Anda di halaman 1dari 17

SYARAT-SYARAT TEKNIS

Pasal 1
URAIAN UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Rencana Kerja
a) Sebelum memulai dengan pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus menyusun
Rencana Kerja secara terperinci termasuk jadwal pelaksanaan (time schedulle) dan
diajukan kepada Pemberi Tugas/Direksi pekerjaan selambat-lambatnya satu minggu
setelah penunjukan pemenang untuk disetujui.
b) Setelah disetujui jadwal pekerjaan (time schedulle) tersebut harus dicetak dan
cetakkannya diserahkan kepada Pemberi Tugas / Direksi pekerjaan, sedangkan
cetakan lainnya harus selalu terpampang / ditempelkan ditempat pekerjaan (barak
kerja/gudang) dan juga pada lampiran dokumen kontrak. Pemborong harus
melaksanakan pekerjaan, mendatangkan alat-alat dan bahan bangunan, tenaga kerja,
peralatan dan sebagainya yang pada umumnya langsung/tidak langsung termasuk
dalam usaha penyelesaian dengan baik dan menyerahkan pekerjaan dlam keadaan
sempurna / lengkap. Juga dimaksudkan disini adalah semua pekerjaan, selanjutnya
harus sesuai dengan petunjuk-petunjuk serta dalam pengawasan Direksi.
c) Rencana Kerja ini akan dipakai oleh Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas sebagai
dasar untuk menentukan segala sesuatu yang berhubungan dengan kemajuan,
kelambatan dan perpanjangan pekerjaan yang dilaksanakan oleh pemborong.
2. Pelaksanaan dan Gambar Pelaksanaan
a) Pemborong diwajibkan meneliti semua gambar dan RKS sebelum pekerjaan
dilaksanakan.
b) Apabila ada persyaratan yang tidak lazim dilaksanakan atau bila dilaksanakan akan
menimbulkan bahaya, maka pemborong diwajibkan untuk mengadakan perubahan
seperlunya dengan terlebih dahulu memberitahukan secara tertulis kepada Pemberi
Tugas / Direksi / Pengawas Pekerjaan.
c) Apabila ada perbedaan antara Bestek (RKS) dengan gambar, maka pemborong
diwajibkan menyampaikan kepada Direksi pekerjaan / Pengawas pekerjaan untuk
diadakan perbaikan.
d) Pemborong diwajibkan menangani semua keperluan yang dibutuhkan untuk menuju
penyelesaian pekerjaan secara cepat, baik dan lengkap sesuai dengan gambar dan
RKS.
e) Pihak pemborong dianggap telah mempertimbangkan semua resiko yang mungkin
terjadi akibat letak daerah proyek dan memperhitungkan harga satuan yang termuat
dalam surat penawar, termasuk kehilangan dan kerusakan bahan dan alat.
f) Kepada Pemborong akan diserahkan tanah bangunan/lapangan pekerjaan dalam
keadaan sebagaimana pada waktu diadakan peninjauan lapangan, dan segala sesuatu
yang berada ditanah bangunan selama penyelesaian pekerjaan menjadi tanggung
jawab pemborong.
g) Pemoborong harus menjaga ketertiban selama pekerjaan dilaksanakan, sedemikian
rupa sehingga lingkungan sekitarnya menjadi tertib.
h) Pekerjaan harus diserahkan dengan lengkap, selesai dengan baik dan sempurna pada
Pemberi Tugas / Direksi pekerjaan termasuk perbaikan-perbaikan yang timbul sebagai

akibat pelaksanaan termasuk pembersihan lapangan pekerjaan dari sisa bahan


bangunan.
3. Ketentuan-ketentuan lainnya
Selain Rencana kerja dan Syarat-syarat ini, ketentuan-ketentuan lain yang mengikat
didalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
a) Gambar
Gambar-gambar yang dilampirkan pada rencana Kerja dan Syarat-syarat.
Gambar detail berikut penjelasan.
b) Petunjuk-petunjuk
Petunjuk ataupun keterangan yang diberikan dalam rapat penjelasan
(Aanwijzing), yang tercantum dalam Berita Acara Rapat Penjelasan.
Pasal 2
PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Barak kerja / Gudang bahan
a. Pemborong harus membuat barak kerja / gudang bahan.
b. Barak kerja harus disediakan kotak PPPK lengkap terisi obat-obatan menurut
kebutuhan.
c. Pembuatan gudang bahan harus sedemikian baiknya, sehingga bahan-bahan yang
disimpan dan akan digunakan tidak rusak karena hujan, panas dan lain-lain. Lantai
gudang dari papan dan mempunyai ketinggian minimal 30 cm dari permukaan tanah,
serta dinding dan atapnya tidak boleh bocor.
2. Papan Nama Kegiatan
Pemborong wajib memasang Papan Nama Kegiatan ukuran serta model tulisannya akan
ditentukan kemudian. Biaya pembuatan Papan Nama Kegiatan menjadi tanggung jawab
pemborong.
3. Gambar gambar
a. pemborong yang telah ditunjuk akan diberikan gambar-gambar revisinya dengan copy
dan kekurangan-kekurangan gambar rencana.
b. Pemborong harus membuat perubahan-perubahan gambar (revisi) bila mana pada saat
pelaksanaan pekerjaan terjadi perubahan-perubahan untuk dimintakan persetujuan
Direksi.
c. Segala akibat dan kelalaian pemborong dalam ketelitian ukuran ini menjadi tanggung
jawab pemborong.
4. Ukuran ukuran
a. Pemborong harus memeriksa dan meneliti ulang ukuran-ukuran satu sama lain yang
tertera dalam gambar serta penyesuaian dengan keadaan dilapangan.
b. Pemborong harus memberitahukan kepada Direksi, bilamana terdapat ukuran-ukuran
yang tidak cocok, untuk dimintakan persetujuan Direksi.
c. Segala akibat dari kelalaian pemborong dalam melaksanakan ketelitian ukuran ini
menjadi tanggung jawab pemborong.

