Anda di halaman 1dari 13

Trauma Lahir

Definisi
Trauma lahir ialah cedera pada neonatus akibat proses persalinan/ kelahiran
Epidemiologi

Insidensi trauma lahir adalah 2-7 per 1000 kelahiran hidup

5-8 dari 1000 kematian lahir akibat trauma mekanik dan 25 per 100.000 akibat
trauma anoksik
Macam-macam trauma bayi baru lahir :
a. Trauma jaringan lunak : eritema, petekie, ekimosis/ hematoma, abrasi/
laserasi kulit
b. Trauma ekstrakranial : kaput suksedaneum, sefalhematoma, perdarahan
subgaleal (subaponeurosis)
c. Trauma intra abdominal : hati, limpa, kelenjar adrenal
d. Trauma intrakranial : perdarahan subdural, subarachnoid primer,
intraventrikular, intraserebelar
e. Fraktura tulang : klavikula, humerus, femur, tengkorak (linier, depresi)
f. Paresis/ paralisis : plexus brachialis, saraf phrenicus, saraf fasialis perifer
Eritema
Keremahan pada kulit
Terjadi akibat persalinam menggunakan forseps, vakum ekstraksi, persalinan
sungsang, disproposi kepala panggul
Penatalaksanaan : Observasi
Petekie
Bercak merah kecil-kecil akibat adanya gangguan (bendungan) aliran darah perifer
Terjadi pada lilitan tali pusat, partus lama, tekanan jalan lahir
Penatalaksanaan : Observasi
Ekimosis dan Hematoma
Perdarahan yang lebih luas dari petekie
Presentasi muka, Letak sungsang
Dapat timbul anemia, shock, dan ikterus
Penatalaksanaan
Ringan : Observasi
Berat : Transfusi darah, penatalaksanaan ikterus
Abrasi

Terkelupasnya lapisan kulit bagian terluar yang bisa diakibatkan oleh proses
persalinan
Presentasi muka, Cunam, vakum ekstraksi
Penatalaksanaan
Bersihkan abrasi dengan povidon yodium 2,5 %
Biarkan kering dan bersih
Bila tidak ada tanda/gejala infeksi, bayi dapat pulang
Bila ada tanda/gejala infeksi, beri antibiotik topikal 3 kali per hari selama 5
hari dan biarkan tempat luka terbuka
Pada akhir minggu, bayi dikontrol kembali, bila tidak ada tanda/ gejala infeksi
tidak perlu pengobatan lebih lanjut

Luka Sayatan
Terputusnya integritas jaringan kulit
SC
Penatalaksanaan :
Basuh luka dengan povidon yodium 2,5 %
Biarkan luka kering dan bersih
Bila luka terbuka, tautkan dengan plester menyeberang luka dan biarkan 1
minggu
Akhir minggu plester dilepas, bila luka sudah membaik, tidak perlu
pengobatan lagi
Bila ada infeksi lokal seperti: kemerahan, panas, bengkak, maka sarankan
pada ibu cepat kontrol kembali, kemudian bukalah plester dan beri topikal
antibiotik 3 kali per hari untuk 5 hari dan luka tidak usah ditutup
Nekrosis Jaringan Lunak
Benjolan yang keras di jaringan kulit dan subkutis batas tegas, permukaan kulit
kemerahan
Pada bayi besar, cunam, manipulasi kasar persalinan
Penatalaksanaan : Observasi
Kaput Suksedaenum
Edema (benjolan) berisi plasma yang timbul segera setelah bayi lahir
Benjolan lunak, batas tidak tegas, tidak berfluktuasi, dapat melampaui sutura
Akibat tekanan yang keras pada kepala saat di jalan lahir, sehingga terjadi bendungan
sirkulasi kapiler dan aliran limfe.
Menghilang dalam 2-6 hari
Tidak perlu tindakan
Prognosis baik
Sefal Hematoma
Perdarahan pada ruangan sub-periosteum
kepala dan baru tampak beberapa jam setelah lahir (umur 6 8 jam)

benjolan difus, batas tegas, tidak melewati sutura


Akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan periostium

Klinis
tumor batas tegas kenyal
Tumor besar anemia
Kadang-kadang berhubungan dengan fraktur linier tulang tengkorak (5 15
%)
Tidak perlu terapi resolusi sendiri 2 8 minggu
Gejala sisa: timbul perkapuran mengeras mengecil dalam waktu 2 3 bulan
Prognosis baik

