomposisi bahan organik di lapisan dasar
yang membutuhkan oksigen. Oksigen berfungsi sebagai senyawa pengoksidasi dalam
dekomposisi material organik (regenerasi) yang menghasilkan zat hara. Hal ini juga
menjadi dugaan rendahnya kandungan oksigen permukaan di stasiun-stasiun yang
berada dekat dengan daratan (stasiun 11 dan 12) (Ulqodry dkk., 2010).
Menurut Prosiding Seminar Nasional Limnologi V
Pada keenam sungai yang bermuara ke pantai timur Sumatera, diketahui
merupakan lokasi kegiatan perikanan. Oksigen terlarut merupakan bagian yang
diperlukan untuk proses metabolisme sehingga rantai makanan dapat berjalan dengan
baik. Kadar oksigen terlarut pada muara sungai tersebut diketahui masih cukup baik
untuk perikanan khususnya, kecuali pada Sungai Siak sudah cukup rendah, hal ini
menunjukkan tekanan lingkungan di Sungai Siak cukup memprihatinkan.
Konsentrasi oksigen yang sangat rendah di muara Sungai Siak khususnya pada
salinitas nol ini dipengaruhi oleh pH yang sangat rendah yaitu sebesar 4,78
(Kaban dkk., 2010).
Pada beberapa sungai, khususnya untuk Sungai Kampar dan Sungai Rokan
pengukuran oksigen tidak pada salinitas 0 %, hal ini disebabkan karena kondisi
lapangan tidak memungkinkan untuk melakukan pengambilan contoh. Pengaruh
massa air laut atau tekanan air laut cukup tinggi di muara Sungai Siak sehingga

perairan sungai ini hingga Desa Blading masih dipengaruhi oleh massa air laut. Dari
beberapa muara sungai yang diamati, yang memiliki salinitas terendah adalah muara
Sungai Musi yaitu sebesar 1,8 0/0. Sementara konsentrasi oksigen terlarut di Sungai
Musi masih dikategorikan baik, dengan konsentrasi masih relatif tinggi
(Kaban dkk., 2010).
Menurut Journal of Innovative Biology
Oksigen terlarut memainkan peran penting dalam mendukung kehidupan
air dan untuk mengevaluasi tingkat kesegaran sungai. Hal ini juga membantu dalam
menentukan kualitas dan polusi organik di sungai. Variasi DO yang ditemukan 3,94,4. Ditemukan pada kisaran batas yang diizinkan WHO yang membuatnya cocok
untuk minum. (Rani,2014).
2.2 Biological Oxygen Demand (BOD)/ Kebutuhan Oksigen Biologis
a. Pengertian Biological Oxygen Demand (BOD)/ Kebutuhan Oksigen
Biologis
Air adalah sumber daya yang paling penting bagi makhluk hidup karena tanpa
air tidak akan ada kegiatan maupun kehidupan. Air sangat penting untuk
pembangunan sosial ekonomi manusia. Ada banyak air di permukaan bumi. Namun
jumlahnya cukup terbatas dan sebagian besar dari air tersebut dalam keadaan
tercemar. Hanya 2,7% dari total air di dunia, atau sekitar 1,4 miliar km kubik yang
segar dan cocok untuk ekosistem perairan (Kumar dan Verma, 2015).
Air dikatakan tercemar apabila air tersebut tidak dapat digunakan sesuai
dengan peruntukannya. Polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat air akibat
terkontaminasi oleh material atau partikel, dan bukan dari proses pemurnian. Air
sungai dikatakan tercemar apabila badan air tersebut tidak sesuai lagi peruntukannya