5. Ukuran Pokok
Ukuran tinggi ditentukan dalam gambar, dan pemborong wajib memeriksa kembali
ukuran-ukuran tersebut. Didalam semua hal, bila terjadi pengambilan ukuran-ukuran yang
keliru, pemborong harus bertanggung jawab sepenuhnya. Apabila terdapat ketidak
cocokan ukuran menurut gambar, pemborong segera memberitahukan untuk mendapat
persetujuan Direksi, demikian juga dalam penyimpangan terhadap perubahan-perubahan
ukuran. Dalam hal ini Direksi akan memberitahukan suatu ukuran yang telah disesuaikan
untuk pedoman pelaksanaan.
1. Peil / Titik Duga
a. Sebagai peil atau titik duga (0.00) akan ditentukan kemudian pada waktu pelaksanaan
dengan berpedoman muka jalan yang ada. Ukuran tinggi dan ukuran-ukuran dalam
akan ditentukan dari ukuran pokok ini.
b. Pengukuran bangunan harus dikerjakan dengan teliti dan sesuai dengan ukuran
menurut gambar atau menurut petunjuk Direksi.
c. Semua pengukuran harus dilakukan dengan alat Waterpass atau Theodolit.
Pasal 3
PEKERJAAN PONDASI
1. Pondasi batu kali
Pondasi bangunan menggunakan pasangan batu kali dengan adukan 1 pc : 4 ps
dilaksanakan pada dinding-dinding batu bata pembatas ruangan dengan posisi dan ukuran
sesuai dengan gambar.
a. Sebelum dilakukan penimbunan lapisan pasir, dasar galian harus bersih dari segala
macam kotoran.
b. Timbunan lapisan pasir harus disiram dengan air sampai mencapai kepadatan yang
dipersyaratkan / kadar air yang optimum.
c. Pengurugan tanah kembali, dilaksanakan setelah semua pekerjaan diatas selesai
dikerjakan.
Pasal 4
PEKERJAAN BETON
1. Uraian umum
Ini meliputi pangadaan bahan, tenaga dan peralatan lain yang diperlukan pada pekerjaan
dimaksud.
a. Semua pekerjaan beton bertulang baik ukuran, bentuk dan penempatannya harus
sesuai dengan gambar, rencana.
b. Semua pekerjaan beton bertulang harus diawasi langsung oleh pelaksana dan
didampingi oleh tenaga ahli yang telah berpengalaman pada pekerjaan ini.
c. Bila terdapat kesulitan dalam pelaksanaan, sehingga diinginkan perubahan-perubahan
yang menyangkut segi perencana, pelaksana lapangan wajib memberitahukan terlebih
dahulu kepada direksi.
d. Direksi berhak merubah / membatalkan pekerjaan, bila pelaksanaanya tidak sesuai
dengan gambar dan RKS.
e. Pemakaian bahan-bahan harus memenuhi syarat-syarat kwalitas baik, seperti semen
dan air kerja yang dipakai.

f. Direksi barhak meneliti ukuran mauapun mutu dari bahan seperti : koral, pasir, besi
beton dan lain-lainnya, juga berhak untuk menolak penggunaaan bahan tersebut, bila
dianggap tidak memenuhi persyaratan yang tercantum dalam PBI 1971.
g. Pengecoran dapat dilakukan setelah pemborong mengajukan laporan secara tertulis
dan telah mendapat persetujuan dari Direksi.
2. Beton tak bertulang
Beton tak bertulang adukan 1 pc : 3 ps : 5 krl, dilaksanakan pada lantai kerja untuk
pondasi plat dan pada rabat keliling bangunan antara saluran air hujan dan dinding
bangunan.
3. Beton bertulang
Beton bertulang adukan 1 pc : 2 ps : 3 krl, dilaksanakan untuk sloof, kolom struktur, balok
lantai, plat lantai, konsul beton, plat tangga, kolom praktis, ring balk, pondasi plat
setempat dan pada pekerjaan lainnya yang ditentukan dalam gambar.
4. Bahan bahan
a. Besi beton
Besi beton yang dipergunakan harus berkwalitas (KS TI ) baik tidak cacat, bebas dari
karat, retak, gelombang dan tidak bias pakai besi banci (Medan).
b. Krikil dan Spilit 1/2, 2/3
Krikil untuk semua pekerjaan beton bertulang dipakai ukuran 1 s/d 3 cm. Bersih dari
segala kotoran dan debu, tanah, garam dan tidak keropos.
c. Pasir coor
Harus khusus untuk beton, bersih dari segala kotoran dan tidak boleh tercampur
dengan bahan-bahan lain (tanah, lumpur), pasir tersebut berbutir tajam.
d. A i r
Air yang digunakan haruslah air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak,
garam dan bahan-bahan organis atau bahan-bahan yang dapat merusak beton.
e. Ukuran
Ukuran-ukuran konstruksi beton bertulang harus sesuai bestek dan gambar
5. Pedoman pelaksanaan
a. Penempatan / pemasangan bekisting harus ditimbang dahulu dengan selang, sehingga
mendapatkan pekerjaan yang vertikal dan horizontal seperti yang disyaratkan.
b. Semua pekerjaan pembesian harus dikerjakan pada tempat pekerjaan, ukuran besi
maupun teknis pemasangan harus sesuai dengan gambar dan petunjuk direksi.
c. Mengaduk beton harus memakai alat pengaduk mekanik (mollen).
d. Pengecoran dapat dilakukan, bila bekisting/steiger sudah siap, sisa kawat beton dan
kotoran-kotoran lainnya sudah dibersihkan dan telah mendapatkan persetujuan
direksi.
e. Pada waktu pengecoran pemborong harus menggunakan alat penggetar (Vibrator).
6. Bekisting Beton