Perdarahan Subgaleal
Perdarahan di bawah galea aponeurosis
Etiologi: trauma lahir dan defek sistem koagulasi darah
Tanda klinis
Batas tidak tegas
Warna kemerahan
Fluktuasi positif
Dapat meluas
Disertai anemia bila berat
kesan: bentuk kepala tidak simetris
Pemeriksaan diagnostik
Foto rontgen kepala/ CT-scan
Pungsi lumbal bila perlu
Uji trombosit/ pembekuan darah
Terapi
Istirahat jangan banyak dimanipulasi
Transfusi darah bila perlu
Perbaiki K.U
Vitamin K
Prognosis
Tergantung luasnya perdarahan 2 3 minggu
Fraktur Tengkorak
Tidak umum terjadi karena tengkorak yang dapat ditekan & sutura terbuka
Forsep/partus lama
Linear/tertekan
Biasanya tanpa gejala
Perdarahan intrakranial terkait mungkin menyebabkan gejala
Fraktur Tengkorak Linear
Fraktur pada bagian cembung tengkorak
Mungkin terjadi cepalhematoma
Fraktur Tengkorak karena Tekanan

Lekukan ping-pong
Biasanya tanpa gejala
Penatalaksanaan:
Konservatif: peningkatan fraktur akibat tekanan oleh vakum
Elevasi melalui pembedahan
Prognosis: sembuh dalam beberapa bulan

Perdarahan Epidural
Langka :2,2% dari semua perdarahan intrakranial
Trauma terhadap arteri meningeal tengah
Gejala klinik:
Tidak spesifik: fontanel yang menonjol
Spesifik: kejang lateralisasi, deviasi mata
Diagnosis:
CT kepala
Foto rontgen: fraktur tengkorak yang terkait dengan keadaan perdarahan
Terapi: sebagian besar memerlukan evakuasi pembedahan
Perdarahan Subdural
Paling sering: 73% dari semua perdarahan intrakranial
Trauma pada vena dan sinus vena serta laserasi:
Tentorium
Falx
Vena serebral superfisial
Ostendiastasis occipital
Gejala klinis (dalam 24 jam):
Respirasi: apnea, sianosis
SSP: kejang, defisit fokal, letargi, hipotonia
Fossa posterior : ICP:apnea, pupil tidak sama, deviasi mata, koma
Diagnosis:
CT kepala
MRI: untuk melihat batas-batas hematoma fossa posterior
Foto rontgen: fraktur tengkorak terkait
Terapi:
Konservatif (suportif) atau evakuasi pembedahan
Perdarahan Subarachnoid
Insidensi: 0,1 per 1000 kelahiran
Trauma terhadap vena penghubung pada ruang subarachnoid
Gejala klinis:
Bisa tanpa gejala
SSP: kejang biasanya pada hari ke-2, di hari lain normal selama during
interictal
Diagnosis:

CT kepala
CSF: berdarah
Terapi:
Konservatif (suportif)
Memantau hidrocepalus pasca perdarahan

Perdarahan Intraventrikular
Faktor risiko:
Trauma mekanik (cunam, sungsang)
Hipoksi/ asfiksia (skor APGAR rendah)
Masa gestasi < 32 minggu
BBLR < 1500 gram
Gejala klinis:
Iritabel, sopor, kejang fokal/ multifokal
Apnea, UUB membonjol
Diagnosis:
USG, CT-Scan
LP CSS: warna santokrome, eritrosit >, protein
Komplikasi: hidrosefalus
Trauma Spinal Cord
Diakibatkan oleh traksi atau rotasi berlebihan
Lokasi utama cedera:
Daerah servikal bawah dan toraks atas untuk persalinan sungsang:
Daerah servikal atas atau tengah untuk persalinan verteks
Presentasi klinis:
Tidak adanya fungsi motorik ke arah distal:
fungsi respirasi
Hilangnya refleks tendon dalam
Gangguan kontrol sirkulasi tepi ketidakstabilan suhu
Konstipasi, retensi urin
Diagnosis: penilaian terhadap luasnya cedera: CT, MRI
Penatalaksanaan:
Resusitasi
Pencegahan cedera lebih lanjut
Memberikan dukungan untuk mengatasi penurunan fungsi syaraf
Nerve Palsi Wajah
Etiologi
o Kompresi syaraf tepi, disebabkan oleh: forsep, partus lama, kompresi in
utero
o Trauma SSP: pada fraktur tulang temporal
Manifestasi Klinis
o Paralisi muncul dini

o Unilateral/bilateral
o Sisi yang terkena kelainan rata/berada di posisi lebih turun
o Menjadi lebih parah oleh menangis
Penatalaksanaan
o Suportif: penutup mata protektif, lubrikasi kornea setiap 4 jam
o Mulai pemberian asupan
Prognosis