dan tidak dapat lagi mendukung kehidupan biota yang ada di dalamnya (Riezka dkk.,
2014).
Sungai seringkali dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan akhir dari
limbah hasil kegiatan manusia, yang dapat menambah beban pencemaran. Masukan
bahan-bahan dari luar baik yang berguna bagi peningkatan kondisi perairan juga
memberi dampak pada penurunan kualitas perairan bila badan sungai dimasuki oleh
bahan-bahan tersebut dalam konsentrasi yang berlebih (Riezka, 2014).
Kebutuhan oksigen biologis (BOD) merupakan salah satu metode yang
diterapkan untuk mengukur konsumsi oksigen pada air berdasarkan pembusukan
bahan organik (berupa karbon BOD, atau CBOD) dan amonia nitrifikasi (BOD
nitrogen, atau NBOD) (Sullivan dkk., 2010).
b. Metodologi Penentuan BOD
Penentuan lokasi pengambilan sampel (data primer) dengan cara melakukan
observasi di sekitar aliran Sungai Klampisan yang bertujuan untuk mencari lokasi
sebagai obyek pengambilan sampel parameter kualitas air. Pengambilan sampel pada
Sungai Klampisan dilakukan pada tiga stasiun pengamatan. Stasiun pertama berada
pada bagian upper stream sungai yang alirannya terletak sebelum sumber pencemar
(kawasan industri). Stasiun kedua berada pada bagian mid stream sungai yang
alirannya terletak dekat dengan sumber pencemar. Stasiun ketiga berada pada bagian
lower stream sungai yang alirannya terletak setelah sumber tercemar. Pengambilan
air sampel dlakukan pada dua titik yang memiliki jarak yang sama pada lebar
penampang sungai di setiap stasiun dengan dua kali pengulangan. Hasil pemeriksaan
contoh gabungan tempat menunjukkan keadaan rata-rata dari suatu daerah atau
tempat pemeriksaan. Metode pengambilan contoh gabungan tempat ini umumnya

tidak dilakukan untuk pemeriksaan kualitas air danau atau waduk, sebab pada
umumnya kualitas air danau/waduk menunjukkan gejala yang berbeda kualitasnya
karena kedalaman atau lebarnya (Riezka dkk., 2014).
Pengambilan air sampel untuk parameter COD dan BOD menggunakan botol
DO yang dilakukan di bawah permukaan air. Pada saat pengambilan air sampel ini
harus dilakukan secara cermat agar tidak terdapat gelembung udara pada botol DO
tersebut, setelah itu dilakukan analisa sampel dengan metode titrasi. Selama proses
inkubasi pada penentuan BOD, sama sekali tidak ada pasokan oksigen, baik dari
proses difusi maupun dari fotosintesis (Riezka dkk., 2014).
c. Hasil dan Pembahasan
Lokasi penelitian terletak pada aliran Sungai Klampisan yang merupakan
wilayah Kampung Klampisan, Desa Purwoyoso, Kecamatan Ngaliyan yang terletak
di sebelah barat Kota Semarang.

Gambar 2. Histogram Kandungan BOD


Berdasarkan gambar, dapat dilihat bahwa nilai rataan BOD yang dihasilkan
pada bulan Februari cenderung lebih tinggi dibandingkan nilai pada bulan Januarii.
Nilai BOD tertinggi pada bulan Februari ialah pada stasiun 1 sebesar 20,69 mg/l

yang memiliki perbedaan yang cukup jauh dibandingkan dengan nilai pada bulan
Januari yaitu sebesar 5,5 mg/l. Nilai rataan COD yang dihasilkan pada bulan Januari
selalu lebih tinggi dibandingkan nilai pada bulan Februari. Nilai COD tertinggi pada
bulan Januari ialah pada stasiun 1 sebesar 73,5 mg/l yang memiliki perbedaan yang
cukup jauh dibandingkan dengan nilai pada bulan Februari yaitu sebesar 32,49 mg/l.
Nilai COD paling rendah ialah pada stasiun 3 dimana pada bulan Januari sebesar 23
mg/l dan Februari sebesar 9,2 mg/l (Riezka dkk., 2014).
Hasil pengukuran kandungan Biochemichal Oxygen Demand (BOD) atau
kebutuhan oksigen biokimiawi di Sungai Klampisan pada setiap stasiunnya pada
bulan Januari dan Februari memiliki hasil diatas Baku Mutu Air (BMA) kelas II
berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun 2001 yaitu angka batas
maksimum disyaratkan 3 mg/l. Kisaran BOD pada bulan Januari ialah 3,7 6,87
mg/l sedangkan pada bulan Februari ialah 6,4 20,69 mg/l. Nilai kisaran BOD pada
bulan Januari lebih rendah dibandingkan pada bulan Februari. Hal ini dikarenakan
pada saat pengambilan sampel di bulan Februari pabrik di kawasan industri candi
tepatnya pabrik baja yang terdapat di dekat stasiun satu sedang beroperasi. Hal ini
pula yang menyebabkan kandungan BOD tertinggi terdapat pada stasiun satu.
Menurut paraahli, semakin besar nilai BOD menunjukkan bahwa derajat pengotoran
air limbah semakin besar. Nilai BOD menunjukan banyaknya pencemar organik yang
ada didalam perairan sungai (Riezka dkk., 2014).
2.3 Chemical Oxygen Demand (COD)/ Kebutuhan Oksigen Kimiawi
a. Pengertian Chemical Oxygen Demand (COD)/ Kebutuhan Oksigen
Kimiawi
Kebutuhan oksigen kimia (COD) atau kebutuhan oksigen kimiawi adalah
jumlah oksigen dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik yang terdapat dalam

air. Parameter ini merupakan parameter penting dalam menentukan tingkat


pencemaran organik dalam air dan dalam mengevaluasi efisiensi proses pengolahan
limbah (Besagas dan Rosario, 2010).
Selama beberapa tahun, agen pengoksidasi yang digunakan yaitu kalium
permanganat (KMnO4) untuk mengukur kebutuhan oksigen kimia. Efektivitas kalium
permanganat dalam mengoksidasi senyawa organik bervariasi dan dalam banyak
kasus Biochemical Oxygen Demand (BOD) sering jauh lebih besar dari hasil dari
pengukuran COD. Ini menunjukkan bahwa kalium permanganat tidak dapat secara
efektif mengoksidasi semua bahan-bahan organik. Sejak saat itu, agen pengoksidasi
lainnya seperti ceric sulfat, kalium iodat dan kalium dikromat telah digunakan untuk
menentukan COD dan ini kalium dikromat (K2Cr2O7) telah ditemukan untuk menjadi
yang paling efektif. Harganya relatif murah, mudah untuk dimurnikan dan mampu
mengoksidasi hampir semua senyawa organik (Muhammad dan Ahmad, 2013).
b. Metodologi penentuan COD
Prinsip dengan penggunaan K2Cr2O7
1.
Dasar untuk penentuan COD yaitu hampir semua senyawa organik dapat
sepenuhnya teroksidasi menjadi karbon dioksida dengan zat pengoksidasi kuat dalam
suasana asam. Jumlah dikromat yang dikonsumsi sebanding dengan oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik. Jumlah suatu oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa organik untuk karbon dioksida, amonia dan
air yaitu:

Amonia yang sedang terbentuk bereaksi dengan oksigen kemudian membentuk nitrat
(nitrifikasi). Metode ini adalah metode yang sangat efektif karena dapat

mengoksidasi senyawa organik antara 95-100% dengan pengecualian piridin dan


beberapa senyawa organik volatil lainnya (Muhammad dan Ahmad, 2013).
2. Alat dan Bahan
Alat:
Alat yang digunakan tiga labu Erlenmeyer 500 ml, buret, corong, spatula, tiga
pengukuran silinder 100 ml, tiga gelas piala 250 ml dan 1 set refluks, 300 ml termos
bulat bawah, pendingin refluks, hot plate, dan statif.

Bahan:

Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalium dikromat, perak
nitrat, asam sulfat, merkuri sulfat, asam sulfat, ferroin indikator dan besi amonium
sulfat (FAS).
3. Prosedur Percobaan
Persiapan Larutan Standar kalium dikromat 0.00833M:
2.450g dari K2Cr2O7 ditimbang dan dikeringkan dalam oven selama dua jam
pada suhu 103C. Kemudian dipindahkan ke Labu ukur 1000ml yang
mengandung akuades. Akuades kemudian ditambahkan perlahan-lahan di sekitar
leher labu; sehingga memastikan semua reagen yang masih ada pada leher turun

ke bawah .Ini dilanjutkan sampai larutan mencapai tanda batas pada labu.
AgNO3-H2SO4
10

perak

nitrat

ditimbang

dan

dipindahkan

ke

500

ml

asam sulfat pekat dalam labu standar. Larutan dibiarkan semalam agar semuanya
perak nitrat larut.
Larutan Standar FAS0,05 M
19.60 g dari FeSO4(NH4)2SO4.6H2O ditimbang dalam gelas piala dan
ditambahkan 2.5 ml asam sulfat pekat. Kemudian didinginkan dan dimasukkan
ke labu ukur 1000 ml dan disuling ditambahkan setelahnya sampai tanda batas.

Larutan ini adalah larutan standar sekunder dan dengan demikian memerlukan

standarisasi setiap kali akan digunakan.


Pengumpulan Sampel
Sampel dikumpulkan ke dalam botol sampel bersih 120 ml. Sebelum digunakan
ada baiknya botol dibilas dengan sampel, sebelum mengisi sampel sepenuhnya
ke dalam botol. Setelah botol benar-benar penuh dengan sampel itu kemudian
ditutup sebelum dibawa keluar. Hal ini untuk memastikan bahwa tidak ada udara

yang terperangkap dalam sampel.