a. Untuk bekisting kolom, sloof, ring balk, balok lantai, digunakan dari kayu kelas IV,
yang dirancang sedemikian rupa sehingga kuat dan kokoh.
b. Bekisting harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan bentuk yang
nyata dan cukup dapat memikul beban-beban sementara, selama pembetonan
berlangsung.
c. Hasil beton yang kurang baik, seperti sarang-sarang koral, permukaan beton tidak
mengikuti bentuk, munculnya pembesian / tulangan pada permukaan beton dan lainlain yang tidak memenuhi syarat-syarat harus dibongkar dan kemudian diperbaiki atas
beban pemborong.
1. Pembesian
Besi yang digunakan adalah diameter 16 mm polos untuk tulangan memanjang dan
diameter 10 mm untuk tulangan plat lantai
2. Pengecoran
Mutu beton yang digunakan adalah K 175. Adukan beton dibuat dengan molen
(concrete mixer). Adukan tidak boleh terlalu encer dengan pertimbangan bahwa
didalam lobang terdapat genangan air tanah.
PASAL 5.
PEKERJAAN BETON KONSTRUKSI
1. Ketentuan Umum.
1.1. Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah teknik atau syarat-syarat
pelaksanaan pekerjaan beton secara umum menjadi satu kesatuan dalam persyaratan
teknis ini. Dalam segala hal yang menyangkut pekerjaan beton dan struktur beton
harus sesuai dengan standard yang berlaku yaitu :
a. Tata Cara Perhitungan Kekuatan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SK
SNI T-15-1991-03).
b. Peraturan Umum Beton Indonesia (PUBI, 1982).
c. Standard Industri Indonesia (SII).
d. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung, 1983.
e. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Untuk Gedung (PPTGUG, 1983).
f. American Society Of Testing Matrial (ASTM).
1.2. Pelaksana wajib melaksanakan pekerjaan ini dengan tepat dan mempunyai presisi
yang tinggi dengan toleransi yang sekecil mungkin, sebagaimana tercantum dalam
persyaratan ini dan sesuai dengan gambar kerja serta sesuai dengan instruksi yang
dikeluarkan oleh Pengawas.
1.3. Semua material yang dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, harus dari
material yang mutunya telah teruji dan dapat dibuktikan dengan ketentuan-ketentuan
yang telah disyaratkan.
1.4. Kontraktor wajib melakukan pengujian terhadap beton-beton yang akan
dipergunakan di dalam pekerjaan ini, guna mengetahui kekuatan, kondisi serta
bentuk dan ukuran dari beton itu sendiri.
1.5. Seluruh material yang tidak memenuhi ketentuan serta persyaratan yang berlaku,
harus segera diangkut untuk dikeluarkan dari lokasi proyek, dan tidak diperkenankan
dipergunakan kembali.

2. Lingkup Pekerjaan.
2.1. Lingkup pekerjaan diatur dalam persyaratan teknis ini meliputi seluruh pekerjaan
beton/struktur yang sesuai dengan gambar rencana.
2.2. Pekerjaan beton/struktur harus sesuai dengan gambar rencana, termasuk didalamnya
pengadaan bahan, upah, pengujian dan peralatan yang berhubungan dengan
pekerjaan tersebut.
2.3. Pengadaan detail, fabrikasi dan pemasangan semua kerangka (reinforcement) dan
bagian-bagian dari pekerjaan lain yang tertanam di dalam beton.
2.4. Perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran acuan beton, penyelesaian dan
perawatan beton, dan semua jenis pekerjaan lain yang menunjang pelaksanaan
pekerjaan beton ini.
3. Bahan-bahan / Material.
3.1. Semen :
a. Semen yang digunakan adalah semen portland PCC dan merupakan hasil
produksi dalam negeri, harus satu merek. Semen disimpan sedemikian rupa untuk
mecegah terjadinya kerusakan pada bahan atau terjadinya pengotoran oleh bahanbahan lain.
b. Penyimpanan semen harus didalam gudang tertutup, sehingga semen terhindar
dari basah atau kemungkinan lembab, dan tidak tercampur dengan bahan-bahan
atau material lain.
3.2. Agregat Kasar :
a. Agregat untuk beton harus mempunyai ketentuan-ketentuan sebagai berikut,
antara lain yaitu :
b. Agregat beton harus memenuhi ketentuan-ketentuan dan persyaratan yang sesuai
dengan standar SII 0052-80 tentang; Mutu dan cara uji agregat beton. Atau
ketentuan dan persyaratan menurut ASTM C 23 Specification For Concrete
Aggregates.
c. Atas persetujuan Pengawas, diperbolehkan menggunakan agregat dengan standar
lain, asal disertai dengan bukti berdasarkan pengujian khusus atau untuk
pemakaian nyata, dimana kekuatan, keawetan dan ketahanannya dapat memenuhi
persyaratan.
d. Dalam segala pekerjaan, ukuran maksimum agregat kasar tidak melebihi
ketentuan berikut :
o Seperlima jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan beton.
o Sepertiga dari tebal pelat.
o 3/4 Jarak bersih minimum antar batang tulang, atau berkas batang tulangan.
o Terjadinya toleransi ukuran dapat diperbolehkan menurut tenaga ahli, untuk
kemudahan pekerjaan, dan metoda konsolidasi beton adalah sedemikian rupa,
sehingga kondisi beton dijamin tidak akan terjadi sarang kerikil atau adanya
rongga-rongga.
3.3. Air :
a. Air yang digunakan pada campuran beton harus dengan ketentuan berikut :
b. Jika mutunya meragukan harus di analisis kimia dan dievaluasi mutunya menurut
tujuan pemakaiannya.
c. Harus bersih dan tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya
yang dapat dilihat secara nyata.
d. Tidak mengandung benda-benda yang tersuspensi lebih dari 2 gr/liter.