85% sembuh dalam 1 minggu


90% sembuh dalam 1 tahun
Pembedahan jika tidak sembuh sendiri dalam 1 tahun

Traum Plexus Brachial


Etiologi

LGA >3500g pada 50-70% kasus


Presentasi abnormal atau persalinan disfungsional
Tanda-tanda gawat janin pada 44%
Distosia bahu
Persalinan sungsang
Trauma bilateral pada 8-23%
Lesi traumatis terkait dengan trauma plexus brachial:
Fraktur klavikula 10%
Fraktur humerus 10%
Subluksasi cervical spine 5%
Trauma cervical 5-10%
Palsi wajah (10-20%)\

Palsi Erb
Etiologi
Cedera akibat regangan C5-C7 (pleksus atas)
90% kasus
Diagnosis:
Pemeriksaan klinis
Foto rontgen untuk menyisihkan kemungkinan trauma tulang
Manifestasi Klinis
Ekstremitas yang terlibat berada:
Dalam posisi aduksi
Dalam posisi pronasi dan terotasi secara internal
Relfleks Moro, bisep dan radial tidak ada
Refleks gengam biasanya ada
2-5% paresis syaraf prenik ipsilateral
Postur "waiter's tip
Gawat pernafasan jika syaraf prenik juga cedera

Palsi Kumpkle
Etiologi

Cedera karena regangan terhadap C8-T1 (pleksus bawah)


10% kasus
Diagnosis:
Pemeriksaan klinis
Foto rontgen untuk menyisihkan kemungkinan cedera otot
Manifestasi Klinis
Refleks cengkram tidak ada
Jari berada dalam posisi seperti akan mencakar (Clawing)
Terkait dengan:
Sindrom Horner (ptosis, myosis, anhidrosis): Trauma terhadap serabut
simpatis T1

Penatalaksanaan Trauma Brachial


Pencegahan kontraktur
Untuk mencegah ketidaknyamanan: Imobilisasi ekstremitas secara perlahan melintang
di atas perut untuk minggu pertama, lalu
Mulailah latihan pergerakan dengan kisaran pasif pada semua sendi
Splint penahan pergelangan tangan
Eksplorasi pembedahan jika tidak terjadi pemulihan fungsional bermakna dalam 3
bulan
Eksplorasi setelah 6 bulan hanya memberikan sedikit keuntungan
Prognosis Trauma Brakhial
Bergantung pada keparahan dan luas lesi:
Regang- 90-100% pemulihan dalam 1 tahun
Ruptur memerlukan koreksi dengan pembedahan
Avulsi - memerlukan koreksi dengan pembedahan
88% sembuh dalam waktu 4 bulan; 92% sembuh dalam waktu 12 bulan; 93% sembuh
dalam 48 bulan
Defisit residual jangka panjang
Kelainan pembentukan tulang progresif
Atropi otot
Kontraktur sendi
Pertumbuhan ekstremitas terganggu
Trauma Saraf Laringeal
Trauma terjadi akibat postur di dalam rahim atau selama persalinan ketika kepala
terotasi dan menekuk ke arah lateral
Ditemui bersamaan dengan tangisan serak atau stridor pernafasan
Diagnosis: laringoskopi langsung (direct)

Terapi: Suportif
Pemberian asupan dalam jumlah kecil dan sering ketika bayi stabil
Meminimalkan risiko aspirasi
Bayi dengan kelainan bilateral mungkin memerlukan pemberian asupan
dengan cara gavage dan trakeotomi
Prognosis: pemulihan spontan dalam waktu 4-6 minggu, pemulihan penuh dalam
waktu 6-12 bulan

