Anda di halaman 1dari 15

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Fotogrametri
Perkumpulan fotogrametriawan amerika mendefinisikan fotogrametri
sebagai seni, ilmu dan teknologi untuk memperoleh informasi terpercaya dan
interpretasi gambaran fotografik dan pola radiasi tenaga elektromagnetik yang
terekam. Sesuai dengan namanya maka ilmu ini mula-mula hanya menganalisis
foto. Meskipun akhir-akhir ini arti fotogrametri telah diperluas hingga meliputi
analisis rekaman lain selain foto. seperti misalnya pancaran pola tenaga akustik
dan gejala magnetik, namun foto masih merupakan sumber informasi utama di
dalam fotogrametri. Perbincangan dalam buku ini ditekankan pada fotogrametri
fotografik. Meskipun demikian, sumber informasi lain juga diperbincangkan
(Wolf, 1996).
Arti fotogrametri yang tersirat pada definisi tersebut mencakup dua bidang
yang berbeda, yaitu: (l) fotogrametri metrik dan (2) fotogrametri interpretatif.
Fotogrametri metrik terdiri dari pengukuran cermat berdasarkan foto dan sumber
informasi lain yang pada umumnya digunakan untuk menentukan lokasi relatif
titik titik. Dengan demikian dimungkinkan untuk memperoleh ukuran jarak, sudut,
luas, volume, elevasi, ukuran dan bentuk objek. Terapan fotogrametri metrik yang
paling banyak ialah untuk menyusun peta planimetrik dan peta topografi
berdasarkan foto. Pada umumnya digunakan foto udara(dibuat dari wahana
udara), akan tetapi juga digunakan foto terrestrial (dibuat dengan kamera di muka
bumi).

II.2 Survei Deformasi


Deformasi adalah perubahan bentuk, posisi, dan dimensi dari suatu benda
berdasarkan definisi tersebut deformasi dapat diartikan sebagai perubahan
kedudukan atau pergerakan suatu titik pada suatu benda secara absolut maupun
relatif. Dikatakan titik bergerak absolut apabila dikaji dari perilaku gerakan titik
itu sendiri dan dikatakan relatif apabila gerakan itu dikaji dari titik yang lain.

Perubahan kedudukan atau pergerakan suatu titik pada umumnya mengacu kepada
suatu sitem kerangka referensi (absolut atau relatif).
Untuk mengetahui terjadinya deformasi pada suatu tempat diperlukan
suatu survei, yaitu survei deformasi dan geodinamika. Survei deformasi dan
geodinamika sendiri adalah survei geodetik yang dilakukan untuk mempelajari
fenomena-fenomena deformasi dan geodinamika. Fenomena-fenomena tersebut
terbagi atas 2, yaitu fenomena alam seperti pergerakan lempengtektonik,aktivitas
gunung api, dan lain-lain. Fenomena yang lain adalah fenomena manusia seperti
bangunan, jembatan, bendungan, permukaan tanah, dan sebagainya.
Survei deformasi dan geodinamika itu sendiri bisa bermacam-macam
metodenya. Dengan metode konvensional bisa dilakukan juga, contohnya dengan
menggunakan theodollit ataupun sipat datar. Dengan kemajuan teknologi muncul
metode baru dalam survei deformasi dan geodinamika, yaitu metode satelit.
Dengan metode satelit dapat dilakukan dengan menggunakan Global Positioning
System (GPS), penginderaan jauh ataupun dengan menggunakan metode
fotogrametri.
Salah satu contoh dalam survey deformasi dan geodinamika adalah
pengamatan pergerakan fenomena jembatan yang mempunyai karakteristik sendiri.
Dengan melakukan pengamatan menggunakan metode fotogrametri dengan
memanfaatkan kamera SLR, pergeseran kontruksi jembatan dapat ditentukan
dengan membandingkan posisi titik-titik di jembatan dalam suatu kurun waktu
tertentu. Pengontrol Faktor-faktor yang mengontrol terjadinya deformasi adalah :
1.

