PERILAKU KEKERASAN
Oleh Kelompok :
(13C10966)
(13C10980)
(13C10983)
Simon Diandari
(13C10990)
(13C10993)
(13C10996)
Kelas /Semester
: IIA / IV
LAPORAN PENDAHULUAN
PRILAKU KEKERASAN
A. Tinjauan Teori
1. Konsep Dasar Skizofrenia
a. Pengertian
Seorang psikiater Swiss, Eugen Bleuler, memperkenalkan istilah
Skizofrenia yang berasal dari bahasa Yunani schizos artinya terbelah,
terpecah, dan phren artinya pikiran. Secara harfiah, skizofrenia berarti
pikiran/jiwa yang terbelah/terpecah. Bleuler lebih menekankan pola
perilaku, yaitu tidak adanya integrasi otak yang mempengaruhi pikiran,
perasa, dan afeksi. Dengan demikian tidak ada kesesuaian antara pikiran
dan emosi, antara persepsi terhadap kenyataan yang sebenarnya.
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang bersifat kronis atau
kambuh ditandai dengan terdapatnya perpecahan (schism) antara pikiran,
emosi, dan perilaku pasien yang terkena. Perpecahan pada pasien
digambarkan dengan adanya gejala fundamental (primer) spesifik, yaitu
gangguan pikiran yang ditandai dengan gangguan asosiasi, khususnya
kelonggaran asosiasi. Gejala fundamental lainnnya adalah gangguan
afektif, autisme, dan ambivalensi. Sedangkan gejala sekundernya adalah
waham dan halusinasi (Kaplan, 2004).
Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikologi dengan gangguan
dasar pada kepribadian dan distorsi khas proses pikir yang ditandai dengan
proses pikir penderita yang lepas dari realita sehingga terjadi perubahan
kepribadian seseorang yang reversible dan menuju kehancuran serta tidak
berguna sama sekali ( Dep. Kes. , 1995 ). Terjadinya serangan skizofrenia
pada umumnya sebelum usia 45 tahun dan berlangsung paling sedikit 1
bulan. Penderita skizofrenia banyak ditemukan dikalangan golongan
ekonomi rendah , sehingga hal ini diperkirakan merupakan factor
predisposisi penyebab timbulnya skizofrenia (Dep. Kes., 1995 ).
b. Etiologi
Teori tentang penyebab skizofrenia, yaitu:
1) Diathesis-stres model
bahwa
skizofrenia
disebabkan
oleh
aktivitas
4) Faktor psikososial
a) Teori perkembangan
Ahli teori Sullivan dan Erikson mengemukakan bahwa
kurangnya perhatian yang hangat dan penuh kasih saying di
tahun-tahun awal kehidupan berperan dalam menyebabkan
kurangnya identitas diri, salah interpretasi terhadap realitas dan
3
skizofrenia.
Namun
beberapa
penderita
pendiam.
Pasif dan apatis serta menarik diri dari pergaulan sosial.
Sulit dalam berpikir nyata.
Pola pikir steorotip.
Tidak ada/ kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada
inisiatif.
d. Klasifikasi
Dari uraian diatas secara umum skizofrenia dibagi dalam 5 tipe atau
kelompok
yang
mempunyai
spesifikasi
masing-masing,
kriteria
motif
terhadap
semua
perintah
atau
upaya
untuk
klien
mengalami
prilaku
yang
dapat
membahayakan klien sendiri, lingkungan termasuk orang lain, dan barangbarang (Maramis, dalam Ade Herman Surya Direja, 2011)
Prilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi prilaku kekerasan secara
verbal dan fisik (ketner et al., dalam Ade Herman Surya Direja, 2011)
7
dimana
seseorang
Frustasi
Agresif
Kekerasan
menemukan alternative.
3. Pasif
Individu tidak dapat mengngkapkan perasaannya.
4. Agresif
Perilakuk yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut
tetapi masih terkontrol.
5. Kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontol.
(Ade Herman Surya Direja, 2011 : 132)
ISI
PASIF
Negative
ASERTIF
AGRESIF
dan Positif
dan Menyombongkan
PEMBICARAAN
merendahkan
menawarkan
diri, merendahkan
8
diri
perkataan:
perkataan:
Dapatkah
saya dapat
Saya akan
saya?
Dapatkah
contohnya:
kamu selalu
kamu
tidak
pernah
TEKANAN
kamu?
Cepat lambat, Sedang.
SUARA
POSISI BADAN
mengeluh.
Menundukkan
Posisi
kepala
tegap
JARAK
lain
condong
dan kedepan.
Menjaga
santai.
jarak Mempertahank
dengan
acuh/mengabaik
nyaman.
PENAMPILAN
an.
Loyo,
KONTAK MATA
dapat tenang
Sedikit/sama
Mempertahank
sekali tidak
Mengancam,
posisi menyerang.
Mata melotot dan
sesuai dengan
hubungan.
Sumber: Keliat, dalam Ade Herman Surya Direja, (2011)
c. Psikopatologi
1) Etiologi
a) Faktor Predisposisi
(1) Faktor Psikologis
(a) Terdapat asumsi bahwa seseorang dalam mencapai
suatu
tujuan
mengalami
hambatan
akan
timbul
kepuasan
dan
rasa
aman
dapat
kekuatan
dan
restise
yang
dapat
terhadap
peningkatan
dapat
mempengaruhi
seseorang
mempengaruhi
dalam
menstimulasi
timbulnya
perilaku
11
otak
12
perubahan
tahap
perkembangan,
atau
d. Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga
dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang
konstuktif dalam mengekspresikan kemarahannya. Mekanisme koping
yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti
displacement, sublimasi, proyeksi, represif, denial, dan reaksi formasi.
Prilaku yang berkaitan dengan prilaku kekerasan antara lain :
1) Menyerang atau menghindar
Pada keadaan ini respon fisiologi timbul karena kegiatan system saraf
otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin yang menyebabkan
tekanan darah meningkat, takikardi, wajah memerah, pupil melebar,
mual, sekresi HCL meningkat, peristaltic gaster menurun, pengeluaran
urin dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat,
tangan mengepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
2) Menyatakan secara asertif
Prilaku yang ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan prilaku pasif, agresif dan asertif. Prilku
asertif adalah cara yang terbaik, individu dapat mengespresikan rasa
marahnya tanpa menyakiti orang lain. Secara fisik maupun psikologis
dan denga prilaku tersebut individu juga dapat mengembangkan diri.
3) Membrontak
Prilaku yang muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik prilaku
untuk menarik perhatian orang lain.
4) Prilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan.
(Ade Herman Surya Direja, 2011 : 137)
e. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi somatik
14
mampu
mengendalikan
perilakunya
yang
tidak
bisa
4)
5)
6)
7)
8)
Foto terapi atau terapi sinar adalah terapi somatic pilihan. Terapi ini
diberikan dengan memaparkan klien pada sinar terang 5-20 kali
lebih terang dari pada sinar ruangan. Klien biasanya duduk, mata
terbuka, 1,5 meter di depan klien di letakkan lampu setinggi mata.
Terapi sinar sangat bermanfaat dan menimbulkan efek yang positif.
Kebanyakan klien membaik setelah 3-5 hari tetapi bisa kambuh lagi
segera setelah terapi dihentikan. Keuntungan yang lain klien tidak
akan mengalami toleransi terhadap terapi ini. Bahkan bisa tersedia
peralatan ini bisa diberikan di rumah.
e) Terapi deprivasi tidur
Terapi deprivasi tidur adalah terapi yang diberikan kepada klien
dengan cara mengurangi jumlah jam tidur klien. Terapi ini cocok
diberikan pada klien depresi.
17
dan
hasil
pengukuran)
dalam
pengukuran
dilakukan
keluarga,
bagaimana
kelompok,
dimasyarakat
dan
tugas/perannya tersebut.