Fraktur Tulang Panjang


Tidak umum: 0,1 per 1000 kelahiran hidup
Faktor risiko:
Sungsang
Bedah sesar
Berat badan rendah
Klinis:
Pergerakan menurun
Pembengkakan dan nyeri pada pergerakan pasif
Obgyn mungkin merasakan atau mendengar bunyi fraktur pada saat persalinan
Diagnosis: Foto rontgen
Tata laksana:
Splinting/immobilisasi dalam posisi aduksi
Reduksi tertutup dan pemasangan gisp jika bergeser
Mengamati keberadaan cedera syaraf radial
Pembentukan kalus terjadi dan pemulihan lengkap diharapkan terjadi dalam 24 minggu.
Dalam 8-10 hari, pembentukan kalus cukup untuk menghentikan imobilisasi
Trauma Intra Abdominal
Tidak umum
Riwayat persalinan yang sulit
Perdarahan merupakan komplikasi akut yang paling serius
Hati merupakan organ internal yang paling sering mengalami kerusakan
Gejala-gejala klinis:
Perdarahan: fulminant (syok) atau insidious
Kulit abdomen di atasnya: perubahan warna menjadi kebiruan

PERAWATAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR


1

Pengertian
Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan pengikatan tali pusat yang
menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi, dan kemudian tali pusat dirawat dalam
keadaan bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat. Perawatan tali pusat yang baik dan
benar akan menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat akan puput pada hari ke-5
sampai hari ke-7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak negatif dari perawatan tali
pusat yang tidak benar adalah bayi akan mengalami penyakit Tetanus Neonaturum dan
dapat mengakibatkan kematian ( Depkes, 2007)

2 Tujuan Perawatan Tali Pusat


Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus
pada bayi baru lahir penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus
kedalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat yang tidak steril, pemakaian obat-obatan,
bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat sehingga dapat mengakibatkan
infeksi (Depkes RI, 2005).
3 Lama Waktu Terlepasnya Tali Pusat
Tali pusat orok berwarna kebiru-biruan dan panjang sekitar 2,5 5 cm segera
setelah dipotong. Penjepit tali pusat digunakan untuk menghentikan perdarahan. Penjepit
tali pusat ini dibuang ketika tali pusat sudah kering, biasanya sebelum ke luar dari rumah
sakit atau dalam waktu dua puluh empat jam hingga empat puluh delapan jam setelah
lahir. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump), akan
mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3 minggu, meskipun ada
juga yang baru lepas setelah 4 minggu.
Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan sendirinya. Jangan memegang-megang
atau bahkan menariknya. Bila tali pusat belum juga puput setelah 4 minggu, atau adanya
tanda-tanda infeksi, seperti; pangkal tali pusat dan daerah sekitarnya berwarna merah,
keluar cairan yang berbau, ada darah yang keluar terus- menerus, bayi demam tanpa
sebab yang jelas maka kondisi tersebut menandakan munculnya penyulit pada neonatus
yang disebabkan oleh tali pusat.

Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Lamanya Lepasnya Tali Pusat


Lepasnya tali pusat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah :
1. Timbulnya infeksi pada tali pusat, disebabkan karena tindakan atau perawatan yang
tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat dengan bambu/

gunting yang tidak steril, atau setelah dipotong tali pusat dibubuhi abu, tanah, minyak,
daun-daunan, kopi dan sebagainya.
2. Cara perawatan tali pusat, penelitian menunjukkan bahwa tali pusat yang dibersihkan
dengan air dan sabun cenderung lebih cepat puput (lepas) daripada tali pusat yang
dibersihkan dengan alkohol.
3. Kelembaban tali pusat, tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena
akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga
menimbulkan resiko infeksi.
4. Kondisi sanitasi lingkungan sekitar neonatus, Spora C. tetani yang masuk melalui luka
tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan.

4 Cara Perawatan Tali Pusat


1 Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering.
2 Cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum membersihkan tali
pusat.
3 Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara
dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air hangat. Alasannya, untuk
menjaga tali pusat tetap kering. Bagian yang harus selalu dibersihkan adalah pangkal
tali pusat, bukan atasnya. Untuk membersihkan pangkal ini, Anda harus sedikit
mengangkat (bukan menarik) tali pusat. Bersihkan pangkal tali pusat dengan kassa/
kapa steril yang dibasahi dengan air steril/ air matang, kemudian keringkan.
Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali dalam sehari.
4 Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya
menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko
infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas tali
pusat dengan kain kasa steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena udara
dengan leluasa.
5 Orangtua dapat menghubungi dokter bila tali pusat belum juga puput setelah 4
minggu, atau bila terlihat adanya tanda-tanda infeksi, seperti; pangkal tali pusat dan
daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan yang berbau, ada darah yang keluar
terus- menerus, dan/atau bayi demam tanpa sebab yang jelas. Setelah tali pusat lepas,
terkadang pusar bayi terlihat menonjol (bodong). Dalam budaya kita ada anjuran
untuk menempelkan uang logam (binggel) di atas pusar bayi setelah tali pusatnya
puput. Tujuannya agar pusar anak tidak menonjol (bodong). Padahal tanpa diberi
pemberat pun (uang logam), lama-lama tonjolan terebut akan menghilang. Dan
sesungguhnya, pusar bodong atau tidak lebih dipengaruhi oleh faktor genetik (EG)

Waktu Perawatan Tali Pusat


Waktu untuk melakukan perawatan tali pusat menurut Sodikin (2009), yaitu :

1
2
3

Sehabis mandi pagi atau sore.