Pasal 5
PEKERJAAN DINDING BATU BATA
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, tenaga dan saran lainnya.
1. Pasangan batu bata 1 pc : 2 ps (Trasraam).
Pasangan dinding batu bata 1 pc : 2 ps dilaksanakan pada pekerjaan :
a. Pasangan dinding trasraam yang dilaksanakan diatas sloof setinggi 30 cm diatas peil
lantai.
b. Bagian-bagian dinding lainnya yang ditetapkan dalam gambar.
c. Pada pembuatan saluran air hujan keliling bangunan.
2. Pasangan batu bata 1 pc : 4 ps.
Pasangan batu bata 1 pc : 4 ps, dilaksanakan pada seluruh dinding pembatasan ruangan,
kecuali yang disebutkan dalam point 1 diatas.
a. Untuk semua sisi tegak yang berhubungan dengan kolom beton harus dipasang angker
besi 10 mm. Panjang angker minimal 30 cm dan dipasang dengan jarak 50 cm.
b. Pemasangan batu bata harus dikerjakan waterpass lapis demi lapis. Setiap pertemuan
sudut harus membentuk sudut siku ( 9o ).
c. Semua pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas harus memenuhi persyaratan dari
masing-masing pekerjaan atau menurut petunjuk Direksi.

Pasal 6
PEKERJAAN PLESTERAN
1. Plesteran kedap air dengan adukan 1 pc : 2 ps, dilaksanakan untuk plesteran dinding dan
kolom, pada pekerjaan yang dipersyaratkanharus menggunakan adukan ini.
2. Plesteran dengan adukan 1 pc : 4 ps dilaksanakan pada plesteran semua dinding bengunan
kecuali yang telah disebutkan pada ayat 1 diatas.
3. Semua plesteran harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga rata, datar dan licin. Semua
plesteran harus rata-rata tebal tidak boleh lebih dari 2 cm, setelah plesteran selesai baru
dilakukan pengacian.
4. Pertemuan sudut plesteran dibuat sudut siku dengan adukan 1 pc : 2 ps. Semua bidang
yang akan diplester harus disiram air secukupnya, sehingga gelembung udara yang berada
dalam pori- pori batu bata atau adukan dapat keluar seluruhnya.
Pasal 7
KOSEN PINTU, JENDELA, VENTILASI DAN PINTU(RUANG DALMAS)
1. Bahan bahan
1. Pekerjaan kosen pintu, jendela, ventilasi harus menggunakan kayu yang berkwalitas
baik, jenis kayu kelas II dan tidak boleh terdapat cacat-cacat kayu.
2. Pekerjaan kosen pintu, jendela dibuat dalam beberapa type sesuai dengan gambar.
3. Untuk pekerjaan kosen pintu jendela menggunakan kayu ukuran 6 x 13 cm (ukuran
jadi).
4. Daun pintu panil menggunakan papan rangkanya dibuat dari papan klas II ukuran 3,
8/13 cm sesuai dengan gambar rencana.
2. Pedoman pelaksanaan
1. Semua ukuran kosen dan pintu dibuat sesuai dengan gambar, semua permukaan kayu
yang tampak harus diketam halus, rata dan mempunyai ketebalan yang sama.
2. Setiap sambungan harus kuat, kaku dan siku dan dilaksanakan sesuai dengan
peraturan yang ada.
3. Pada batang tegak harus dipasang angker dengan jarak 50 cm terbuat dari besi 10
mm.
4. Neut / sepatu kosen pintu harus memakai angker besi 10 mm.
5. Bagian yang berhubungan dengan tembok harus dicat menie.
6. Bingkai daun jendela ukuran dan bentuk disesuaikan dengan gambar.