(4) Ideal Diri
Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku
sesuai dengan standar personal. Ideal diri dapat berupa
gambaran individu yang disukai, tujuan atau nilai yang
diinginkan. Ini merupakan bagaimana harapan klien
19
dalam
yang
dilakukan
klien
dirumah/
dilingkungan
20
yaitu
Sirkumtansila
(pikiran
berputar-putar),
dapat
diceritakan
yang
dimanifestasikan
dengan
tidak
mengacuhkan
terhadap
rangsangan/lingkungan
j) Tingkat Kesadaran
Mengobservasi tingkat kesadaran klien, kesadaran dapat
digambarkan sebagai berikut : Apatis ( tidak mengacuhkan
terhadap rangsangan/lingkungan sekitarnya, mulai mengantuk,
Somnolensia (menganatuk dan tidak ada perhatian sama
sekali), Bingung delirium, sedasi : (kacau, merasa melayang
antara sadar dan tidak sadar), sopor (ingatan, orientasi,
pertimbangan hilang, hanya berespon terhadap rangsangan
yang keras dan kuat), stupor, subkoma, soporoskomatus tidak
ada terhadap rangsngan yang keras dan tidak mengerti semua
yang terjadi di lingkungan), koma (tidur yang sangat dalam,
beberapa reflek hilang seperti pupil, cahaya, muntah dan dapat
timbul reflek yang patologis)
k) Memori
Daya ingat klien atau kemampuan mengingat hal-hal yang telah
terjadi, daya ingat jangka panjang (memori masa lalu,
lama/lebih dari 1 tahun), daya ingat jangka menengah memori
yang diingat dalam 1 minggu terahir sampai 24 jam terahir,
Daya ingat jangka pendek memori yang sangat baru, tidak
dapat mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
l) Tingkat konsentrasi berhitung
Gangguan konsentrasi dan berhitung antara lain : Mudah
beralih/mudah
dialihkan,
mudah
berganti
25
orang
lain/lingkungan
diluar
dirinya
yang
Etiologi ..............................
Perilaku Kekerasan
riwayat
perilaku
kekerasan
dan
belummempunyai
27
Tgl
1
Diagnosa Medis
No. CM
Perencanaan
No.
Diagnosa
Dx
Keperawatan
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Perilaku
kekerasan
:______________
:______________
1. Klien
membina
hubungan
saling percaya
salam
1.2 Klien mau menjabat
tangan
1.3 Klien mau
menyebutkan nama
1.4 Klien mau tersenyum
1.5 Klien mau kontak
mata
1.6 Klien mengetahui
nama perawat
1.7 Menyediakan waktu
Intervensi
Rasional
Hubungan saling
jabat tangan
3. jelaskan maksud
hubungan
interaksi
4. jelaskan tentang kontrak yang
hubungan selanjutnya
percaya merupakan
akan dibuat
5. beri rasa aman dan sikap
empati
6. lakukan kontak singkat tapi
sering
untuk kontrak
2. Klien
mengidentifik
mengungkapkan
asikan
perasaanya
penyebab
membantu mengurangi
perilaku
mengungkapkan
kekerasan
penyebab perasaan
perasaan jengkel/kesal
dapat diketahui
sendiri, dari
lingkungan/orang lain)
3. Klien
mengidentifik
mengungkapkan
asikan tanda-
perasaan saat
tanda perilaku
kekerasan
marah/jengkel
3.2 Klien dapat
menyimpulkan tandatanda jengkel/kesal
yang dialami
1. Anjurkan klien
dialami klien
jengkel/ kesal
Menarik kesimpulan
bersama klien supaya
klien mengetahui secara
garis besar tanda-tanda
marah/kesal
4. Klien
Mengeksplorasi
mengidentifik
mengungkapkan
mengungkapkan perilaku
asi
perilaku kekerasan
perilaku
kekerasan
yang
biasa
dilakukan klien
2. Bantu klien bermain peran
biasa dilakukan
Untuk mengetahui
30
dilakukan
dilakukan
dilakukan
4.3 Klien dapat
mengetahui cara yang
biasa dapat
menyesuaikan masalah
bisa membedakan
3. Bicarakan dengan klien apakah
atau tidak
destruktif
Dapat membantu klien
dapat menemukan cara
yang dapat
menyelesaikan masalah
5. Klien
dapat
mengidentifik
asi
akibat
perilaku
kekerasan
Klien dapat
menjelaskan akibat
menilai perilaku
klien
kekerasan yang
2. Bersama klien
menyimpulkan cara yang
digunakan oleh klien
dilakunnya
Dengan mengetahui
akibat perilaku
kekerasan diharapkan
klien dapat merubah
perilaku destruktif yang
dilakukannya menjadi
perilaku yang
31
konstruktif
6. Klien
mengindentifi
kasi
kemarahan secara
cara
kontruktif
dalam
merespon
terhadap
kemarahan
kontrustif
sehat
3. Diskusikan dengan klien cara
dalam merespon
terhadap kemarahan
kesal/memukul bantal/kasur
kejengkelan sehingga
kesal/tersinggung/jengkel
dalam meningkatkan
harga dirinya
Berdiskusi dengan klien
mendemonstra
mendemonstrasikan
sikan
cara mengontrol
cara
mengontrol
perilaku
perilaku kekerasan
- Fisik : tarik napas
dalam, olah raga,
kekerasan
-
menyiram tanaman
Verbal :
mengatakan secara
langsung dengan
tidak menyakiti
Spiritual :
sembahyang,
( roll play)
4. Berreinforcement positif atau
keberhasilan klien
menstimulasi cara tersebut
5. Anjurkan klien untuk
Memberi simulasi
melihat manfaatnya.
