Anda di halaman 1dari 6

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN

JAKARTA

PERBEDAAN UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL


KUNYIT KUNING (Curcuma domestica) SEBAGAI
ANTIBAKTERI TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli SECARA IN VITRO
DENGAN METODE DIFUSI

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kedokteran

ANNIZADA INTAN PRATIWI


101.0211.010

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN
2013

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Penelitian


Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman
hayati. Kekayaan alam Indonesia merupakan salah satu yang terbesar di dunia.
Di antara kekayaan flora (tumbuh-tumbuhan) tersebut, banyak yang termasuk
kategori tanaman obat dan telah dimanfaatkan oleh nenek moyang kita sejak
berabad-abad lalu. Pemanfaatan tanaman untuk mengobati suatu penyakit
sudah bukan menjadi rahasia lagi. Penggunaan obat tradisional sudah semakin
meningkat,

banyak

ramuan

tradisional

yang

sudah

dihasilkan

dan

dimanfaatkan. Saat ini telah diketahui bahwa tumbuh-tumbuhan tersebut


mengandung zat-zat kimia aktif yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
(Sunanti, 2007).
Pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional hingga saat ini masih
berlangsung dan jenis tanaman yang dapat dipakai sebagai obat tradisional
ternyata sangat banyak macamnya, dimana pemanfaatannya secara umum
masih berdasarkan pengalaman yang turun-temurun dari nenek moyang
(Darsono, 2003). Tanaman obat memiliki harga yang murah sehingga dapat
dijangkau oleh berbagai kalangan. Di dalam tanaman tersebut terdapat zat
farmakologis aktif dan diketahui menghasilkan bahan kimia tertentu yang
secara alami bersifat toksik bagi bakteri (Yushau, 2010).
World Health Organization (WHO) telah mendaftarkan lebih dari
20.000 spesies tanaman obat untuk keluhan seperti pneumonia, maag, diare,
bronkitis, pilek dan penyakit pada saluran pernapasan (Flavia, 2008).
Salah satu tanaman obat itu, yakni mengkudu, dianggap barang
keramat. Sejak 1500 tahun lalu penduduk kepulauan yang kini disebut Hawaii
itu mengenal mengkudu dengan sebutan noni. Mereka menduga tumbuhan
bernama latin morinda citrifolia tersebut memiliki banyak manfaaat. Mereka
memandangnya sebagai Hawaii magic plant, karena buah ini dipercaya bisa
mengobati berbagai macam penyakit. Barangkali, karena selalu mengkonsumsi
mengkudu, mereka selalu merasa sehat sepanjang waktu tanpa terganggu oleh

penyakit yang berarti (Bangun dan Sarwono, 2002). Berdasarkan hasil seleksi
pitekirnia sari buah mengkudu mengandung alkaloid, glikosida antrakinon,
glikosida safenin, dan flavonoid (Maat, 2001).
Buah mengkudu mengandung acubin, asperulosida, alizarin, dan
beberapa zat antrakuinon yang terbuktu sebagai zat antibakteri. Zat tersebut
memiliki kekuatan dalam melawan bakteri infeksi, seperti Escherichia coli,
Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus aureus. Zat antibakteri tersebut
menunjukan dapat mengontrol perkembangan bakteri mematikan, seperti
Salmonella dan Shigella (Bangun dan Sarwono, 2002).
Escherichia coli merupakan flora normal usus kecil dan usus besar
yang umumnya tidak menyebabkan penyakit (non-patogenik). Namun
demikian, non-patogenik Escherichia coli dapat menyebabkan penyakit jika
berada di luar usus misalnya, ke dalam saluran kemih (infeksi kandung kemih
atau ginjal), maupun ke dalam aliran darah (sepsis). Strain Escherichia coli
yang lain (enterovirulent Escherichia coli strain atau EEC termasuk EPEC)
menyebabkan keracunan atau diare meskipun berada di dalam usus dengan
memproduksi racun mengakibatkan peradangan pada usus (Davis 2009).
Adapun Staphylococcus adalah bakteri Gram positif yang memiliki
bentuk bulat dan biasanya tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur
seperti buah anggur, memiliki diameter 1 m, tidak bergerak, dan tidak
memiliki spora. Bakteri S. aureus memiliki sifat koagulase positif, yang
membedakannya dengan spesies staphyilococcus yang lain (Jawetz, 2005).
Bakteri S. aureus merupakan flora normal kulit manusia, S. aureus
kadang-kadang dapat menimbulkan kondisi dermatologis seperti jerawat,
pustul, dan impetigo. Bakteri S. aureus juga banyak ditemukan pada saluran
pernapasan individu yang sehat, tetapi pada orang yang sistem kekebalannya
menurun, dapat menyebabkan infeksi pernapasan serius (Hogg, 2005).
Antimikroba adalah obat untuk mengatasi mikroba, khususnya mikroba
yang merugikan manusia. Sementara itu, antibiotik merupakan zat yang
dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang memiliki kemampuan
untuk menghambat atau membasmi mikroba jenis lain. Meskipun demikian,
mikroorganisme dapat menjadi resisten terhadap antibiotik. Faktor-faktor yang
menyebabkan resistensi tersebut yaitu pada penggunaan antimikroba yang

sering, irrasional, penggunaan berlebih-lebihan, dan penggunaan dalam jangka


waktu yang lama. Selain itu, antimikroba juga memiliki efek samping yang
merugikan pada manusia, seperti reaksi alergi, reaksi idiosinkrasi, reaksi
toksik, serta perubahan biologik dan metabolik pada hospes (Setiabudy, 2007).
Oleh karena itu, studi mengenai pengobatan dari ekstrak tanaman dan buah
yang dapat digunakan sebagai antimikroba saat ini sedang banyak dipelajari
(Nurmahani, 2012; Lee, 2007).
Akan tetapi, terkadang terdapat kendala dalam pengobatan dengan obat
sintetik, seperti reaksi alergi, resistensi, dan efek samping. Hal-hal inilah yang
mendorong para peneliti untuk mencari obat alternatif karena banyak
masyarakat di dunia yang bergantung pada pengobatan ini (Kaur dan kapoor,
2002). Meluasnya penggunaan antibiotik telah menimbulkan bentuk-bentuk
resisten S. aureus di Rumas Sakit (Hogg, 2005).
Seiring dengan perkembangan peradaban, tanaman selain digunakan
untuk

makanan

juga

digunakan

sebagai

obat

walaupun

beberapa

penggunaannya masih berdasarkan empiris atau informasi secara turuntemurun. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membantu
mengkonfirmasikan tentang kebenaran khasiat tanaman obat. Beberapa
tanaman obat ternyata secara ilmiah terbukti khasiatnya (Munim, 2011).
Salah satu kandungan buah mengkudu adalah antrakuinon dan
skopoletin yang aktif sebagai antimikroba, terutama bakteri dan jamur,
sehingga penting dalam mengatasi peradangan dan alergi. Juga diketahui
mengandung enzim yang disebut enzim proxeronase dan suatu alkaloid
proxeronin. Jika kita memakan buah dan minum jusnya, enzim ini di dalam
usus besar kita akan membentuk suatu zat aktif yang disebut xeronine.
Xeronine ini kemudian akan masuk ke dalam aliran darah kita menuju semua
sel tubuh. Semua sel tubuh yang dimasuki ini akan menjadi aktif, lebih sehat,
dan terjadi perbaikan struktur maupun fungsinya (Bangun dan Sarwono, 2002).
Berdasarkan penelitian Purba (2007) bahwa daun mengkudu memiliki
kandungan saponin, flavonoid, polifenol, tanin, dan triterpen (Purba, 2007).
Hasil penelitian Djauharia (2003), telah membuktikan bahwa pada buah
mengkudu terdapat senyawa aktif yang berfungsi sebagai zat antibakteri.
Bakteri yang telah diketahui dapat dihambat oleh zat aktif yang dimiliki oleh

buah

mengkudu

tersebut

adalah

Bacillus

subtilis,

Bacillus

cereus,

Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus aureus.


Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, perlu diteliti lebih lanjut
penelitian tentang ekstrak buah mengkudu dengan topik efektivitas senyawa
ekstrak buah mengkudu sebagai senyawa antibakteri terhadap bakteri S. aureus
(Gram positif) dan Escherichia coli (Gram negatif) dengan pola konsentrasi berbeda
(20%, 40%, 60%, 80% dan 100%) dari penelitian sebelumnya.

I.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah adalah
sebagai berikut :
1.

Apakah ekstrak buah mengkudu mempunyai efektivitas antibakteri

2.

terhadap S. aureus secara in vitro?


Apakah ekstrak buah mengkudu mempunyai efektivitas antibakteri

3.

terhadap Escherichia coli secara in vitro?


Berapakah konsentrasi ekstrak buah mengkudu yang paling efektif sebagai

4.

antibakteri terhadap S. aureus dan Escherichia coli ?


Apakah terdapat perbedaan efektivitas antibakteri ekstrak buah mengkudu
terhadap pertumbuhan S. aureus dan Escherichia coli ?

I.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.

Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan efektivitas senyawa antibakteri ekstrak buah

2.
a.

mengkudu terhadap S. aureus dan Escherichia coli secara in vitro.


Tujuan Khusus
Mengetahui efektivitas senyawa antibakteri ekstrak buah mengkudu

b.

terhadap S. aureus.
Mengetahui efektivitas senyawa antibakteri ekstrak buah mengkudu

c.

terhadap Escherichia coli.


Mengetahui konsentrasi ekstrak buah mengkudu

d.

sebagai antibakteri terhadap S. aureus dan Escherichia coli.


Mengetahui perbedaan efektivitas senyawa antibakteri ekstrak buah

yang paling efektif

mengkudu dalam menghambat pertumbuhan S. aureus dan Escherichia coli


dengan konsentrasi yang berbeda.
I.4 Manfaat Penelitian
I.4.1 Manfaat teoritis

Secara akademis penelitian ini bermanfaat sebagai bahan kajian dalam


menambah ilmu pengetahuan terutama mengenai efektivitas buah mengkudu
terhadap bakteri patogen. Dapat mengetahui sejauh mana efektivitas buah
mengkudu dapat digunakan sebagai penghambat pertumbuhan bakteri.
I.4.2 Manfaat praktis
a. Masyarakat umum
Sebagai bahan ilmu pengetahuan dan sumber informasi tentang khasiat
ekstrak buah mengkudu.
b. Masyarakat Ilmiah
Menambah khasanah pustaka mengenai tanaman obat Indonesia, sebagai
data sumber informasi bacaan dan pelengkap bahan referensi untuk
penelitian selanjutnya di bidang penelitian Mikrobiologi
c. Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta
Menambah data dan referensi untuk tanaman obat khususnya ekstrak buah
mengkudu yang akan dilakukan penelitian selanjutnya.
d. Peneliti
Menambah pengetahuan di bidang Mikrobiologi. Mengaplikasikan ilmu
yang telah didapat sebelumnya serta menambah pengalaman tentang
melakukan penelitian secara eksperimental mengenai aktivitas senyawa
antibakteri ekstrak buah mengkudu terhadap S. aureus dan Escherichia coli
secara in vitro.

Anda mungkin juga menyukai