Pasal 8
PEKERJAAN BAJA RINGAN
1. Lingkup Pekerjaan.
1.1. Bagian ini meliputi pengadaan bahan, tenaga peralatan dan tenaga, perlengkapan serta
pemasangan dari semua pekerjaan baja Ringan , untuk struktur dan rangka atap seperti yang
tertera dalam gambar.
1.2. Perkerjaan ini mencakup segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan konstruksi
baja pada atap sesuai dengan yang tertera dalam gambar dan persyaratan teknis ini.
2. Ketentuan Umum.
2.1. Persyaratan-persyaratan konstruksi baja dan istilah teknik secara umum menjadi satu
kesatuan dalam bagian buku persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain dalam buku
persyaratan teknis maka semua pekerjaan baja harus sesuai dengan standarisasi dibawah ini :
a. Peraturn Perencanaan Baja Indonesia (PPBBI) 1983.
b. Peraturan Pembebanan Untuk Gedung Indonesia (PPUG) NI-3-1970.
c. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia,
d. American Society For Testing Indonesia (ASTM).
e. Steel Structural Painting Council (SSPC).
f. Standar Industri Indonesia (SII).
2.2. kontraktor harus melaksanakan dengan ketepatan dan kesesuaian yang tinggi menurut
persyaratan teknis, gambar rencana dan instruksi-instruksi dari Pengawas.
3. Material.
3.1. Semua material yang digunakan harus baru dengan kualitas terbaik dan disetujui oleh
Pengawas. Pengawas berhak untuk meminta diadakan pengujian atas bahan-bahan tersebut
dan Pelaksana harus bertanggung jawab atas biaya yang dikeluarkan.
3.2. Baja struktur harus mempunyai mutu Struktur ST37 = fy = 2400 kg/cm2.
3.3. Las yang dipakai jenis las listrik dengan mutu FE 360 atau E 6013 sesuai standar JIS.
3.4. Semua baja yang digunakan harus sesuai dengan bentuk ukuran dan ketebalannya serta
bebas dari karat, cacat, tertekuk, terpuntir, dengan berat sesuai dengan rencana.
3.5. Semua material baja harus dari agen yang dapat dipertanggungjawabkan dengan disertai
sertifikat dari pabrik. Jika dianggap perlu, pelaksana harus menyerahkan hasil pengujian yang
behubungan dengan konstruksi baja disertai faktur pengiriman.
3.6. Bahan untuk coating adalah cat, dengan warna yang akan ditentukan kemudian.
4. Fabrikasi.
4.1. Pelaksanaan Fabrikasi.
a. Fabrikasi harus dilaksanakan dalam bengkel/workshop, yang memenuhi persyaratan untuk
pekerjaan dan terlindung dari pengaruh cuaca, misalnya cahaya matahari dan hujan.
Pelaksana harus membuat workshop dilapangan dan disetujui oleh Pengawas. Apabila
fabrikasi dilakukan diluar lokasi, maka Pelaksana harus menanggung biaya/ongkos yang
dikeluarkan oleh Pengawas, untuk mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan.
Sebelum pekerjaan las dimulai, Kontraktor wajib menyerahkan prosedur kerja cara-cara
pengelasan yang akan dikerjakan, baik dibengkel maupun yang akan dikerjakan dilapangan.
Usulan ini harus diperiksa dan disetujui Pengawas sebelum pekerjaan pengelasan ini dapat
dimulai.
Rencana Kerja & Syarat-Syarat 9

b. Pemberian Tanda, Pengangkutan Dan Penyimpanan.


Setelah disetel dibengkel konstruksi, maka setiap komponen diberi tanda/nomor secara
sistematis agar dilapangan nanti, bagian-bagian tersebut dapat disambung kembali dengan
mudah.
Setiap komponen harus dihitung beratnya agar dapat diatur pengangkutannnya, seperti
truk-truk dan trailer sesuai dengan kapasitas yang diperlukan.
Di lapangan komponen baja harus diletakkan sedemikian rupa agar tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan yang dapat memperlemah kondisi konstruksi tersebut.
c. Pekerjaan Pemasangan Baja Ringan Kuda-kuda.
Sebelum erection dimulai, Pemborong harus memeriksa kembali kedudukan angkerangker baja Ringan dan mem-beritahukan kepada Pengawas mengenai metoda dan urutan
pelaksanaan (erection).
Perhatian khusus harus dilakukan dalam pemasangan angker-angker untuk kolom, dimana
jarak/kedudukan dalam pemasangan angker-angker harus tepat dan akurat (presisi),
maksudnya untuk mencegah terjadinya ketidakcocokan dalam erection.
Semua peralatan dan steiger yang diperlukan untuk pemasangan konstruksi baja Ringan
harus disediakan oleh Kontraktor dalam keadaan cukup baik di lapangan, walau secara
khusus tidak diperlihatkan dalam gambargambar atau persyaratan teknis harus diadakan.
Kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan pekerjaan di lapangan. Untuk itu
Kontraktor harus menyediakan alat-alat keselamatan kerja misalnya, ikat pinggang
pengaman, helmet, sarung tangan, pemadam kebakaran, dan lain-lain sebagainya.
4.2. Perubahan-Perubahan Dan Tambahan.
a. Perubahan-perubahan dan bagian-bagain atau tambahan-tambahan pada detail, atau
keduanya beserta uraian yang menyebabkan, harus diberikan beserta gambar kerja untuk
disetujui.
b. Perubahan-perubahan yang disetujui, penggantian dan penambahan yang perlu untuk
bagian-bagian dari pekerjaan harus dikoordinasikan oleh kontraktor tanpa tambahan biaya.
4.3. Pengujian Mutu Pekerjaan.
a. Pemasangan harus dengan toleransi yang dijinkan/diterima dalam standar-standar yang
telah disetujui.
b. Bila toleransi tersebut tidak tertera dalam standar, maka toleransi akan diberikan oleh
Pengawas.
c. Pemasangan baja ringan dengan toleransi yang tidak sesuai dengan gambar kerja dan tidak
disetujui oleh Pengawas akan ditolak.
d. Pengawas mempunyai hak untuk memeriksa pekerjaan dipabrik pada saat yang
dikehendaki, dan tidak ada pekerjaan yang boleh dikirim kelapangan sebelum diperiksa dan
disetujui oleh pengwas.
e. Setiap pekerjaan yang kurang baik atau tidak sesuai dengan gambar atau spesifikasi akan
ditolak, dan harus diperbaiki dengan segera, sedangkan biaya untuk kegagalan ini menjadi
tanggung jawab Kontraktor.
Rencana Kerja & Syarat-Syarat 1 0