Agar klien mengetahui
kontrustif
33
Pujian dapat
meningkatkan motifasi
8. Klien
mendapat
dukungan
yang berperilaku
keluarga
dalam
mengontrol
perilaku
kekerasan
kekerasan
mengungkapkan
rasa puas dalam
merawat klien
1. identifikasi kemampuan
kemampuan keluarga
dalam mengidentifikasi
akan memungkinkan
keluarga untuk
selama ini
2. jelaskan peran serta keluarga
dalam merawat klien
3. jelaskan cara-cara merawat
klien
- terkai dengan cara
melakukan penilaian
terhadap perilaku
mengontrol perilaku
kekerasan
meningkatkan
pengetahuan keluarga
tentang cara merawat
klien
agar klien dapat merawat
4. bantu keluarga
mendemontrasikan cara
mengetahui cara
merawat klien
5. bantu keluarga
mengungkapkan perasaannya
setelah melakukan
kekerasan
agar keluarga
demontrasi
melakukan demonstrasi
9. klien
menggunakan
menyebutkan obat-
obat-obatan
yang diminum
dan
kegunaannya
(jenis, waktu,
dosis
efek)
dan
serta kegunaannya
(jenis, waktu dan efek)
9.2 klien dapat meminum
obat sesuai program
pengobatan
mengetahui nama-nama
obat yang diminum oleh
dikter
3. jelaskan prisip benar minum
mengetahui kegunaan
obat yang dikonsumsi
klien
Klien dan keluarga dapat
klien
Klien dan keluarga
mengetahui prinsip
kesalahan dalam
mengonsumsi obat
Klien dapat memiliki
35
menyenangkan
6. beri pujian, jika klien minum
kesadaran pentingnya
minum obat dan bersedia
kesadaran sendiri
Mengetahui efek
samping sedini mungkin
sehingga tindakan dapat
dilakukan sesegera
mungkin untuk
menghindari komplikasi
Reinforcement positif
dapat memotifasi
keluarga dan lien serta
dapat meningkatkan
harga diri.
36
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Klien
Keluarga
SP1P
SP1K
kekerasan.
di lakukan.
prilaku kekerasan.
kekrasan.
Menyebutkan cara mengontrol prilaku
kekerasan.
6.
7.
1.
2.
SP2K
klien.
kekerasan.
prilaku kekerasan.
3.
1.
2.
klien
3.
2.
1.
SP3K
SP4K
3.
SP5K
2.
3.
38
4. Implementasi Keperawatan
Menurut Keliat (2005), Implementasi keperawatan disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan
masalah utama yang aktual adan mengancam integritas klien beserta
lingkungannya. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah
direncanakan,
perawat
perlu
memvalidasi
apakah
rencana
tindakan
keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien pada saat ini
(here and now). Hubungan saling percaya antara perawat dengan klien
merupakan dasar utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi menurut Keliat (2005) adalah proses yang berkelanjutan untuk
menilai efek dari tindakan keperawatan yang dilaksanakan. Evaluasi dapat
dibagi menjadi 2 jenis yaitu : evaluasi proses atau formatif) dan evaluasi hasil
atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan respon klien dengan
39
40
DAFTAR PUSTAKA
41