negara
untuk
dapat
memobilisasi
sumber-sumber
pembiayaan
kesehatan,
mutu pelayanan kesehatan terancam, terutama bagi masyarakat yang tidak mampu. Hal ini
menyebabkan derajat kesehatan masyarakat semakin rendah. Kondisi tersebut diperparah
dengan tarif rumah sakit yang tidak standar, sehingga masing-masing rumah sakit cenderung
menetapkan tarif sendiri.
Tidak dapat dihindari bahwa peranan sektor swasta akan bertambah besar, yang
disebabkan karena meningkatnya sosial ekonomi penduduk, jumlah penduduk yang dilayani
bertambah dan adanya kesadaran akan kualitas pelayanan yang baik. Tumbuhnya penyedia
layanan kesehatan terutama di kota-kota besar, menyebabkan tingkat kompetisi di antara
mereka terutama swasta cukup tinggi. Dengan tingkat kompetisi yang tinggi, maka akan
diikuti dengan segala upaya untuk mempertahankan keberadaan mereka. Hanya yang dapat
menyediakan layanan yang bermutu dengan pembiayaan yang relatif rendah dapat unggul
dalam kompetisi ketat tersebut.
Sektor kesehatan (secara keseluruhan) mengalami inflasi di seluruh dunia
diperkirakan diatas inflasi ekonomi. Penyebab inflasi tersebut antara lain :
1. Indemnity Health Insurance
2. Medical Technology
3. Demand, karena konsumer juga berpengaruh meminta pelayanan yang berkualitas dan
menggunakan alat-alat canggih
4. Komponen non-medis seperti pemenuhan kebutuhan convenience dan amenities
5. Defensive medicine, sehingga dokter melakukan pemeriksaan/prosedur diagnostik
selengkap-lengkapnya untuk menghindari gugatan mal-praktek
6. Meningkatnya proporsi penduduk usia lanjut yang menyebabkan meningkatnya
insiden penyakit kronis.
Terkait dengan pemberlakuan MEA, kalangan kedokteran dituntut untuk mulai
melek dengan ekonomi. Kita harus paham bahwa Investasi asing di bidang kesehatan berarti
(1) membuka peluang bisnis bagi pemilik modal, (2) kesempatan menikmati kemajuan
mutakhir teknologi kedokteran bagi kalangan mampu dan (3) semakin terpinggirnya
kelompok miskin yang tidak tercakup oleh sistem jaminan apapun. Tanpa perlindungan dari
pemerintah dan kepedulian sektor kesehatan kita khawatir Indonesia hanya menjadi ladang
basah bagi dokter asing maupun pemodal asing di bidang kesehatan.
Salah satu kesepakatan yang ditandatangi dalam ASEAN Framework Agreement on
Services adalah penyertaan modal asing yang mencapai 70 persen, kecuali di Makassar dan
Manado yang hanya 51 persen. Kita layak khawatir akan terjadi liberalisasi jasa kesehatan
jika investasi mereka ditetapkan sebesar itu. Karena itu semua jajaran sektor kesehatan
Indonesia, perlu mendorong dan memperkuat pemerintah untuk sepenuhnya memegang
kendali dalam perbaikan sistem kesehatan nasional. Tanpa itu, MEA hanya akan
mengakibatkan pelayanan kesehatan berbiayai tinggi dan jurang yang semakin dalam di
antara kelompok masyarakat dengan tingkat penghasilan berbeda, maupun di wilayah
berbeda. Dan itu adalah hal yang kita semua tidak inginkan.
5. Mengomentari Tulisan Prof. Dr. dr. H. Alimin Maidin, MPH berjudul Keberhasilan
(Secuil Peran) Program Kesehatan di surat kabar Fajar 6 Oktober 2015
Memang program-program kesehatan di Sulawesi Selatan telah dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat. Seperti program kesehatan gratis di Sulsel yang telah berjalan
dengan sangat baik. Meskipun, masih ada beberapa aspek yang harus disempurnakan,
khususnya dari segi pelayanan. Misalnya saja bagaimana tenaga medis memperlakukan
pasien.
Banyak program pemerintah yang notabene memberikan jaminan kesehatan kepada
masyarakat khususnya masyarakat miskin, seperti BPJS yang digelontorkan oleh pemerintah
pusat atau Jamkesda yang menjadi program pemerintah tingkat provinsi tetapi kondisi
dilapangan masih banyak masyarakat yang ditolak ataupun tidak bisa mengakses fasilitas
tersebut dengan berbagai alasan, pihak pihak terkait dalam hal ini pihak BPJS dan Pemerintah
Provinsi harus sigap membaca kondisi ini, dengan melakukan banyak sosialisasi ke tengah
masyarakat tentu dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat, tujuannya agar masyarakat
paham akan hak-hak serta kewajiban-kewajiban mereka terkait fasilitas tersebut.