Standarisasi Ferrous Ammonium Sulfat
10 ml larutan K2Cr2O7 standar diukur dan kemudian dipindahkan sepenuhnya ke
labu Erlenmeyer 500 ml. Larutan ini diencerkan sampai 95 ml dengan akuades
diikuti dengan penambahan 30 ml terkonsentrasi asam sulfat. Campuran
dibiarkan dingin. Setelah itu didinginkan dan ditambahkan 3 tetes indikator
ferroin. Larutan tersebut menjadi biru hijau dan dititrasi terhadap larutan FAS
hingga menunjukkan titik akhir berupa warna coklat kemerahan. Adapun
persamaan reaksi adalah sebagai berikut:

Penentuan kebutuhan oksigen kimia


1 g HgSO4 ditimbang dan dituangkan ke dalam labu refluks. Kemudian
ditambahkan 50 ml sampel air, 5 mg asam sulfamat, 80 ml larutan AgNO3H2SO4 dan ditambahkan 10 ml larutan K2Cr2O70.00833ML. Labu dikocok dan
dipasang ke kondensor refluks. Campuran dididihkan selama 15 menit. Setelah
itu, campuran diangkat dan dituangkan ke dalam labu Erlenmeyer 500 ml dan
labu refluks dibilas dengan 50 ml akuades melalui kondensor. Kemudian
dibiarkan dingin pada suhu kamar. Setelah itu didinginkan, tambahkan 3 tetes
indikator ferroin dan larutan akan berubah biru-hijau. Saat itu dititrasi dengan

FAS menjadi merah titik akhir coklat. Prosedur diulang dua kali lebih banyak
untuk setiap sampel (Fajri dan Adnan, 2013).
Prosedur di atas dilakukan untuk sampel blanko dengan menambahkan semua reagen
untuk 50 ml akuades bukan sampel. Reaksi kalium dikromat dengan senyawa
organik:

COD dapat ditentukan dengan:

Dimana:
B= volume FAS untuk sampel blanko (mL)
A= volume FAS untuk sampel air
M= Normalitas larutan FAS

c. Hasil dan Pembahasan


1. Kualitas Perairan Muara Sungai SiakDitinjau dari Sifat Fisik-Kimia
dan Makrozoobentos
Sungai Siak merupakan salah satu sungai terpanjang di Propinsi Riau yang
memiliki potensisumberdaya perairan cukup besar, terletak pada 100 0 28BT 1020
12BT dan 00 20 LU 1013 LU.Beberapa Kabupaten/Kota dilewatioleh sungai ini
yaitu diantaranyaKabupaten Rokan Hulu, KabupatenKampar, Kota Pekanbaru,
KabupatenSiak

serta

Kabupaten

Bengkalis.Perairan

Sungai

Siak

dimanfaatkansebagai jalur transportasi lintaskabupaten, lintas negara, sumber

airminum, sumber air bagi kawasanindustri, serta tempat pembuanganlimbah


masyarakat yang berada dipinggir sungai, termasuk dari kotaPekanbaru. Hal ini tentu
saja dapatmenimbulkan dampak terhadap lingkungan perairan terutama kondisi fisika
kimia serta akumulasi biota (Fajri dan Adnan, 2013).

PenentuanLokasi Sampling
Penentuan lokasi lokasi pengambilan sampel dibagi menjadi empat stasiun

sebagai berikut (dari muara Sungai Siak ke arah hulu Sungai Siak) (Fajri dan Adnan,
2013):
a.
b.
c.
d.

Stasiun1 :Desa Sungai Apit Kabupaten Bengkalis


Stasiun2 :Desa Belading Kabupaten Siak
Stasiun3 :Desa Teluk Mesjid Kabupaten Siak
Stasiun4 :Desa Sungai Mempura Kabupaten Siak