Pasal 9
PEKERJAAN LISTPLANK KAYU
1. Listplank dibuat dari kayu , bahan berkwalitas baik ukuran listplank disesuaikan dengan
gambar.
2. Kayu yang digunakan harus baik, keras dan tidak cacat. pada saat penyambungan antara
kayu yang satu dengan yang lainnya harus benar-benar rapat, sehingga tidak tampak
sambungannya.
3. Semua ukuran yang tertera dalam gambar adalah ukuran jadi (masak).
4. listplank difinishing dengan cat,
Pasal 10
PEKERJAAN ATAP
1. Penutup atap pada bangunan ini manggunakan atap Genteng Metal.
2. Sudut kemiringan atap atau tinggi atap dibuat sesuai dengan gambar.
3. Bubungan /Nok Atas, jurai luar menggunakan Genteng Metal.
Pasal 11
PEKERJAAN RANGKA PLAFOND/LANGIT-LANGIT
1. Rangka plafond dan penggantung dipakai kayu yang berkwalitas baik, ukuran disesuaikan
dengan gambar.
2. Balok penggantung harus kuat, sehingga tidak terjadi gelombang pada plafond, dan harus
dilaksanakan sesuai dengan gambar serta harus mendapat persetujuan Direksi.
3. Bahan penutup langit-langit yang dipakai adalah plywood . 4 mm sesuai dengan gambar
Pasal 12
PEKERJAAN KERAMIK LANTAI DAN DINDING
1. Pasangan lantai didalam ruangan dan selasar bangunan menggunakan lantai keramik 40 x
40 cm.
2. Sebelum pemasangan lantai, urugan pasir dibawah lantai harus sudah padat dan disiram air
terlebih dahulu.
3. Untuk Lantai KM/WC pakai keramik 20x20 cm anti slip, dan dinding dipasang ukuran
20x25 cm nat tidak boleh lebih dari 3 mm.
4. Penggunaan keramik yang berkualitas baik, tidak cacat seperti retak, gumpil, apabila sudah
terpasang ternyata retak pada waktu pemasangan harus diganti.
5. Permukaan lantai Keramik yang terpasang harus rata benar dan untuk keramik setiap
sambungan harus lurus dan tidak bertonjolan.
Pasal 12
PEKERJAAN KERAMIK DINDING KOLOM
1. Pasangan keramik didinding kolom dan selasar bangunan menggunakan l keramik Granit
Salsa Brick 40 x 40 cm.
2. Sebelum pemasangan keramik harus sudah rata dan disiram air terlebih dahulu.
3. Penggunaan keramik yang berkualitas baik, tidak cacat seperti retak, gumpil, apabila sudah
terpasang ternyata retak pada waktu pemasangan harus diganti.
4. Permukaan lantai Keramik yang terpasang harus rata benar dan untuk keramik setiap
sambungan harus lurus dan tidak bertonjolan.
5. Pas.batu Andesit bergaris kombinasi dan batu andesit Susun sirih dipasang disesuiakan
dengan gambar
Rencana Kerja & Syarat-Syarat 1 1

Pasal 13
PEKERJAAN KACA, KUNCI DAN ALAT PENGGANTUNG
1. Kaca
a. Bahan yang digunakan adalah kaca bening/polos dengan tebal 5 mm dipasang pada jendela
kaca hidup dan jendela kca mati, ukuran dan bentuk sesuai dengan gambar.
b. Pemasangan kaca tidak boleh goyang dan bergetar, list kaca terbuat dari kayu harus
terpasang rapi, ukuran sesuai gambar.
2. Kunci / alat penggantung
a. Pada pintu panil dipasang kunci yang berkwalitas baik, type 2 Slaag besar atau jenis lain
yang berkwalitas baik
b. Untuk daun pintu panil dipasang 3 (tiga) buah engsel ring nylon untuk setiap daun pintu,
merk ACCH, sedang untuk daun pintu panil buka double dipasang 3 (tiga) buah engsel
untuk setiap daun pintu.
c. Sebelum pemasangan kunci, engsel pintu / jendela harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari Direksi.
Pasal 14
PEKERJAAN PENGECETAN
Pekerjaan pengecetan ini meliputi pengadaan bahan, tenaga, peralatan lain yang dibutuhkan
untuk pekerjaan ini antara lain :
1. Bahan bahan
a. Sebelum dicat mengkilap terlebih dahulu kayu diamplas, baru dicat menie.
b. Pengecatan akhir cat kayu digunakan Kwalitas baik dan pengecatan dinding tembok
digunakan cat kwalitas baik atau akan ditentukan kemudian, sebelumnya bidang plesteran
dan bidang kayu didempul atau diplamir dengan kwalitas yang baik.
c. Saluran bahan untuk keperluan pekerjaan ini harus didatangkan dalam kemasan resmi dari
pabrik pembuat cat ini, cat dalam kemasan rusak atau terbuka tidak diperbolehkan dipakai
lagi.
2. Syarat teknis
a. Bidang kayu atau tembok yang akan dicat harus dalam keadaan kering, bersih dari segala
kotoran dan tidak berminyak.
b. Kayu harus dilindungi dari kerusakan akibat rayap atau bila kayu masih basah harus
dilindungi dari kemungkinan rembesan air maupun getah (resin) yang terkandung dalam
kayu.
c. Pori-pori pada bidang plesteran atau kayu harus ditutup dengan plamir. Penggunaan plamir
diusahakan setipis mungkin.
d. Bidang kayu dan plesteran sebelum dicat akhir harus diamplas terlebih dahulu dan
dibersihkan dari debu-debu.
e. Pengecatan kayu kosen, sebaiknya dilakukan setelah daun pintu dan jendela terpasang.
f. Dalam pelaksanaan pengecatan, setiap urutan atau tahapan pekerjaan harus dipenuhi dan
tahapan berikutnya terlebih dahulu harus mendapat persetujuan Direksi.
3. Pengecatan kayu
a. Sebelum dicat bidang kayu dimenie terlebih dahulu dengan cat menie yang berkwalitas
baik.

b. Pori-pori, serat kayu dan tekikan didempul dan diamplas dengan bahan yang berkwalitas
baik.
c. Lapisan akhir dikehendaki mempunyai lapisan yang rata, kuat dan mengkilap. Cat akhir
digunakan cat Bee Brand atau setaraf, dengan pengecatan dilakukan 2 kali dengan selang
waktu 16 jam atau lebih.
4. Pengecatan tembok
Rencana Kerja & Syarat-Syarat 1 2
a. Bidang plesteran dicat dasar terlebih dahulu menggunakan bahan yang berkwalitas baik.
b. Untuk meratakan, menutup pori-pori plesteran harus didempul terlebih dahulu. Bidang
tersebut dibiarkan kering selama kurang lebih dari 1 (satu) minggu sebelum diamplas.
c. Lapisan cat akhir dikehendaki warna yang rata dan kuat. Cat akhir digunakan cat kwalitas
baik atau dengan pengecatan 2 (dua) kali. Sebelum lapisan berikutnya dilakukan, bagian
plesteran yang belum rata harus didempul kembali sampai bagian tersebut menjadi rata.
5. Pengecatan plafond
a. Permukaan plafond dicat dasar kemudian diplamir/dempul dan diamplas hingga rata serta
dibersihkan.
b. Lapisan cat akhir dengan cat kwalitas baik atau dilakukan dua kali sampai diperoleh
lapisan yang rata dengan selang waktu 16 jam atau lebih.
Pasal 15
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
1. Yang termasuk dalam lingkup pekerjaan instalasi listrik adalah :
a. Instalasi penerangan, termasuk lampu-lampu, saklar-saklar, stop kontak dan sistem
pengabelannya.
b. Pemasangan pengaman arus bocor, arus hubung singkat, dan arus lebih.
c. Pekerjaan testing dan pengesahan instalasi dari PLN.
2. Sistem instalasi listrik
Sistem tegangan listrik dari jaringan PLN ke jaringan distribusi ialah 110 V / 220 V, 1 fase,
dimana sentral (nol) dari sistem dihubung tanahkan (Grounded netral).
Dari panel listrik utama, tenaga listrik didistribusikan secara radial ketempat-tempat yang
memerlukannya, titik lampu, stop kontak dan peralatan-peralatan lain. Untuk tegangan 220
Volt maka semua peralatan-peralatan seperti panel-panel, stop kontak harus dihubung
tanahkan sesuai dengan peraturan yang ada.
3. Sistem pengabelan
Kabel-kabel primer, sekunder, maupun kabel yang titik-titik lampu, stop kontak harus dipilih
dari produksi pabrik-pabrik yang telah mendapat sertifikat dari PLN atau dari laboratorium
LMK di Jakarta. Kabel yang digunakan untuk instalasi penerangan adalah NYA 3 x 2,5 mm2,
pemasang didalam tembok harus dengan pipa pelindung PVC 5/8 merk setaraf
MASPION sedang instalasi pengabelan diatas plafond harus memakai cable rack, cable
trays maupun peralatan lain yang diperlukan menggunakan kabel NYY 4 x 4 mm2 atau
NYFGBY 4 x 4 diganti sesuai kebutuhan.
4. Lampu lampu

a. Lampu SL 18 VA merk setaraf Phillip, lengkap dengan fittingnya dipasang sesuai dengan
gambar instalasi listrik.
5. Shaklar lampu dan stop kontak
Shkalar lampu dan stop kontak dipasang pada tempat yang telah ditentukan dengan
ketinggian antara 120 140 cm diatas lantai. Type shaklar lampu dan stop kontak terbenam
dinding (inbouw) warna putih, mutu setaraf BROCO.
6. Alat-alat pengamanan
Alat pengaman arus lebih, arus bocor dan arus hubung singkat dari jenis sekering
konvensional lengkap dengan box sekeringnya dengan pembagian group sebagaimana
tercantum pada gambar atau menurut petunjuk Direksi. Ampere meter diseesuaikan dengan
kebutuhan. Rencana Kerja & Syarat-Syarat 1 3
7. Untuk pekerjaan instalasi listrik harus dikerjakan oleh instalatur yang sudah mendapat izin
menyelenggarakan pemasangan instalasi listrik dari PLN wilayah IV Cabang Bengkulu,
menggunakan bahan & peralatan listrik yang standar (mutu terjamin), Instalatur yang
bersangkutan harus mengadakan pengujian terhadap instalasi yang dipasangnya dam
memberikan jaminan bahwa instalasi listrik tersebut telah siap untuk dialiri listrik dari PLN
dengan daya sebagaimana dalam gambar.
Pasal 16
PEKERJAAN HALAMAN / PEMBERSIHAN
Sebelum kontraktor meninggalkan tempat pekerjaan, halaman pekerjaan harus dibersihkan
dari kotoran-kotoran bekas bongkaran atau sisa-sisa dari bahan bangunan setelah pekerjaan
selesai.
Pasal 17
PEKERJAAN LAIN-LAIN
Guna mendapat kerja yang baik dan sempurna maka bagian-bagian pekerjaan yang nyata
seharusnya termasuk dalam pekerjaan ini, tetapi tidak disebutkan dalam RKS maupun
gambar kerja tetap dilaksanakan oleh pemborong dan diterima sebagai hal yang
disebutkan.Pelaksanaan dari bagian pekerjaan tersebut sesuai dengan petunjuk Direksi.
Dokumen Pasca Kualifikasi dan RKS merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Pasal 18
PENUTUP
Segala sesuatu yang belum tercantum dalam
Dibuat oleh :
RKS ini dan pada kenyataannya diperlukan
Konsultan Perencana
akan dicantumkan dalam Berita Acara
CV. Utaka Essa Konsultan
Penjelasan Pekerjaan. Menyetujui :
YUZANO JAYA,BE
Pengelola Teknis
Wkl.Direktur.
MANSURI ST
NIP.

b. Pengukuran bangunan harus dikerjakan dengan teliti dan sesuai dengan ukuran menurut
gambar atau menurut petunjuk Direksi.
c. Semua pengukuran harus dilakukan dengan alat Waterpass atau Theodolit.
Pasal 3
PEKERJAAN PONDASI
1. Pondasi batu kali
Pondasi bangunan menggunakan pasangan batu kali dengan adukan 1 pc : 4 ps dilaksanakan
pada dinding-dinding batu bata pembatas ruangan dengan posisi dan ukuran sesuai dengan
gambar.
a. Sebelum dilakukan penimbunan lapisan pasir, dasar galian harus bersih dari segala macam
kotoran.
b. Timbunan lapisan pasir harus disiram dengan air sampai mencapai kepadatan yang
dipersyaratkan / kadar air yang optimum.
c. Pengurugan tanah kembali, dilaksanakan setelah semua pekerjaan diatas selesai dikerjakan.
Pasal 4
PEKERJAAN BETON
1. Uraian umum
Ini meliputi pangadaan bahan, tenaga dan peralatan lain yang diperlukan pada pekerjaan
dimaksud.
a. Semua pekerjaan beton bertulang baik ukuran, bentuk dan penempatannya harus sesuai
dengan gambar, rencana.
b. Semua pekerjaan beton bertulang harus diawasi langsung oleh pelaksana dan didampingi
oleh tenaga ahli yang telah berpengalaman pada pekerjaan ini.
c. Bila terdapat kesulitan dalam pelaksanaan, sehingga diinginkan perubahan-perubahan yang
menyangkut segi perencana, pelaksana lapangan wajib memberitahukan terlebih dahulu
kepada direksi.
d. Direksi berhak merubah / membatalkan pekerjaan, bila pelaksanaanya tidak sesuai dengan
gambar dan RKS.
e. Pemakaian bahan-bahan harus memenuhi syarat-syarat kwalitas baik, seperti semen dan air
kerja yang dipakai.
f. Direksi barhak meneliti ukuran mauapun mutu dari bahan seperti : koral, pasir, besi beton
dan lain-lainnya, juga berhak untuk menolak penggunaaan bahan tersebut, bila dianggap
tidak memenuhi persyaratan yang tercantum dalam PBI 1971.
g. Pengecoran dapat dilakukan setelah pemborong mengajukan laporan secara tertulis dan
telah mendapat persetujuan dari Direksi.
2. Beton tak bertulang
Beton tak bertulang adukan 1 pc : 3 ps : 5 krl, dilaksanakan pada lantai kerja untuk pondasi
plat dan pada rabat keliling bangunan antara saluran air hujan dan dinding bangunan.
3. Beton bertulang

Beton bertulang adukan 1 pc : 2 ps : 3 krl, dilaksanakan untuk sloof, kolom struktur, balok
lantai, plat lantai, konsul beton, plat tangga, kolom praktis, ring balk, pondasi plat setempat
dan pada pekerjaan lainnya yang ditentukan dalam gambar. Rencana Kerja & Syarat-Syarat 4

4. Bahan bahan
a. Besi beton
Besi beton yang dipergunakan harus berkwalitas (KS TI ) baik tidak cacat, bebas dari karat,
retak, gelombang dan tidak bias pakai besi banci (Medan).
b. Krikil dan Spilit 1/2, 2/3
Krikil untuk semua pekerjaan beton bertulang dipakai ukuran 1 s/d 3 cm. Bersih dari segala
kotoran dan debu, tanah, garam dan tidak keropos.
c. Pasir coor
Harus khusus untuk beton, bersih dari segala kotoran dan tidak boleh tercampur dengan
bahan-bahan lain (tanah, lumpur), pasir tersebut berbutir tajam.
d. A i r
Air yang digunakan haruslah air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, garam dan
bahan-bahan organis atau bahan-bahan yang dapat merusak beton.
e. Ukuran
Ukuran-ukuran konstruksi beton bertulang harus sesuai bestek dan gambar
5. Pedoman pelaksanaan
a. Penempatan / pemasangan bekisting harus ditimbang dahulu dengan selang, sehingga
mendapatkan pekerjaan yang vertikal dan horizontal seperti yang disyaratkan.
b. Semua pekerjaan pembesian harus dikerjakan pada tempat pekerjaan, ukuran besi maupun
teknis pemasangan harus sesuai dengan gambar dan petunjuk direksi.
c. Mengaduk beton harus memakai alat pengaduk mekanik (mollen).
d. Pengecoran dapat dilakukan, bila bekisting/steiger sudah siap, sisa kawat beton dan
kotoran-kotoran lainnya sudah dibersihkan dan telah mendapatkan persetujuan direksi.
e. Pada waktu pengecoran pemborong harus menggunakan alat penggetar (Vibrator).
6, Bekisting Beton
a. Untuk bekisting kolom, sloof, ring balk, balok lantai, digunakan dari kayu kelas IV, yang
dirancang sedemikian rupa sehingga kuat dan kokoh.
b. Bekisting harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan bentuk yang
nyata dan cukup dapat memikul beban-beban sementara, selama pembetonan berlangsung.
c. Hasil beton yang kurang baik, seperti sarang-sarang koral, permukaan beton tidak
mengikuti bentuk, munculnya pembesian / tulangan pada permukaan beton dan lain-lain yang
tidak memenuhi syarat-syarat harus dibongkar dan kemudian diperbaiki atas beban
pemborong.
1. Pembesian
3.1 Besi yang digunakan adalah diameter 16 mm polos untuk tulangan memanjang dan
diameter 10 mm untuk tulangan plat lantai
2. Pengecoran
4.1 Mutu beton yang digunakan adalah K 175. Adukan beton dibuat dengan molen (concrete
mixer). Adukan tidak boleh terlalu encer dengan pertimbangan bahwa didalam lobang
terdapat genangan air tanah.

Anda mungkin juga menyukai