Suhu
Makin tinggi suhu suatu benda padat semakin ductile sifatnya dan
keregasannya makin berkurang. Misalnya pipa kaca tidak dapat dibengkokan
pada suhu udara normal, bila dipaksa akan patah, karena regas (brittle).
Setelah dipanaskan akan mudah dibengkokan. Demikian pula halnya dengan
batuan. Di permukaan, sifatnya padat dan regas, tetapi jauh di bawah
permukaan dimana suhunya tinggi, bersifat ductile.

2.

Waktu dan strain rate


Pengaruh

waktu

dalam

Kecepatan strain sangat

deformasi

dipengaruhi

oleh

batuan

sangat

waktu. Strain yang

penting.
terjadi

bergantung kepada berapa lama batuan dikenai stress. Kecepatan batuan


untuk berubah bentuk dan volume disebut strain rate, yang dinyatakan dalam
volume per unit volume per detik, di bumi berkisar antara 10-14/ detik sampai
10-15/ detik. Makin rendah strain rate batuan, makin besar kecenderungan
terjadinya deformasi ductile. Pengaruh suhu, confining pressure dan strain
rate pada batuan, seperti ciri pada kerak, terutama di bagian atas dimana suhu
dan confining pressure rendah tetapi strain rate tinggi, batuan cenderung
rapuh (brittle) dan patah. Sedangkan bila pada suhu tinggi, confining
pressure tinggi dan strain rate rendah sifat batuan akan menjadi kurang regas
dan lebih bersifat ductile. Sekitar kedalaman 15 km, batuan akan bersifat
regas dan mudah patah. Di bawah kedalaman 15 km batuan tidak mudah
patah karena bersifat ductile. Kedalaman dimana sifat kerak berubah dari
regas mulai menjadi ductile, disebut brittle-ductile transition.
3.

Komposisi
Komposisi batuan berpengaruh pada cara deformasinya. Komposisi
mempunyai dua aspek. Pertama, jenis dan kandungan mineral dalam batuan,
beberapa mineral (seperti kuarsa, garnet dan olivin) sangat brittle, sedangkan
yang lainnya (seperti mika, lempung, kalsit dan gypsum) bersifat ductile.
Kedua, kandungan air dalam batuan akan mengurangi keregasannya dan
memperbesar keduktilannya. Pengaruh air, memperlemah ikatan kimia
mineral-mineral dan melapisi butiran-butiran mineral yang memperlemah
friksi antar butir. Jadi batuan yang basah cenderung lebih ductile daripada
batuan kering. Batuan yang cenderung terdeformasi ductile diantaranya
adalah batu gamping, marmer, lanau, serpih, filit dan sekis. Sedangkan yang
cenderung brittle adalah batupasir, kuarsit, granit, granodiorit, dan gneiss.

II.3 Relatif Orientation


Bayangkan kamera yang membeku di antariksa pada saat pemotretan
sebuah pasangan foto stereo. Dua negatif dalam kamera akan mengandung posisi

dan sikap tertentu secara relatif satu terhadap yang lain. Di dalam orientasirelatif,
hubungan posisi dan sikap ini diciptakan kembali bagi dua di positif dengan cara
gerakan melalui proyektor. Kondisi yang terpenuhi dalam orientasi relatif ialah
bahwa tiap titik model dan dua pusat proyeksi membentuk sebuah bidang dalam
miniatur persis seperti bidang yang ada bagi titik medan yang bersangkutan dan
duastasiun pemotretan. untuk orientasi relatif ialah bahwa berkas sinar terproyeksi
untuk titik yang bersangkutan pada diapositif kiri dan kanan harus berpotongan
pada satu titik. Hal ini merupakan dasarbagi cara kerja orientasi relatif sistematik
(Wolf, 1996)