Gambar 3. Lokasi dan stasiun penelitian


Stasiun dan Lokasi
Satuan
Parameter

II

III

IV

Belading

Teluk Masjid

Mempura

6,74

6,45

5,11

5,00

3,11

4,69

10,52

4,44

Sungai
Apit

pH
Oksigen

mg/l

Terlarut
CO2
COD
NO3
PO4

mg/l
mg/l
mg/l
mg/l

4,06
42,96
0,44
0,25

4,53
35,69
0,34
0,31

5,59
40,27
0,73
0,28

6,68
28,47
0,55
0,28

Nilai COD di perairan Muara Sungai Siak berkisar 28,47 42,96 mg/l. Boesc
et al. (dalam Rambe, 1999) menyatakan tinggi rendahnya nilai COD menunjukkan
wilayah tersebut banyak terdapat zat zat organik yang terdiri dari komponen
hidrokarbon ditambah sejumlah kecil oksigen, nitrogen, sulfur dan fosfor. Nilai COD
perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/l, sedangkan pada perairan
yang tercemar lebih dari 200 mg/l dan pada limbah industri dapat mencapai600.000
mg/l. Jika dibandingkan dengan Baku Mutu Kep. No. 51 Tahun 2004, nilai COD di
perairan Muara Sungai Siak tidak disyaratkan, namun dalam PP No.82 Tahun 2001
nilai COD tidak boleh lebih dari 50 mg/l. Hal ini mengidikasikan bahwa perairan
Muara Sungai Siak masih mampu mendukung kehidupan organisme perairan (Fajri
dan Adnan, 2013).
2. Modeling Parameters of Oxygen Demand in the Aquatic Environment of Lake
Chad for Depletion Estimation
Penelitian ini dilakukan di Kwatan Dawashebagian dari wilayah Danau Chad.
Umumnya, DanauChad diposisikan di perbatasan selatan Saharagurun, hamparan timur
Sahel, 12: 20-14: 20N, 13: 0015: 20E;dengan aktivitas pertambangandi perbatasan dan emas
pertambangan di daerah Tandjildan Mayo Kebi.

Sebuah ilustrasi komparatif BOD, COD dan TOC hasil disajikan pada
Gambar 2. Hal ini menunjukkan bahwa variasi konsentrasi BOD secara konsisten
lebih tinggi dari COD untuk periode yang diteliti. Rata-rata tahunan BOD dan COD
bervariasi

sekitar

32%

masing-masing

dan

secara

statistik

signifikan..

BOD tertinggi pada bulan Mei (4.40.09 mg / L) dan terendah pada bulan Juni
(3.50.4 mg / L), sedangkan COD adalah penginapan tertinggi Januari (4.10.01
mg / L) dan terendah pada bulan Desember (1.50.3 mg / L). Kedua BOD dan COD
menunjukkan transisi tajam yang luar biasa antara puncak dan nilai-nilaidasar di
bulan

berturut-turut.

Hasil TOC disajikan dalam persentase (%), pada sumbu sekunder Gambar 2,
menunjukkan multimonths nilai tinggi serta nilai-nilai yang rendah. TOC
dipertahankannilai-nilai

yang

tinggi

dari

Januari

sampai

Mei,

tetapi

tingkat puncak dipertahankan (2,3%) pada bulan Januari, April dan Mei tingkat TOC.
Terendah (1,1%) yang diamati pada bulan Oktober dan November. variabilitas
bulanan adalah sekitar 27%,dan signifikan.

Pedoman untuk COD adalah 200mg / L (WHO) dan TOC telah diatur di
2mg / L [4]. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa parameter ini berada dalam
pedoman.
Penyelidikan COD digunakan sebagai ukuran dari kedua agen organik dan
anorganik bersaing untuk DO di Danau Air. Agen ini rentan terhadap oksidasi oleh
oksidan kimia yang kuat, berbeda dengan oksidasi biologis dalam tes BOD. Nilai
yang lebih tinggi dari COD mengindikasikan pencemaran karena materi teroksidasi
organik, yang dalam penelitian sebelumnya sekitar wilayah Danau Chad mungkin
karena pembuangan air limbah domestik dari pemukiman terdekat, air permukaan
dan air tanah yang membawa bahan kimia langsung dari lapangan pertanian ke
Danau

3. Studies in determination of some parameters of Ganga river


water,Kanwar Mela 2013, Haridwar.
Di India, air sungai Gangga di Haridwar adalah garis kehidupan orang. Air suci
Gangga digunakan untuk keperluan rumah tangga dan pertanian (Trivedi et al. 2009).
Peningkatan aktivitas antropogenik (Praveen et al. 2012) dan deforestasi skala besar
dan lebih merumput di daerah aliran sungai DAS menyebabkan kontaminasi sungai
dan mempengaruhi flora dan fauna (Joshi et al. 2009). Ini adalah fakta bahwa
kualitas air yang baik menghasilkan manusia sehat dari satu dengan kualitas air yang
buruk.

Oksigen terlarut memainkan peran penting dalam mendukung kehidupan


air dan untuk mengevaluasi tingkat kesegaran sungai. Itujuga membantu dalam
menentukan kualitas dan polusi organik di sungai (Wetzel dan Likens, 2006). DO
konten bervariasi 3,9-4,4. Ditemukan di kisaran batas yang diizinkan WHO yang
membuatnya cocok untuk minum. Nilai COD yang ditemukan 3,2-14,1 yang tidak
ditemukan di kisaran WHO batas yang diperbolehkan. Kenaikan suhu di air sungai
bisa berkorelasi dengan peningkatan kadar karbon dioksida (talling, 1957). Klorida
adalah salah satu indeks polusi air dari limbah dan saluran air. Klorida sungai
bervariasi 18,5-20,85 yang juga tidak ditemukan di kisaran WHO batas yang
diizinkan dan penyebab utama pencemaran air akibat limbah kontaminasi (Kleain,
1957). Jumlah kekerasan adalah parameter kualitas air yang digunakan untuk
menggambarkan efek dari mineral terlarut sebagian besar Ca dan Mg dan kehadiran
bikarbonat, sulfat, klorida dan nitrat kalsium dan magnesium. Hal ini menentukan
kelarutan air untuk keperluan rumah tangga, industri dan minum. Nilai dalam air
sungai adalah 16,2-41,3, ditemukan dalam membatasi WHO. Karakteristik Physio-

kimia kualitas air dianalisis duri ng Kanwar mela 2013 mengungkapkan bahwa
karena kegiatan seperti dumping dan throwi ng sampah itu, sampah kota, mencuci
pakaian dll memburuk kualitas air. Meskipun jumlah terendah COD adalah di bawah
batas yang diperbolehkan seperti yang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar nilai-nilai yang diteliti dalam batas WHO untuk air minum dan,
karena itu, mungkin cocok untuk keperluan rumah tangga. Oleh karena itu ada
kebutuhan untuk benar mengelola limbah di kota dan mengontrol dan memantau
aktivitas manusia.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) adalah oksigen terlarut yang digunakan
untuk mengukur kualitas kebersihan air. Semakin besar nilai kandungan DO
menunjukan bahwa kualitas air tersebut semakin bagus. Chemical Oxygen Demand

atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (MgO) yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi zat zat organis yang ada dalam satu liter air sampel. Sedangkan
Biochemical Oxygen Demand atau kebutuhan oksigen biologis adalah jumlah
oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme untuk mengoksidasi bahan-bahan
buangan dalam air.
Oksigen terlarut, kebutuhan oksigen kimiawi, dan kebuuhan oksigen biologis
dapat ditentukan melalui titrasi. Untuk penentuan oksigen terlarut dan kebutuhan
oksigen biologis menggunakan metode winkler, sedangkan untuk kebutuhan oksigen
kimiawi menguunakan titrasi dengan Ferro amonium sulfat.

DAFTAR PUSTAKA
Fajri, N.E., dan Adnan, K., 2013, Kualitas Muara Perairan Sungai Siak Ditinjau
dari sifat fisik kimia dan Makrozoobentos, Berkala Perikanan Tumbuk, Riau
Kaban, S., Prianto, E., dan Solekha, 2010, Telaah Salinitas dan Oksigen terlarut di
muara sungai Pantai Timur Sumatera, Prosiding Seminar Nasional Limnologi
V, Palembang
Kumar, A.D., dan Verma, R.K., 2015, Evaluation of some hydro-biological
parameters in river Asan in Murena district, Journal of Advanced Laboratory
Research in Biology, New Delhi

Rani, P., dan Tiwari, A., 2014, Studies in determination of some parameters of
Ganga river water, Kanwar Mela 2013, Haridwar, Journal Of Innovative
Biology, New Delhi
Riezka, D.A., Haeruddin, Suryanto, A., 2014, Kandungan Total Padatan
Tersuspensi, BOD, dan COD serta Indeks Pencemaran Sungai Klampisan di
Kawasan Industri Candi, Semarang, Diponegoro Journal Of Marquase,
Semarang
Sullivan, A.B., Snyder, D.M., Rounds, S.A., 2010, Controls on biochemical oxygen
demand in the upper Klamath River, Oregon, Chemical Geology, Oregon
Ulqodry, T.Z., Yulisman, Syahdan, M., dan Santoso, 2010, Karakterisitik dan
Sebaran Nitrat, Fosfat, dan Oksigen Terlarut di Perairan Karimunjawa Jawa
Tengah, Jurnal Penelitian Sains, Palembang

Anda mungkin juga menyukai