Oleh:
Subandi
Anatomi Mandibula
Biomekanik Mandibula
Gerakan mandibula dipengaruhi oleh empat pasang otot
yang disebut otot-otot pengunyah, yaitu otot masseter,
temporalis, pterigoideus lateralis dan medialis.
Pada waktu membuka mulut, maka yang berkontraksi
adalah m. Pterigoideus lateralis bagian inferior, disusul m.
pterigoideus lateralis bagian superior (yang berinsersi pada
kapsul sendi) saat mulut membuka lebih lebar. Sedangkan otot
yang berperan untuk menutup mulut adalah m. Temporalis dan
masseter dan diperkuat lagi oleh m. Pterigoideus medialis.
Fraktur Mandibula
Fraktur didefinisikan sebagai deformitas linear atau terjadinya diskontinuitas
tulang yang disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur dapat terjadi akibat trauma atau
karena proses patologis.
Garis fraktur pada mandibula biasa terjadi pada area lemah dari mandibula
tergantung mekanisme trauma yang terjadi.
Daerah yang tipis pada mandibula adalah angulus dan sub condylus sehingga
bagian ini termasuk bagian yang lemah dari mandibula. Selain itu titik lemah
juga didapatkan pada foramen mentale, angulus mandibula tempat gigi molar III
terutama yang erupsinya sedikit, kolum kondilus mandibula terutama bila
trauma dari depan langsung mengenai dagu maka gayanya akan diteruskan
kearah belakang.
Klasifikasi
Berdasar ada tidaknya gigi pada kiri dan kanan garis fraktur.
Berdasar arah fraktur dan kemudahan untuk direposisi dibedakan :
Horisontal yang dibagi menjadi favourable dan unfavourable.
Vertikal, yang juga dibagi menjadi favourable dan unfavourable.
Berdasar
beratnya
derajat
fraktur,
dibagi
menjadi
fraktur
bentuk
dan
perlekatan
otot
mandibula dapat
Diagnosis
Pada kasus trauma, pemeriksaan penderita dengan kecurigaan fraktur
mandibula harus mengikuti kaidah ATLS, dimana terdiri dari pemeriksaan
awal (primary survey) yang meliputi pemeriksan airway, breathing,
circulation dan disability. Pada penderita trauma dengan fraktur mandibula
harus diperhatikan adanya kemungkinan obstruksi jalan nafas yang bisa
diakibatkan karena fraktur mandibula itu sendiri ataupun akibat perdarahan
intraoral yang menyebabkan aspirasi darah dan clot.
Setelah dilakukan primary survey dan kondisi penderita stabil,
dilanjutkan
dengan
pemeriksaan
lanjutan
secondary
survey
yaitu
Anamnesa
Pemeriksaan fisik ; Untuk memeriksa apakah ada fraktur
mandibula dengan palpasi dilakukan evaluasi false
movement dengan kedua ibu jari di intraoral, korpus
mandibula kanan dan kiri dipegang kemudian digerakkan
keatas dan kebawah secara berlawanan sambil diperhatikan
disela gigi dan gusi yang dicurigai ada frakturnya. Bila ada
pergerakan yang tidak sinkron antara kanan dan kiri maka
false movement +, apalagi dijumpai perdarahan disela gusi.
Penatalaksanaan
Prinsip dasar umum dalam perawatan fraktur mandibula ialah, Evaluasi klinis
secara keseluruhan dengan teliti, pemeriksaan klinis fraktur dilakukan secara
benar, kerusakan gigi dievaluasi dan dirawat bersamaan dengan perawatan fraktur
mandibula, mengembalikan oklusi merupakan tujuan dari perawatan fraktur
mandibula.
Apabila terjadi fraktur multiple di wajah, fraktur mandibula lebih baik dilakukan
perawatan terlebih dahulu dengan prinsip dari dalam keluar, dari bawah keatas.
Waktu penggunaan fiksasi intermaksiler dapat bervariasi tergantung tipe, lokasi,
jumlah dan derajat keparahan fraktur mandibula serta usia dan kesehatan pasien
maupun metode yang akan digunakan untuk reduksi dan imobilisasi. Penggunaan
antibiotik untuk kasus compound fractures, monitor pemberian nutrisi pasca
operasi.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat fraktur mandibula
antara lain adanya infeksi, dengan kuman patogen yang
umum
adalah
staphylococcus,
streptococcus
dan