II.4 Resection
Space Resection atau reseksi ruang dengan dengan kolinearitas merupakan
metode numerik murni yang secara serentak menghasilkan enam unsur orientasi
luar (EO). Besarnya nilai sudut (XL,YL,ZL, ,,k) diperoleh dengan penyelesaian
itu. Space Resection dengan kolinearitas memungkinkan penggunaan ulang
sejumlah titik kontrol medan. Oleh karena itu dapat digunakan cara perhitungan
kuadrat terkecil untuk menentukan nilai yang paling mungkin bagi keenam unsur
itu. Space Resection dengan kolinearitas merupakan metode yang lebih disukai
untuk menentukan unsur orientasi luar (Wolf, 2000).
Space Resection dengan kolinearitas meliputi formulasi yang disebut
dengan Persamaan Kolinearitas (collinearity equation) untuk sejumlah titik
kontrol yang koordinat medannya X, Y, dan Z diketahui dan yang gambarnya
tampak pada foto. Kemudian persamaan itu diselesaikan untuk enam unsur
orientasi luar yang belum diketahui dan tampak pada foto. Kolinearitas
dideskripsikan sebagai kondisi dimana stasiun pemotretan, beberapa titik objek,
dan image foto berada pada satu garis lurus pada space 3D. kondisi kolinearitas
diilustrasikanseperti gambar dibawah ini dimana A, o dan a terletak pada satu
garis lurus.

Gambar II.1 Reseksi Spasial

Pada reseksi spasial ini, harus diketahui koordinat (X, Y, Z) titik 1, 2, 3 di


tanah, dalam hal ini pada objek, biasanya melalui pengukuran, dan juga diketahui
koordinat (x, y, z) titik 1, 2, 3 di foto. Parameter yang dihitung adalah parameter
orientasi relatif Xo, Yo, Zo, , , .

II.5 Konfigurasi Data Foto


Dalam berbagai jenis pekerjaan fotogrametri, langkah mendesain jaringan
merupakan faktor terpenting untuk mendapatkan tingkat akurasi yang tinggi. Hal
pokok dalam mendesain konfigurasi pemotretan dalam suatu pekerjaan
fotogrametri antara lain jarak maksimum kamera terhadap objek, diameter target,
jumlah dan distribusi titik-titik foto, dan sudut pengambilan (A. Shirkhani
Saadatseresht, 2006). Jarak maksimum kamera terhadap objek memiliki pengaruh
terhadap diameter target yang digunakan sebagai Premark, sehingga dari
hubungan tersebut didapat sebuah persamaan untuk mendesain jarak pemotretan :

..........................................................................................

(II.1)

Dimana f merupakan panjang focus kamera, p merupakan jumlah piksel


minimum target, d jarak kamere ke objek, r adalah diameter target, fw lebar CCD
kamera, dan pw jumlah horizontal piksel foto. Untuk penentuan jumlah dan
distribusi minimum dari titik-titik foto harus memenuhi persamaan :

..........................................................................

(II.2)

Persamaan diatas menjelaskan bahwa total jumlah persamaan yang


digunakan untuk menghitung jumlah 3n + 6m parameter adalah 2mn + 7. Dengan
kata lain untuk mendapatkan nilai solusi yang unik dalam menyelesaikan sebuah
persamaan minimum dibutuhkan 4 titik (n) dan 3 buah foto (m) atau 5 titik (n)
dengan 2 buah foto (m).
Kisaran besaran sudut pengambilan tiap stasiun pemotretan dalam
fotogrametri terrestrial berkisar antara 90 - 120 dengan menambahkan rotasi 90
kekiri dan kekanan untuk tiap stasiun pengambilan data foto.

II.6 Perataan Jaringan Pemotretan ( BundleAdjusment )


Bundle Adjustment adalah proses penentuan atau perhitungan parameter IO,
EO dan koordinat obyek secara serempak bersamaan dengan menggunakan teknik
hitung kuadrat terkecil. Dalam dekade sepuluh tahun terakhir teknik ini menjadi
cara yang paling efisien untuk memproses data pemotretan seperti yang
dilaporkan oleh Trigs et al. (2000). Maka dengan metode Helmert Blocking (Wolf,
1978), maka persamaan normalnya dapat dituliskan sebagai:
[

][ ]

] = 0 ................................................

(II.3)

Dimana P disini adalah matrik bobot dari ketelitian pengukuran koordinat foto
dijital:

] .................................................................................