Sewaktu-waktu bila balutan tali pusat basah oleh air kencing atau kotoran bayi.
Lakukan sampai tali pusat puput atau kering.
Selama tali pusat belum lepas atau puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan
cara dimasukkan ke dalam bak mandi. Bayi hanya perlu dilap saja dengan menggunakan
air hangat. Hal ini dilakukan agar tali pusat dan daerah sekitarnya tetap dalam keadaan
kering. Tali pusat harus selalu dilihat pada waktu mengganti popok sampai tali pusat
tersebut lepas dan luka pada umbilikusnya sembuh (Sodikin, 2009).
6
1
2
3
4
5

Tanda-tanda Infeksi Tali Pusat


Tanda-tanda infeksi pada tali pusat menurut Sodikin (2009)
Pangkal tali pusat atau sekitarnya berwarna merah atau bengkak
Keluar cairan yang berbau dan bernanah
Ada darah yang keluar terus menerus
Kejang
Bayi mengalami demam

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Perawatan Tali Pusat


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan tali pusat menurut Sodikin
(2009), yaitu :
1
2
3
4
5
6

Jangan menggunakan plester dalam membalut tali pusat bayi karena dapat
menyebabkan iritasi sekitar daerah tali pusat.
Daerah tali pusat dan sekitarnya harus selalu dalam keadaan kering dan bersih,
Jangan mengoleskan alkohol atau betadine pada tali pusat karena akan menyebabkan
tali pusat menjadi lembab.
Lipatlah popok di bawah puntung tali pusat.
Bila terdapat tanda-tanda infeksi pada tali pusat, seperti kemerahan atau mengeluarkan
nanah atau darah dan berbau segera hubungi petugas kesehatan.
Jangan membungkus pusat atau mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke puntung
tali pusat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Mangunatmadja I., Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Bayi Risiko Tinggi,
dalam Temu Muka dan Konsultasi : Deteksi dan Stimulasi Dini Bayi Risiko Tinggi,
Jakarta, 2000.
2. Maridin F., Kematian Perinatal di RSUP Sarjito th 1991-1995 & Analisis Faktor
Resiko, Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UGM, Yogyakarta,1996 : 2-4
3. Wiknjosastro H., Perlukaan persalinan, dalam Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1997 : 716-722.
4. Nygaard D., Traumatic Birth Syndrom, http://www.yahoo.com., 2001
5. Plasker E., Traumatic Birth Syndrom, http://www.google.com., 2002
2. Monheit, Silverman, Fodera, Birth Injury Birth Trauma, http://www.google.com., 2002.
3. Rima M et all, Kamus Kedokteran Dorland, Ed.XXVI, EGC, Jakarta, 1996 : 1951.
4. Hasan R., Alatas H., Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI,
Jakarta, 1985 : 1069-1071.
5. Pranoto I., Pertumbuhan dan Perkembangan Intrauterin, Bagian Kebidanan dan
Penyakit Kandungan FK UGM, Yogyakarta,1992.
6. Rachman M & Dardjad M.T., Segi-segi Praktis Ilmu Kesehatan Anak, Kelompok Minat
Penulisan Ilmiah Kedokteran,Jakarta,1987.
7. Behrman R., Vaughan V., Trauma lahir, dalam Nelson- Ilmu Kesehatan Anak, Ed. XII,
EGC, Jakarta, 1994 : 608-614.
8. Oxorn H., Bayi Baru lahir, dalam Ilmu Kebidanan : Patologi & Fisiologi Persalinan,
Yayasan Esentia Medika, 1996 : 660-681.
9. Bagian Obstetri dan Ginekologi, Obstetri Operatif, FK Unpad, Bandung, 1977 : 37-85
10. BoBak, Irene M.2000 . Perawatan Maternitas dan Ginekologi. Bandung : Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pelajaran.

11. Cunningham, dkk.1995. Obstetri Cuilliams. Jakarta : EGC.


12. Farrer, Helen.1999. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai