BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Umum
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem
guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting
dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya).
Menurut Dr.Ir. Suripin, M.Eng. (2004;7) drainase mempunyai arti
mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum,
drainase didefinisikan sebagai serangkaian banguna air yang berfungsi
untuk mengurangi dan atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan
atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga
diartikan sebagai suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak
diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penanggulangan akibat yang
ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.
Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari
prasaarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju
kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase di
sini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air. Selain itu juga
berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan
untuk mmperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir. Kegunaan adanya
saluran drainase ini adalah untuk mengeringkan daerah becek dan genangan
air sehingga tidak ada akumulasi air tanah, menurunkan permukaan air
tanah pada tingkat ideal, mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan
II-1
II-2
II-3
2.2
Analisa Hidrologi
Untuk menyelesaikan persoalan drainase sangat berhubungan dengan aspek
hidrologi khususnya masalah hujan sebagai sumber air yang akan di alirkan
pada sistem drainase dan limpasan sebagai akibat tidak mempunyai sistem
drianase mengalirkan ke tempat pembuangan akhir. Desain hidrologi
diperlukan untuk mengetahui debit pengaliran.
II-4
Saluran Kwarter
Saluran Tersier
Saluran Sekunder
Saluran Primer
II-6
Distribusi Normal
Distribusi Gumbel
II-7
(2.1)
Dimana :
KT =
XT
(2.2)
tahunan;
Xa
KT
II-8
Slogx =
(2.3)
(2.4)
(2.5)
II-9
Dimana :
Xt
tahunan;
n
(2.6)
Si =
(2.7)
(
(
)
)(
(2.8)
Dimana :
Cs
= koefisien asimetri
Si
= standar deviasi
II-11
Sx =
(2.9)
Dimana:
Xt
Rt
Ra
Ri
Sx
= Standar Deviasi
Sn
Yt
Yn
II-12
0
1
2
3
4
5
6
7
0,4952 0,4996 0,5035 0,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181
0,5225 0,5252 0,5283 0,5283 0,5296 0,5309 0,5320 0,5332
0,5362 0,5371 0,5380 0,5388 0,5402 0,5402 0,5410 0,5418
0,5436 0,5422 0,5448 0,5453 0,5458 0,5463 0,5468 0,5473
0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511
0,5521 0,5534 0,5527 0,5530 0,5533 0,5535 0,5538 0,5540
0,5548 0,5552 0,5555 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563
0,5569 0,5570 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,5580 0,5581
0,5568 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596
(Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan : 51)
8
0,5202
0,5343
0,5424
0,5477
0,5519
0,5543
0,5565
0,5583
0,5598
9
0,5220
0,5353
0,5432
0,5481
0,5518
0,5545
0,5567
0,5585
0,5599
8
1,0493
1,1047
1,1363
1,1574
1,1721
1,1834
1,1923
1,1994
1,2055
9
1,0565
1,1086
1,1388
1,1590
1,1734
1,1844
1,1930
1.2001
1,2060
0
1
2
3
4
5
6
7
0,9496 0,9676 0,9833 0,9971 1,0095 1,0206 1,0316 1,0411
0,0628 1,0696 1,0696 1,0811 1,0864 1,0915 1,0961 1,1047
0,1124 1,1159 1,1159 1,1226 1,1255 1,1285 1,1313 1,1339
0,1413 1,1436 1,1436 1,1480 1,1499 1,1519 1,1538 1,1557
0,1607 1,1623 1,1623 1,1658 1,1667 1,1681 1,1696 1,1708
0,1747 1,1759 1,1759 1,1759 1,1793 1,1803 1,1814 1,1824
0,1859 1,1863 1,1863 1,1881 1,1890 1,1898 1,1906 1,1915
0,1938 1,1945 1,1945 1,1959 1,1967 1,1973 1,1980 1,1987
0,2007 1,2013 1,2020 1,2026 1,2032 1,3038 1,2044 1,2049
(Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan : 51)
Tabel 2.6 Reduce Variate, YT, sebagai fungsi periode ulang
Periode Ulang (tahun) Variasi yang berkurang
2
0,3665
5
1,4999
10
2,2502
25
3,1985
50
3,9019
100
4,6001
(Sumber : Joesron Loebis, 1987)
II-13
Untuk menentukan distribusi yang tepat dalam menghitung curah hujan rencana
dengan periode ulang t tahun, maka perlu diperhatikan syarat-syarat dalam tabel
2.7.
Tabel 2.8 Pedoman Umum Penggunaan Metode Distribusi Sebaran
NO
JENIS DISTRIBUSI
NORMAL
SYARAT
Cs=0
Ck=3
LOG NORMAL
Cs=1,104
Cv=5,24
GUMBEL
Cs1,139
Ck5,4
Cs0
Cv=0,3
II-14
II-15
II-16
I=
24
2
3
(2.10)
Dimana ;
R24
Q=
xCxIxA
(2.11)
Dimana ;
Q
= koefisien pengaliran
II-18
(2.12)
Dimana ;
C1, C2, C3
A1, A2, A3
II-20
Setelah mengetahui letak daerah titik banjir, peta kontur dan site plan
dibagi menjadi daerah tangkapan. Biasanya saluran saluran berada di
tepi jalan.
II-21
t1 - t2 x 100%
T
(2.13)
Dimana ;
t1= tinggi tanah dibagian tertinggi (m)
t2= tinggi tanah dibagian terendah (m)
T = panjang saluran
tc= {
}0,385
(2.14)
Dimana ;
S = Kemiringan saluran
L = panjang saluran (km)
II-22
2.3
Analisa Hidrolika
Zat cair dapat diangkut dari suatu tempat lain melalui bangunan pembawa
alamiah maupun buatan manusia. Bangunan pembawa ini dapat terbuka
maupun tertutup bagian atasnya. Saluran yang tertutup bagian atasnya
disebut saluran tertutup (closed concuits), sedangkan yang terbuka bagian
atasnya disebut saluran terbuka (open channels).
Pada sistem pengaliran melalui saluran terbuka terdapat permukaan air yang
bebas di mana permukaan bebas ini dipengaruhi oleh tekanan udara luar
secara langsung, saluran terbuka umumnya digunakan pada lahan yang
masih memungkinkan (luas), lalu lintas pejalan kakinya relatif jarang, beben
kiri dan kanan saluran relatif ringan. Pada sistem pengaliran melalui saluran
tertutup seluruh pipa diisi dengan air sehingga tidak terdapat permukaan
yang bebas, oleh karena itu permukaan tidak secara langsung dipengaruhi
oleh tekanan udara luar, saluran tertutup umumnya digunakan pada daerah
yang lahannya terbatas (pasar, pertokoan), daerah yang lalu lintas pejalan
kakinya relatif padat, lahan yang dipakai untuk lapangan parkir.
Berdasarkan konsistensi bentuk penampang dan kemiringan dasarnya
saluran terbuka dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Saluran prismatik, yaitu saluran yang bentuk penampang melintang dan
kemiringan dasarnya tetap. Contoh : saluran drainase, saluran irigasi.
b. Saluran non prismatik, yaitu saluran yang bentuk penampang melintang
dan kemiringan dasarnya berubah-ubah. Contoh : sungai
Aliran pada saluran terbuka terdiri dari saluran alam, seperti sungai sungai
kecil di daerah hulu hingga sungai besar di muara, dan saluran buatan,
II-23
2.3.1 Saluran
Syarat syarat saluran antara lain sebagai berikut:
Aliran subkritis;
II-24
II-25
(2.15)
Debit yang mampu ditampung oleh saluran (Qe) dapat diperoleh dengan
rumus seperti dibawah ini :
Qe = As. V
(2.16)
II-26
Dimana:
As = luas penampang saluran (m2)
V = kecepatan rata-rata aliran di dalam satuan (m/det)
Kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran dapat dihitung dengan
menggunakan rumus manning sebagai berikut ;
V=
. R2/3. S1/2
(2.17)
Dimana:
V
As