Keterangan :
A

= Matriks Desain

= Matrik Bobot

= Matrik Pengamatan

= Varian

(II.4)

Disini x dan y adalah standard error dari ukuran titik obyek ke-j pada foto
ke-i dari total n titik obyek dan m buah foto. Persamaan dapat ditulis menurut
notasi Brown sebagai berikut:

][ ]

[ ]

.............................................

(II.5)

Persamaan ini merupakan pengembangan dari persamaan kolinier dan setiap


elemen didalamnya didefinisikan sebagai:

................................................................................

(II.6)

DimanaN dan Nij adalah sub-matrik dari matrik blok-diagonal, dimana


blok Nmerujuk pada parameter EO and Nij mengacu pada koordinat titik-titik
obyek seperti yang tersaji pada Rumus dibawah ini.

........................................

(II.7)

......................................................................

(II.8)

Dimana:

Persamaan diatas adalah teknik Bundle Adjustment untuk mendapatkan nilai


parameter EO dan koordinat titik obyek didalam sistem kartesian 3D. Jika titiktitik obyek ini ingin dihitung dengan tingkat keakurasian yang lebih tinggi lagi,
maka maka kesalahan sistematis didalam kamera harus dimodelkan.

Gambar II.2 Kondisi Kolinieritas

Keterangan gambar :
,

: Koordinat Foto
: Koordinat Titik Object Space

X,Y,Z

: Koordinat Kamera

: Panjang Fokus Kamera


,

: Koordinat Dari Principal Point

Persamaan dasar dari kondisi kolinearitas bersifat nonlinier dan dilinearkan


dengan menggunakan teorema Taylor dengan pendekatan awal bagi semua unsur
orientasi luar yang tidak diketahui. Dua persamaan menunjukkan kondisi
kolinearitas untuk setiap titik pada foto, satu persamaan untuk koordinat foto x
dan persamaan yang lain untuk koordinat foto y .
*

+ .....................................

(II.9)

+ ....................................

(II.10)

.....................................................................................

(II.11)

Yang dijabarkan seperti berikut :

.....................................................

(II.12)

..................................................

(II.13)

..................................................................................

(II.14)

.................................................

(II.15)

.....................................................

(II.16)

..............................................................................................

(II.17)

.................................................................................

(II.18)

....................................................................................

(II.19)

Dimana;
,

: Koordinat Foto Titik A


: Koordinat Foto Yang Diukur
: Koordinat Obyek Untuk Titik A

: Koordinat Stasiun Pemotretan

: Panjang Fokus Kamera


: 3 Sudut matrik rotasi (

Persamaan tersebut merupakan persamaan non linear dan sembilan unsur


yang belum diketahui, 3 sudut perputaran , ,k, yang berhubungan dengan r , 3
koordinat stasiun pemotretan XL, YL, ZL, 3 koordinat titik objek XA, YA, ZA.
persamaan non linier dapat dilinearisasikan dengan menggunakan teorema Taylor
(Wolf, 2000). Didalam Geomatika deret Taylor sering digunakan untuk
melinierkan bentuk-bentuk persamaan yang non-linier, baik dalam bentuk skalar
(univariate) maupun dalam bentuk vektor.
Untuk bentuk skalar, diberikan suatu fungsi y = f(x) dengan nilai yang diketahui
adalah y0 = f(x) pada x = x0, nilai-nilai lainnya adalah:
|
Jika

sangat kecil maka

................

(II.20)

, seperti yang terjadi untuk orde-

orde yang lebih tinggi lagi. Hal ini akan menyebabkan:


|

.................................

(II.21)

Least Square adalah sebuah teknik statistic yang digunakan untuk


mengestimasi parameter yang tidak diketahui dengan sebuah solusi dimana teknik
tersebut dapat juga meminimalisasi nilai kesalahan dari solusi itu sendiri.Dalam
fotogrametri,metode Least Square Adjustment digunakan untuk beberapa proses
antara lain :
1.Mengestimasi/meratakan nilai parameter exterior orientation,
2.Mengestimasi nilai object space point (X,Y,Z) beserta nilai keakurasiannya,
3.Mengestimasi dan meratakan nilai parameter interior orientation,
4.Meminimalisasi dan mendistribusikan errors data melalui jaringan pengamatan.

II.7 Penyamaan Sistem Datum ( Transformasi Koordinat )


Penyelesaian suatu persoalan fisis dapat lebih mudah dianalisa bila
menggunakan sistem koordinat yang tepat. Ini berkaitan dengan perubahan cara
pandang. Misalnya persoalan gerak parabola umumnya dianalisa dengan
menggunakan sistem koordinat kartesian, sedangkan persoalan gerak melingkar
dianalisa dengan menggunakan sistem koordinat polar. Persoalan fisis yang
dianalisa tidak bergantung pada sistem koordinat yang digunakan. Artinya
hasilnya seharusnya tidak terpengaruh pada cara pandang yang digunakan.
Persoalan yang dirumuskan dalam suatu sistem koordinat bila akan diselesaikan
dengan sistem koordinat yang lain memerlukan suatu langkah transformasi
koordinat yang dirumuskan menggunakan matriks transformasi.
Langkah terakhir transformasi koordinat merupakan penterjemah titik
pangkal sistem XY ke titik pangkal sistem XY. Faktor penterjemah yang
diperlukan ialah Tx dan Ty, Koordinat medan akhir X dan Y bagi titik c
selanjutnya ialah (Paul R Wolf, 1996):
.......................................................................................

(II.22)

.......................................................................................

(II.23)

Faktor penterjemah Tx dan Ty diperhitungkan sebagai

..................................................................

(II.24)

..................................................................

(II.25)

II.8 Analisis Deformasi


Analisis Deformasi ada dua macam di antaranya :
1.

Analisis Geometrik :
Bila kita hanya tertarik pada status geometrik (ukuran dan dimensi) dari
benda yang terdeformasi.

2.

Analisis Fisis :
Bila kita bermaksud untuk menentukan status fisis dari benda yang
terdeformasi, regangan, dan hubungan antara gaya dengan deformasi yang
terjadi.

Dalam analisis fisis deformasi, hubungan antara gaya dan deformasi dapat
dimodelkan dengan menggunakan metodaempiris (statistik), yaitu melalui
korelasi antara pengamatan deformasi dan pengamatan gaya. Metoda lain dalam
analisis fisis yaitu metoda deterministik, yang memanfaatkan informasi dari gaya,
jenis material dari benda, dan hubungan fisis antara regangan (strain) dan
tegangan (stress) pada benda.

II.9 Parameter Deformasi


Deformasi dari suatu benda/materi dapat digambarkan secara penuh dalam
bentuk tiga dimensi apabila diketahui 6 parameter regangan (normal-shear) dan 3
parameter komponen rotasi. Parameter deformasi ini dapat dihitung apabila
diketahui fungsi pergeseran dari benda tersebut persatuan waktu.Adapun
Parameter - parameter deformasi meliputi :
1.

Tegangan (Stress)
Tegangan adalah gaya (F) per luas permukaan (A) yang diteruskan ke
seluruh material melalui medan-medan gaya antar atom. Pada umumnya
arah tegangan miring terhadap luas A tempatnya bekerja dan dapat
diuraikan menjadi dua komponen, yaitu:
a.

Tegangan Normal (Normal Stress), tegak lurus terhadap luas A.

b.

Tegangan Geser (Shear Stress), bekerja pada bidang luas A.

Gambar II.3 Komponen Tegangan

2.

Regangan (Strain)
Perpindahan partikel suatu benda elastis selalu menimbulkan terjadinya
perubahan bentuk benda tersebut. Perubahan bentuk suatu benda elastik
dikaitkan dengan regangan, maka perubahan bentuk tersebut dipandang
sebagai perubahan bentuk yang kecil. Dalam sistem koordinat kartesian tiga
dimensi, perpindahan kecil partikel yang berubah bentuk diuraikan dalam
komponen uX, uY dan uZ yang masing-masing sejajar terhadap sumbu
koordinat kartesian X, Y dan Z.

Gambar II.4 Elemen Kecil Benda Plastik dan Komponen Regangan

Keterangan gambar :
A. Komponen Regangan
B. Elemen Kecil Benda Elastik
3.

Rotasi (Rotation)
Rotasi merupakan perubahan posisi materi tanpa mengalami perubahan
bentuk yang membentuk perubahan sudut terhadap koordinat acuan.
Sebagai gambaran bentuk rotasi dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

Gambar II.5 Komponen Rotasi

II.10 Uji Statistik (Distribusi Normal)


Uji statistik atau di sebut juga statistik test (F) adalah uji untuk menentukan
nilai kesetabilan dari proses perhitungan di excel. Untuk menentukanya dilakukan
dengan bantuan microsoft excell.
Nilai tersebut digunakan untuk uji statistik di tabel excel yang telah di buat
untuk di bandingkan dengan nilai Total. Untuk melakukan analisa deformasi yang
berupa nilai kesetabilan dari proses hitungan Excel, maka dilakukan uji statistik
terhadap nilai rasio pergeseran. Uji statistik dilakukan dengan tingkat kepercayaan
95%. Apabila nilai T > F maka hasilnya tidak stabil, tapi sebaliknya bila nilai T <
F maka nilai di anggap stabil. (Modul Praktikum. 2015)

Gambar II.6 Kurva Distribusi Normal

II.11 Vektor Pergeseran


Kecepatan pergeseran adalah besaran yang menyatakan perubahan suatu
titik pantau dalam selang waktu tertentu sehingga bisa menjadi indikator
terjadinya deformasi di daerah pengamatan. Salah satu cara untuk menghitung

besarnya kecepatan vektor pergeseran masing-masing titik adalah dengan metode


linier fit, yaitu memanfaatkan pendekatan fungsi linier. Sistem koordinat
toposentrik lokal dipilih sebagai format data yang dipakai dalam proses hitungan
linier fit untuk menghitung pola dan kecepatan pergeseran. Titik acuannya adalah
sesi pertama pengamatan masing-masing stasiun, sehingga pergeseran titik yang
sama pada sesi selanjutnya mengacu kepada pengamatan sesi pertama. Adapun
fungsi liniernya dirumuskan sebagai berikut :
...........................................................................................

(II.26)

Keterangan:
x = waktu (tahun + sesi/365)
y = data pada waktu t
a dan b = nilai data pengamatan

Rumus untuk menentukan vektor pergeseran

.............................................

(II.27)

Rumus varian untuk menentukan komponen koordinat (XYZ)

..................................................................................

(II.28)

..................................................................................

(II.29)

..................................................................................

(II.30)

Dimana :
2 x12

: Varian

xi12

: Jumlah vektor pergeseran

: Jumlah titik koordinat foto


: Vektor

12

komponen koordinat

pergeseran

: Varian vektor pergeseran

Rumus varian vektor pergeseran , std. deviasi dan Rasio


(

.................

(II.31)

.....................................................................................

(II.32)

...........................................................................................................

(II.33)

II.12 Software Australis


Australis pertama kali dirilis pada tahun 1997 dan kemudian benar-benar
kembali ditulis-untuk menghasilkan Australis V7 pada tahun 2006. Baru-baru ini
dirilis Australis V8 dirancang untuk melakukan 3D sangat otomatis pengukuran
koordinat dan kamera kalibrasi fotogrametri dari jaringan citra digital multistasiun (misalnya multi-view stereo dan konfigurasi gambar konvergen) yang
terdiri satu atau sejumlah kamera. Australis mendukung pengukuran otomatis poin
objek sasaran serta memproduksi awan titik 3D adegan ditargetkan. Hal ini juga
berguna untuk aplikasi metrologi baik presisi tinggi menggunakan 'metrik' kamera
digital (atau citra scan), atau rendah-pengukuran moderat akurasi menggunakan
kamera digital konsumen kelas. Australis sangat ideal untuk digunakan industri
dan untuk pengajaran prinsip-prinsip dan praktek fotogrametri, dan itu adalah alat
yang berharga untuk penelitian dan aplikasi pengukuran praktis.

Anda mungkin juga menyukai